Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
melebihi PTKP dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 dan SPT Tahunan PPh.
2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
melakukan pekerjaan bebas dikecualikan dari kewajiban penyampaian SPT Masa PPh Pasal 25
Kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi
dan atau sanksi pidana. Sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian SPT Pajak
Penghasilan adalah a.
Sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian SPT Masa PPh untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
adalah sebesar Rp 100.000,00 b.
Sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian SPT Tahunan PPh untuk Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp 100.000,00 dan
untuk Wajib Pajak Badan sebesar Rp 1.000.000,00
B. Pajak Penghasilan Pasal 25
1. Pengertian Dan Dasar Hukum
Menurut Waluyo dan Wirawan B.Ilyas 2002: 204: Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pelunasan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam tahun
pajak berjalan. Pajak Penghasilan Pasal 25 yang telah dilunasi tersebut merupakan pajak yang dibayar dimuka dan dapat dikreditkan terhadap pajak yang terhutang
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
diakhir tahun. Dasar hukum yang mengatur tentang pelaksanaan PPh pasal 25 adalah
sebagai berikut : a.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan dan disesuaikankan dengan perubahan terbaru
Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 36 Tahun 2008. b.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84KMK.032002 Tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan
Dalam Tahun Pajak Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi,
BUMN, BUMD, dan Wajib Pajak Lainnya Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.
c. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-537PJ2000 tentang
Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun Berjalan Dalam Hal-hal tertentu.
d. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-210 PJ 2001 tentang
Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Masa Transisi Tahun Pajak 2001.
e. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-207 PJ 2001 tentang
Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Ketentuan Pelaksanaan PPh Pasal 25
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
Beberapa Ketentuan Pelaksanaan PPh Pasal 25, yaitu: a.
Setelah mengetahui selisih pajak yang terhutang pada tahun yang lalu, maka kita dapat mengetahui besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar sendiri perbulannya pada tahun sekarang yaitu sebesar selisih pajak berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak yang lalu dibagi
dengan 12. b.
Mengingat batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi adalah akhir bulan
ketiga tahun pajak berikutnya dan bagi Wajib Pajak badan adalah akhir bulan keempat tahun pajak berikutnya, maka besarnya angsuran
pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu. Seperti contoh berikut ini:
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan oleh Wajib Pajak orang pribadi pada bulan Februari 2008, besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak tersebut untuk bulan Januari 2008 adalah sebesar angsuran pajak bulan Desember 2007,
misalnya sebesar Rp1.000.000,00 satu juta rupiah. c.
Angsuran bulanan yang menggunakan SKP, jika terjadi perubahan ketetapan, dihitung menurut SKP terakhir. Seperti contoh berikut ini:
Pada bulan September 2008 diterbitkan keputusan pengurangan
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
angsuran pajak menjadi nihil sehingga angsuran pajak sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2008 menjadi nihil, besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak untuk bulan Januari 2009 tetap sama dengan angsuran bulan Desember 2008, yaitu nihil.
d. Dalam hal-hal tertentu Direktur Jenderal Pajak memberi wewenang
untuk menyesuaikan penghitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan, yang
besar angsuran bulanannya mendekati kewajaran
C. Penghitungan PPh Pasal 25
1. Secara Umum Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat 1 menjelaskan bahwa:
Besarnya angsuran dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan sama dengan PPh yang terhutang
menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan: a
PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan 23 serta PPh yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam PPh Pasal 22 dan
b PPh yang dibayar terutang diluar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 24. Dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.
Contoh perhitungan PPh Pasal 25 Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2007 Rp 50.000.000,00
dikurangi: a.
Pajak Penghasilan yang dipotong pemberi Kerja Pasal 21
Rp 15.000.000,00
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
b. Pajak Penghasilan yang dipungut
oleh pihak lain Pasal 22 Rp10.000.000,00
c. Pajak Penghasilan yang dipotong
oleh pihak lain Pasal 23 Rp 2.500.000,00
d. Kredit Pajak Penghasilan
luar negeri Pasal 24 Rp 7.500.000,00 +
Jumlah kredit pajak
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan
untuk tahun 2008 adalah sebesar : Rp35.000.000,00 -
Selisih Rp15.000.000,00
Rp15.000.000,00 : 1 12 = Rp1.250.000,00
Apabila Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam contoh di atas berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh untuk
bagian tahun pajak yang meliputi masa 6 enam bulan dalam tahun 2009, besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri setiap
bulan dalam tahun 2010 adalah sebesar : Rp15.000.000,00 dibagi 6 = Rp 2.500.000,00
Dalam Pasal 25 ayat 6 Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 dijelaskan bahwa:
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan
dalam hal-hal tertentu, yaitu: a.
Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian; b.
Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur; c.
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan;
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum
pembetulan;
f. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib
Pajak. Dari pasal tersebut dapat dijelaskan bahwa:
a. Kompensasi kerugian adalah kompensasi kerugian fiskal
berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan
Banding sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat 2 atau pasal 31A Undang-undang Pajak Penghasilan Tahun 2000.
b. Penghasilan tidak teratur adalah penghasilan yang diterima
atau diperoleh selain dari kegiatan usaha dan pekerjaan bebas, pekerjaan dan modal. Sedangkan penghasilan
teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam
setiap Tahun Pajak. Apabila Wajib Pajak memperoleh Penghasilan tidak teratur, maka dasar perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 25 adalah hanya dari penghasilan neto yang diterima atau diperoleh secara teratur menurut SPT
Tahunan PPh tahun pajak yang lalu.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
c. Apabila SPT Tahunan yang lalu disampaikan setelah lewat
batas waktu yang ditentukan, maka besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dihitung sebagai berikut:
1 Bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh tersebut sampai dengan bulan disampaikannya SPT Tahunan yang bersangkutan,
besarnya PPh Pasal 25 bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu dan bersifat sementara.
2 Setelah Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan
PPh, besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dihitung kembali sebesar Pajak Penghasilan yang
terutang menurut SPT Tahunan PPh. d.
Dalam hal Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan,
maka besarnya PPh Pasal 25 ditung sebagai berikut: 1
Bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan sampai dengan bulan
sebelum diisampaikan SPT Tahunan yang bersangkut an adalah sama dengan besarnya PPh Pasal 25 yang
dihitung berdasarkan perhitungan sementara yang disampaikan oleh Wajib Pajak pada saat mengajukan
permohonan izin perpanjangan.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
2 Setelah Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Pasal 25 dihitung kembali: Menurut SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
yang lalu dikurangi dengan PPh yang dipotong atau dipungut serta pajak Penghasilan yang dibayar atau
terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan . e.
Apabila dalam tahun pajak berjalan Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak yang lalu,maka besarnya PPh Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT pembetulan tersebut.
Jika besarnya PPh Pasal 25 yang dihitung berdasarkan SPT pembetulan lebih besar dari PPh Pasal 25 sebelum
dilakukan pembetulan maka kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat 1 Undang-undang KUP. f.
Perubahan keadaan badan usaha atau kegiatan Wajib Pajak dapat terjadi karena penurunan atau peningkatan usaha.
2. Bagi Wajib Pajak Baru
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84KMK.032002 yang dimaksud dengan “Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi atau
badan yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.”
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
Bagi Wajib Pajak Baru yang mulai menjalankan usaha atau melakukan kegiatan pada tahun pajak berjalan, perlu diatur mengenai besarnya angsuran
pajak, karena Wajib Pajak belum memasukkan SPT Tahunan PPh. Penentuan besarnya angsuran pajak tersebut didasarkan atas kenyataan usaha atau kegiatan
Wajib Pajak. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84 KMK.03 2002
penghitungan besarnya PPh pasal 25 diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Baru dalam tahun berjalan adalah tarif atas penghasilan neto sebulan
yang disetahunkan, dibagi 12 dua belas. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dihitung untuk setiap bulan dalam tahun pajak
yang bersangkutan.
b. Besarnya penghasilan neto ditentukan dengan cara sebagai
berikut: •
Dalam hal WP baru tersebut menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan
neto fiskal setiap bulan, maka penghasilan neto dihitung berdasarkan pembukuannya.
• Dalam hal WP baru tersebut hanya menyelenggarakn
pencatatan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi
dari pembukuannya itu tidak dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, maka penghasilan neto fiskal
dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atas peredaran atau penerimaan bruto.
• Apabila WP baru tersebut adalah WP orang pribadi, maka
jumlah penghasilan neto fiskal yang disetahunkan dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP.
Contoh perhitungan : a.Wajib Pajak menggunakan pembukuan
PT X terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP sejak tanggal 1 Februari 2008. Peredaran atau penerimaan bruto menurut
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
pembukuan dalam bulan Februari 2008 sebesar Rp 60.000.000,00 dan penghasilan neto dapat dihitung
berdasarkan pembukuan sebesar Rp 7.500.000,00. Besarnya PPh Pasal 25 Februari 2008 sebagai berikut:
a. Penghasilan neto bulan Februari 2008 Rp 7.500.000,00
b. Penghasilan neto disetahunkan Rp 90.000.000,00
c. Pajak Penghasilan terutang
10 x Rp50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00 15 x Rp 40.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
d. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan
Rp 11.000.000,00
Februari 2008 : 112 x Rp 11.000.000,00 = Rp 916.666,00
b.Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar sebagai Wajib Pajak pada
KPP sejak tanggal 2 Januari 2008 dengan status kawin. Peredaranpenerimaan bruto menurut catatan harian bulan
Januari 2008 sebesar Rp 18.340.000,00. Persentase Norma Penghitungan sesuai dengan usaha Wajib Pajak misalnya
30. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan Januari 2008 sebagai berikut:
a. Peredaran Bruto bulan Mei 2008 Rp 18.340.000,00
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
b. Penghasilan neto bulan Mei 2008
30 x Rp 18.340.000,00 = Rp 5.502.000,00 c.
Penghasilan disetahunkan Rp 66.024.000,00 d.
PTKP K0 e.
Penghasilan Kena Pajak PKP Rp 51.624.000,00 Rp 14.400.000,00
f. Pajak Penghasilan Terutang:
5 x Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00 10 x Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15 x Rp 1.624.000,00 =
g. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan Januari 2008 :
Rp 243.600,00 Rp 3.993.600,00
112 x Rp 3.993.600,00 = Rp 332.800,00
D. Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 25
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 25 adalah sebagai berikut: 1.
PPh Pasal 25 harus dibayardisetorkan selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. WP diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat-
lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. 3.
Bagi WP pengusaha tertentu, berlaku juga beberapa ketentuan sebagai berikut;
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
• Jika WP memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah
kerja KPP, harus mendaftarkan masing-masing tempat usahanya di KPP yang bersangkutan.
• WP yang memiliki beberapa tempat usaha dilebih dari satu
wilayah kerja KPP, harus mendaftarkan setiap tempat usahanya di KPP masing-masing tempat usaha WP berkedudukan.
• SPT Masa PPh harus disampaikan di KPP tempat domisili WP
terdaftar dengan batas waktu seperti pada ketentuan butir 2.
E. Kerangka Konseptual
UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 25 dan
UU Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 25
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84 KMK.032002
Penghitungan Pembayaran
Pelaporan
Analisis terhadap tingkat kepatuhan WP atas
pelaporan SSP lembar ke 3
Wajib Pajak Baru
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
Keterangan :
Ketentuan Penghitungan besarnya Angsuran pajak yang harus dibayar oleh WP Baru diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84KMK.032002
berdasarkan UU No 7 Tahun 1983, sebagaimana perubahan ketiga UU PPh Nomor 17 Tahun 2000 dan disesuaikan dengan Perubahan keempat, UU No 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang diatur dalam pasal 25. Analisis ini terfokus pada pelaporan SSP lembar ke-3 yang disampaikan WP Baru terdaftar
pada KPP Pratama Medan Belawan.
BAB III METODE PENELITIAN
E. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada KPP Pratama Medan Belawan yang berlokasi di dijalan KL.Yos Sudarso KM. 8,2 Tanjung Mulia Medan pada September 2008
sampai dengan Februari 2009.
F. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber,yaitu:
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari pihak-pihak terkait di KPP Pratama Medan Belawan baik melalui teknik wawancara maupun
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
dokumen yang berhubungan dengan PPh Pasal 25 dan Wajib Pajak Baru selama tahun pajak berjalan.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah dan diperoleh langsung dari objek penelitian.
G. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah •
Teknik wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pihak pihak yang terkait sebagai penyedia informasi yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. •
Teknik dokumentasi yaitu dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian.
• Studi kepustakaan yaitu mencari dan menelaah landasan teori baik
dalam buku, peraturan-peraturan yang relevan dengan penelitian termasuk media internet .
H. Metode analisis data
Penganalisaan data menggunakan metode deskriptif yaitu menyusun, menganalisis dan menginterprestasikan data yang diperoleh untuk memberikan
gambaran yang jelas dan akurat dari perumusan masalah objek yang diteliti.
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
C. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah singkat KPP Pratama Medan Belawan
Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak dinamakan Kantor Inspeksi KIP yang induk organisasinya berada dibawah Direktorat Jenderal Pajak dalam
Departemen Keuangan Republik Indonesia. Untuk lebih meningkatkan nilai pelayanan pajak kepada masyarakat maka
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 267KMK.011989 dilakukan perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
reorganisasi KIP dan diganti dengan nama Kantor Pelayanan Pajak KPP. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443KMK.012002
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak maka Kantor Pelayanan Pajak Kotamadya Medan dibagi menjadi 5 lima kantor
wilayah kerja, yaitu: a.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan b.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur c.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota d.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia e.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat Modernisasi administrasi perpajakan merupakan salah satu bentuk
perwujudan dari reformasi perpajakan komperhensif, yaitu dengan membentuk KPP modren yang terdiri dari KPP Besar, KPP Madya, KPP Pratama.
Karekteristik setiap KPP dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7
Karekteristik Jenis KPP N
Uraian KPP
Besar KPP
Madya KPP Pratama
1
Skala Wajib Pajak BUMN dan WP
Besar Nasional WP Besar Kanwil
WP Menengah Kecil
2
Jenis Wajib Pajak Badan corporate Badan dan
ekspatriat Badan dan Orang
Pribadi
3
Jumlah Wajib Pajak 300-400
200-1000 Ribuan
4
Jenis Pajak PPh,PPNPTLL,
PPh,PPNPTLL PPh,PPNPTLL,PB
B,BPHTB
5
PPN Sentralisasi
Sentralisasi Desentralisasi
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
Sumber : KPP Pratama Medan Belawan Dalam rangka modernisasi birokrasi perpajakan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 67pmk.012008 Tentang Organisasi dan tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal pajak, maka pada semester kedua tahun pajak
2008 mulai diterapkan pengoperasian KPP Pratama. KPP Pratama merupakan hasil peleburan tiga jenis kantor pajak, yaitu Kantor Pelayanan Pajak KPP,
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan KPPBB, dan Kantor Pemeriksaan dan penyidikan Pajak KARIKPA. Berikut gambaran pembentukan KPP
Pratama:
Gambar 1 KPP PRATAMA
PENGGABUNGAN KPP, KP PBB DAN KARIKPA
KPP KPP PRATAMA
KP PBB KARIKPA
SEKSI PDI SEKSI PENAGIHAN
SEKSI TUP SUBAG UMUM
SEKSI PPh OP SEKSI PEN KEB
SEKSI PPh BADAN SEKSI P2PPh
SEKSI PPN
FUN GSI KEBERATAN D I TAN GAN I OLEH KAN W I L D JP BI D AN G PKB
SUBBAG UMUM SEKSI PDI
SEKSI PELAYANAN SEKSI PENAGIHAN
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI
I-IV SEKSI PEMERIKSAAN
SEKSI EKSTENSIFIKASI KEL.FUNGSIONAL
SUBBAG UMUM SEKSI DAI
SEKSI PENERIMAAN
SEKSI PENETAPAN SEKSI PENAGIHAN
SEKSI KEBERATAN SEKSI PEDANIL
F. PENILAI SUBBAG UMUM
KEL.F.PEMERIKS A
Sumber : KPP Pratama Medan Belawan Adapun KPP Pratama
di bawah naungan Kantor Wilayah Direktorat 6
P2PPh Desentaralisasi
Desentaralisasi Desentralisasi
7
Fungsi Ekstensifikasi
Tidak ada Tidak ada
Ada
8
Jumlah eselon IV 9
9 10
9
Wilayah Kerja Nasional
Regional Lokal
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
Jenderal Pajak Sumatera Utara I adalah sebagai berikut : a.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan b.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota c.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia d.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat e.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur f.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah g.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai h.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. KPP Pratama mulai beroperasi pada tanggal 25 Mei 2008. KPP Pratama
Medan Belawan merupakan peleburan KPP Medan Belawan, KPPBB Medan Satu dan KARIKPA Medan Satu.
Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan meliputi :
a. Kecamatan Medan Deli,
b. Kecamatan Medan Marelan,
c. Kecamatan Medan Labuhan,
d. Kecamatan Medan Belawan.
Visi KPP Pratama Medan Belawan adalah menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas
dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat
Helda Ginting : Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.032002 Pada KPP Pratama Medan Belawan, 2009.
USU Repository © 2009
Adapun Misi KPP Pratama Medan Belawan adalah sebagai berikut: a.
Fiskal Menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi
yang tinggi b.
Ekonomi Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang dapat mengurangi distorsi
c. Politik
Mendukung proses demokratisasi d.
Kelembagaan Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat
dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir
2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan