Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong

(1)

PERAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN STATUS

GIZI ANAK DI KELURAHAN LUMBAN TONGA-TONGA

KECAMATAN SIBORONG-BORONG

SKRIPSI

Oleh

Winta Mariana Batubara 081121027

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong

Nama Mahasiswa : Winta Mariana Batubara Nim : 081121027

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2009

Tanggal Lulus : 5 Januari 2010

Pembimbing Penguji I

Evi Karota, S.Kp, MNS. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS. NIP.19671215 200003 2 001 NIP. 1973 0909 20003 1 001

Penguji II

Anna Kasfi, S.Kep, Ns

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 5 Januari 2010 Pembantu Dekan I,

Erniyati, S.Kp. MNS.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN………i

PRAKATA………..ii

DAFTAR ISI……… .iii

DAFTAR TABEL………...iv

ABSTRAK………..v

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang………...1

2. Tujuan Penelitian……….….3

3. Pertanyaan Penelitian………...3

4. Manfaat Penelitian………. …….3

4.1. Bagi Institusi Pendidikan……… ...3

4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan………..3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Peran Masyarakat………..5

1.1. Defenisi………..5

1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi, dan Koseling…….………….5

1.3. Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak ………...………10

1.4. Program Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak………...……….12

1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat……….15

2. Konsep Status Gizi Anak………17

2.1. Definisi………17

2.2. Status Gizi………...20

2.3. Penilaian Status Gizi Anak……….20

2.4. Fungsi Gizi……….25

2.5. Ciri-ciri Anak Sehat………...26

2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak………...27

2.7. Pengolahan Makanan……….28

2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Anak……....30

3. Gizi Anak Indonesia………...31

3.1. Masalah Makan Anak………31

3.2. Masalah Gizi Anak………....33

3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang………..35


(4)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual………..39

2. Defenisi Operasional………..41

2.1. Peran Masyarakat……….41

2.2. Status Gizi...41

BAB 4 METODODOLI PENELITIAN 1. Desain Penelitian………...42

2. Populasi dan Sampel Penelitian………42

2.1. Populasi………...42

2.2. Sampel……….43

3. Lokasi dan Waktu Penelitian………43

4. Pertimbangan Etik Penelitian………43

5. Instrumen Penelitian……….43

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ………...45

6.1. Validitas……….45

6.2. Relibialitas………..45

7. Prosedur Pengumpulan Data………45

8. Analisa Data……….46

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1.1 Karesteristik Responden……….47

1.2 Kategori Peran Masyarakat pada Pelayanan Kesehatan………..48

1.3. Peran Masyarakat pada Pelayanan Kesesahatan………….49

1.3.1 Partisipasi Masyarakat pada Pelayanan Kesesahatan ……….………..….49

1.3.2 Kegiatan Masyarakat dalam Konseling pada Pelayanan Kesehatan………..….50

1.3.3 Kegiatan Masyarakat dalam Kontribusi pada Pelayanan Kesehatan………...…51


(5)

2. Pembahasan

2.1. Karesteristik Responden……….…....53 2.2. Partisipasi Masyarakat pada Pelayanan

Kesesahatan ………..…..…...54 2.3. Kegiatan Masyarakat dalam Konseling

pada Pelayanan Kesehatan……….…..….….54 2.4. Kegiatan Masyarakat Dalam Kontribusi

pada Pelayanan Kesehatan……….……....55 2.5. Kegiatan Masyarakat dalam

Meningkatkan Status gizi anak……….……….56 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan………..…58

2. Saran………..……..…59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Lembar Informed Consent 2. Lembar Kuesioner

3. Surat Izin Penelitian 4. Surat Balasan Penelitian 5. Curriculum Vitae


(6)

Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahn Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong Nama : Winta Mariana Batubara

Jurusan : Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Masyarakat yang berperan sebagai kader kesehatan masyarakat dioptimalkan melalui pusat kesehatan masyarakat dengan ikut serta dalam berpartisipasi, berkontribusi, dan konseling dalam pelayanan kesehatan. Kader yang berpern untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan informasi berkaitan dengan masalah status gizi anak balita yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak, dengan adanya pelatihan kader untuk pelayanan kesehatan, dalam setiap program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dalam meningkatkan kemandirian masyarakat.

Desain penelitian adalah deskriptif studi dengan besar sampel sebanyak 30 orang dengan karekteristik usia (47%), jenis kelamin wanita (100%), status perkawinan menikah (79%), agama kristen protestan (80%), Pendidikan terakhir SMA (47%). Menggunakan metode pengambilan sampel secara total sampling sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang yang kategori peran masyarakat tinggi (50%), sedang (33%), rendah (17%). Dilihat dari peran masyarakat terdiri dari bagian pertama partisipasi dalam pelayanan masyarakat (96%), bagian kedua konseling dalam memberikan informasi kesehatan (90%), dan bagian ketiga kontribusi dalam meningkatkan status gizi anak balita di masyarakat (70%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak dan keterlibatan masyarakat, ikut serta dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak yang optimal di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong, kader dapat memandirikan masyarakat dalam masalah kesehatan.

Kata Kunci : Peran masyarakat, peningkatan status gizi anak balita


(7)

Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak di Kelurahn Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong Nama : Winta Mariana Batubara

Jurusan : Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

Abstrak

Masyarakat yang berperan sebagai kader kesehatan masyarakat dioptimalkan melalui pusat kesehatan masyarakat dengan ikut serta dalam berpartisipasi, berkontribusi, dan konseling dalam pelayanan kesehatan. Kader yang berpern untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan informasi berkaitan dengan masalah status gizi anak balita yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak, dengan adanya pelatihan kader untuk pelayanan kesehatan, dalam setiap program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dalam meningkatkan kemandirian masyarakat.

Desain penelitian adalah deskriptif studi dengan besar sampel sebanyak 30 orang dengan karekteristik usia (47%), jenis kelamin wanita (100%), status perkawinan menikah (79%), agama kristen protestan (80%), Pendidikan terakhir SMA (47%). Menggunakan metode pengambilan sampel secara total sampling sesuai dengan kriteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang yang kategori peran masyarakat tinggi (50%), sedang (33%), rendah (17%). Dilihat dari peran masyarakat terdiri dari bagian pertama partisipasi dalam pelayanan masyarakat (96%), bagian kedua konseling dalam memberikan informasi kesehatan (90%), dan bagian ketiga kontribusi dalam meningkatkan status gizi anak balita di masyarakat (70%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak dan keterlibatan masyarakat, ikut serta dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak yang optimal di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong, kader dapat memandirikan masyarakat dalam masalah kesehatan.

Kata Kunci : Peran masyarakat, peningkatan status gizi anak balita


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular dapat terjadi pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan berbagai faktor multidisiplin dan harus selalu dikontrol terutama pada masyarakat yang tinggal di negara-negara berkembang (Depkes, 2000).

Situasi global, untuk kejadian luar biasa, tingginya harga makanan akan meningkatkan jumlah anak yang kekurangan gizi terutama di wilayah WHO yang melaporkan penemuan kasus kekurangan gizi. Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi mencapai 44-967 juta orang yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang merupakan penyebab utama kematian (WHO, 2008).

Masyarakat yang berperan aktif dalam berbagai kegiatan pelayanan kesehatan harus mempunyai semangat dan keinginan yang kuat untuk membangun setiap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Dimana peran serta dan keterlibatan masyarakat mampu dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan mereka sendiri secara mandiri tentang gizi dan makanan yang harus dikonsumsi agar tetap sehat sebagai faktor penentu kesehatan anak ataupun setiap individu masyarakat (WHO, 2008).


(9)

Masyarakat yang berperan sebagai kader dalam pelayanan kesehatan paling tidak harus memahami tentang gizi yang harus dimiliki antara lain : kebutuhan zat dan gizi atau nutrisi bagi tubuh yakni: Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin-vitamin, dan mineral. Masyarakat yang mandiri dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan mengandung pengertian, masyarakat yang bersangkutan mampu menggali potensi-potensi masyarakat setempat untuk mengatasi masalah kesehatan mereka dengan kata lain yang perlu dioptimalkan untuk mengatasi masalah tersebut dengan melibatkan peran masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan menghasilkan kemandirian masyarakat dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan proses, sedangkan kemandirian masyarakat merupakan hasilnya. Oleh sebab itu, kemandirian masyarakat dapat diartikan sebagai kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi peran mereka, untuk berpartisipasi mengadakan konseling dan merencanakan untuk melakukan pemecahan masalahnya dengan berkontribusi dalam memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari pihak luar (Notoatmodjo, 2007)

Peran serta masyarakat dapat dioptimalkan melalui pengolahan pusat kesehatan masyarakat yang dipimpin oleh seorang dokter yang bekerjasama dengan organisasi di masyarakat itu sendiri sebagai pengerak pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Dimana Pusat Kesehatan Masyarakat membina kader kesehatan dari masyarakat dan pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan pola fasilitas dan kader dari masyarakat yang telah terpilih secara sukarela, karena posyandu merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat untuk meningkatkan status gizi anak dalam upaya promosi kesehatan (Depkes, 1997).


(10)

Di Indonesia, gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tingginya angka kesakitan dan kematian anak balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Prevalensi gizi buruk di desa pada tahun 1998 ada 28,6 % dari tahun 1999 ada 24,6 % (FKM UI, 2008). Data susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk meningkat terus yaitu dari 1,10 % (2001), dan 2,18 % (2004). Prevalensi gizi kurang 12,66 % (2001), 14,28 % dan 14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004).

2. T ujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian sebagai informasi tambahan tentang gambaran peran serta masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga.

4.2 Bagi pelayanan kesehatan / praktek keperawatan

Hasil penelitan ini merupakan fakta yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam pengambilan keputusan mengenai pelayanan kesehatan.


(11)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep-konsep yang berkaitan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni :

1. Peran Masyarakat 1.1. Defenisi

1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi dan Konseling

1.3. Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak 1.4. Program Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak 1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

2. Konsep Status Gizi Anak 2.1. Defenisi

2.2. Status Gizi

2.3. Penilaian Status Gizi Anak 2.4. Fungsi Gizi

2.5. Ciri-ciri Anak Sehat

2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak 2.7. Pengolahan Makanan

2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi Anak

3. Gizi Anak Indonesia 3.1. Masalah Makan Anak 3.2. Masalah Gizi Anak

3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang 3.4. Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia


(12)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Peran Masyarakat

1.1. Defenisi

Peran masyarakat dalam hal ini adalah kader kesehatan masyarakat baik laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan baik anak maupun masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Peran masyarakat menunjukkan keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut (Zulkifli, 2003).

Peran masyarakat dibidang kesehatan adalah keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan menghasilkan program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007).

1.2. Peran Masyarakat Ikut Serta dalam Berpartisipasi, Berkontribusi, dan Konseling

1.2.1. Partisipasi Kader

Partisipasi sebagai suatu proses di mana dua atau lebih pihak – pihak yang terlibat, saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam membuat keputusan yang mempunyai akibat di masa depan bagi semua pihak. Menurut


(13)

Mulyono Gandadiputra (1978) menyimpulkan bahwa partisipasi mengundang tiga elemen yaitu : pemecahan masalah, interaksi masyarakat dan kesederajatan keluasan.

Pemecahan masalah berkaitan dengan suatu proses untuk mengatasi adanya kesenjangan antara keadaan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Maka semua pihak yang terlibat dalam pemecahan masalah adalah masyarakat yang berperan sebagai kader menyadari adanya masalah status gizi anak, dengan termotivasi untuk mengatasinya dan memiliki kemampuan serta sumber untuk mengatasi masalah.

Dalam partisipasi adanya beberapa pihak melalui suatu proses interaksi. Interaksi yang berlangsung harus didasari atas dasar kesederajatan keluasan dan bukan didasari atas hubungan atasan bawahan dan tidak ada perbedaan antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan, karena masing-masing biasa mempunyai status formal atau keahlian yang berbeda, tetapi yang penting adalah adanya interaksi yang didasari atas kesederajatan kekuasaan dimana keahlian dan sumber-sumber yang dimiliki masing-masing pihak lalu dipadukan untuk pemecahan masalah dalam berperan di masyarakat.

Partisipasi masyarakat merupakan hal yang penting, karena peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak suatu kegiatan kontak pertama dan suatu proses pemecahan masalah untuk memperbaiki status gizi anak, melalui partisipasi masyarakat potensi setempat didayagunakan sehingga mempercepat meningkatan kemampuan hasrat untuk menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan (Notoatmodjo, 2007).


(14)

1.2.2. Konseling

Setiap masyarakat ada beranekaragam individu dan kelompok, demikian pula aneka ragam cara berpikir dan berbeda untuk menyelesaikan masalah dalam memenuhi setiap kebutuhan masyarakat. Maka para kader yang telah dipilih dalam pelayanan kesehatan dalam setiap program yang tidak disepakati mereka mengubah perilaku memasyarakat kearah yang positif dengan mengintervensi informasi kesehatan yang bermanfaat bagi komunitas yang bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai nasib yang dihadapi oleh masyarakat terhadap informasi mengenai status gizi anak jika tidak diatasi segera.

Kader berperan untuk konseling dalam masyarakat dengan memberikan informasi untuk seorang individu, misalnya informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan anak terhadap pasangan dan keluarga, pendekatan alternatif yang dilakukan pelayan kesehatan melalui kader yang ada di masyarakat dengan membuka konseling secara komunikatif demi membantu masyarakat memahami kesehatan mereka dan membuat keputusan yang tepat dalam memelihara kesehatan diri sendiri melalui konseling untuk meningkatkan status gizi anak di masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

1.2.2. Kontribusi Masyarakat

Masyarakat yang ikut berkontribusi dalam program kesehatan adalah :

Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi peran masing-masing dalam pembangunan kesehatan, untuk masyarakat yang berkontribusi dibidang kesehatan adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk


(15)

memecahkan satu masalah kesehatan. Meningkatkan komunikasi bagi masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan agar saling memahami diantara masyarakat yang berkombinasi, maka diperlukan komunikasi yang efektif melalui pertemuan-pertemuan berkala berdasarkan kesepakatan bersama.

Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan memakai keuntungan semua masyarakat. Tujuan utama yang berkontribusi dibidang kesehatan adalah untuk menanggulangi kelemahan untuk memecahkan atau menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dengan memaksimalkan manfaat atau keluarga merupakan kemampuan bersama untuk berkontribusi di masyarakat.

Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bagi masyarakat yang berkontribusi, suatu kesediaan dan pengorbanan (waktu, pikiran, tenaga, dan sebagainya) masing-masing masyarakat terhadap program dan upaya pemecahan masalah kesehatan yang telah disepakati bersama masyarakat yang berkontribusi pasti ada pengorbanan baik pengorbanan tenaga, pikiran, dana dan sebagainya.

Ciri – ciri Masyarakat yang Berkontribusi

Kegiatan yang dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan. Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat. Pelaksanaan kegiatan berlandaskan pada peran


(16)

serta aktif dan swadaya masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat.

Masalah dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang, tidak mengakibatkan ketergantungan. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat memanfaatkan teknologi tepat guna .

Harus saling menyadari pentingnya arti berkontribusi di masyarakat. Berkontribusi bukan sekedar untuk mencari dukungan dana, melainkan yang lebih penting adalah mewujutkan kebersamaan antara masyarakat yang berperan untuk menghasilkan sesuatu menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan khususnya, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Menumbuhkan kesadaran pentingnya arti berkontribusi dibidang kesehatan dapat dilakukan melalui informasi yang diterima dari kader. Harus ada kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yang sama.

Masyarakat yang ikut berperan untuk berkontribusi dibidang kesehatan maka masyarakat yang berkontribusi harus mempunyai visi-misi, tujuan dan nilai-nilai yang sama tentang kesehatan, maka akan memudahkan timbulnya kerjasama untuk menanggulangi suatu masalah bersama. Memiliki kebutuhan yang sama merupakan landasan yang kuat bagi masyarakat yang berperan. Harus berpijak pada landasan yang sama prinsip yang perlu dibangun dibidang kesehatan adalah aspek yang paling utama dalam kehidupan manusia, maka masyarakat yang ikut berkontribusi dalam sektor kesehatan harus mampu menyakinkan bahwa kesehatan bukan segala-galanya, namun tanpa kesehatan semuanya tidak ada artinya, apabila masyarakat mudah mempunyai pemahaman


(17)

yang sama maka masyarakat yang ikut berkontribusi berada dalam landasan yang sama.

Kesediaan masyarakat yang berperan untuk berkontribusi dalam membangun untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan sumber daya baik tenaga, dana dan sarana, sumber daya ini dapat berasal dari masyarakat yang berkontribusi. Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai tujuan bersama, diperlukan pengorbanan dari masing-masing masyarakat yang berkontribusi. Pengorbanan ini dapat dalam bentuk tenaga, pikiran, dana dan biaya, materi ataupun sekurang-kurangnya waktu. Pengorbanan ini harus dipahami dan dimaklumi oleh semua anggota yang terjalin bagi masyarakat yang berkontribusi (Notoatmodjo, 2007).

1.3. Upaya masyarakat dalam meningkatkan status Gizi anak

Dalam upaya memperluas jaringan pelayanan kesehatan dasar ditingkat desa, karena tahun 2007 ditingkatkan pelaksanaan Politeknik Kesehatan Desa sebagai salah satu upaya perwujutan Desa Siaga. Pendekatan yang positif terhadap kader memegang peranan dalam menggerakkan masyarakat dalam melakukan faktor group diskusi yang terjadi di masyarakat bahwa gizi buruk dan gizi kurang merupakan masalah mereka. Maka upaya yang dilakukan memampukan masyarakat untuk menyadari dan mengatasi masalahnya dengan sendiri (Mulia, 2007).

Meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan dengan lebih mendekatkan prasarana pelayanan ke komunitas-komunitas miskin, atau menerapkan sistem pelayanan keliling dan meningkatkan peran masyarakat yang


(18)

telah menjadi kader sebagai petugas kesehatan yang telah dipilih untuk memonitori status kesehatan anak terutama mengenai Gizi di Posyandu dan kesehatan masyarakat (Mulia, 2007).

Pelatihan kader sebagai petugas kesehatan secara berjenjang, mendorong swadaya masyarakat lewat pembentukan Desa Siaga dalam melakukan edukasi mengenai gizi agar orangtua biasa memberikan makanan yang tepat untuk mempertahankan status gizi anak yang telah dipilihkan. Semua anak gizi kurang untuk selanjutnya meningkatkan status gizi baik, pertambahan berat badan perbulan, tidak perlu pertahankan lagi sehingga anak tetap berada dalam daerah gizi baik (Toni, 2009).

Adanya kesepakatan bersama oleh masyarakat agar setiap anak tumbuh sehat dibentuklah Pos Gizi yang merupakan kegiatan bagi ibu. Ibu yang mempunyai anak gizi kurang atau gizi buruk. Kebiasaan baik dalam mengasuh anak juga bisa didapatkan dari interaksi dan tukar pengalaman sesama masyarakat. Ibu selama kegiatan Pos Gizi (Pusdman, 2008).

Dalam Pos Gizi anak juga diberikan makanan tambahan, bukan hanya itu saja para kader juga mempelajari menyusun menu seimbang menurut kemampuan ekonomi dan kebudayaan masing-masing dan agar masyarakat mengerti slogan 4 sehat 5 sempurna, dalam makanan sehari-hari untuk berbagai golongan umur. Pola makan dan kebiasaan makanan di Indonesia susunan menu terdiri dari: A). Makanan pokok yaitu : nasi, jagung, singkong, sagu dan sebagainya. B). Lauk-pauk yaitu : ikan, telur, daging, tahu, tempe. C). Sayur - mayur yakni : sayur urap, tumis berkuah dan lalapan mentah. D). Buah-buahan yaitu : pisang, pepaya,


(19)

nenas dan jeruk, serta E). Susu terutama untuk anak. Kader juga mengajarkan cara memasak yang benar, menyuapi, cuci tangan, pakai sabun, gosok gigi. Peserta Pos Gizi akan ditimbang berat badan awal ikut Pos Gizi (Joen, 2008).

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajar dan memotivasi partisipasi masyarakat. Di antaranya adalah :

1.3.1. Partisipasi dengan paksaan artinya memaksa masyarakat untuk ikut dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisannya. Cara ini akan lebih baik hasilnya, dan lebih mudah, akan tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget. Karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibat masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.

1.3.2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi yakni suatu partisispasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama, tetapi bila tercapai hasilnya ini akan mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung dan tidak langsung (Notoatmodjo, 2007)

1.4. Program Masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak

Program dalam meningkatkan status anak sebagai upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan mutu upaya

kesehatan yang berhasil dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat, sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan baik pemerintah maupun swasta, dan didukung oleh peran serta masyarakat dan sistem pembiayaan. Perhatian utama diberikan pada


(20)

pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirja, 2009).

Program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat maupun di instansi dalam rangka meningkatkan kemandirian, Intelektualitas Sumber Daya Manusia. Program Pondok Gizi Budarzi merupakan program pelayanan gizi masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan kesehatan dan gizi balita (anak), pembangunan kesadaran masyarakat khususnya ibu untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun menu keluarga khususnya balita (anak) mendampingi dan melayani serta memanfaatkan potensi lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki status gizi masyarakat. Lingkup kegiatan Pondok Gizi Budarzi meliputi : (1) Scaning status gizi, (2) Scanning kualitas konsumsi, (3) Pemberian makanan tambahan, (4) Konsultasi gizi dan kesehatan, (5) Pendampingan keluarga pembedayaan masyarakat (Soedirja, 2009).

Kegiatan yang dilakukan dalam program ini antara lain : 1). Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi informasi dan edukasi (KIE), 2). Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat (seperti pos pelayanan terpadu, Pondok Bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah) dan generasi muda, dan 3). Peningkatan kesehatan kepada masyarakat (Plepu, 2009).

Perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (anak) melalui Pondok Gizi sering dijumpai ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi faktor permasalahan pokok, yaitu: 1). Pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah,


(21)

2). Pendapatan keluarga yang rendah, 3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga yang rendah, 4). Perilaku pengasuhan yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan yang tidak mengikuti kaidah gizi dan kesehatan, 6). Kondisi kesehatan ibu ataupun anak penanganan terhadap masalah gizi di masyarakat melalui Posyandu ternyata belum berjalan dengan baik dan pola penanganan dalam mengatasi masalah gizi kurang dan buruk ini dapat ditangani melalui program perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Adanya Pondok Gizi Burdarzi (Ibu Sadar Gizi) yaitu sebuah pelayanan yang terdapat dalam masyarakat dan berkonsentrasi untuk menangani masalah gizi balita serta memelihara status gizi balita agar tetap baik dan sehat, dengan jalan pendampingan keluarga serta pemanfaatan potensi lokal yang bermanfaat untuk meningkatkan status gizi yang mempunyai visi dan misi. Visi : menuju anak Indonesia sehat, cerdas dan terbatas dari masalah gizi. Misi yaitu: 1). Mengelola pondok gizi Budarzi sebagai sarana pembinaan, pendampingan, dan pelayanan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas gizi masyarakat khususnya balita (anak), 2). Mencetak kader gizi Budarzi yang memiliki kompetensi dasar baik dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dan sikap / tindakan dibidang gizi (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Dalam suatu wilayah pondok gizi ditingkat perkotaan setara dengan satu wilayah posyandu, sehingga keberadaan gizipun membina keberlangsungan aktivitas posyandu. Satu pondok gizi terdiri dari 75-100 balita/anak dan dikelola oleh 6 kader Budarzi sebutan para kader yang telah dilatih dan dipilih dari masyarakat sebagai kader gizi dari masyarakat setempat. Lingkup kegiatan


(22)

Pondok Gizi Budarzi yaitu : 1). Pendaftaran balita, 2). Penimbangan, 3). Pemberian makanan tambahan, 4). Konsultasi gizi, 5). Scaning satus gizi, 6). Pendampingan keluarga, 7). Pertemuan dari mingguan anggota PG Budarzi, 8). Demo makanan sehat (Toni, 2008)

1.5. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memapukan masyarakat “ dari, oleh, untuk, ” masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan masyarakat, khususnya dibidang kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut :

Menumbuhkembangkan Potensi Masyarakat

Potensi adalah suatu kekuatan atau kemampuan yang masih terpendam. Baik individu, kelompok, maupun masyarakat mempunyai potensi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai potensi, yakni potensi sumber daya manusia (masyarakat), dan potensi dalam bentuk sumber daya alam, atau kondisi geografi masyarakat setempat. Potensi sumber daya manusia selanjutnya dapat diuraikan dalam bentuk kuantitas, yakni jumlah penduduknya, dan di dalam kualitas, yakni status atau kondisi sosial masyarakat tersebut. Proporsi masyarakat yang kaya dan miskin, proporsi penduduk yang berpendidikan tinggi dan rendah adalah mencerminkan kualitas sumber daya manusia komunitas atau masyarakat yang bersangkutan. Petugas kesehatan yang terutama adalah memampukan masyarakat untuk mengenal potensi mereka itu sendiri, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia,


(23)

kemudian dengan bantuan tenaga kesehatan, masyarakat yang bersangkutan dapat menemukan upaya-upaya pemecahan masalah mereka sendiri berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.

Mengembangkan Gotong-royong Masyarakat

Gotong-royong sebagai budaya asli bangsa Indonesia sudah tumbuh sejak berabad-abad yang lalu. Peran petugas kesehatan masyarakat dalam gotong royong di masyarakat ini adalah memotivasi dan memfasilitasi, agar gotong-royong itu terjadi di masyarakat, dan gotong-gotong-royong tersebut dilakukan masyarakat itu sendiri maka pendekatan harus dilakukan melalui para tokoh masyarakat. Para tokoh masyarakat setempat sebagai penggerak gotong-royong perlu diberikan kemampuan agar dapat memotivasi masyarakat dan kontribusi terhadap kegiatan yang direncanakan bersama.

Menggali Kontribusi Masyarakat

Menggali dan menggembangkan potensi ekonomi masing-masing anggota masyarakat pada dasarnya adalah suatu upaya agar masing-masing anggota masyarakat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Bentuk kontribusi masing-masing anggota masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya, baik besarnya atau bentuknya. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat antara lain: dalam bentuk tenaga, pemikiran, atau ide-ide, dana dan bahan-bahan bangunan. Petugas kesehatan bersama-sama dengan tokoh masyarakat setempat harus mampu berkontribusi.


(24)

Menjalin Kemitraan

Kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swasembada masyarakat serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama untuk mencapai tujuan bersama untuk disepakati. Masyarakat yang mandiri merupakan perwujutan dari komitmen diantara anggota masyarakat yang bersangkutan, pemerintah maupun. wasta. Petugas kesehatan adalah memotivasi masyarakat untuk menjalin kemitraan dengan pihak-pihak lainnya.

Desentralisasi

Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Bentuk pengambilan keputusan harus setingkat operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas. Dalam pemberdayaan masyarakat peranan sistem di atasnya sebagai fasilisator dan motivator. Masyarakat bebas melakukan kegiatan atau program-program inovatif, tanpa adanya arahan atau instruksi dari atas (Notoatmodjo, 2007).

2. Konsep Status Gizi Anak

2.1. Defenisi

Status Gizi Anak adalah Interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk (Dinkes RI, 2008).


(25)

`Status Gizi Anak adalah indeks yang signifikan hal penting yang harus di ketahui oleh setiap orangtua dalam hal tumbuh kembang diusia balita yang terjadi pada usia emas (Nita, 2008).

Status Gizi Anak adalah indikator kesehatan yang penting, karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi (Dinkes RI, 2008)

Tabel 1. Klasifikasi KKP (Kurang Kalori Protein) sebagai indikator yang dipakai adalah tinggi dan berat.

Sumber : Gizi dalam Daur Kehidupan hlm.100 (Depkes 2000)

Meningkatkan perhatian terhadap kesehatan anak untuk mencegah terjadinya malnutrisi dan resiko gizi kurang. Status gizi anak perlu diperhatikan dengan adanya peran masyarakat untuk mencegah gizi kurang. Sebagai salah satu faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi anak yang baik

Indeks Simpanan Baku Status Gizi

Berat badan terhadap

usia(BB/U)

≥ 2SD Gizi lebih

-2 SD sampai + 2 SD Gizi baik < -2 SD sampai -3 SD Gizi kurang

< -3 SD Gizi buruk

Tinggi Badan terhadap

Usia(TB/U).

Normal -2 SD sampai +2 SD

Pendek <-2 SD

Berat Badan terhadap Tinggi Badan(BB/TB).

≥ 2 SD Gemuk

-2 SD sampai + 2SD Normal < -2 SD sampai -3 SD Kurus


(26)

akan berkontribusi terhadap kesehatan anak dan juga terhadap kemampuan untuk kesejahteraan dalam proses pemulihan anak (Dinkes RI, 2008).

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan kesehatan gizi kurang, akibat dari kesehatan yang kurang baik, maka timbul penyakit gizi.Umumnya pada anak balita (bawah lima tahun) diderita penyakit gizi kurang dan gizi lebih yang disebut gizi salah (malnutrisi) yang menonjol adalah kurang kalori dan kurang protein dan kekurangan Vitamin A, Yodium, Zat Besi, dan Mineral (Ranti, 1999).

Tabel 2. Kecukupan Gizi yang di Anjurkan untuk Indonesia agar Kesehatan yang baik dapat di Pertahankan

Sumber : Hasil Widia Karya Pangan dan Gizi V Lipi 1993, Himb, (Hartono, 1999).

Angka kecukupannya untuk menilai data konsumsi makanan perorangan atau kelompok masyarakat. Bila hasil sesuai menunjukkan penyimpanan berat

N0 Kelomp ok Umur Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Energi (kkal) Protein (g) Vit :A RE ) Bes (mg) Yodiu m (mg) Anak

1 0-6 bln 6 60 550 10 375 3 50

2 7-12 bln 8,5 71 650 16 400 3 70

3 1-3 thn 12 90 1000 25 400 8 70

4 5-6 thn 17 110 1550 39 450 9 100

5 7-9 thn 25 120 1800 45 500 10

Laki-laki

6 10-12thn 30 135 2000 45 600 14 150

7 13-15thn 45 150 1400 69 600 19 150

Perempuan

8 10-12thn 35 140 1900 54 600 14 150


(27)

badan bertukar, perlu dilakukan penyesuaian angka kecukupan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

2.2. Status Gizi

Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktoral Bina Gizi Masyarakat Depkes RI tahun 1999.

2.3. Penilaian Status Gizi

Peran dan kedudukan Penilaian Status Gizi (PSG) di dalam ilmu gizi adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat, karena terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi maka dengan melakukan penilaian status gizi pada individu atau masyarakat kita akan dapat mengetahui kelainan tersebut. Metode dalam penilaian status gizi dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, metode secara langsung yang terdiri dari penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode biofisik, dan Antrometri. Kelompok kedua, penilaian dengan melihat statistik kesehatan yang biasa disebut dengan Penilaian Status Gizi tidak langsung karena tidak melihat individu secara langsung. Kelompok terakhir, penilaian dengan melihat variabel ekologi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Kategori

Gizi lebih >120 % Medium BB/U WHO NCHS, 1983

Gizi baik 80 % - 120 % Medium BB / U WHO WCHS,1983 Gizi sedang 70 % - 79,9 % Medium BB / U WCHS,1983 Gizi kurang <60 % Medium BB / U WHO NCHS, 1983 Gizi buruk <60% Median BB / U WHO NCHS, 1983


(28)

Penilaian status gizi bertujuan untuk: 1). Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi, 2). Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada, 3). Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Ada beberapa cara penilaian status gizi secara langsung, yaitu tes laboratorium, biofisik, pemeriksaan tanda-tanda klinis, dan pengukuran antropometri.

1). Biokimia

Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji, seperti darah, urin, tinja, dan jaringan tubuh seperti otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak bawah kulit.

2). Pemeriksaan tanda-tanda klinik

Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa, mulut dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjer tiroid (Hartono, 2000).

3). Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan


(29)

sebagai metode Penilaian Status Gizi, yaitu: 1). Kurang energi, protein (KEP), khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, 2). Obesitas pada semua kelompok umur. Penilaian status gizi dengan menggunakan antropometri ini memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan pengukuran antropometri yaitu: 1). Relatif murah, 2). Cepat, 3). Objektif, 4). Gradabel, dapat dirangking apakah ringan, sedang, atau berat, 5). Tidak menimbulkan rasa pada responden.

Keterbatasan pengukuran antoprometri yaitu: 1). Membutuhkan data referensi yang relevan, 2). Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada observer (kesalahan pengukuran, pembacaan, peralatan), 3). Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi dan protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro.

Macam-macam pengukuran antropometri yang biasa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut:

a). Massa Tubuh

Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang sebagai indikator status gizi bagi dengan off point < 2,500 gram dikatakan sebagai bayi dan BBLR. Menilai status gizi biasanya berat badan dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan.

b). Pegukuran Linier (panjang)

Dasar pengukuran Linier adalah tinggi (panjang) atau status dan merefleksikan pertumbuhan skletal. Pengukuran linier lainnya seperti tulang


(30)

biasanya digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya : panjang lengan atas atau kaki.

c). Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinspnya adalah mengukur jaringan tulang skletal yang terdiri dari kaki, pinggul, tulang belakang, dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umunya hanya mengukur total tinggi (Panjang) yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu.

d). Panjang Badan

Panjang badan dilakukan pada balita yang berukuran kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data tinggi badan.

e). Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala biasanya digunakan pada anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti Hydrocephalus (ukuran kepala besar) atau Microcephaly (ukuran kepala kecil).

f). Lingkar Dada

Pengukuran lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa digunakan pada anak usia 2-3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat dari pada


(31)

lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan dada yang lambat sehingga rasio lingkar dada dan kepala < 1.

g). Lingkar Lengan Atas

Lingkar Lengan Atas (LILA) biasa digunakan pada anak balita. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita kadang kala susah untuk mendapatkan data umur yang tepat.

h). Tinggi Lutut

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang (Hartono, 2000).

i). Komposisi Tubuh

Otot dan lemak merupakan jaringan lemak bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai status gizi anak masyarakat.

Indeks antropometri merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut:

Berat badan terhadap umur : Indikator status gizi kurang saat sekarang,

kadang umur secara akurat sulit didapat, growth monitoring, pengukuran yang berulang dapat mendeteksi kegagalan pertumbuhan karena kurang energi, protein atau infeksi.


(32)

Tinggi badan terhadap umur : Indikator status gizi masa lalu, indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, kadang umur secara akurat sulit didapat, berat badan / tinggi badan, mengetahui proporsi badan (gemuk, normal, kurus), indikator status gizi saat ini, umur tidak boleh diketahui.

Lingkar lengan atas terhadap umur :

Dapat mengindentifikasi KEP pada balita, tidak memerlukan data umur yang kadang sulit, dapat digunakan pada saat emergency, membutuhkan alat ukur yang murah pengukuran (Hartono, 2000).

B). Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1).Variasi dari statistik kesehatan bagian dari indikator status gizi dimasyarakat 2). Kategori infor, 3). Masalah umum, 4). Angka kematian pada angka tertentu, 5). Angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu

6). Statistik pelayanan kesehatan 7). Indeks yang berkaitan dengan keadaan gizi (Hartono, 2000).

2.4. Fungsi Gizi

Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang dikenal ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

a. Karbohidrat (Hidrat Arang).

Mengandung zat karbon dalam dengan ikutan dengan hydrogen dan oksigen dalam perbandingan yang ada dalam air kelompok makanan ini menyediakan


(33)

panas dan energi untuk tubuh, karbon oksigen membentuk karbon oksigen yang menghasilkan.

b. Protein

Protein merupakan makanan yang mengandung nitrogen, berguna untuk pertumbuhan, perbaikan dan pertumbuhan baru.

c. Vitamin

Unsur penting untuk hidup, kesehatan dan pertumbuhan, diperlukan untuk metabolisme tubuh. Vitamin ini diklasifikasikan menurut daya larutnya. Vitamin yang larut dalam lemak mencakup vitamin A, D, E, K. Vitamin yang larut dalam air, mencakup vitamin B1, B kelompok (B2, B6, B12), Vitamin C dan Vitamin P.

d. Mineral

Mineral dapat memelihara keseimbangan asam tubuh, mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein tubuh, sebagai bagian hormon dan enzim tubuh, membantu memelihara keseimbangan tubuh, sebagai bagian cairan usus dan berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan jaringan tubuh lainnya.

e. Air

Air sangat penting bagi kesehatan, dua sepertitiga dari berat tubuh terdiri dari, Kekurangan air akan cepat lebih parah dari pada kekurangan bahan makanan. Air merupakan bagian yang besar dari jaringan yang berfungsi untuk melarutkan berbagai zat.


(34)

2.5. Ciri - ciri Anak Sehat

Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah : a). Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tingginya badan secara teratur dan proporsional, b). Tingkat perkembangan sesuai dengan umurnya, c). Tampak aktif / gesit dan gembira, d). Mata bersih dan bersinar,

e). Nafsu makan baik , f). Bibir dan lidah tampak segar, g). Pernafasan tidak kering, h). Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, i). Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Jika ciri-ciri tersebut telah dimiliki oleh anak, maka pertumbuhan perkembangan anak biasanya dapat dikatakan wajar/normal. Ciri - ciri anak sehat dapat dilihat dari berbagai segi antara lain segi fisik, psikis, sosialisasi. a). Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani yang normal, b). Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar : Pikiran bertambah peka, kemauan bersosalisasi baik. c). Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (Santoso, 1999).

2.6. Penyakit Defisiensi Gizi Anak

Masalah gizi masyarakat pada anak-anak mereka yang telah ditemukan terlebih dahulu, maka ada 4 penyakit defisiensi gizi yang dianggap sudah mencapai kegawatan nasioanl karena kerugian yang mungkin ditimbulkannya terhadap pembangunan manusia secara nasioanal adalah :


(35)

Penyakit kekurangan kalori dan protein yaitu : Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan kekurangan protein sebagai penyebab dominan, marasmus adalah gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrim, maraskwashiorkor adalah kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi

Upaya penanganan kurang energi dan protein adalah : Memulihkan keadaan gizinya dengan cara mengobati penyakit yang menyertai dan memenuhi kebutuhan gizinya. Mencegah kekambuhan maka yang memerlukan kandungan energi yang lebih tinggi dari pada yang dikombinasikan setiap hari.

Penyakit Defisiensi Vitamin A

Xerophthalmia adalah gangguan penglihatan yang permanent bahkan sampai menjadi buta.

Usaha penanggulangan kekurangan vitamin A adalah : Menganjurkan anak meningkatkan konsumsi makan secara keseluruhan untuk makan sayur dan buah pokoknya sumber nabati yang kaya akan vitamin A. Mengatasi kegawatan xeropthalmia diberi kapsul vitamin A.

Penyakit Defisiensi Yodium

Hipertrophi kelenjer gondok adalah terjadinya pembesaran kelenjer gondok karena pembentukan hormon Thyroxin terhambat maka kelenjer thyroid berusaha mengadakan kompensasi dan menambah jaringan kelenjer. Upaya penanggulangan dan pencegahan gondok distribusi garam beryodium.


(36)

Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia adalah gangguan fungsi hemoglobin sebagai alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak sekolah Konsentrasi dalam belajar tampak menurun memperlihatkan kondisi anemia terlihat pucat, selaput kelopak mata, bibir dan kuku, badanya lemah kurang gairah, cepat merasa lelah, sesak nafas.

Upaya penanggulangan anemia adalah : Pemberian suplemen tablet zat besi Fortifikasi suplemen tablet zat besi seperti garam dapur, tepung terigu, dan penyedap makanan (Ranti, 1999).

2.7. Pengolahan Makanan

Seorang pengelola makanan baik untuk keluarga maupun masyarakat, perlu mengetahui bahwa proses pengolahan makanan dapat meningkatkan mutu makanan yang dikonsumsi. Selama proses pengolahan makanan zat gizi yang ada dibahan makanan dapat rusak atau hilang. Tahap-tahap dalam proses penyiapan makanan, yaitu :

a). Penyucian makanan : Proses penyucian sebaiknyadi lakukan sebelum pemotongan dengan berasal dari tanah kotor dan adanya serangga. Bahan makanan nabati sebaiknya dicuci dulu dengan air yang mengalir dan bersih, sebelum disiangi agar-zat-zat yang terkandung dan bersifat larut dalam air, tidak terbuang bersama air. Bahan makanan yang disiangi adalah ikan, perlu secepatnya dibuang insang dan isi perutnya untuk mencegah terjadinya proses pembusukan yang cepat dan dicuci dengan menggunakan air bersih dan mengalir, sehingga bahan makanan tersebut bersih.


(37)

b). Pemotongan bahan makanan

Pemotongan bahan makanan bertujuan untuk memudahkan makanan masuk kedalam mulut dan mengunyah, terutama bahan makanan yang agak keras dan liat.

c). Proses pengolahan atau pemasakan

Pengolahan dilakukan dengan mempergunakan proses, baik panas langsung maupun panas tidak langsung. Panas ini mengubah sifat-sifat kimia makanan yang berlanjut pada sifat-sifat gizinya (Santoso, 1999).

Pengaruh Pengolahan Makanan

a). Pecahnya dinding sel

Zat-zat gizi berada dalam sel bahan makanan, terlindung dari bahan-bahan lain yang dapat merusaknya atau mengganggunya.

b). Melemahkan dan mematikan mikroba

Berbagai mikroba, parasit, telur, atau yang mencemari bahan makanan akan dapat terbunuh. Dalam pengolahan makanan dapat meningkatkan keamanan makanan untuk kesehatan tubuh.

c) Mengubah berbagai zat gizi secara positif dan negatif

Pengaruh positif dalam pengolahan makanan dapat memberikan pengaruh negatif yang merusak sifat bahan makanan sehingga sukar atau tidak dapat dicerna oleh tubuh.


(38)

d) Pemanasan yang terlalu tinggi dapat menimbulkan zat karsiogenik

Pada bahan makanan nabati maupun hewani yang diolah dengan panas tinggi sehingga menjadi hangus, dapat terbentuk ikatan-ikatan yang bersifat karsinogenik yaitu merangsang terjadinya kanker.

e) Panas dapat meniadakan zat-zat toksik

Panas dapat menetralkan pengaruh zat-zat toksik saat proses penyiangan, pemotongan dan pengolahan makanan (Santoso, 1999).

2.8. Faktor Sosial Budaya Terhadap Status Gizi

Peranan gizi berbagai Negara atau daerah terdapat kelompok masyarakat yang biasanya mempunyai makanan pantangan terutama pada anak kecil khususnya di Indonesia. Budaya berperan dalam status gizi anak dan masyarakat ada beberapa kepercayaan, seperti tahu mengkonsumsi makanan tertentu yang sebenarnya makanan itu justru bergizi (Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2008).

Faktor sosial budaya dipandang terhadap status gizi sehubungan dengan gizi yang biasanya dipandang batas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, tahayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia (Marsetyo, 2005).

Konsep kebudayaan, masukkan unsur nilai, kepercayaan, sehingga timbulah penggolongan makanan dan bukan makanan, dalam hal ini yang menyebabkan sulitnya mengalihkan masyarakat untuk merubah kebiasaan makanan (Santoso, 1999).


(39)

Tahu terhadap makanan karena makanan tersebut asing bagi masyarakat beberapa kebudayaan menolak makanan daging binatang yang dipeliharanya, tabu terhadap makan binatang tertentu, untuk mencegah musnahnya binatang yang bermanfaat bagi masyarakat. Kepercayaan atau religi makanan tertentu menjadi dasar alasan tabu terhadap makanan tertentu (Santoso, 1999).

Peranan makanan dalam soaial budaya : 1). Makanan sebagai pernyataan adanya hubungan sosial, 2). Makanan sebagai simbol pernyataan solidaritas kelompok, 3). Makanan sebagai pernyataan rasa stress, 4). Makanan sebagai simbol bahasa (Santoso, 1999).

Kebiasaan makan suatu masyarakat sangat dipengaruhi faktor sosial budaya masyarakat. Menyadari pentingnya faktor-faktor sosial dan budaya yang memepengaruhi gizi masyarakat. Maka usaha-usaha untuk memperbaiki pola-pola makan harus disesuaikan dengan pola-pola sosial budaya dari masyarakat sasaran (Santoso, 1999).

3. Gizi Anak Indonesia

3.1. Masalah Makan Anak

Masalah makan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1). Pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah, 2). Pendapatan keluarga yang rendah, 3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga yang rendah, 4). Prilaku pengasuh yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan yang tidak mengikuti kaidah gizi dan kesehatan, 6). Kondisi kesehatan anak (Joen, 2008).


(40)

Prilaku makan yang kurang tepat sering muncul karena ulah orang tua, seperti kebiasaan untuk menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara memberikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb), anak yang sudah berkonsumsi makanan padat kalori perutnya akan segera kenyang sehingga anak tersebut tidak ingin makan (Joen, 2008).

Kegiatan makan bagi anak harus dibuat dalam suasana yang menyenangkan. Ketika anak makan jangan ada unsur paksaan sehingga timbul kesan saat makan menjadi sesuatu yang menjengkelkan atau merupakan hukuman. Kebiasaan makan bersama yang sudah ditinggalkan ada baiknya dihidupkan lagi. Anak balitapun biasa merasakan nikmatnya makan bila semua anggota keluarganya duduk bersama-sama di meja makan. (Joen, 2008).

Masalah makan anak dapat berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak. Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perut anak dapat menjadi indikasi bahwa anak itu mempunyai peluang besar untuk menderita kurang gizi. Indikator status gizi kurang dicerminkan oleh berat badan atau tinggi badan anak di bawah standar. Menggunakan ukuran standar sebagai perbandingan kita dapat mengetahui yang ada dalam diri anak secara psikologis, muncul sebagai problema makan anak (Joen, 2008).

Masalah makan dijumpai dalam bentuk anak tidak selera makan. Perilaku tidak selera makan atau menolak makan bukanlah menjadi masalah sederhana. Anak yang malas makan selalu berusaha mencari-cari alasan untuk tidak makan. (misalnya : ngemut makanan, mempermainkan dan memuntahkan makanan (Sekarniasih, 2006).


(41)

Masalah makan anak pilih-pilih makanan sering dijumpai pada anak yang membuat orang tua bingung anak yang cenderung berperilaku pilih-pilih makanan akan mengalami kesulitan dalam meramu variasi makanan untuk mencukupi kebutuhan gizinya (Sekarniasih, 2006).

Makanan yang dikonsumsi sehari-hari cenderung seragam, padahal keanekaragaman makanan merupakan cara yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi. Anak-anak biasa saja setelah besar tidak ingin mengkonsumsi makanan yang keras (Depkes, 2000).

Masalah makan anak secara psikologis dapat muncul karena anak meniru atas apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menolak makan karena diet, si anak akan mengembangkan perilaku menolak makan (Depkes, 2000).

Perilaku sulit makan juga dapat timbul karena orang tua tidak mendalami ego anak. Orang tua selalu memaksakan anak harus makan ini-itu dengan porsi yang sudah ditentukan. Saat makan mengharuskan menghabiskan makanan di piring, maksud orang tua memang benar mereka menginginkan anaknya tumbuh sehat dengan gizi cukup, tetapi mereka kurang menyadari kalau makan menjadi persoalan gizi unsur psikologis (Khomsar, 2001).

3.2. Masalah Gizi Anak

a). Anemia defisiensi besi

Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan terutama perlu anak yang terlalu banyak mengkonsumsi susu sehingga


(42)

mengendalikan keinginan untuk menyantap makanan lain. Maka untuk mengatasinya anak harus diberi dan dibiasakan makanan yang mengandung banyak besi, sementara itu sebagian susu diganti dengan air jeruk, meski tidak mengandung besi, air jeruk kaya akan vitamin C yang dapat membantu penyerapan besi.

b). Karies gizi

Lubang gigi sering terjadi pada anak, karena terlalu sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Keries yang terjadi pada gigi suhunya memang tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak memasuki usia remaja, bahkan sampai dewasa. Gigi yang berlubang akan menyerang gigi permanen sebelum gigi tersebut berhasil menembus gigi, untuk mengatasinya menggosok gigi dengan pasta gigi berflorida sebaiknya segera sesudah makan.

c). Penyakit kronis

Penyakit yang tidak menguras energi, berlangsung lama dapat mengganggu pertumbuhan karena menghilangkan nafsu makan, misalnya campak yang menghabiskan cadangan vitamin A.

d). Berat badan berlebih

Kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidak seimbangan energi yang masuk dengan yang keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga. Untuk mengatasinya perlambatan ini dapat dengan cara mengurangi makanan, memperbanyak olahraga.


(43)

f). Televisi

Dampak tayangan televisi, terlebih iklan yang dilakonkan oleh anak-anak yang belum dapat berpikir kritis mudah terbujuk dan hampir seketika menyukainya, misalnya : keripik kentang, permen atau makanan lain yang “tak bergizi yang diiklannya di bintangi oleh sebaya mereka. Satu-satunya cara yang efektif untuk menghindarkan tayangan “ buruk “ itu adalah berikan pengajaran tentang dampak negatif makanan yang dilakukan.

g). Berat badan kurang

Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk, sama seperti masalah kelebihan berat, langkah penanganan harus di dasarkan pada kemungkinan pemecahannya.

h). Alergi

Alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal terhadap makanan tidak normal terhadap makanan yang orang biasa dapat mentoleransinya, alergi makanan tidak jarang terlihat pada anak terutama pada mereka yang memiliki riwayat keluarga sebagai penderita alergi, angka kejadian ini akan terus meningkat. Alergi boleh jadi bersifat sementara atau bahkan menetap. Alergi yang dipilih oleh susu, kedelai, telur, dan tepung terigu dapat reda sendiri, sementara yang disebabkan oleh alergi ikan, dan kerang cenderung menetap (Dinkes RI, 2008).


(44)

3.3. Penanggulangan Masalah Gizi Kurang

Keadaan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan, Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekurat.

Menggalakkan komunikasi informasi dan edukasi suatu cara pemberian informasi atau pesan yang berkaitan dengan gizi seseorang atau institusi terhadap masyarakat. Sebagai penerima pesan dari media tertentu. Pesan dasar gizi seimbang yang di tunjukkan kepeda masyarakat sebagai pedoman umum Penyuluhan Gizi Masyarakat ada “ 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang ” yang di terbitkan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI, yaitu : 1). Makanlah makanan yang beraneka ragam, 2). Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi, 3). Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, 4). Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat data kecukupan energi, 5). Gunakanlah garam yang beryodium, 6). Makanlah makanan sumber zat besi, 7). Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan, 8). Biasakan makan pagi, 9). Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya, 10). Lakukanlah kegiatan fisik dan olagraga yang teratur, 11). Hindari minuman beralkohol, 12). Makanlah makanan yang yang aman bagi kesehatan, 13). Bacalah tabel pada makanan yang dikemas (Ranti, 1999).


(45)

Pemberian nutrisi yang baik dan benar pada anak, perlu diperhatikan beberapa hal lain yang akan menunjang seluruh proses konsumsi seseorang yaitu : kebersihan, pengolahan yang tepat sehingga enak dimakan serta suasana menyenagkan ketika makan dalam menyusun menu hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a). Kombinasi rasa yaitu asin, manis, asam, pahit, pedas, jika disukai, b). kombinasi warna hidangan yaitu warna merah, hijau, coklat, kuning, dsb, c). variasi kering atau berkuah banyak, seperti sup, sayur asam maupun sedikit kuah seperti tumis, sayur, sambal goreng serta yang kering seperti ikan goreng kering, tempe, d). variasi bentuk potongan, yaitu persegi panjang, tipis, bulat, dan sebagainya, e). variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik pengolahan yang digoreng, dan direbus dan lain sebagainya, sehingga memberikan penampilan, tekstur, dan rasa berbeda pada hidangan tersebut. Sebaiknya dihindari adanya penaggulangan warna, rasa, bentuk, teknik pengolahan dalam satu menu (Ranti, 1999).

Memelihara dan menjaga kesehatan dan status gizi anak balita agar cerdas dan tumbuh kembang yang baik. Mencerdaskan kesadaran masyarakat untuk menerapkan kaidah kesehatan dan gizi dalam memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarganya dengan meningkatkan pengetahuan kesehatan gizi pada kader dan anggota Pondok Gizi Budarzi. Meningkatkan pengetahuan teknik pengolahan makanan lokal sehat yang higienis, bergizi dan bervariasi sehingga tercipta ketahanan pangan. Meningkarkan keterampilan kader dalam menangani masalah gizi buruk atau kurang. Membudayakan kebersamaan dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan anak balita (Ranti, 1999).


(46)

3.4. Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia

Upaya perbaikan gizi masyarakat telah lama dilakukan di Indonesia. UPGK usaha keluarga untuk memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga terutama golongan yang rawan. Usaha ini dilakukan dengan pengawasan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai sektor secara terkoordinasi dan merupakan bagian pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Nita, 2008).

Ada beberapa jenis usaha yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain :

a). Program perbaikan gizi, b). Program Makanan Tambahan, c). Program Fortifikasi Pangan (Nita, 2008).

Masalah g,izi adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh siapaun juga. Oleh karena itu harus dengan cara untuk menanggulanginya melalui berbagai tindakan. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi akan berakibat kerusakan yang sukar atau malahan tidak dapat ditolong (Nita, 2008).

Masalah gizi masyarakat bukan semata-mata masalah masyarakat meskipun akibat dari kekurangan gizi pada umumnya adalah menurunnya tingkat kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai disiplin, baik jenis produksi, pertanian dan lain sebagainya. (Nita, 2008).


(47)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kecamatan Siborong-Borong. Masyarakat yang berperan dalam pelayanan kesehatan yang telah dipilih oleh masyarakat itu sendiri secara sukarela agar ikut dalam meningkatkan status gizi anak. Masyarakat yang berperan ditentukan berdasarkan kualitas bukan kuantitas sumber daya manusia. Proporsi masyarakat berpendidikan rendah dan tinggi mencerminkan kualitas sumber daya manusia disuatu komunitas atau yang bersangkutan dalam segala program kegiatan yang diselengarakan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat, sosial budaya, agama, pendapatan, pengetahuan gizi setiap keluarga, dan perilaku masyarakat.

Sedangkan fokus utama yang akan diteliti mencakup variabel peran masyarakat yang meliputi Partisipasi Masyarakat, konseling status gizi, dan jumlah masyarakat yang berkontribusi dalam meningkatkan status gizi anak. Partisipasi masyarakat dalam program pelayanan gizi masyarakat beroryentasi pada pemeliharaan kesehatan dan keadaan gizi anak, dengan jalan membina, mendampingi, dan melayani serta memanfaatkan potensi makanan lokal dibidang gizi masyarakat setempat. Lingkup kegiatan yang dilakukan pendaftaran balita, penimbangan, pemberian makanan tambahan. Peran masyarakat dalam konseling membantu sesama mereka didalam masyarakat untuk memberikan informasi tentang gizi untuk membangun kesadaran masyarakat untuk menerapkan kaidah


(48)

kesehatan dan gizi dalam memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarga dalam pengolahan makanan lokal sehat yang higienis, bergizi, dan bervariasi sehingga tercipta ketahanan pangan. Masyarakat yang berperan untuk berkontribusi dalam membangun untuk mencapai tujuan bersama sudah pasti memerlukan sumber daya baik tenaga, dana dan sarana, sumber daya ini dapat berasal dari masyarakat yang berkontribusi. Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai peran masyarakat dapat dinilai berdasarkan kategori penilaian tinggi, sedang, rendah dalam meningkatkan status gizi anak (Notoatmodjo, 2005)

Skema 1. Kerangka konseptual Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Status Gizi Anak Di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borong .

Peran Masyarakat :

• Partisipasi dalam pelayanan masyarakat

• Konseling

• Kontribusi Masyarakat

Kategori peran masyarakat :

• Tinggi

• Sedang


(49)

2. Defenisi Konseptual dan Operasional 1. Peran Masyarakat

Defenisi Konseptual : tenaga sukarela yang tertarik dalam kegiatan pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat dimana individu tersebut bertanggungjawab dan dipilih oleh masyarakat dengan perpanjangan tangan dari petugas kesehatan untuk malaksanankan dan meningkatkan status gizi anak yang merupakan suatu upaya atau proses dimana masyarakat mampu mengatasi masalah-masalah mereka sendiri dan menggali potensi-potensi masyarakat setempat untuk mengatasi masalah mereka sendiri di komunitas/masyarakat. Timbulnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu terutama status gizi anak, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Defenisi Operasional : kemandirian masyarakat dibidang kesehatan sebagai hasil pemberdayaan dibidang kesehatan sesungguhnya merupakan perwujutan dari tanggung jawab mereka akan kesehatan mereka melalui : Partisipasi kader, konseling, masyarakat yang berkontribusi dalam meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borongs.

2. Status Gizi

Defenisi Konseptual : Merupakan keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan, yaitu intake zat-zat gizi yang ada dalam makanan kita sehari – hari. (Nita, 2001).

Defenisi Operasional : Memampukan status gizi anak di Kecamatan Siborong – borong Kelurahan Lumban Tonga-tonga berdasarkan WHO – NCHS. Dimana penimbangan berat badan dengan timbangan injak.


(50)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian yang di laksanakan menggunakan desain deskriftif yang bertujuan untuk menggambarkan peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-tonga.

2.Populasi dan Sampel

2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borong adalah 300 kepala keluarga.

2.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara random sederhana berdasarkan rumusan (Dempsey-Dempsey, 2002) yaitu 10-20% dari total populasi. Dengan demikian jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 30 orang ibu rumah tangga yang memahami tentang keterlibatan peran masyarakat untuk meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borong. Adapun alasan pemilihan ini bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan dapat membaca, menulis, berbahasa Indonesia dengan baik dan belum pernah menjadi responden dalam penelitian yang sama.


(51)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong. Adapun alasan dengan pertimbangan bahwa di Kelurahan Lumban Tonga-tonga belum pernah dilakukan penelitian peran masyarakat dalam meningkatan status gizi anak, dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2009.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Kecamatan Siborong-Borong selanjutnya setelah mendapat izin peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan mendatangkan lembar persetujuan (informed consent), kesediaan menjadi responden adalah sukarela sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa adanya tekanan baik secara fisik maupun psikologis serta dapat mengundurkan diri setiap waktu. Selanjutya membuat jadwal untuk melakukan pengambilan data langsung dari sampel serta menyerahkan langsung lembar persetujuan kepada responden, dimana peneliti akan menjaga kerahasiaan dengan tidak mencantumkan nama responden dan hanya diberi kode pada masing-masing lembar kuisioner sehingga kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti.


(52)

5. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuisioner yang disusun peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep (Notoatmodjo, 2005). Kuisioner penelitian ini terdiri dari data demografi responden meliputi : Jenis Kelamin, Umur, Agama, Pendidikan.

Bagian kedua adalah kuisioner tentang peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak meliputi : Partisiapsi masyarakat, konseling, kontribusi masyarakat. Peran masyarakat terdiri dri 3 pertanyaan tertutup, Kuisioner Data Demografi terdiri dari 4 pertanyaan tertutup, sedangkan Kuisioner Peran Masyarakat terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan komponen partisipasi dalam kesehatan 5 pertanyaan (1-5) , Konseling (6-10), Kontribususi masyarakat (11-15).

Kuisioner ini terdiri dari pertanyaan tertutup sebanyak 15 soal dengan 2 kemungkinan jawaban yaitu “ya” dan “tidak” jika jawaban ya (skor 1), jika jawaban tidak (skor 0) dengan skala pengukuran dengan menggunakan Gutman Scale dengan jumlah skor 0-15 (Aziz, 2007).

Berdasarkan rumus statistik P = Rentang

Banyak Kelas

(menurut Sudjana 2005)

Dimanan P merupakan panjang kelas, yaitu dengan rentang sebesar 15, dan banyak kelas sebesar 3 maka didapat dengan nilai terendah 5 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak di Kelurahan Lumban Tonga-Tonga Siborong-Borong dengan tiga kategori


(53)

untuk penilaian peran masyarakat (tinggi, sedang, rendah). Berdasarkan rentang skor yaitu ;

Tinggi = 11-15

Sedang = 6-10

Rendah = 0-5

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

6.1. Uji Validitas

Hal pertama yang penting untuk mengevaluasi keadekuatan instrumen adalah uji validitas yang menjelaskan benar-benar perihal yang seharusnya diukur. Dalam hal ini instrumen telah dikonsultasikan dan dinilai oleh seorang dosen Keperawatan Komunitas di lingkungan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera.

6.2. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (relibialitas) instrument dapat dilakukan uji relibialitas instrument yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat ukur dapat disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dan dapat diandalkan (Polit & Hungler, 1999). Untuk kuisioner peran masyarakat dengan lembaran Checklist dengan menggunakan rumus KR 21 dengan analisa program komputerisasi dengan hasil 0.745.


(54)

7. Prosedur Pengumpulan Data

Tahap awal prosedur pengumpulan data penelitian ini adalah mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawaatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian surat permohonan izin yang diperoleh diajukan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Siborong-Borong. Setelah mendapat izin penelitian dari Kepala Puskesmas Kecamatan Siborong-Borong peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitan. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang sudah dibuat sebelumnya. Setelah mendapatkan calon responden selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat dan proses pengumpulan data bila calon responden bersedia maka penelitian dilakukan. Peneliti mendampingi responden selama lebih kurang 25-30 menit dalam mengisi kuisioner.

8. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Langkah yang diambil setelah data dikumpulkan diolah dan ditabulasi dengan menggunakan sistem komputerisasi untuk editing atau mengedit data, untuk mengevaluasi kelengkapan, konsitensi, dan kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian, Coding atau mengkode data. Untuk setiap jawaban berdasarkan jenis pertanyaan. Kemudian melakukan tabulasi jawaban responden menurut kriteria berdasarkan peran masyarakat. Selanjutnya Uji data yang telah ditabulasikan diolah dengan pengukuran deskriptif dan


(55)

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, presentasi berdasarkan kategorinya.


(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak, di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong. Masyarakat memberikan perhatian dalam kegiatan pelayanan kesehatan dan memecahkan masalah kesehatan anak balita secara mandiri terutama tentang gizi anak balita dan makanan yang harus dikonsumsi agar tetap sehat sebagai faktor kesehatan anak balita untuk itu perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat sebagai kader kesehatan masyarakat dioptimalkan melalui pusat kesehatan masyarakat dengan ikut serta dalam berpartisipasi, berkontribusi, dan konseling di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Siborong-borong dari tanggal 21 Juli sampai dengan Agustus 2009.

1.1. Karesteristik Responden

Pada tabel 1 dapat dilihat data hasil penelitian tentang karakteristik responden sejumlah 30 orang yang meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan terakhir, dan peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak. Data yang yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden usia 29-49 tahun (96%), jenis kelamin perempuan (100%), status menikah (96%), agama kristen protestan (80%), pendidikan SMA terakhir (46%).


(57)

Tabel 1. Distribusi frekwensi dan persentasi karekteristik responden (n=30)

Karakteristik Frekuensi Persentase Usia 25-30 31-35 36-40 >41 Jenis Kelamin Wanita Pria Status Perkawinan Menikah Janda Agama Kristen Protestan Katolik Pendidikan Terakhir SMP SMA S -1 3 12 14 1 30 0 29 1 24 6 6 14 5 10 40 47 3 100 0 97 3 80 20 20 46 16

1.2. Kategori Peran Masyarakat pada Pelayanan Kesehatan

Dari data hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan kategori peran masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong menunjukkan bahwa kategori peran yang tinggi (50%), sedang (33 %), dan rendah ( 17%).


(58)

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase peran masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak (n=30).

Kategori peran masyarakat Frekuensi Persentase Tinggi 15 50 Sedang 10 33 Rendah 5 17

1.3. Peran Masyarakat pada Pelayanan Kesesahatan.

1.3.1 Partisipasi Masyarakat pada Pelayanan Kesesahatan.

Dari hasil penellitian yang dilakukan pada peran masyarakat di Kelurahan Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong ada juga masyarakat yang memberikan perhatiannya dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan untuk status gizi anak balita (96%) sehingga mereka sendiri, secara mandiri dalam mengolah makanan yang harus dikonsumsi agar tetap sehat sebagai faktor untuk mendukung kesehatan anak balita dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, masyarakat setempat turut memberi perhatian yang berkaitan dengan peningkatan status gizi anak (93%), masyarakat juga aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan karena mereka sadar betapa pentingnya menjalin kerjasama yang baik dalam memperbaiki status gizi anak (90%), kader kesehatan atau tokoh masyarakat dalam pelayanan kesehatan pernah diberikan pelatihan oleh puskesmas atau pemerintah (93,3%), masyarakat yang berperan termotivasi agar ikut terlibat dalam program pemberian makanan tambahan (73%).


(59)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan Persentase Partisipasi Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan (n=30)

Berdasarkan partisipasi Ya n (%) Tidak n (%) Masyarakat sudah turut memecahkan

permasalahan untuk status gizi anak

Masyarakat setempat turut memberi perhatian yang berkaitan dengan peningkatan status gizi anak Masyarakat yang aktif dalam kegiatan

pelayanan kesehatan menyadari pentingnya menjalin kerjasama yang baik dalam memperbaiki status gizi anak

Kader kesehatan atau tokoh masyarakat da dalam pelayanan kesehatan pernah diberikan pelatihan oleh

puskesmas atau pemerintah Masyarakat yang berperan

termotivasi agar ikut terlibat dalam pemberian makanan tambahan

29 (96) 1 (3)

28 (93) 2 (67)

27 (90) 3 (10)

28 (93) 2 (8)

22 (73) 8 (28)

1.3.2 Kegiatan Masyarakat Dalam Konseling pada Pelayanan Kesehatan Pada kegiatan konseling tokoh masyarakat atau kader berperan sebagai sumber informasi kesehatan dalam memotivasi masyarakat untuk meningkatkan status gizi anak (80%), masyarakat setempat juga berperan sebagai konsultan (konselor) bagi masyarakat dalam memecahkan masalah gizi anak (60%), masyarakat yang berperan sebagai kader peduli kesehatan melaksanakan kegiatan konsultasi dalam meningkatkan status gizi anak melalui Posyandu (90%), masyarakat terlibat dalam proses memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi balita untuk mengoptimalkan tim kerja tenaga kesehatan (83%), masyarakat yang


(60)

berperan menjelaskan pentingnya gizi, bagi anak saat konseling kepada Orang tua anak (83%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Konseling Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan (n=30)

Berdasarkan Konseling Ya

n (%)

Tidak n (%)

Tokoh masyarakat atau kader 24 (80) 6 (20) berperan sebagai sumber informasi

kesehatan untuk memotifasi masyarakat dalam meningkatkan status gizi anak

Ada anggota masyarakat setempat 18 (60) 30 (100) sebagai konsultan (konselor) bagi

masyarakat dalam memecahkan masalah gizi anak

Masyarakat yang berperan sebagai 27 (90) 3 (10) kader peduli kesehatan melaksanakan

kegiatan konsultasi dalam meningkatkan status gizi anak melalui Posyandu

Masyarakat terlibat dalam proses 25 (83) 5 (17) memberikan penyuluhan kesehatan

tentang gizi balita untuk mengopti- malkan tim kerja tenaga kesehatan

Masyarakat yang terlibat aktif dalam 25 (83) 5 (17) kegiatan upaya meningkatkan status

gizi anak melalui penyusunan menu makanan yang dikonsumsi

1.3.3 Kegiatan Masyarakat dalam Kontribusi pada Pelayanan Kesehatan

Dalam kegiatan Kontribusi, masyarakat juga terlibat aktif dalam kegiatan upaya meningkatkan status gizi anak melalui penyusunan menu makanan yang dikonsumsi (83%), masyarakat ikut berkontribusi aktif dalam memikirkan, merencanakan, melaksanankan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat tentang peningkatkan status gizi anak melalui pemberian makanan tambahan


(1)

FREQUENCIES

VARIABLES=USIA JK STATUS AGAMA P.TERAKHIR Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7

Q8 Q9 Q10

Q11 Q12 Q13 Q14 Q15

/ORDER= ANALYSIS .

Frequencies

[DataSet1] C:\Program Files\SPSS\

Statistics

valid.sav

GET

FILE='C:\Program Files\SPSS\valid.sav'.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES

VARIABLES=USIA JK STATUS AGAMA P.TERAKHIR Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7

Q8 Q9 Q10Q11 Q12 Q13 Q14 Q15

/ORDER= ANALYSIS .

Frequency Table

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 29 1 3,3 3,3 3,3

30 1 3,3 3,3 6,7

31 3 10,0 10,0 16,7

32 3 10,0 10,0 26,7

33 2 6,7 6,7 33,3

34 3 10,0 10,0 43,3

35 2 6,7 6,7 50,0

36 2 6,7 6,7 56,7

37 2 6,7 6,7 63,3

38 2 6,7 6,7 70,0

39 3 10,0 10,0 80,0

40 5 16,7 16,7 96,7

41 1 3,3 3,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Statistics

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Valid Missing N


(2)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid perempuan 30 100,0 100,0 100,0

STATUS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menikah 29 96,7 96,7 96,7

janda/duda 1 3,3 3,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

AGAMA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kristen protestan 24 80,0 80,0 80,0

katolik 6 20,0 20,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

P.TERAKHIR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMP 6 20,0 20,0 20,0

SMA 14 46,7 46,7 66,7

S-1 5 16,7 16,7 83,3

DLL 5 16,7 16,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 1 3,3 3,3 3,3

ya 29 96,7 96,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 2 6,7 6,7 6,7


(3)

Q3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 3 10,0 10,0 10,0

ya 27 90,0 90,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 2 6,7 6,7 6,7

ya 28 93,3 93,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 8 26,7 26,7 26,7

ya 22 73,3 73,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 6 20,0 20,0 20,0

ya 24 80,0 80,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 12 40,0 40,0 40,0

ya 18 60,0 60,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 3 10,0 10,0 10,0

ya 27 90,0 90,0 100,0


(4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 5 16,7 16,7 16,7

ya 25 83,3 83,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 5 16,7 16,7 16,7

ya 25 83,3 83,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 11 36,7 36,7 36,7

ya 19 63,3 63,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 13 43,3 43,3 43,3

ya 17 56,7 56,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 11 36,7 36,7 36,7

ya 19 63,3 63,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Q14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 9 30,0 30,0 30,0

ya 21 70,0 70,0 100,0


(5)

Q15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 10 33,3 33,3 33,3

ya 20 66,7 66,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

FREQUENCIES

VARIABLES=USIA JK STATUS AGAMA P.TERAKHIR Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7

Q8 Q9 Q10

Q11 Q12 Q13 Q14 Q15

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN

MODE

/ORDER= ANALYSIS .

Frequencies

Statistics

USIA

N Valid 30

Missing 0

[DataSet1] C:\Program Files\SPSS\valid.sav

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 29 1 3,3 3,3 3,3

30 1 3,3 3,3 6,7

31 3 10,0 10,0 16,7

32 3 10,0 10,0 26,7

33 2 6,7 6,7 33,3

34 3 10,0 10,0 43,3

35 2 6,7 6,7 50,0

36 2 6,7 6,7 56,7

37 2 6,7 6,7 63,3

38 2 6,7 6,7 70,0

39 3 10,0 10,0 80,0

40 5 16,7 16,7 96,7

41 1 3,3 3,3 100,0


(6)

CURRICULUM VITAE

Nama

: Winta Mariana Batubara

Tempat/tgl Lahir : Huta Simamora, 26 Juni 1986

Riwayat Pendidikan

:1. 1992 - 1998 : SDN 114953 Tarutung

2. 1998 - 2001 : SMPN 05 Tarutung

3. 2001 - 2004 : SMAN 01 Tarutung