PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG.

(1)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL

BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Riza Prianto Wibawa 1105333

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG

oleh

Riza Prianto Wibawa 1105333

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Universitas Pendidikan Indonesia

©Riza Prianto Wibawa 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan di cetak ulang, di fotocopy, atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RIZA PRIANTO WIBAWA

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. Achmad Hufad, M.Ed NIP. 195501011981011001

Pembimbing II

Dr. Yani Achdiani, M.Si NIP. 196111201986032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D NIP. 196804031991032002


(4)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(5)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG

Mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung, berada pada lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan daerah asal mereka, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Mahasiswa migran yang berada pada lingkungan baru, hendaknya dapat beradaptasi, agar dapat diterima dan menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Dari adanya perbedaan lingkungan, dan upaya mahasiswa migran beradaptasi dengan lingkungan baru, maka terjadi perubahan prilaku dan kebiasaan pada mahasiswa migran, yang tercermin dalam gaya hidup mereka di Kota Bandung. Tujuan penelitian ini yaitu; untuk memperoleh data mengenai gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung, faktor yang melatarbelakangi perubahan gaya hidup, serta dampak perubahan gaya hidup terhadap kegiatan perkuliahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, yang mendeskripsikan suatu fenomena sosial atau keadaan yang sedang berlangsung sesuai dengan kenyataan yang dilihat oleh peneliti. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian di temukan bahwa pertama; perubahan gaya hidup pada mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung terjadi pada pola (intensitas dan kuantitas) penggunaan barang-barang yang berhubungan dengan fashion, pemanfaatan waktu luang, dan pengunaan uang (biaya hidup) yang di dapat dari orang tua. Kedua; faktor yang melatarbelakangi perubahan gaya hidup mahasiswa migran yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu, kelompok sosial atau teman-teman baru, dan teman-teman sesama mahasiswa migran di Kota Bandung. Kelompok sosial membentuk gaya hidup mahasiswa migran melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi, kelompok sosial berperan penting dalam merubah tindakan dan prilaku mahasiswa migran. Faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup mahasiswa migran yaitu, pengalaman dan pengamatan terhadap pergaulan pada lingkungan sosial baru di Kota Bandung, sikap dalam menanggapi pengalaman dan pengamatan tersebut, serta motif dari gaya hidup itu sendiri. Ketiga; gaya hidup mahasiswa migran membawa dampak terhadap kegiatan perkuliahan. Dampak yang timbul lebih banyak bersifat negatif dari pada positif. Dampak negatif tersebut seperti; sering tidak masuk kuliah, telat masuk kuliah, mengantuk di kelas saat proses pembelajaran, tidak fokus terhadap proses pembelajaran di kelas, serta jarang belajar karena waktu luang lebih sering diisi dengan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada kesenangan semata. Selain itu, uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan kuliah, justru seringkali digunakan untuk membeli baju serta aksesoris fashion baru. Dampak ini, dalam jangka panjang berimbas pada penurunan prestasi akademik, serta hasil perkuliahan yang tidak memuaskan.


(6)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

LIFESTYLE CHANGES THE ORIGINAL EAST BELITUNG MIGRANT STUDENTS IN BANDUNG

East Belitung origin of migrant students in Bandung, in the new environment that is different from their original areas of environment, both social environtment and physical environment. Migrant students residing in the new environment, they should be able to adapt, in order to be accepted and be part of the environment. From environmental differences, and efforts of migrant students adapt to the new environment, then there is a change in the habits and behavior of migrant students, which is reflected in their lifestyle in Bandung city. The purpose of this research are: to obtain data about the life style of the original East Belitung migrant students in Bandung city, a factor which aspects influenced the lifestyle changes, as well as the impact of lifestyle changes to lecturing activities. This research used the qualitative approach with a descriptive method, which describes a social phenomenon or circumstance that is in progress in accordance with the reality seen by researchers. The data in this research were collected through observation, interviews, and documentation. From the results of the research found that the first; lifestyle changes on the original East Belitung migrant students in Bandung occurred in pattern (intensity and quantity) of the goods-related fashion, the utilization of leisure time, and the use of money (cost of living) that in available from parents. Second; factor which aspects influenced the changes in lifestyle the migrant students, such us external and internal factors. External factors like, social groups or new friends, friends and fellow migrant students in Bandung. Social groups form the lifestyle of migrant students through the process of socialization. Through the process of socialization, social groups play an important role in changing the actions and behavior of migrant students. The internal factors that influence the lifestyle of migrant students such us, experience and observation of the intercommunication on a new social environment in Bandung city, the attitude in responding to the observations and experiences, and motifs from the lifestyle itself. The third; lifestyle migrant students bring impact on lecturing activities. Impacts arising more negative than positive in nature. The negative impact such as; often do not enter college, later went to College, sleepy in class during the learning process, it is not the focus of the learning process in the classroom, and the rarely studied because free time more often filled with activities that are oriented to sheer pleasure. In addition, the money should be used for the needs of the College, it is often used to buy new clothes and fashion accessories. This impact, in the long run decline in academic achievement imposes, and the results of course are not satisfactory.


(7)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Tinjauan Tentang Gaya Hidup ... 11

B. Tinjauan Tentang Migrasi ... 17

C. Tinjuan Tentang Lingkungan Sosial ... 22

D. Tinjuan Tentang Interaksi Sosial ... 27

E. Tinjauan Tentang Adaptasi ... 33

F. Teori yang Digunakan ... 36

G. Penelitian yang Relevan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 40


(8)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Informan, sampel, dan Lokasi Penelitian ... 41

1. Informan ... 41

2. Sampel ... 42

3. Lokasi Penelitian ... 42

C. Instrumen Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Observasi Partisipatif ... 44

2. Wawancara Mendalam ... 45

3. Dokumentasi ... 45

E. Validitas Data ... 46

1. Perpanjangan Pengamatan ... 46

2. Meningkatkan Ketekunan ... 47

3. Triangulasi ... 47

4. Diskusi Dengan Teman ... 47

5. Menggunakan Bahan Referensi ... 47

6. Member Chek ... 48

F. Analisis Data ... 48

1. Reduksi Data ... 49

2. Penyajian Data ... 49

3. Penarikan Kesimpulan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Temuan Penelitian ... 51

1. Gambaran Umum Kabupaten Belitung Timur ... 51

a. Letak Geografis dan Wilayah Administratif ... 53

b. Topografi ... 53

c. Keadaan Tanah ... 53

d. Iklim ... 54

e. Demografi ... 54

f. Pendidikan ... 57

g. Potensi Daerah ... 57


(9)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Arti Lambang ... 60

b.Struktur Organisasi ... 60

c. Peraturan Internal Asrama ... 61

3. Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung ... 63

4. Profil Informan Penelitian ... 64

5. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

a. Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung ... 66

1) Pengunaan Barang yang Berhubungan Dengan fashion ... 67

a) Saat di Kota Bandung ... 67

b) Keadaan Saat Masih Berada di Daerah Asal ... 68

2) Pemanfaatan Waktu Luang ... 72

a) Saat di Kota Bandung ... 72

b) Keadaan Saat Masih Berada di Daerah Asal ... 74

3) Penggunaan Uang ... 79

a) Biaya Kebutuhan Makan Sehari-Hari... 80

b) Biaya Kebutuhan Kuliah ... 81

c) Biaya Kebutuhan Fashion ... 82

d) Biaya Rekreasi (Pemanfaatan Waktu Luang) ... 84

e) Biaya Tidak Terduga ... 84

b. Faktor yang Melatarbelakangi Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung ... 86

c. Dampak Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung Terhadap Kegiatan Perkuliahan ... 91

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

1. Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung ... 98

2. Faktor yang Melatarbelakangi Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung ... 100

3. Dampak Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung Terhadap Kegiatan Perkuliahan ... 105


(10)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 111

A. Simpulan ... 111

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Mobilisasi yang dilakukan masyarakat didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki taraf hidup. Salah satu bentuk mobilisasi yang dilakukan masyarakat adalah migrasi. “Migrasi merupakan perpindahan

penduduk dari suatu wilayah kewilayah lain dengan tujuan menetap” (Haryati dkk,

2007, hlm. 37). Kemajuan teknologi pada bidang komunikasi dan transportasi saat ini memudahkan masyarakat untuk melakukan migrasi. Jarak yang jauh dapat dengan mudah ditempuh dalam jangka waktu yang relatif cepat dan aman dengan mengunakan jalur transportasi darat, laut, ataupun udara.

Bagi masyarakat Indonesia melakukan migrasi bukanlah hal baru, khususnya migrasi antar pulau yang sudah terjadi sejak tahun 1950. Migrasi pada masa ini disebabkan karena tingginya arus perpindahan penduduk dari luar Jawa ke Pulau Jawa, sehingga terjadi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan kekurangan penduduk di luar Jawa. Masalah kepadatan penduduk di Pulau Jawa, telah disadari sejak pemerintah Hindia Belanda berkuasa di Indonesia. Untuk memecahkan permasalah kependudukan ini, pemerintah Hindia Belanda melaksanakan program pemindahan penduduk ke luar Jawa yang disebut dengan program kolonisasi. Sjamsu (dalam Badan Pusat Statistik, 2014) mengungkapkan “setelah kemerdekaan program kolonisasi diteruskan oleh Pemerintah Indonesia, hanya terminologi kolonisasi

diganti dengan nama transmigrasi”.

Pada saat ini, masyarakat cenderung melakukan migrasi ke wilayah-wilayah yang diyakini dapat mewujudkan harapan serta cita-citanya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Tempat tujuan migrasi yang diyakini masyarakat dapat mewujudkan harapan tersebut adalah wilayah perkotaan. Banyak faktor yang menarik


(12)

2

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat untuk melakukan migrasi ke wilayah-wilayah perkotaan, sebagaimana yang diungkapakn Harahap (2010), berikut ini:

1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup.

2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.

3. Adanya aktivitas-aktivitas di Kota besar serta tempat-tempat hiburan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di Kota besar.

Pernyataan diatas juga sesuai dengan apa yang terjadi pada kalangan mahasiswa migran asal Belitung Timur. Para mahasiswa ini, bermigrasi keluar dari daerah asal mereka menuju daerah perkotaan untuk menempuh pendidikan tinggi (jenjang perkuliahan), karena di Pulau di Pulau Belitung sendiri tidak terdapat Universitas seperti di daerah lain. Alasan utama para mahasiswa migran bermigrasi keluar dari daerah asal mereka yaitu, karena ingin melanjutkan pendidikan pada jejang yang lebih tinggi, dan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup dikemudian hari. Persepsi mahasiswa migran terhadap lingkungan perkotaan yang mewah dan modern, serta aktifitas dan tempat hiburan di daerah perkotaan biasanya menjadi daya tarik pendukung dalam melakukan migrasi ke daerah tujuan mereka melanjutkan pendidikan tinggi.

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia di zaman ini. Tanpa pendidikan, individu tidak akan mampu berkembang dan melakukan

perubahan yang maksimal dalam merancang masa depan. “Pendidikan berfungsi

untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok, jasmanai,

rohani, spiritual, material, maupun kematangan berfikir” (Somarya dan Nuryani, 2011, hlm. 26). Dengan demikian, pendidikan amat penting untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan taraf hidup.

Banyak kota yang menjadi tujuan para mahasiswa migran asal Belitung Timur untuk menepuh pendidikan tinggi, khususnya di Pulau Jawa. Kota yang menjadi tempat tujuan mereka yaitu Kota Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Namun, Kota Bandung merupakan kota tujuan favorit bagi mereka untuk menepuh pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang mahasiswa migran asal


(13)

3

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Belitung Timur saat peneliti melakukan studi pendahuluan, diungkapkan bahwa alasan mereka memilih kuliah di Kota Bandung, karena sebelumnya telah mendapat banyak informasi menarik mengenai Kota Bandung dari saudara dan kerabat yang sudah terlebih dahulu kuliah di kota ini. Informasi yang didapat mengenai ragam Perguruan Tinggi sampai informasi tentang modernitas Kota Bandung.

Mahasiswa migran asal Belitung Timur, dapat dikelompokkan berdasarkan tempat tinggal mereka, yaitu mahasiswa yang tinggal di asrama “Beregong” (asrama milik pemerintah daerah Kabupaten Belitung Timur) dan mahasiswa yang tinggal di tempat kos. Di Kota Bandung ini, mereka berada pada lingkungan baru yang berbeda dari lingkungan di daerah asal mereka, baik dari segi lingkungan sosial maupun lingkungan fisik serta modernitasnya.

Sebagai migran, mahasiswa perlu beradaptasi dengan lingkungan barunya, agar mereka dapat diterima dan menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Dengan adanya perbedaan lingkungan dan upaya mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, maka terjadi perubahan prilaku dan kebiasaan dari mahasiswa migran saat menetap di Kota Bandung. Hal ini sejalan dengan pendapat Muin (2014, hlm. 116) yang mengungkapkan bahwa “perubahan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya perubahan prilaku dan tindakan seseorang, karena telah terjadi penerapan nilai dan norma baru yang berbeda dari nilai dan norma yang dia miliki sebelumnya.

Aneka nilai dan norma itu diserap melalui proses sosialisasi”.

Perubahan prilaku dan kebiasaan dari mahasiswa migran, tercermin dalam gaya hidup mereka. Pilliang (dalam Murdaningsih 2008, hlm. 60) mengungkapkan

bahwa “gaya hidup adalah pola (durasi, intensitas dan kuantitas) penggunaan waktu,

uang dan barang di dalam kehidupan sosial”. Sejalan dengan pendapat Piliiang, serta berdasarkan pengamatan peneliti, perubahan gaya hidup pada mahasiswa migran juga terjadi pada pola (intensitas dan kuantitas) pengunaan barang-barang yang berhubungan dengan fashion, pemanfaatan waktu luang yang seringkali diisi dengan kegiatan rekreasi yang berorientasi pada kesenangan, serta penggunaan uang yang


(14)

4

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup dan gaya hidup mereka di Kota Bandung.

