Riza Prianto Wibawa, 2015 PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Mobilisasi yang dilakukan masyarakat didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki taraf hidup. Salah satu bentuk mobilisasi
yang dilakukan masyarakat adalah migrasi. “Migrasi merupakan perpindahan
penduduk dari suatu wilayah kewilayah lain dengan tujuan menetap” Haryati dkk, 2007, hlm. 37. Kemajuan teknologi pada bidang komunikasi dan transportasi saat ini
memudahkan masyarakat untuk melakukan migrasi. Jarak yang jauh dapat dengan mudah ditempuh dalam jangka waktu yang relatif cepat dan aman dengan
mengunakan jalur transportasi darat, laut, ataupun udara. Bagi masyarakat Indonesia melakukan migrasi bukanlah hal baru, khususnya
migrasi antar pulau yang sudah terjadi sejak tahun 1950. Migrasi pada masa ini disebabkan karena tingginya arus perpindahan penduduk dari luar Jawa ke Pulau
Jawa, sehingga terjadi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan kekurangan penduduk di luar Jawa. Masalah kepadatan penduduk di Pulau Jawa, telah disadari sejak
pemerintah Hindia Belanda berkuasa di Indonesia. Untuk memecahkan permasalah kependudukan ini, pemerintah Hindia Belanda melaksanakan program pemindahan
penduduk ke luar Jawa yang disebut dengan program kolonisasi. Sjamsu dalam Badan Pusat Statistik, 2014 m
engungkapkan “setelah kemerdekaan program kolonisasi diteruskan oleh Pemerintah Indonesia, hanya terminologi kolonisasi
diganti dengan nama transmigrasi”. Pada saat ini, masyarakat cenderung melakukan migrasi ke wilayah-wilayah
yang diyakini dapat mewujudkan harapan serta cita-citanya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Tempat tujuan migrasi yang diyakini masyarakat dapat
mewujudkan harapan tersebut adalah wilayah perkotaan. Banyak faktor yang menarik
Riza Prianto Wibawa, 2015 PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
masyarakat untuk melakukan migrasi ke wilayah-wilayah perkotaan, sebagaimana yang diungkapakn Harahap 2010, berikut ini:
1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf
hidup. 2.
Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. 3.
Adanya aktivitas-aktivitas di Kota besar serta tempat-tempat hiburan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di Kota besar.
Pernyataan diatas juga sesuai dengan apa yang terjadi pada kalangan mahasiswa migran asal Belitung Timur. Para mahasiswa ini, bermigrasi keluar dari daerah asal
mereka menuju daerah perkotaan untuk menempuh pendidikan tinggi jenjang perkuliahan, karena di Pulau di Pulau Belitung sendiri tidak terdapat Universitas
seperti di daerah lain. Alasan utama para mahasiswa migran bermigrasi keluar dari daerah asal mereka yaitu, karena ingin melanjutkan pendidikan pada jejang yang
lebih tinggi, dan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup dikemudian hari. Persepsi mahasiswa migran terhadap lingkungan perkotaan yang mewah dan
modern, serta aktifitas dan tempat hiburan di daerah perkotaan biasanya menjadi daya tarik pendukung dalam melakukan migrasi ke daerah tujuan mereka melanjutkan
pendidikan tinggi. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia di zaman
ini. Tanpa pendidikan, individu tidak akan mampu berkembang dan melakukan perubahan yang maksimal dalam merancang masa depan. “Pendidikan berfungsi
untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok, jasmanai, rohani, spiritual, material, maupun kematangan berfikir” Somarya dan Nuryani,
2011, hlm. 26. Dengan demikian, pendidikan amat penting untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan taraf hidup.
Banyak kota yang menjadi tujuan para mahasiswa migran asal Belitung Timur untuk menepuh pendidikan tinggi, khususnya di Pulau Jawa. Kota yang menjadi
tempat tujuan mereka yaitu Kota Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Namun, Kota Bandung merupakan kota tujuan favorit bagi mereka untuk menepuh pendidikan
tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang mahasiswa migran asal
Riza Prianto Wibawa, 2015 PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Belitung Timur saat peneliti melakukan studi pendahuluan, diungkapkan bahwa alasan mereka memilih kuliah di Kota Bandung, karena sebelumnya telah mendapat
banyak informasi menarik mengenai Kota Bandung dari saudara dan kerabat yang sudah terlebih dahulu kuliah di kota ini. Informasi yang didapat mengenai ragam
Perguruan Tinggi sampai informasi tentang modernitas Kota Bandung. Mahasiswa migran asal Belitung Timur, dapat dikelompokkan berdasarkan
tempat tinggal mereka, yaitu mahasiswa yang tin ggal di asrama “Beregong” asrama
milik pemerintah daerah Kabupaten Belitung Timur dan mahasiswa yang tinggal di tempat kos. Di Kota Bandung ini, mereka berada pada lingkungan baru yang berbeda
dari lingkungan di daerah asal mereka, baik dari segi lingkungan sosial maupun lingkungan fisik serta modernitasnya.
Sebagai migran, mahasiswa perlu beradaptasi dengan lingkungan barunya, agar mereka dapat diterima dan menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Dengan
adanya perbedaan lingkungan dan upaya mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, maka terjadi perubahan prilaku dan kebiasaan dari mahasiswa
migran saat menetap di Kota Bandung. Hal ini sejalan dengan pendapat Muin 2014, hlm. 116 yang mengungkapkan bahwa
“perubahan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya perubahan prilaku dan tindakan seseorang, karena telah terjadi penerapan
nilai dan norma baru yang berbeda dari nilai dan norma yang dia miliki sebelumnya. Aneka nilai dan norma itu diserap melalui proses sosialisasi”.
Perubahan prilaku dan kebiasaan dari mahasiswa migran, tercermin dalam gaya hidup mereka. Pilliang dalam Murdaningsih 2008, hlm. 60 mengungkapkan
bahwa “gaya hidup adalah pola durasi, intensitas dan kuantitas penggunaan waktu, uang dan barang di dalam kehidupan sosial”. Sejalan dengan pendapat Piliiang, serta
berdasarkan pengamatan peneliti, perubahan gaya hidup pada mahasiswa migran juga terjadi pada pola intensitas dan kuantitas pengunaan barang-barang yang
berhubungan dengan fashion, pemanfaatan waktu luang yang seringkali diisi dengan kegiatan rekreasi yang berorientasi pada kesenangan, serta penggunaan uang yang
Riza Prianto Wibawa, 2015 PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup dan gaya hidup mereka di Kota Bandung.
Semenjak mahasiswa migran menetap di Kota Bandung, mereka selalu berusaha tampil dengan gaya berpakaian fashion modis, ketika sedang berada di
luar. Modis dalam arti sesuai mode atau trend pakaian serta aksesoris fashion yang paling baru. Bagi mereka sekarang ini, fashion seakan menempati posisi sabagai
kebutuhan primer. Banyak dari mereka yang selalu update terhadap produk-produk fashion terbaru dari distro ternama yang baru mereka kenal pada saat menetap di
Kota Bandung, seperti produk fashion dari Cosmic, Screamous, Bloods, Smith, Unkl347, Rsch, Evil, Wadezig, Diamond, Dream Bird, Vans, Kick Denim, Nike,
Moorage, dan Dead Haertz. Setiap distro yang mereka sukai mengeluarkan produk terbaru, mahasiswa migran akan membeli produk tersebut, bahkan mereka seringkali
menghabiskan uang jutaan rupiah untuk membeli berbagai macam pakaian serta aksesoris fashion yang mereka sukai. Uang yang mereka terima dari orang tua, yang
seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan kuliah dan kebutuhan hidup sehari-hari, digunakan juga untuk membiayai kebutuhan gaya hidup mereka dalam
hal fashion. Saat masih berada di daerah asalnya, mahasiswa migran tidak begitu memperdulikan gaya berpakaian, yang terpenting bagi mereka saat itu, pakaian
haruslah sopan dan rapi ketika ingin berkegiatan di luar rumah. Perubahan gaya hidup pada mahasiswa migran juga tercermin dalam berbagai
kegiatan yang mereka lakukan dalam mengisi waktu luang. Ketika masih berada di daerah asal, waktu luang yang mereka miliki tidak diisi dengan kegiatan yang
bernuansa hedon serta membutuhkan banyak biaya. Waktu luang mereka saat masih berada di daerah asal, rata-rata digunakan untuk berkunjung ke pantai, megunjungi
sanak saudara, dan membantu orang tua. Sedangkan saat ini, waktu luang yang mereka miliki baik week day maupun week end seringkali diisi dengan berbagai
kegiatan rekreasi yang berorientasi pada kesenangan semata. Sebelumnya, kegiatan ini tidak pernah mereka lakukan ketika berada di daerah asalnya. Kegiatan yang
mereka lakukan seperti main ke Mall, mengunjungi tempat-tempat wisata alam
Riza Prianto Wibawa, 2015 PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
seperti; pemandian air panas, puncak, dan kebun teh, wisata kuliner, kumpul bersama teman nongkorong sambil makan di cafe dan restoran cepat saji seperti; Boober,
Ramen, Upnormal, Bearmart, Soo hot, Reachees, Madtari, Warung Steak, Mcd, Kfc, dan Pizza, jalan-jalan nongkrong ke Braga atau angkringan, bermain bilyard,
Clubingnight club, nonton bareng, karaoke, nonton bioskop, bermain futsal, serta hunting dan berbelanja baju atau aksesoris fashion di Distro. Kegiatan tersebut, akan
menghambur-hamburkan uang atau biaya hidup yang mereka terima dari orang tuanya masing-masing.
Gaya hidup mahasiswa migran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Nugrahaeni dalam Susanto, 2013, hlm. 2-3 mengungkapkan
pendapatnya mengenai hal ini, bahwa Ada dua faktor yang mempengaruhi gaya hidup, diantaranya faktor yang
berasal dari diri individu internal dan faktor yang berasal dari luar individu eksternal. Faktor internal yaitu, sikap, pengalanan dan pengamatan,
kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Sedangkan faktor eksternal yaitu kelompok referensi, kelas sosial, keluarga, dan kebudayaan.
Berdasarkan pengamatan peneliti saat melakukan studi pendahuluan, faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup mahasiswa migran yaitu, kelompok
referensi atau kelompok sosial baru dari masing-masing mahasiswa migran di Kota Bandung. Kelompok sosial baru mahasiswa migran, membentuk gaya hidup mereka
melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi, lingkungan sosial berperan penting dalam merubah tindakan dan prilaku dari mahasiswa yang bersangkutan.
Faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup mahasiswa migran yaitu, pengalaman dan pengamatan terhadap pergaulan pada lingkungan sosial baru mereka
di Kota Bandung, sikap dalam menanggapi pengalaman dan pengamatan tersebut, serta motif dari gaya hidup itu sendiri. Dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan
baru, mahasiswa migran akan bersosialisasi dan mengamati orang-orang disekitarnya. Dari pengamatan ini, terbentuk pandangan pribadi dari masing-masing mahasiswa
yang bersangkutan, berhubungan dengan gaya hidup orang-orang atau kelompok yang ada di lingkungan mereka saat ini. Setelah terbentuk pandangan pribadi, maka
mahasiswa migran akan mengambil sikap untuk menyesuaikan tindakan dan prilaku
Riza Prianto Wibawa, 2015 PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
mereka terhadap lingkungan baru. Motif dari penyesuaian diri adaptasi mereka yaitu, agar mereka dapat menyatu dan menjadi bagian dari kelompok sosial di Kota
Bandung, merasa aman karena sudah menjadi bagian dari suatu kelompok, ingin dihargai, dan menaikkan pamor diri.
Pada proses adaptasi dalam rangka meyatu dan menjadi bagian dari kelompok sosial baru di Kota Bandung, terjadi interaksi yang bersifat simbolik antara
mahasiswa migran dengan kelompok sosial baru mereka. Blumer dalam Ritzer 2013, hlm 52 mengenai teori interaksionalisme simbolik mengungkapkan bahwa
Interaksionalisme simbolik merujuk pada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan
saling mendefenisikan tindakannya. Bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat
secara langsung terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas “makna” yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi, diantarai oleh
penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling memahai maksud dari tindakan masing-masing.
Dalam proses adaptasi terhadap lingkungan baru, kelompok sosial dari mahasiswa migran mengkomunikasikan informasi berupa simbol-simbol penuh makna yang
harus ditafsirkan oleh mahasiswa yang bersangkutan, berhubungan dengan usaha mereka untuk menyatu dan menjadi bagian dari kelompok sosial yang dimaksud.
Gaya hidup mahasiswa migran, sebenarnya menggambarkan bahwa mereka berusaha untuk dapat eksis dilingkungan barunya, serta berhasil menyatu dan menjadi
bagian dari kelompok sosial baru. Namun demikian, terdapat dampak dari gaya hidup terhadap kegiatan perkuliahan, berkaitan dengan status mereka sebagai mahasiswa.
Dampak dari gaya hidup mahasiswa mgiran terhadap kegiatan perkuliahan, besifat positif dan negatif. Dampak positif tidak akan menjadi suatu kekhawatiran,
namun dampak negatiflah yang akan menjadi kekhawatiran, karena hal negatif akan berujung pada suatu permasalahan. Permasalahan yang dikhawatirkan dari dampak
negaitf terhadap kegiatan perkuliahan yaitu, mahasiswa migran akan melupakan tugas utama dari tujuan mereka bermigrasi ke Kota Bandung. Tugas utama mereka yaitu
untuk belajar, menuntut ilmu di Perguruan Tingginya masing-masing sesuai bidang ilmu yang dipilihnya. Apalagi mereka adalah kalangan mahasiswa migran yang
Riza Prianto Wibawa, 2015 PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
berasal dari daerah yang jauh, berdasarkan pengalaman peneliti sendiri, orang tua tentunya menaruh harapan besar agar anakanya dapat menuntut ilmu dengan sebaik-
baiknya guna mencapai kesuksesan di masa dapan, dan menjadi kebanggaan keluarga dikemudian hari. Dengan demikian, orang tua selalu berusaha untuk memenuhi
segala kebutuhan mereka di Kota Bandung, agar mereka bisa fokus terhadap tugas dan tujuan utamanya bermigrasi ke Kota ini. Namun, gaya hidup baru mahasiswa
migran di Kota Bandung seakan telah mengeser tujuan utama mereka. Saat ini mereka lebih banyak bermain, mementingkan fashion, serta lebih banyak mengisi
waktu luang dengan berbagai kegiatan rekreasi yang berorientasi pada kesenangan semata, dari pada kegiatan yang berdampak positif terhadap perkuliahan. Alhasil
gaya hidup mereka sekarang ini, seringkali membuat mereka tidak kuliah atau tidak fokus terhadap kegiatan perkuliahan di kelas, yang kemudian berujung pada
menurunnya prestasi akademik. Fenomena gaya hidup pada mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota
Bandung merupakan fenomena yang menarik, serta perlu pengkajian secara serius. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka
peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang gaya hidup pada mahasiswa migran, faktor yang melatarbelakangi gaya hidup ini, serta dampaknya
terhadap kegiatan perkuliahan. Maka dari itu, peneliti akan melakukan sebuah penelitian dengan judul: Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung
Timur di Kota Bandung.
B. Rumusan Masalah Penelitian