Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak Penghasilan
1. Pengertian
Tanggungjawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban kenegaran berada pada setiap Warga Negara sebagai Wajib Pajak. Menurut
Bambang Prakoso Kesit 2003:1: “Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada kas negara karena Undang-undang, dan atas pembayaran tersebut
pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk.” Sedangkan menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1990: 5 menyatakan: “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan
tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah:
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah. 3.
Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
Pajak dapat dikelompokkan menurut golongan, sifat dan pemungutannya. Adapun pengklasifikasian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menurut golongan
a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan kepihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan PPh.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai PPN. 2.
Menurut sifat Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan
pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip: a.
Pajak Subjetif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: PPh.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
b. Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: PPN.
3. Menurut pemungut dan pengelolanya
a. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Negara. Contoh: PPh, PPN.
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Daerah. Contoh: pajak hiburan, pajak reklame.
Dari uraian diatas maka Pajak Penghasilan dikategorikan sebagai Pajak Pusat yang bersifat subjektif. Dengan pengertian bahwa PPh ini berpangkal atau
berdasarkan pada subjek pajaknya dan menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan atau tidak dapat dilimpahkan ke pihak lain termasuk kedalam
golongan pajak langsung . Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah
beberapa kali mengalami perubahan pada tahun 1990, tahun 1994, perubahan ketiga pada tahun 2000 dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 dan
diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dalam pasal 1 menyebutkan Pajak Penghasilan dikenakan kepada
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
Subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-undang ini disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban
pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
2. Subjek Dan Objek Pajak Penghasilan