Semenjak mahasiswa migran menetap di Kota Bandung, mereka selalu berusaha tampil dengan gaya berpakaian (fashion) modis, ketika sedang berada di luar. Modis dalam arti sesuai mode atau trend pakaian serta aksesoris fashion yang paling baru. Bagi mereka sekarang ini, fashion seakan menempati posisi sabagai kebutuhan primer. Banyak dari mereka yang selalu update terhadap produk-produk fashion terbaru dari distro ternama yang baru mereka kenal pada saat menetap di Kota Bandung, seperti produk fashion dari Cosmic, Screamous, Bloods, Smith, Unkl347, Rsch, Evil, Wadezig, Diamond, Dream Bird, Vans, Kick Denim, Nike, Moorage, dan Dead Haertz. Setiap distro yang mereka sukai mengeluarkan produk terbaru, mahasiswa migran akan membeli produk tersebut, bahkan mereka seringkali menghabiskan uang jutaan rupiah untuk membeli berbagai macam pakaian serta aksesoris fashion yang mereka sukai. Uang yang mereka terima dari orang tua, yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan kuliah dan kebutuhan hidup sehari-hari, digunakan juga untuk membiayai kebutuhan gaya hidup mereka dalam hal fashion. Saat masih berada di daerah asalnya, mahasiswa migran tidak begitu memperdulikan gaya berpakaian, yang terpenting bagi mereka saat itu, pakaian haruslah sopan dan rapi ketika ingin berkegiatan di luar rumah.

Perubahan gaya hidup pada mahasiswa migran juga tercermin dalam berbagai kegiatan yang mereka lakukan dalam mengisi waktu luang. Ketika masih berada di daerah asal, waktu luang yang mereka miliki tidak diisi dengan kegiatan yang bernuansa hedon serta membutuhkan banyak biaya. Waktu luang mereka saat masih berada di daerah asal, rata-rata digunakan untuk berkunjung ke pantai, megunjungi sanak saudara, dan membantu orang tua. Sedangkan saat ini, waktu luang yang mereka miliki baik week day maupun week end seringkali diisi dengan berbagai kegiatan rekreasi yang berorientasi pada kesenangan semata. Sebelumnya, kegiatan ini tidak pernah mereka lakukan ketika berada di daerah asalnya. Kegiatan yang mereka lakukan seperti main ke Mall, mengunjungi tempat-tempat wisata alam


(15)

5

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti; pemandian air panas, puncak, dan kebun teh, wisata kuliner, kumpul bersama teman (nongkorong) sambil makan di cafe dan restoran cepat saji seperti; Boober, Ramen, Upnormal, Bearmart, Soo hot, Reachees, Madtari, Warung Steak, Mcd, Kfc, dan Pizza, jalan-jalan (nongkrong) ke Braga atau angkringan, bermain bilyard, Clubing/night club, nonton bareng, karaoke, nonton bioskop, bermain futsal, serta hunting dan berbelanja baju atau aksesoris fashion di Distro. Kegiatan tersebut, akan menghambur-hamburkan uang atau biaya hidup yang mereka terima dari orang tuanya masing-masing.

Gaya hidup mahasiswa migran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Nugrahaeni (dalam Susanto, 2013, hlm. 2-3) mengungkapkan pendapatnya mengenai hal ini, bahwa

Ada dua faktor yang mempengaruhi gaya hidup, diantaranya faktor yang berasal dari diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal). Faktor internal yaitu, sikap, pengalanan dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Sedangkan faktor eksternal yaitu kelompok referensi, kelas sosial, keluarga, dan kebudayaan.

Berdasarkan pengamatan peneliti saat melakukan studi pendahuluan, faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup mahasiswa migran yaitu, kelompok referensi atau kelompok sosial baru dari masing-masing mahasiswa migran di Kota Bandung. Kelompok sosial baru mahasiswa migran, membentuk gaya hidup mereka melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi, lingkungan sosial berperan penting dalam merubah tindakan dan prilaku dari mahasiswa yang bersangkutan.

Faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup mahasiswa migran yaitu, pengalaman dan pengamatan terhadap pergaulan pada lingkungan sosial baru mereka di Kota Bandung, sikap dalam menanggapi pengalaman dan pengamatan tersebut, serta motif dari gaya hidup itu sendiri. Dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan baru, mahasiswa migran akan bersosialisasi dan mengamati orang-orang disekitarnya. Dari pengamatan ini, terbentuk pandangan pribadi dari masing-masing mahasiswa yang bersangkutan, berhubungan dengan gaya hidup orang-orang atau kelompok yang ada di lingkungan mereka saat ini. Setelah terbentuk pandangan pribadi, maka mahasiswa migran akan mengambil sikap untuk menyesuaikan tindakan dan prilaku


(16)

6

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka terhadap lingkungan baru. Motif dari penyesuaian diri (adaptasi) mereka yaitu, agar mereka dapat menyatu dan menjadi bagian dari kelompok sosial di Kota Bandung, merasa aman karena sudah menjadi bagian dari suatu kelompok, ingin dihargai, dan menaikkan pamor diri.

Pada proses adaptasi dalam rangka meyatu dan menjadi bagian dari kelompok sosial baru di Kota Bandung, terjadi interaksi yang bersifat simbolik antara mahasiswa migran dengan kelompok sosial baru mereka. Blumer (dalam Ritzer 2013, hlm 52) mengenai teori interaksionalisme simbolik mengungkapkan bahwa

Interaksionalisme simbolik merujuk pada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya. Bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat

secara langsung terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas “makna”

yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi, diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling memahai maksud dari tindakan masing-masing.

Dalam proses adaptasi terhadap lingkungan baru, kelompok sosial dari mahasiswa migran mengkomunikasikan informasi berupa simbol-simbol penuh makna yang harus ditafsirkan oleh mahasiswa yang bersangkutan, berhubungan dengan usaha mereka untuk menyatu dan menjadi bagian dari kelompok sosial yang dimaksud.

Gaya hidup mahasiswa migran, sebenarnya menggambarkan bahwa mereka berusaha untuk dapat eksis dilingkungan barunya, serta berhasil menyatu dan menjadi bagian dari kelompok sosial baru. Namun demikian, terdapat dampak dari gaya hidup terhadap kegiatan perkuliahan, berkaitan dengan status mereka sebagai mahasiswa.

Dampak dari gaya hidup mahasiswa mgiran terhadap kegiatan perkuliahan, besifat positif dan negatif. Dampak positif tidak akan menjadi suatu kekhawatiran, namun dampak negatiflah yang akan menjadi kekhawatiran, karena hal negatif akan berujung pada suatu permasalahan. Permasalahan yang dikhawatirkan dari dampak negaitf terhadap kegiatan perkuliahan yaitu, mahasiswa migran akan melupakan tugas utama dari tujuan mereka bermigrasi ke Kota Bandung. Tugas utama mereka yaitu untuk belajar, menuntut ilmu di Perguruan Tingginya masing-masing sesuai bidang ilmu yang dipilihnya. Apalagi mereka adalah kalangan mahasiswa migran yang


(17)

7

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berasal dari daerah yang jauh, berdasarkan pengalaman peneliti sendiri, orang tua tentunya menaruh harapan besar agar anakanya dapat menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya guna mencapai kesuksesan di masa dapan, dan menjadi kebanggaan keluarga dikemudian hari. Dengan demikian, orang tua selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan mereka di Kota Bandung, agar mereka bisa fokus terhadap tugas dan tujuan utamanya bermigrasi ke Kota ini. Namun, gaya hidup baru mahasiswa migran di Kota Bandung seakan telah mengeser tujuan utama mereka. Saat ini mereka lebih banyak bermain, mementingkan fashion, serta lebih banyak mengisi waktu luang dengan berbagai kegiatan rekreasi yang berorientasi pada kesenangan semata, dari pada kegiatan yang berdampak positif terhadap perkuliahan. Alhasil gaya hidup mereka sekarang ini, seringkali membuat mereka tidak kuliah atau tidak fokus terhadap kegiatan perkuliahan di kelas, yang kemudian berujung pada menurunnya prestasi akademik.

Fenomena gaya hidup pada mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung merupakan fenomena yang menarik, serta perlu pengkajian secara serius. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang gaya hidup pada mahasiswa migran, faktor yang melatarbelakangi gaya hidup ini, serta dampaknya terhadap kegiatan perkuliahan. Maka dari itu, peneliti akan melakukan sebuah penelitian dengan judul: Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan

rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung?”

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:


(18)

8

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana deskripsi mengenai perubahan gaya hidup pada mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung?

2. Faktor apa yang melatarbelakangi perubahan gaya hidup pada mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung?

3. Bagaimana dampak perubahan gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur terhadap kegiatan perkuliahan?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perubahan gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran data mengenai:

a. Gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung.

b. Faktor yang melatarbelakangi perubahan gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung.

c. Dampak dari gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur terhadap kegiatan perkuliahan.

D. Manfat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran, memperluas wawasan, dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sosiologi. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan pemaparan data mengenai peran lingkungan dalam membentuk gaya hidup baru pada mahasiswa migran, dan dampak dari perubahan gaya hidup itu sendiri terhadap aktifitas perkuliahan mahasiswa migran.


(19)

9

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan mampu:

a. Memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan, mengenai perubahan gaya hidup yang terjadi pada kalangan mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung.

b. Memberikan sumbangsih pemikiran kepada mahasiswa, khsusnya mahasiswa migran mengenai pentingnya untuk bijak dalam menanggapi pergaulan pada lingkungan baru di Kota Bandung.

c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya. Baik itu dalam aspek-aspek kajian yang lain tapi masih satu pokok bahasan, ataupun untuk menyempurnakan penelitian ini apabila masih terdapat hal-hal yang belum lengkap.

E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Gaya Hidup B. Konsep Migrasi C. Lingkungan Sosial D. Konsep Interaksi Sosial E. Adaptasi

F. Teori yang Digunakan G. Penelitian yang Relevan BAB III METODE PENELITIAN


(20)

10

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Desain Penelitian

B. Informan, sampel, dan Lokasi Penelitian C. Instrumen Penelitian

D. Validitas Data E. Analisis Data F. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Belitung Timur

2. Profil Asrama Beregong (Asrama Mahasiswa Belitung Timur di Kota Bandung)

3. Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur di Kota Bandung 4. Profil Informan Penelitian

5. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur Di Kota Bandung.

b. Faktor Yang Melatarbelakangi Terjadinya Perubahan Gaya Hidup Pada Mahasiswa Migran Asal Belitung Timur Di Kota Bandung. c. Dampak Dari Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Migran Asal

Belitung Timur Di Kota Bandung Terhadap Kegiatan Perkuliahan. B. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desaian Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, dengan tujuan untuk memberikan uraian mengenai situasi atau fenomena sosial secara mendalam, yakni fenomena perubahan gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung.

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2012, hlm. 4) mengungkapkan bahwa

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Kemudian Bungin (2007, hlm. 68) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif

kualitatif bertujuan “… untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai

situasi, atau berbagai fenomena sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena

tertentu”.

Terdapat beberapa karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 21) sebagai berikut.

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekannkan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.


(22)

41

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat dimaknai bahwa penelitian deskriptif kulitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh suatu data yang valid (sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan) berupa kata-kata dan gambar tentang suatu fenomena sosial, yang kemudian hasilnya dianalisis sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan dan selanjutnya dideskripsikan berupa kata-kata tertulis sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif cocok diterapkan dalam penelitian ini. Ini karena peneliti ingin memahami secara mendalam mengenai perubahan gaya hidup mahasiswa migran sebagai suatu fenomena sosial. Banyak makna dalam suatu fenomena sosial yang tidak bisa dipahami hanya dengan menghitung data secara statistik. Oleh karena itu peneliti harus mendengarkan langsung apa yang diucapkan dan dilakukan oleh subjek/informan penelitian secara intensif. Dengan demikian, peneliti akan dapat menemukan makna-makna dibalik gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung, serta menganalisisnya dengan langkah-langkah yang telah ditentukan, kemudian digambarkan berupa uraian deskriptif sesuai dengan kenyataan di lapangan secara mendetail.

B. Informan, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Informan (Nara Sumber)

Amirin (2009), mengemukakan bahwa informan penelitian adalah

“seseorang yang memiliki informasi mengenai objek yang sedang diteliti, dan dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut”. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis informan, yaitu informan kunci dan informan pendukung. Pihak yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung, yang diambil dari beberapa mahasiswa yang tinggal di asrama dan yang tinggal kos. Informan ini, selain sebagai nara sumber, juga sebagai subjek penelitian. Mahasiswa yang tinggal di asrama dan tinggal kos


(23)

42

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentunya memiliki ciri khas gaya hidup yang berbeda, karena mereka berada pada lingkungan dan kelompok sosial yang berbeda pula. Dengan demikian, peneliti akan mendapatkan informasi yang beragam. Kemudian pihak yang menjadi informan pendukung dalam penelitian ini yaitu pengurus asrama, orang yang dituakan di asrama, dan teman-teman dari subjek penelitian yang bukan berasal dari Belitung. Informan pendukung ini adalah pihak yang sehari-harinya berinteraksi dengan subjek penelitian. Peneliti menetapkan mereka sebagai informan pendukung dengan alasan, peneliti ingin mengetahui pandangan-pandangan mereka untuk menggali informasi yang peneliti butuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

2. Sampel

Pada penelitian kualitatif, sampel dikenal juga dengan istilah informan kunci (key informan). Dalam penelitian ini, peneliti memilih cara pengambilan sampel dengan teknik purposisive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau informan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti.

“Pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan…” (Sugiyono, 2014, hlm. 300). Dengan menggunakan teknik

purposive sampling akan membatasi peneliti dalam memilih sampel penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memilih sampel yang akan dijadikan informan berdasarkan kebutuhan peneliti dan memilih sample yang representatif. Dengan demikian, peneliti menetapkan enam orang mahasiswa yang tinggal di asrama dan empat orang mahasiswa yang tinggal kos sebagai inforoman kunci. Dua orang dari pihak asrama dan tiga orang dari teman subjek penelitian, ditetapkan sebagai informan pendukung.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kota Bandung, Jawa Barat. Alasan Kota Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian karena, di Kota Bandung banyak mahasiswa migran asal Belitung Timur yang sedang melakukan studi. Kota Bandung adalah kota


(24)

43

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuan favorit bagi para mahasiswa asal Belitung Timur untuk melanjutkan pendidikan tinggi (jenjang perkuliahan).

C. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan hal penting dalam mengumpulkan data penelitian dan mengolah data hasil penelitian. “Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri” (Sugiyono, 2014, hlm. 305). Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 306) mengungkapkan bahwa

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mencapai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepenjang penelitian itu.

Ada bebrapa ciri umum manusia sebagai instrument penelitian menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 307) yang peneliti sarikan sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat berekasi terhadap stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakana atau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interkasi manusia, tidak dapat difahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.


(25)

44

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil keesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat.

7. Dengan manusia sebagai intrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahakan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Dari penjelasan di atas maka disimpulkan bahwa yang menjadi instrument penelitian atau alat pengumpul data adalah peneliti sendiri. Dengan demikian, peneliti harus mampu berkomunikasi dengan baik kepada informan atau subjek penelitian sebagai nara sumber dalam suatu situasi tertentu, guna mendapatkan data secara mendalam untuk menjawab permasalahan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan dan mengolah data. Dengan teknik pengumpulan data yang benar, maka peneliti akan mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Adapaun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumnetasi.

1. Observasi Partisipatif

Creswell (2009, hlm.267) menyebut observasi partisipatif dengan sebutan observasi kualitatif, yaitu “observasi yang didalamnya peneliti langsung turun


(26)

45

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelapangan untuk mengamati prilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi

penelitian”. Dengan demikian, peneliti akan ikut terlibat dalam kegiatan orang yang

sedang diamati sebagai sumber data penelitian. Dalam observasi ini, peneliti akan merekam, mendokumentasikan, atau mencatat baik dengan cara terstrukur atau pun tidak tentang segala aktifitas-aktifitas di lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah penelitian. “Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap

prilaku yang tampak” (Sugiyono, 2014, hlm. 308).

2. Wawancara Mendalam

Wawancara dapat dipahami sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab. Kemudian Bungin, (2010, hlm. 111) mengemukakan pendapatnya bahwa wawancara mendalam secara umum dapat diartikan sebagai

Proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatan dalam kehidupan informan.

Dari pernyataan di atas dapat dimaknai bahwa dengan wawancara mendalam peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang masalah penelitian dan menginterpretasikannya, dimana hal ini tidak dapat ditemukan saat observasi.

Dalam penelitian ini wawancara yang akan peneliti lakukan yaitu dengan cara penyamaran dan terbuka. Wawancara penyamaran akan peneliti lakukan pada informan penelitian yang dianggap tidak akan terbuka jika mengetahui dirinya sedang dijadikan subjek penelitian. Dalam wawancara penyamaran, peneliti akan


(27)

46

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berperan sebagai sebagai bagian dari pihak yang diwawancara, yaitu mahasiswa migran asal Belitung Timur. Kemudian wawancara terbuka akan peneliti lakukan pada informan atau subjek penelitian yang mengetahui kehadiran peneliti sebagai seseorang yang ingin melakukan wawancara dan mendapatkan informasi yang berhubungan dengan gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung. Wawancara terhadap informan yang terbuka akan peneliti rekam dan foto supaya peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara. Sedangkan hasil wawancara terhadap informan yang tertutp akan segera peneliti catat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa.

3. Dokumnetasi

“Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif” (Sugiyono, 2014, hlm. 329).

Dengan demikian, peneliti akan mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam penelitian guna mendukung dan membuktikan data yang didapatkan melalui observasi dan wawancara.

Dokumen-dokumen yang akan peneliti gunakan adalah, buku catatan wawancara, data jumlah mahasiswa asal Belitung Timur di Kota Bandung yang terdata di asrama mahasiwa Belitung Timur, dan arsip-arsip lainnya yang diperlukan, serta foto-foto yang berhubungan dengan masalah penelitian, yang sudah ada sebelumya.

E. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, kreteria utama terhadap hasil data penelitian

adalah valid. “Valid merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti” (Sugiyono, 2014, hlm.

363). Artinya data hasil penelitian dianggap valid jika data temuan peneliti (sebagai instrument penelitian) di lapanagn sesuai dengan laporan penelitian. Untuk


(28)

47

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan validitas terhadap data yang diperoleh dari informan, maka peneliti melakukan cara-cara sebagai berikut:

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan artinya peneliti turun kembali kelapangan untuk melakukan observasi dan wawancara kembali dengan sumber data yang pernah ditemui. Dengan perpanjangan pengamatan ini diharapkan hubungan peneliti dengan informan akan semakin dekat dan informan pun akan semakin terbuka, serta antara peneliti dengan nara sumber akan saling mempercayai. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi data yang disembunyikan informan. Bungin (2007, hlm.

262) mengungkapkan pendapatnya dengan perpanjangan ini “ peneliti dapat

melakukan cek ulang setiap informasi yang didapatnya, sehingga kesalahan mendapat informasi, informan berdusta, bahkan kesanjangan informan untuk

menipu akan dapat dihindari…”

2. Meningkatkan Ketekunan

Mingkatkan ketekunan berarti peneliti melakukan kembali pengamatan secara lebih cermat, teliti, dan terorganisi terhadap data temuan penelitian. Dengan Meningkatkan ketekunan, peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang terinci mengenai hasil pengamatan. “Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek pengerjaan soal-soal ujian, atau meneliti kembali tulisan dalam makalah yang telah

dikerjakan, ada yang salah atau tidak” (Sugiyono, 2014, hlm. 368).

3. Triangulasi

Untuk memvalidkan data hasil penelitian maka peneliti akan melakukan triangulasi sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.


(29)

48

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara maka peneliti akan menguji data tersebut dengan mengobservasi dan mendokumentasikan data di lapangan. Bila dengan teknik tersebut menghasilkan data yang sama berarti data valid. kemudian jika menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

4. Diskusi Dengan Teman

Diskusi ini dilakuakan dengan teman yang memahami masalah penelitian. dengan demikian, peneliti akan mendapatkan informasi yang berarti. Cara ini akan dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil ahir untuk didiskusikan secara analisis. “Diskusi secara analitis bertujuan untuk menyingkapkan kebenaran hasil penelitian serta mencari kekeliruan interpretasi dengan klarifikasi penafsiran

dari pihak lain” (Bungin, 2010, hlm. 266).

5. Menggunakan Bahan Referensi

Menggunakan bahan referensi artinya adalah, adanya data pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Agar meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti akan merekam hasil wawancara dengan tidak mengganggu perhatian informan, kemudian peneliti juga akan mendokumentasikan foto-foto hasil wawancara dan dan temuan peneliti di lapangan. “Alat-alat bantu perekan data seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti” (Sugiyono, 2014, hlm. 375).

6. Member Chek

Member chek adalah, proses mengecek data yang didapatkan dari sumber data atau informan. Sugiyono (2014, hlm. 375) mengungkapkan

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data, berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka perlu dilakukan diskusi dengan pemberi data, dan


(30)

49

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa tujuan dari member chek adalah supaya informasi yang diperoleh dan akan dilaporkan peneliti sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Salah satu hal yang paling penting dalam penelitian adalah mealukan member chek kepada informan di akhir wawancara. Ini dilakukan dengan cara menyebutkan garis besar hasil wawancara kepada informan dengan tujuan agar informan dapat memperbaiki jika terdapat kesalahan atau menambahkan data yang masih kurang.

F. Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah teknik analisa data model interaktif. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 337) mengungkapkan

bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Dalam penelitia ini, setelah pengumpulan data, akan dilakukan analisa dengan menggunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dapat dipahami sebagai proses memlih hal-hal penting atau pokok, membuat katagori, dan membuang hal yang tidak penting dari data yang sudah diperoleh di lapangan. Data-data yang dikumpulkan meliputi tempat, pelaku dan kegiatan yang berhubungan dengan penelitian. Dengan demikian, data yang teleh direduksi akan memberikan gambaran yang jelas untuk melakukan pengumpulan data lanjutan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2014, hlm. 337) bahwa

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan


(31)

50

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gambaran yang jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Dengan demikian, pada tahap reduksi peneliti akan mengklasifikasikan dan menyederhanakan data penelitian yang sudah terkumpul sesuai dengan rumusan masalah penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka tahap selanjutnya adalah penyajian data.

Sugiyono (2014, hlm. 341) mengungkapkan bahwa “dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa digunakan dalam bentuk urain singkat, bagan, hubungan antara katagori, dan sejenisnya”. Penyajian data akan disusun secara singkat, jelas dan terperinci agar memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Setelah penyajian, data maka tahap ketiga adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan upaya peneliti untuk mencari arti atau memaknai data-data yang telah di analisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Demikian prosedur analsis data yang akan dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatau penelitian yaitu data yang valid, kredibel, dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(32)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Gaya hidup mahasiswa migran asal Belitung Timur di Kota Bandung, di identifikasi dalam tiga hal, pertama dalam pola (intensitas dan kuantitas) pengunaan barang-barang yang berhubungan dengan fashion, kedua pemanfaatan waktu luang, dan ketiga penggunaan uang (biaya hidup) yang didapatkan dari orang tua. Pertama, mahasiswa migran selalu berusaha untuk tampil modis. Mereka memiliki banyak pakaian dan aksesoris fashion yang trendy maupun branded. Ada perbedaan selera fashion antara mahasiswa migran yang tinggal di asrama dan mahasiswa migran yang tinggal kos. Mahasiswa yang tinggal di asrama, hanya mementingkan trend dalam gaya berpakaian mereka, sehingga mereka tidak pernah mematok harus membeli pakaian dan aksesoris fashion di mall atau distro, sedangkan mahasiswa yang tinggal kos, mementingkan trend dan juga brand dalam gaya berpakaian, sehingga mereka lebih memilih untuk membeli pakaian dan aksesoris fashion di mall atau distro saja. Perbedaan selera fashion ini, dikarenakan adanya perbedaan karaktersitk kelompok sosial antara mahasiswa yang tinggal di asrama dan mahasiswa yang tinggal kos. Kedua, dalam pemanfaatan waktu luang, seringkali diisi dengan berbagai kegiatan rekreasi yang berorientasi pada kesenangan semata, bernuansa hedon, serta membutuhkan biaya besar. Ketiga, penggunaan uang (biaya hidup) yang didapatkan dari orang tua, selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan kuliah dan kebutuhan hidup sehari-hari, digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka di Kota Bandung.


(33)

112

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi perubahan gaya hidup mahasiswa migran yaitu, faktor yang berasal dari luar individu (eksternal) dan faktor yang berasal dari diri individu (internal). Faktor eksternal yaitu, kelompok sosial atau teman-teman baru, dan teman-teman-teman-teman sesama mahasiswa migran di Kota Bandung. Sedangkan faktor internal yaitu, pengalaman dan pengamatan mahasiswa migran terhadap pergaulan di lingkungan baru mereka, sikap dalam menanggapi pengalaman dan pengamatan tersebut, serta motif dari gaya hidup itu sendiri. 3. Dampak gaya hidup mahasiswa migran terhadap kegiatan perkuliahan bersifat

positif dan negatif. Dampak positif yaitu efek dari mereka yang selalu tampil modis, mereka menjadi lebih percaya diri saat presentasi, diskusi kelas, dan mengemukakan pendapat. Dampak negatif seperti; sering tidak masuk kuliah, telat masuk kuliah, mengantuk di kelas saat proses pembelajaran, tidak fokus terhadap proses pembelajarakn di kelas, serta jarang belajar karena waktu luang lebih sering diisi dengan kigiatan-kegiatan yang berorientasi pada kesenangan semata. Selain itu, uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan kuliah, justru seringkali digunakan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Dampak negatif ini, dalam jangka panjang berimbas pada penurunan prestasi akademik, serta hasil perkuliahan yang tidak memuaskan.

B. Implikasi dan Rekomendasi 1. Bagi Pendidikan Sosiologi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi keilmuan dalam bidang studi sosiologi. Kasus yang peneliti angkat dalam penelitian ini, dapat dijadikan bahan ajar dalam materi pembelajaran interaksi sosial, khususnya dalam teori interaksionalisme simbolik, yang membahas mengenai interaksi sosial yang diantarai oleh penafsiran simbol-simbol, tanda-tanda dan makna dari pihak yang saling berinteraksi. Perubahan gaya hidup mahasiswa migran, merupakan hasil dari adaptasi aktif


(34)

113

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka terhadap lingkungan baru. Dalam adaptasi ini terjadi interaksi yang bersifat simbolik antara mahasiswa migran terhadap lingkungan baru mereka.

2. Bagi mahasiswa migran asal Belitung Timur

a. Kepada para mahasiswa migran asal Belitung Timur, agar lebih bisa mengontrol pergaulan di Kota Bandung, walaupun berada pada lingkungan yang jauh dari pengawasan orang tua.

b. Jangan larut dalam kesenangan gaya hidup sekarang, hendaknya mulai berhenti menganggap bahwa kebutuhan gaya hidup (fashion) lebih penting dari pada kebutuhan kuliah. Ingatlah kembali bahwa tujuan awal bermigrasi ke Kota Bandung yaitu untuk menuntut ilmu dengan baik dan benar, meraih kesuksesan di masa depan, dan menjadi kebanggan keluarga.

c. Jadikan kegiatan rekreasi hanya sebagai kegiatan mengisi waktu luang di hari libur saja, yang tujuannya untuk menyegarkan kembali jasmani dan rohani dari rutinitas sebagai mahasiswa selama satu pekan. Jangan justru kegiatan rekreasi dilakukan pada hari-hari kerja, karena akan berdampak buruk terhadap kegiatan perkuliahan.

d. Bijaklah dalam memanfaatkan biaya yang dikirimkan oleh orang tua. Pergunakan biaya tersebut lebih utama untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan kuliah. Jangan menghabiskan biaya hidup untuk bersenang-senang semanta, dan membeli pakaian serta aksesoris secara berlebihan. Jika memiliki uang lebih, tidak ada salahnya untuk di tabung, karena suatu saat pasti uang tersebut akan bermanfaat untuk digunakan pada keadaan mendesak yang membutuhkan biaya besar.

3. Bagi pihak asrama

a. Sebaiknya pihak asrama membuat aturan dan sanksi yang tegas untuk menerapkan kedisiplinan mahasiswa, dan menegakkan kembali aturan-aturan yang sudah ada.


(35)

114

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Sebaiknya pihak asrama mengadakan suatu kegiatan yang bermanfaat untuk perkuliahan mahasiswa, minimal satu minggu sekali. Hal ini supaya waktu luang yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak selalu digunakan untuk bersenang-senang saja, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

4. Bagi orang tua

a. Perlu adanya komunikasi yang lebih intens antara orang tua dan anaknya yang berada jauh dari pengawan orang tua ini. Orang tua perlu menanyakan langsung atau melalui pihak asrama atau pun ibu kos, mengenai aktifias yang dilakukan oleh anaknya sehari-hari, sehingga orang tua dapat mengetahui apakah aktifitas anaknya tersebut bermanfaat ataukah tidak terhadap kegiatan perkuliahan. Dengan demikian orang tua dapat mengambil tindakan lebih lanjut, berhubungan dengan hal tersebut.

b. Orang tua perlu menyebutkan harapan serta cita-citanya yang dibebankan kepada sang anak. Ini supaya anaknya memiliki rasa tanggung jawab untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan dan mengikuti kegiatan perkuliahan.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya, dengan pembahasan yang terkait. Peneliti selanjutnya diharapakan dapat mengkaji aspek-aspek lebih mendalam lagi menyangkut gaya hidup mahasiswa migran yang belum terungkap dalam penelitian ini, seperti motif-motif yang belum terngkap mengenai gaya hidup mahasiswa migran dalam penelitian ini, serta dampak dari gaya hidup terhadap potensi diri mahasiswa migran.


(36)

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Amirin, T. M. (2009). Subjek penelitian, responden penelitian, dan informan (narasumber) penelitian. Diakses dari http://tatangmanguny.wordpress.com /2009/04/21/subjek-responden-dan-informan-penelitian/.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Timur (2014). Laporan pertanggungjawaban Bupati Belitung Timur 2014. Manggar: Bapppeda.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Timur (2014). Statistik deskriptif Kabupaten Belitung Timur 2014. Manggar: Bapppeda. Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Chaney, D. (2003). Lifestyles sebuah pengantar komprehensif. Bandung : Jalasutra. Creswell, J.W. (2009). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.

yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dewi, L. S. (2007). Salon sebagai tren gaya hidup kaum muda. (Skripsi). FISIPOL, Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.

Effendi, R. & Malihah, E. (2007). Pendidikan lingkungan sosial, budaya, dan teknologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.

Faujian, A. (2009). Distro dan gaya hidup. (Skirpsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Febriansyah, Y. S. (2015) Pola adaptasi sosial budaya kehidupan santri pondok pesantren nurul barokah

.

(Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Harahap, R. (2010). Analisis ( teoritis dan empiris ) perubahan tata guna lahan terhadap ketersediaan lahan dan terhadap migrasi penduduk. Diakses dari http://ahmadroyhan31.wordpress.com/2010/04/.


(37)

116

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ibrahim. I.S. (1997). Lifestyle ecstasy kebudayaan pop dalam masyarakat komoditas Indoneisa. Yogyakarta: Jalasutra.

Lembaga dmografi FEUI. (2007). Dasar-dasar demografi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.

Moleong, L.J. (2012). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muin, I. (2014). Sosiologi SMA/MA. Jakarta: Erlangga.

Murdaningsih, S. (2008). Gaya hidup konsumtif dan pencitraan diri pelajar pengguna handphone di SMA negeri 1 sambi Boyolali. (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Ritzer, G. (2013). Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

Siahaan, T. H. N. (2004). Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Siregar, A. H. (2014). Pola asuh pada keluarga migran asal Sumatra Utara (Studi kasus pada keluarga migran asal Sumatra Utara yang berprofesi sebagai supir angkot). (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sjamsu. Migrasi. Diakses dari http://demografi.bps.go.id/parameter2/ index.php/ migrasi.

Soekanto, S. (2007). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Somarya, R dan Nuryani, P. (2011). Landasan pendidikan. Badung: SUB Kordinator

MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugihartati, R. (2010). Membaca, gaya hidup dan kapitalisme kajian tentang reading for pleasue dari prespektif cultural studies. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, A. S. (2013). Membuat segmentasi berdasarkan life style (gaya Hidup). Jurnal Jibeka, 7 (2), hlm. 2-3.


(38)

117

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suparlan, P. (2004). Masyarakat dan kebudayaan perkotaan: perspektif antropologi perkotaan: Yayasan Pengembangan Ilmu Kepolisisan.

Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika: tafsir cultural studies atas matinya makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Piliang, Y. A. (2010). Dunia yang dilipat. Yogyakarta: Jalasutra.

Pratiwi, S. S. (2014). Migran PKL dan dampaknya terhadap ketertiban sosial (Studi kasus di Pasar Anyar Kota Bogor). (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Purba, J. ( 2005). Pengelolaan lingkungan sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Winata, A. (2014). Adaptasi sosial mahasiswa rantau dalam mencapai prestasi akademik. (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Bengkulu, Bengkulu.


(1)

112

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi perubahan gaya hidup mahasiswa migran yaitu, faktor yang berasal dari luar individu (eksternal) dan faktor yang berasal dari diri individu (internal). Faktor eksternal yaitu, kelompok sosial atau teman-teman baru, dan teman-teman-teman-teman sesama mahasiswa migran di Kota Bandung. Sedangkan faktor internal yaitu, pengalaman dan pengamatan mahasiswa migran terhadap pergaulan di lingkungan baru mereka, sikap dalam menanggapi pengalaman dan pengamatan tersebut, serta motif dari gaya hidup itu sendiri. 3. Dampak gaya hidup mahasiswa migran terhadap kegiatan perkuliahan bersifat

positif dan negatif. Dampak positif yaitu efek dari mereka yang selalu tampil modis, mereka menjadi lebih percaya diri saat presentasi, diskusi kelas, dan mengemukakan pendapat. Dampak negatif seperti; sering tidak masuk kuliah, telat masuk kuliah, mengantuk di kelas saat proses pembelajaran, tidak fokus terhadap proses pembelajarakn di kelas, serta jarang belajar karena waktu luang lebih sering diisi dengan kigiatan-kegiatan yang berorientasi pada kesenangan semata. Selain itu, uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan kuliah, justru seringkali digunakan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Dampak negatif ini, dalam jangka panjang berimbas pada penurunan prestasi akademik, serta hasil perkuliahan yang tidak memuaskan.

B. Implikasi dan Rekomendasi

1. Bagi Pendidikan Sosiologi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi keilmuan dalam bidang studi sosiologi. Kasus yang peneliti angkat dalam penelitian ini, dapat dijadikan bahan ajar dalam materi pembelajaran interaksi sosial, khususnya dalam teori interaksionalisme simbolik, yang membahas mengenai interaksi sosial yang diantarai oleh penafsiran simbol-simbol, tanda-tanda dan makna dari pihak yang saling berinteraksi. Perubahan gaya hidup mahasiswa migran, merupakan hasil dari adaptasi aktif


(2)

mereka terhadap lingkungan baru. Dalam adaptasi ini terjadi interaksi yang bersifat simbolik antara mahasiswa migran terhadap lingkungan baru mereka.

2. Bagi mahasiswa migran asal Belitung Timur

a. Kepada para mahasiswa migran asal Belitung Timur, agar lebih bisa mengontrol pergaulan di Kota Bandung, walaupun berada pada lingkungan yang jauh dari pengawasan orang tua.

b. Jangan larut dalam kesenangan gaya hidup sekarang, hendaknya mulai berhenti menganggap bahwa kebutuhan gaya hidup (fashion) lebih penting dari pada kebutuhan kuliah. Ingatlah kembali bahwa tujuan awal bermigrasi ke Kota Bandung yaitu untuk menuntut ilmu dengan baik dan benar, meraih kesuksesan di masa depan, dan menjadi kebanggan keluarga.

c. Jadikan kegiatan rekreasi hanya sebagai kegiatan mengisi waktu luang di hari libur saja, yang tujuannya untuk menyegarkan kembali jasmani dan rohani dari rutinitas sebagai mahasiswa selama satu pekan. Jangan justru kegiatan rekreasi dilakukan pada hari-hari kerja, karena akan berdampak buruk terhadap kegiatan perkuliahan.

d. Bijaklah dalam memanfaatkan biaya yang dikirimkan oleh orang tua. Pergunakan biaya tersebut lebih utama untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan kuliah. Jangan menghabiskan biaya hidup untuk bersenang-senang semanta, dan membeli pakaian serta aksesoris secara berlebihan. Jika memiliki uang lebih, tidak ada salahnya untuk di tabung, karena suatu saat pasti uang tersebut akan bermanfaat untuk digunakan pada keadaan mendesak yang membutuhkan biaya besar.

3. Bagi pihak asrama

a. Sebaiknya pihak asrama membuat aturan dan sanksi yang tegas untuk menerapkan kedisiplinan mahasiswa, dan menegakkan kembali aturan-aturan


(3)

114

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Sebaiknya pihak asrama mengadakan suatu kegiatan yang bermanfaat untuk perkuliahan mahasiswa, minimal satu minggu sekali. Hal ini supaya waktu luang yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak selalu digunakan untuk bersenang-senang saja, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

4. Bagi orang tua

a. Perlu adanya komunikasi yang lebih intens antara orang tua dan anaknya yang berada jauh dari pengawan orang tua ini. Orang tua perlu menanyakan langsung atau melalui pihak asrama atau pun ibu kos, mengenai aktifias yang dilakukan oleh anaknya sehari-hari, sehingga orang tua dapat mengetahui apakah aktifitas anaknya tersebut bermanfaat ataukah tidak terhadap kegiatan perkuliahan. Dengan demikian orang tua dapat mengambil tindakan lebih lanjut, berhubungan dengan hal tersebut.

b. Orang tua perlu menyebutkan harapan serta cita-citanya yang dibebankan kepada sang anak. Ini supaya anaknya memiliki rasa tanggung jawab untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan dan mengikuti kegiatan perkuliahan.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya, dengan pembahasan yang terkait. Peneliti selanjutnya diharapakan dapat mengkaji aspek-aspek lebih mendalam lagi menyangkut gaya hidup mahasiswa migran yang belum terungkap dalam penelitian ini, seperti motif-motif yang belum terngkap mengenai gaya hidup mahasiswa migran dalam penelitian ini, serta dampak dari gaya hidup terhadap potensi diri mahasiswa migran.


(4)

Daftar Pustaka

Amirin, T. M. (2009). Subjek penelitian, responden penelitian, dan informan

(narasumber) penelitian. Diakses dari http://tatangmanguny.wordpress.com

/2009/04/21/subjek-responden-dan-informan-penelitian/.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Timur (2014).

Laporan pertanggungjawaban Bupati Belitung Timur 2014. Manggar:

Bapppeda.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung Timur (2014).

Statistik deskriptif Kabupaten Belitung Timur 2014. Manggar: Bapppeda.

Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Chaney, D. (2003). Lifestyles sebuah pengantar komprehensif. Bandung : Jalasutra. Creswell, J.W. (2009). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.

yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dewi, L. S. (2007). Salon sebagai tren gaya hidup kaum muda. (Skripsi). FISIPOL, Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.

Effendi, R. & Malihah, E. (2007). Pendidikan lingkungan sosial, budaya, dan

teknologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.

Faujian, A. (2009). Distro dan gaya hidup. (Skirpsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Febriansyah, Y. S. (2015) Pola adaptasi sosial budaya kehidupan santri pondok

pesantren nurul barokah

.

(Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Harahap, R. (2010). Analisis ( teoritis dan empiris ) perubahan tata guna lahan

terhadap ketersediaan lahan dan terhadap migrasi penduduk. Diakses dari

http://ahmadroyhan31.wordpress.com/2010/04/.


(5)

116

Riza Prianto Wibawa, 2015

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA MIGRAN ASAL BELITUNG TIMUR DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ibrahim. I.S. (1997). Lifestyle ecstasy kebudayaan pop dalam masyarakat komoditas

Indoneisa. Yogyakarta: Jalasutra.

Lembaga dmografi FEUI. (2007). Dasar-dasar demografi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.

Moleong, L.J. (2012). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muin, I. (2014). Sosiologi SMA/MA. Jakarta: Erlangga.

Murdaningsih, S. (2008). Gaya hidup konsumtif dan pencitraan diri pelajar

pengguna handphone di SMA negeri 1 sambi Boyolali. (Skripsi). Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Ritzer, G. (2013). Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

Siahaan, T. H. N. (2004). Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Siregar, A. H. (2014). Pola asuh pada keluarga migran asal Sumatra Utara (Studi

kasus pada keluarga migran asal Sumatra Utara yang berprofesi sebagai supir angkot). (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sjamsu. Migrasi. Diakses dari http://demografi.bps.go.id/parameter2/ index.php/ migrasi.

Soekanto, S. (2007). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Somarya, R dan Nuryani, P. (2011). Landasan pendidikan. Badung: SUB Kordinator

MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugihartati, R. (2010). Membaca, gaya hidup dan kapitalisme kajian tentang reading

for pleasue dari prespektif cultural studies. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, A. S. (2013). Membuat segmentasi berdasarkan life style (gaya Hidup). Jurnal Jibeka, 7 (2), hlm. 2-3.


(6)

Suparlan, P. (2004). Masyarakat dan kebudayaan perkotaan: perspektif antropologi

perkotaan: Yayasan Pengembangan Ilmu Kepolisisan.

Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika: tafsir cultural studies atas matinya makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Piliang, Y. A. (2010). Dunia yang dilipat. Yogyakarta: Jalasutra.

Pratiwi, S. S. (2014). Migran PKL dan dampaknya terhadap ketertiban sosial (Studi

kasus di Pasar Anyar Kota Bogor). (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Purba, J. ( 2005). Pengelolaan lingkungan sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Winata, A. (2014). Adaptasi sosial mahasiswa rantau dalam mencapai prestasi

akademik. (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas