Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. UU Sisdiknas No 202003, Pasal 5 ayat 1 dalam memperoleh mutu sekolah, tentunya
sesuai dengan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, dengan definisi kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum negara
kesatuan Republik Indonesia, berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan, dalam rangka mewujudkan pendidikan
yang bermutu dan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Analisis logis dari regulasi diatas, dapat memberikan keleluasaan kepada kepala
sekolah dan unsur-unsur didalamnya untuk membentuk iklim sekolah yang diharapkan guna mencapai mutu sekolah yang sesuai dengan cita-cita bersama:
1.
Mengembangkan rencana strategis pendidikan dalam pengembangan sekolah dan lebih mengutamakan dalam standar acuan yang dibuat oleh pemerintah
terutama dalam pelaksanaan kinerja kepala sekolah, kinerja guru, memotivasi siswa, mengapresiasi keberhasilan guru dan siswa, menghargai struktur
organisasi.
1
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2.
Mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari proses pendidikan yang telah dicapai dan mendeterminasikan apakah visi, misi dan tujuannya telah sesuai dengan
standar acuan pemerintah dan kebutuhan dalam peningkatan mutu sekolah.
3.
Memaparkan dan mengumumkan laporan input pendidikan, proses pendidikan, output pendidikan dan outcome pendidikan dari konstruk keberhasilan
pendidikan kepada orang tua siswa, masyarakat dan pemerintah pertanggung jawaban kepada stake-holders yang merupakan konsumen dari hasil layanan
pendidikan. Bahkan Tilaar 2009:73 menyatakan bahwa PBB telah menyusun tujuan
pembangunan millenium Millenium Development Goals yang antara lain ialah penghapusan kemiskinan dan memajukan pendidikan yang berkualitasbermutu
khususnya untuk golongan masyarakat yang tersisihkan. Lahirnya Undang-Undang UU No. 20 tahun 1999 memberikan kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pendidikan, merupakan tonggak baru penyelenggaraan pendidikan. Dengan undang-undang ini kebijakan pendidikan
berubah, yang tadinya otoritas penyelenggaraan pendidikan berada ditangan pemerintah pusat, sekarang otoritas tersebut berada ditangan pemerintah daerah.
Chaniago, S Pusat informasi kemendiknas, 2010: 61-62. Oleh karena itu, bahwa tanggung jawab peningkatan mutu sekolah secara mikro
telah bergeser dari birokrasi pusat ke unit pengelola yang lebih dasar yaitu sekolah. Dengan kata lain, didalam masyarakat yang komplek seperti sekarang dimana
berbagai perubahan yang telah membawa kepada perubahan tata nilai yang bervariasi
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan harapan yang lebih besar terhadap pendidikan terjadi begitu cepat, maka diyakini akan disadari bahwa kewenangan pusat tidak lagi secara tepat dan cepat dapat
merespon perubahan keinginan masyarakat tersebut. Tapi sungguh sangat ironis, Yang tentunya kita, sepakat bahwa peningkatan
sumber daya manusia dilakukan dengan mutu pendidikan yang baik, sedangkan mutu pendidikan kita berada pada kategori rendah bila dibandingkan dengan negara
tetangga, seperti malaysia dan korsel. fakta menunjukkan bahwa kualitasmutu pendidikan kita masih rendah, tertinggal dibanding dengan negara lain. Laporan
United Nation Educational, Scientific, and Cultural UNESCO, November 2007, menyebutkan peringkat Indonesia di bidang pendidikan menurun dari 58 ke 62.
Dalam peringkat 130 negara itu, Malaysia berada diurutan 56 dan korsel berada pada urutan ke-5. Tangkilisan dalam Pusat Informasi Kemendiknas 2010: 67.
Sehingga berdampak kepada mutu sumber daya manusia hal ini sesuai berdasarkan data hasil survei tentang Human Development Index HDI oleh United
Nation Development Program atau UNDP Brodjonegoro, dalam Pikiran Rakyat, 28 Oktober, 2005, menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat 113 dari 177
negara didunia. Bahkan Syahril C. Pusat Informasi Kemendiknas, 2010: 63 menyatakan
peningkatan mutu pendidikan dari segi proses pendidikan belum berjalan baik karena para guru dan tenaga pengajar lain masih lebih banyak berpendidikan dibawah s1,
kebijakan penyelenggraan pendidikan yang dilakukan selama ini masih dalam tarap
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
peningkatan kompetensi guru hingga D2. Hal ini khususnya terjadi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Masih pernyataan Syahril C. Pusat Informasi Kemendiknas, 2010: 63 yang menyatakan bahwa output pendidikan selama ini tidak ada kriteria kelulusan
berdasarkan hasil ujian, sehingga hampir semua peserta ujian memperoleh predikat tamat dan dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan
mengambil batas nilai 5,5 asumsi sebagai kriteria minimal kelulusan, berarti hanya 36,79 siswa SLTP yang lulus, sisanya memperoleh tamat belajar. Dari paparan
akademis, tingkat penguasaan materi pada umumnya sangat memprihatinkan. Masih menurut Syahril C. Pusat Informasi Kemendiknas, 2010: 63 menyatakan
peningkatan mutu pendidikan dari segi input siswa. Tanpa kesehatan nutrisi yang cukup, ketekunan, kehadiran yang tetap, dan dukungan rumah, kegiatan pembelajaran
dikelas tidak akan efektif. Siswa harus mampu bertahan mengikuti pembelajaran selama jam pelajaran, sehingga harus didukung oleh nutrisi yang cukup.
Kondisi ini telah membawa kepada suatu kesadaran bahwa hanya sekolah yang dikelola secara efektiflah dengan manajemen yang berbasis sekolah yang akan
mampu merespon aspirasi masyarakat secara tepat dan cepat dalam hal mutu sekolah. Institusi pusat memiliki peran yang penting, tetapi harus mulai dibatasi dalam
hal yang berhubungan dengan membangun suatu visi dari sistem pendidikan secara keseluruhan, harapan dan standar bagi siswa untuk belajar dan menyediakan
dukungan komponen pendidikan yang relatif baku atau standar minimal. Konsep ini menempatkan pemerintah dan otorits pendiidikan lainnya memiliki tanggung jawab
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
untuk menentukan kunci dasar tujuan dan kebijakan pendidikan dan memberdayakan secara bersama-sama sekolah dan masyarakat untuk bekerja di dalam kerangka acuan
tujuan dan kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan secara nasional dalam rangka menyajikan sebuah proses pengelolaan pendidikan yang secara spesifik sesuai untuk
setiap komunitas masyarakat. Jelaslah, bahwa peningkatan mutu sekolah ini membawa pengelolaan
pendidikan dimana birokrasi pusat bukan lagi sebagai penentu semua kebijakan makro maupun mikro, tetapi hanya berperan sebagai penentu kebijakan makro,
prioritas pembangunan, dan standar secara keseluruhan melalui sistem monitoring dan pengendalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih memfokuskan diri kepada
tanggung jawab individu sekolah dan masyarakat pendukungnya untuk merancang mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus
menerus mnyempurnakan dirinya. Sementara itu pendanaan walaupun dianggap penting dalam perspektif proses
perencanaan dimana tujuan ditentukan, kebutuhan diindentifikasikan, kebijakan diformulasikan dan prioritas ditentukan, serta sumber daya dialokasikan, tetapi fokus
perubahan kepada bentuk pengelolaan yang mengekspresikan diri secara benar kepada tujuan akhir yaitu mutu pendidikan dimana berbagai kebutuhan siswa untuk
belajar terpenuhi. Untuk itu dengan memperhatikan kondisi geografik dan sosiekonomik masyarakat, maka sumber daya dialokasikan dan didistribusikan
kepada sekolah dan pemanfaatannya dipercayakan kepada sekolah sesuai dengan perencanaan dan prioritas yang telah ditentukan oleh sekolah tersebut dan dengan
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dukungan masyarakat. Pedoman pelaksanaan peningkatan mutu kalaupun ada hanya bersifat umum yang memberikan rambu-rambu mengenai apa-apa yang bolehtidak
boleh dilakukan. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa akhir dari itu semua bermuara kepada
mutu pendidikan. Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk menjadi pusat mutu center for excellence dan ini mendorong masing-masing sekolah agar
dapat menentukan visi dan misi nya utnuk mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.
Sebagai sebuah sistem, sekolah juga terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Apabila ada satu komponen saja yang “error”, maka sistem sekolah juga akan turut “error”. Masalahnya, bagaimana sekolah harus distrukturkan agar mampu
menciptakan mutu layanan yang di kehendaki? Aspek-aspek daya dukung dan masalah
– masalah kontekstual sangat mungkin berpengaruh dalam penataan struktur organisasi sekolah yang memenuhi kriteria untuk mencapai mutu. Danim 2007: 55
Mutu sekolah juga dapat di lihat dari kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah yang diharapkan terdapat
keterbukaan dalam peningkatan mutu sekolah, kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sekolah, oleh sebab itu kemampuan memimpin
secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk
mengikuti keinginan pemimpin. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
menimbulkan kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing serta memberikan bimbingan
dan mengarahkan para bawahan serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.
Upaya untuk meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan fungsi kepemimpinan dan menjaga stabilitas iklim sekolah, diperlukan pemahaman
dan penguasaan kompetensi yang diperlukan bahwa kepala sekolah memiliki kemampuan dan orientasi dalam kompetensi kepemimpinan dan manajerial di mana
kepala sekolah
memiliki kemampuan
merencanakan, mengorganisasikan,
mengkomunikasikan, memotivasi, mengarahkan dan pengawasan serta tinda lanjut terhadap kegiatan sekolah.
Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya, banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala sekolahnya. Sejauh mana
kepala sekolah mampu menampilkan gaya kepemimpinannya yang baik, berpengaruh langsung terhadap mutu sekolah. Kinerja sekolah ditunjukkan oleh iklim kehidupan
sekolah, budaya orgniasasi sekolah, etos kerja, semangat kerja guru, prestasi belajar siswa, disiplin warga sekolah secara keseluruhan.
Banyaknya pandangan yang berkembang muncul dan ini hanya dilakukan pada saat penelti melakukan interview dan wawancara dengan sebagian kepala sekolah dan
orang-orang yang terlibat dalam pendidikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan mutu sekolah saat ini adalah; 1 kepala sekolah tidak
mempunyai visi yang jelas dalam pengembangan mutu sekolah, 2 kepala sekolah
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
tidak memiliki strategi dalam mengembangkan mutu sekolah dalam rangka menunjukkan hasil yang memuaskan, 3 minimnya pendidikan dan pelatihan tentang
pengelolaan sekolah,
4 kurangnya
upaya peningkatan
profesionalisme kepemimpinan sebagai perilaku kepemimpinan kepala sekolah sebagai wujud
pemenuhan kebutuhan kemampuan dan ketrampilan, 5 kepala sekolah belum sepenuhnya
mempunyai strategi
alternatif dalam
memecahkan masalah
kepemimpinan sekolah yang berhasil menciptakan iklim sekolah guna menunjang mutu sekolah yang menjadi harapan semua pihak.
Salah satu faktor penentu, tinggi rendahnya mutu pendidikan ialah kepemimpinan kepala sekolah. Hal itu dapat dimengerti karena kepemimpinan bukan
hanya mengambil inisiatif, melainkan bermakna pula kemampuan manajerial, yaitu kemampuan mengatur dan menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, dituntut kemampuan dan dedikasi yang tinggi untuk mengelola sekolah, terutama untuk memenuhi tuntutan
perkembangan ilmu dan teknologi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, ia perlu menganalisis beragam pandangan dan kecenderungan dengan
kemampuannya sendiri, dan menanggapi problema yang dihadapi bawahannya. Meskipun perubahan struktural untuk meningkatkan unjuk kerja manajemen sekolah
telah banyak dilakukan, tetapi hasilnya belum begitu tampak. Kepemimpinan kepala sekolah dan pengelolaan pendidikan di tingkat persekolahan pun masih menghadapi
permasalahan.
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Permasalahan itu muncul karena pengangkatan kepala sekolah tidak mempersyaratkan pendidikan khusus dan kinerja kepala sekolah dalam mengelola
masih lemah. Kelemahan-kelemahan kepala sekolah selama ini muncul karena kemandirian kepala sekolah belum terbina. Mereka terkadang mengikuti kebijakan
dan perintah atasan dan melupakan diri sebagai pemimpin yang mandiri. Ditinjau dari pengembangan sumber daya manusia kependidikan, sejauh itu
rekrutmen kepala sekolah belum memenuhi tuntutan pembaharuan. Ada kecenderungan bahwa dalam pengangkatan atau rotasi kepala sekolah masih bersifat
subjektif, tidak didasarkan pada standar kualitas prestasi yang jelas seperti tingkat pendidikan kepala sekolah, lamanya menduduki jabatan kepala sekolah atau
kemampuan menyelesaikan program kerja sekolah. Dengan demikian dapat difahami bahwa kemampuan kepala sekolah untuk meningkatkan efektifitas sekolah masih
belum optimal. Permasalahan muncul ketika mutu diterapkan dalam dunia pendidikan, ada dua
pertanyaan mendasar yang perlu diungkapkan; pertama, apa produknya? dan kedua siapakah pelanggannya?. Seringkali pelajar dianggap sebagai produk dari pendidikan,
padahal pelajar sebagai produk dari pendidikan adalah sangat sulit didefinisikan dalam dunia pendidikan yang bersifat praktis, yang dihasilkan berdasarkan standar
jaminan tertentu adalah hal yang mustahil. Gray Sallis, 2008:62 mengungkapkan :
“ manusia tidak sama, dan mereka berada dalam situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak
bisa disamaratakan”. Sehingga, menilai mutu dalam pendidikan sangat berbeda
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dengan memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa, karena akan menghilangkan kompleksitas proses belajar dan keunikan setiap individu pelajar.
Lalu bagaimana mendefinisikan produk dalam pendidikan? Sebaiknya kita melihat produk yang dihasilkan adalah sebagai sebuah jasa atau layanan.
Dan peneliti terfokus lebih kepada pandangan Usman untuk dianalisis secara lebih dalam, sehingga memperoleh mutu pendidikan yang lebih komprehensip.
Tidak hanya kepemimpinan kepala sekolah yang mempengaruhi mutu sebuah sekolah, bahkan iklim Sekolah juga dapat mempengaruhi mutu sebuah sekolah. Hoy
dan Miskel 2001:28 mendefinisik an lingkungan secara luas, yaitu: ”environment is
everything that is outside the organizing ”. Salusu 2004:319 mengungkapkan
lingkungan meliputi kondisi, situasi keadaan, dan pengaruh-pengaruh yang mengelillingi dan mempengaruhi perkembangan organisasi. Robbins 1994:226
mengidentifikasikan lingkungan sebagai segala sesuatu yang berada diluar batas organisasi.
Hoy Miskel 2001:259 mengkategorikan lingkungan eksternal kepada dua kategori, yaitu persfektif tugas dan institusi. Sedangkan Pearce Robinson
1996:109 membagi lingkungan eksternal sekolah kepada lima bagian, yaitu: faktor ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan ekologi.
Berdasarkan analisis permasalahan tersebut di atas, maka topik penelitian ini dirumuskan kedalam judul
“Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Mutu Sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon
.”
Imam Sibaweh, 2013 Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada
SMPN Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah