Pemikiran Rene Descartes Dalam Novel Dunia Sophie (Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Mengenai Pemikiran Rene Descartes Dalam Novel Dunia Sophie Karya Jostein Gaarder)

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas

Disusun oleh

ISABELLA REMINISERE SIMORANGKIR NIM: 41808145

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(3)

(4)

iv

Descartes’s Thought in the novel Sophie's World by Jostein Gaarder)

By

Isabella Reminisere Simorangkir

NIM. 41808145

This thesis under the guidance

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This study aims to determine the meaning of the text Rene Descartes’s

Thought in the novel Sophie's World. To achieve that goal then raised the question of

how the dimensions text of Rene Descartes’s Thought, how dimensions of social

cognition of Rene Descartes’s Thought and how the social context of Rene

Descartes’s Thougt in the novel Sophie's World.

This study used a qualitative approach to critical discourse analysis of

research methods, data collection techniques used were the documentation, in-depth

interviews, library research and online data retrieval. The informant was chosen by

two people, with the assumption that informants know a lot of information about the

text to be studied. While the results of in-depth interviews conducted categorization

posed questions and answers, which are then critically analyzed according to the

method of critical discourse analysis.

The results show that the dimension text that any choice of words, language

and phrases used by Jostein Gaarder and Rene Descartes had a deep sense of

meaning, clear and detailed in explaining things. Dimensions of social cognition

Jostein Jostein Gaarder shows that he want to given a philosophy’s lessons with a

lightweight language. Rene Descartes as the intelligentsia, a rationalist, the

Renaissance movement who want to contribute to the movement of people’s thinking

that at the time stipulated in regulations made by Church. Dimensions of social

context, the discourse that developed in society at that time was the result of

reflection Rene Descartes in the search for truth which must be obtained through

individual and not the subject of the rules is considered a fundamental truth. Likewise

with Jostein Gaarder which at the current state of discussion of philosophy is

considered a complex and difficult to understand.

The conclusion from this study indicate that Jostein Gaarder wants to help

people at present in understanding the philosophy of life that is considered a complex

meaning. Rene Descates’s Thought have goals that humans are able to get the truth

through reason must be owned by himself. While the suggestion that researchers can

provide, in understanding the philosophy of reality must be attributed to a state

where and how one's life according to his experience.


(5)

iii

Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder)

Oleh

Isabella Reminisere Simorangkir NIM. 41808145

Skripsi ini di bawah bimbingan Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari teks Pemikiran Rene Descartes dalam novel Dunia Sophie. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana dimensi teks dari Pemikiran Rene Descartes, bagaimana dimensi kognisi sosial teks Pemikiran Rene Descartes dan bagaimana konteks sosial teks Pemikiran Rene Descartes dalam novel Dunia Sophie.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana kritis, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan penelusuran data

online. Informan dipilih sebanyak dua orang, dengan asumsi para informan mengetahui banyak informasi tentang teks yang akan diteliti. Sedangkan hasil wawancara mendalam dilakukan kategorisasi pertanyaan dan jawaban yang diajukan, yang kemudian dianalisis secara kritis sesuai dengan metode analisis wacana kritis.

Hasil penelitian bahwa dimensi teks menunjukan bahwa setiap pemilihan kata, bahasa maupun kalimat yang dipakai Rene Descartes maupun Jostein Gaarder memiliki arti makna yang dalam, tegas dan detil dalam menjelaskan sesuatu. Dimensi kognisi sosial Jostein Gaarder menunjukan bahwa Jostein ingin memberikan pelajaran filsafat dengan bahasa yang ringan. Rene Descartes sebagai kaum intelektual, seorang yang rasionalis, kaum pergerakan Renaissance yang ingin menyumbangkan pemikirannya terhadap gerak masyarakat yang pada saat itu diatur pada peraturan yang dibuat oleh Gereja. Dimensi konteks sosial, bahwa wacana yang berkembang dalam masyarakat pada waktu itu merupakan hasil perenungan Rene Descartes dalam pencarian kebenaran yang pasti yang didapatkan melalui subjek individu dan bukan dari aturan-aturan yang dianggap kebenarannya tidak mendasar. Begitu juga dengan Jostein Gaarder dimana pada keadaan sekarang filsafat dianggap bahasan yang rumit dan susah dimengerti.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa Jostein Gaarder ingin membantu masyarat pada kehidupan sekarang dalam memahami filsafat yang dianggap sebuah pemahamaan yang rumit. Pemikiran Rene Descates memiliki tujuan bahwa manusia mampu mendapatkan kebenaran pasti melalui akal yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Sedangkan saran yang dapat peneliti berikan, dalam memahami filsafat haruslah dikaitkan dengan keadaan realitas dimana dan bagaimana seseorang itu hidup sesuai pengalamannya.


(6)

v

Syalom dan Salam Sejahtera,

Puji Tuhan saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa dengan segala

kebijaksanaan-Nya, Allah telah menitipkan jiwa dan raga untuk kita berkarya, ruh

dan hati nurani untuk kita kembali menemukan-Nya. Karena atas rahmat dan

karunia-Nya pula penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya ilimiah ini, yang berjudul

Pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie” (Analisis Wacana Kritis

Teun A. van Dijk Mengenai Pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia

Sophie Karya Jostein Gaarder).

Puji Syukur serta salam turut penulis sampaikan kepada Yesus Kristus, anak

Allah, pembawa ajaran langit yang sempurna, sang pencerah, pembawa rahmat bagi

alam semesta serta juru selamat umat manusia. Karena atas berkat-Nya lah penulis

mampu menyelesaikan segala tanggung jawab khususnya karya ilmiah saya.

Penyusunan Karya Ilmiah yang dilakukan ini telah memberikan pengalaman

tersendiri yang sangat berharga nilainya bagi saya, menambah wawasan pengetahuan

tentang kehidupan manusia dan mendapatkan pengalaman berpikir. Ketika

menyelesaikan karya ilmiah ini, tentunya hambatan kesulitan pernah penulis temui.

Oleh karenanya, dorongan semangat dari berbagai pihak, keuletan, kerja keras,

kesabaran, sangat penulis butuhkan agar dapat mengerjakan tugas ini dengan baik.


(7)

vi

dukungan materi dan doa yang tulus, serta nasehat yang bermanfaat bagi penulis.

Papa yang selalu mengajarkan penulis mengenai arti tanggung jawab, kesungguhan,

kemandirian, ketekunan dan kerja keras. Mama yang selalu mengingatkan peneliti

akan mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, agar selalu berdoa dan

beribadah, agar diberi keberkahan, kemudahan dan keselamatan dalam menjalani

kehidupan dunia dan bekal kehidupan akhirat, amin.

Kepada kakak terkasih

Fransisca Maria Shade Simorangkir

, kedua abang

penulis

Tulus Anugrah Simorangkir

dan

Steven Arga Mulia Simorangkir

penulis

ucapkan terimakasih atas kasih sayang, perhatian, doa, nasehat dan bantuan yang

diberikan kepada penulis selama penulis hidup dan khususnya dalam menyelesaikan

karya ilmiah ini.

Pada penelitian ini pula perkenankan penulis menghaturkan rasa hormat,

penghargaan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1.

Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A

, selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan penandatanganan surat

izin dan surat-surat administrasi lainnya yang diajukan penulis.

2.

Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si

, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi sekaligus dosen tetap yang mengajarkan penulis selama masa


(8)

vii

3.

Ibu Melly Maulin, S.Sos, M.Si

, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang banyak

memberikan ilmunya kepada penulis melalui proses perkuliahan.

4.

Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

selaku dosen pembimbing penulis yang

pada penulisan karya ilmiah ini, telah banyak memberikan masukan, arahan

dan saran kepada penulis melalui proses pembimbingan, serta memberikan

semangat agar penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik.

5.

Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si

, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak memberikan

nasihat, masukan, semangat kepada penulis selama proses perkuliahan.

6.

Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si

, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang banyak

memberikan ilmunya kepada penulis melalui proses perkuliahan.

7.

Seluruh Jajaran Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi

, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Bapak

Arie

Prasetio S.Sos, M.I.Kom

. Bapak

Yadi Supriadi, S.Sos., M.Phil

. Ibu

Iin

Rahmi H, S.Sos, M.I.Kom

. Bapak

Inggar Prayoga S.Ikom

. Bapak

Sangra


(9)

viii

semangat dan masukan kepada penulis.

8.

Jajaran staf sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi

. Ibu Astri

Ikawati AMd.Kom dan Ibu Intan Fajarini S.Ikom (mantan staf sekretariat).

Terima kasih atas kemudahan proses administrasi.

9.

Sekertaris Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas

Komputer Indonesia. Ibu Ratna Widiastuti, A.Md Terima kasih penulis

ucapkan kemudahan proses administrasi.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh keluarga besar

Simorangkir yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

You are my best family.

Terimakasih kepada sabahabat-sahabat penulis yang berada di Bandung,

khusunya di lingkungan perkuliahan. Kepada Hadis Syah Pradana, Natasya Tuahuns,

Citra Rahmawati, Lola, Adhe, Sarah penulis ucapkan terimakasih karena telah

mendukung, saling berbagi, menasehati, membantu dan setia menemani penulis.

Kepada sahabat penulis di Medan, keluarga besar

‘Starfish’

Putra Lubis, Aes

Berry, Fajar, Tolel, Dani penulis ucapkan terimakasih selama ini telah menjadikan

penulis adik bungsu, ratu dalam keluarga

Starfish

. Kepada saudara, teman, sahabat,

“uwak-ku” Rizki Pratama penulis ucapkan banyak terimakasih selama ini sering

membantu, berbagi pengetahuan, tempat bercerita, serta selalu mendukung penulis

khususnya dalam penulisan karya ilmiah ini.


(10)

ix

penulis untuk menemani dalam mengerjakan karya ilmiah ini hingga larut malam.

Penulis ucapkan banyak terimakasih atas rasa kekeluargaan yang diberikan kepada

penulis selama ini. Kepada seluruh keluarga ‘Tuisda-31’ terutama kepada Rigoberto

Silveira penulis ucapkan terimakasih atas perhatian, dukungan, semangat yang

diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Kepada teman-teman kelas IK-4 dan Humas-1 dan seluruh teman-teman para

pejuang 08 Universitas Komputer Indonesia yang saling menyemangati baik

langsung maupun via

twitter

penulis ucapkan terimakasih kawan! Kepada adik

angkatan 09 Universitas Komputer Indonesia “Icut, Vya, Ajeng, Ria, Dienda, Airin

dan Citra Abadi” yang belakangan ini menemani penulis baik dalam memberikan

semangat maupun dorongan kepada penulis selama menyelesaikan karya ilmiah ini.

Kepada Felix Taripar Samuel Tarigan sekaligus informan penulis, penulis

ucapkan banyak terimakasih karena telah memberikan banyak masukan, pengetahuan

khususnya mengenai filsafat kepada penulis. Juga kepada bapak Ivan Darmawan

dosen tergaul yang pernah penulis temui yang telah memberi dukungan dan masukan

dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada Yuda Sebastian yang

berada di Pekan Baru. Walaupun jauh, tetapi tetap memberikan semangat dan

dukungan serta doa lewat kata-kata, baik via BBM maupun twitter disela

penyelesaian karya ilmiah ini.


(11)

x

membutuhkan baik langsung maupun tidak langsung. Telah memberikan perhatian,

dukungan, masukan dan kasih sayang yang sangat berarti kepada penulis sehingga

penulis bisa melewatkan segala masalah yang pernah dihadapi penulis selama

beberapa tahun kebelakang dan telah memberikan banyak pelajaran mengenai usaha,

kerja keras, keikhlasan, kesabaran dalam setiap yang dijalani oleh penulis.

You are

my best and only one for me!

.

Mungkin penulis tidak dapat membalas kebaikan mereka semua secara

langsung, tapi penulis percaya bahwa “tak ada sesuatu yang percuma di dunia ini”,

tak sepersekian detik pun Allah lalai melewatkan dan menyiakan segala kebaikan

manusia. Amin.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih terdapat

beberapa kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan karya ilmiah ini maka

saya selaku penulis sangat mengharapkan dan menghargai sekali berbagai

sumbangsih saran, teguran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa dan membaca

karya ilmiah ini, sebagai bahan untuk lebih baik ke depannya.

Salam Sejahtera

Bandung, Juli 2012

Isabella Reminisere Simorangkir

Penulis


(12)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelititan ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka... 13

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 13


(13)

xii

2.1.1.2.3 Media... 18

2.1.1.2.4 Efek ... 18

2.1.1.3 Tujuan Komunikasi ... 19

2.1.1.4 Lingkup Komunikasi ... 20

2.1.2 Tinjauan Tentang Wacana ... 24

2.1.2.1 Pengertian Wacana ... 24

2.1.2.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana ... 25

2.1.2.3 Wujud dan Jenis Wacana ... 26

2.1.3 Tinjauan Tentang Novel ... 26

2.1.3.1 Unsur-Unsur Novel ... 28

2.1.4 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 30

2.2 Kerangka Pemikiran ... 34

2.2.1 Wacana dan Ideologi ... 34

2.2.2 Analisis Wacana ... 37

2.2.3 Analisis Wacana Kritis ... 38

2.2.3.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis... 38

2.2.3.2 Karakteristik Analisis Wacana Kritis ... 40

2.2.4 Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk ... 43

2.2.5 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk ... 44

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 50

3.1.1 Novel Dunia Sophie ... 50

3.1.1.1 Sipnosis Novel ... 51

3.1.2 Profil Rene Descartes ... 53

3.1.3 Sejarah Kehidupan Rene Descartes ... 54


(14)

xiii

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 71

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 71

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 72

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 73

3.2.5.1 Triangulasi Data ... 73

3.2.5.2 Menggunakan Bahan Referensi ... 75

3.2.5.3 Member Check ... 75

3.2.5.4 Uraian Rinci ... 76

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 77

3.3.1 Waktu Penelitian ... 77

3.3.2 Lokasi Penelitian ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Informan Penelitian... 79

4.1.1 Felix Taripar Samuel Tarigan ... 79

4.1.2 Ivan Darmawan S.IP., M.Si ... 81

4.2 Isi Novel Dunia Sophie pada sub-Bab Descartes ... 82

4.3 Hasil Penelitian ... 95

4.3.1 Hasil Analisis Dimensi Teks ... 95

4.3.1.1 Analisis Tematik ... 95

4.3.1.2 Analisis Skematik ... 97

4.3.1.3 Analisis Semantik ... 98

4.3.1.4 Analisis Sintaksis ... 103


(15)

xiv

4.4 Pembahasan ... 128

4.4.1 Dimensi Teks ... 128

4.4.2 Dimensi Kognisi Sosial ... 133

4.4.3 Dimensi Konteks Sosial ... 163

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 187

5.5.1 Dimensi Teks ... 187

5.5.2 Dimensi Kognisi Sosial ... 190

5.5.2 Dimensi Konteks Sosial ... 192

5.2 Saran ... 194

5.2.1 Saran Akademis... 194

5.2.2 Saran Pembaca Novel Dunia Sophie ... 194

5.2.3 Saran Untuk Pengarang Novel ... 196

DAFTAR PUSTAKA ... 197

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 199


(16)

xv

Tabel 2.1 Struktur Teks Kerangka Analisis van Dijk ……… 46

Tabel 2.2 Elemen Wacana Struktur Wacana van Dijk ………… 47

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 71


(17)

xvi

Gambar 2.1 Kerangka Analisis Model Teun A. Van Dijk ... 45

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Analisis Wacana Kritis Teun

A. Van Dijk Mengenai Pemikiran Rene Descartes

Dalam Novel Dunia Sophie Karya Jostein Gaarder ... 49 Gambar 3.1 Novel Dunia Sophie ... 52


(18)

xvii

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 199

Lampiran 2 Hasil Wawancara ... 202

Lampiran 3 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 222

Lampiran 4 Surai Izin Penelitian ... 223

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana ... 224

Lampiran 6 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 225

Lampiran 7 Berita Acara Bimbingan... 226


(19)

1

1.1 Latar Belakang

Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun berupa kisah kehidupan seseorang yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak (pembaca). Pencarian informasi melalui novel diperlukan tidak hanya mampu membaca isi novel tersebut, tetapi dibutuhkan pemahaman yang cukup sehingga apa yang dibaca mampu dimengerti dan dimaknai kembali oleh pembaca.

Novel merupakan sebagai salah satu jenis media yang memiliki informasi yang dianggap penting bagi masing-masing individu yang membutuhkannya. Peneliti melakukan penelitian terhadap salah satu novel terkemuka yang memiliki penghargaan sebagai “best seller-international” dengan judul Dunia Sophie. Novel Dunia Sophie adalah hasil karya Jostein Gaarder yang lahir pada tahun 1952 di Oslo, Norwegia. Novel Dunia Sophie merupakan novel filsafat yang berisi tentang sekumpulan pemikiran-pemikiran dari berbagai filosof dunia.

Novel Dunia Sophie merupakan suatu bentuk media komunikasi dimana penyampaian pesan-pesan filsafatnya dikemas dengan bahasa yang ringan dan menarik sehingga membantu para pembaca yang ingin mempelajari filsafat dengan bahasa yang ringan sehingga mempermudah penerimaan pesan yang


(20)

hendak disampaikan oleh novel Dunia Sophie kepada pembaca serta dapat dipahami dengan baik.

Memahami filsafat tidak hanya cukup dengan mengkonsumsi suatu teks yang dikemas dengan bahasa yang ringan dan sederhana saja, mengingat filsafat merupakan suatu bahasan yang tidak ringan untuk dapat diterima masyarakat pada umumnya. Dengan adanya novel Dunia Sophie akan mengajak kita menelusuri filsafat dengan mengenal beberapa tokok filsafat terkemuka didunia.

Novel Dunia Sophie untuk dapat memahaminya tidak hanya diperlukan suatu pengertian dan pemahaman yang cukup akan bahasa yang disediakan didalam teks, tetapi juga pembaca harus mampu mencari makna dibalik teks tersebut sehingga memunculkan persepsi baik persepsi yang sesuai dengan apa yang dikatakan para filosof melalui teks tersebut maupun persepsi yang menolak pemikiran para filosof tersebut.

Novel Dunia Sophie menceritakan tentang pemikiran beberapa filosof, salah satu tokoh filsafat yang diceritakan didalam novel Dunia Sophie ialah “Bapak Filsafat Modern” yang dikenal dengan Rene Descartes. Rene Descartes adalah seorang yang dianggap sebagai pendiri filsafat modern, yang memiliki kapasitas filosofis yang tinggi dan sangat dipengaruhi oleh fisika dan astronomi baru. Rene Descartes hadir untuk menanamkan dasar filsafat yang baru yaitu akal budi (kesadaran). Titik tolak filsafatnya adalah dengan menggunakan metodenya yang terkenal dengan keraguan (Cartesian Doubt).


(21)

Salah satu pemikiran dari Rene Descartes yang terkenal dan juga terdapat didalam novel Dunia Sophie adalah “cogito ergo sum” yang artinya “aku berpikir, karena itu aku ada”. Rene Descartes beranggapan bahwa sesuatu yang ditangkap dengan akal manusia lebih nyata daripada apa yang ditangkap dengan panca indera.

Rene Descartes meragukan segala hal yang ditangkap oleh panca inderanya karena tidak ada kebenaran yang pasti yang dihasilkan oleh panca indera. Rene Descartes juga meragukan segala pengetahuan yang ada sebelumya baik dari filosof sebelumnya maupun pengetahuan yang sudah ada turun temurun dari abad ke abad.

Rene Descartes kemudian menyusun filsafatnya sendiri dengan mengelilingi kota Eropa. Tahap – tahap pemikiran Rene Descartes untuk mencari kebenaran sejati dimulai dengan langkah-langkah metodis, yang berawal dengan menyangsikan sejumlah besar pendapat-pendapat yang menurutnya keliru yang disebut dengan kebenaran lama yang telah disepakati oleh masyarakat. Rene Descartes meragukan kebenaran-kebenaran lama yang seharusnya masih membuka jalan lebar untuk dikoreksi, disanggah dan kemudian sampai pada sebuah kebenaran baru.

Mengenai landasan filosofisnya (kesadaran), ia menguji pemikirannya lewat sebuah cara yakni bagaimana seseorang mengetahui bahwa dia tidak sedang tertidur dan bermimpi. Karena menurut Rene Descartes tidak ada perbedaan yang tegas dan jelas antara keadaan sadar dengan mimpi. Pada penelitian ini, peneliti


(22)

akan memaparakan beberapa pemikiran Rene Descartes didalam novel Dunia Sophie yang dianggap menarik oleh peneliti.

Konsep berpikir yang digunakan Rene Descartes adalah konsep berpikir yang memiliki pengertian sangat luas. Sesuatu yang berpikir, menurutnya adalah sesuatu yang meragukan, memahami, mengerti, menegaskan, menolak, berkehendak, membayangkan dan merasakan karena perasaan yang muncul dalam mimpi merupakan sebuah bentuk berpikir. Karena berpikir adalah esensi dari pikiran, pikiran pasti selalu berpikir bahkan ketika sedang tidur.

Manusia tidak hanya berusaha memasukkan apa yang ada diluar diri mereka kedalam pemikiran mereka, tetapi juga manusia tahu dan mampu berpikir tentang diri mereka. Inilah proses dimana membawa manusia sampai pada tahap kesadaran, sebab didalam kedua proses tersebut manusia tahu bahwa mereka mengerti akan diri mereka, sehingga manusia sadar akan dirinya ketika mereka berpikir.

Menurut Rene Descartes hanya akal yang dapat memberikan kepastian. Akal adalah sumber pengetahuan yang pasti dan bukan pengetahuan yang didapat oleh indera-indera manusia. Rene Descartes berusaha membuktikan kebenaran-kebenaran filsafat dengan cara seperti menggunakan sebuah dalil matematika dan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang persis sama dengan yang digunakan ketika bekerja dengan angka-angka yaitu menggunakan akal.

Keraguan Rene Descartes akan hal yang ditangkap oleh panca indera membuat Rene Descartes menyusun metode “cogito ergo sum” yang sekaligus


(23)

menjadi kritik Rene Descartes terhadap cara berpikir yang lama pada jamannya. Yakni jika setiap manusia hendak menemukan kebenaran sejati, maka harus mampu memperbaiki hidupnya dengan memperbaiki cara pandangnya, serta memperbaiki metode pencarian pengetahuannya untuk mencapai sebuah kebenaran baru dan sejati.

Hasil dari pemikiran Rene Descartes mengenai “cogito ergo sum” yang artinya “aku berpikir, karena itu aku ada” tidak mudah untuk memahami maksud dari pemikiran tersebut yang hanya berupa teks semata. Peneliti mencoba menggali lebih dalam untuk dapat menemukan makna dan menghasilkan makna baru terhadap beberapa pemikirannya. Hasil pemikiran Rene Descartes tersebut juga mempengaruhi beberapa tokoh filosof lainnya, seperti Baruch Spinoza yang menganggap Rene Descartes memiliki pengaruh besar terhadapnya. Spinoza ingin membuktikan bahwa kehidupan manusia tergantung kepada hukum alam yang universal yang membebaskan diri dari perasaan dan nasfu manusiawi.

Pemikiran Rene Descartes didalam novel Dunia Sophie merupakan penyampaian suatu ide, gagasan yang prosesnya sama dengan penyampaian suatu pesan pada media-media tertentu untuk dapat memberikan suatu gambaran, konsep serta pandangan hidup yang dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mampu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.

Sebuah pemikiran didalam kehidupan nyata harus diinterpretasikan lebih dalam, begitu juga dengan pemikiran Rene Descartes sepeti yang ada didalam novel Dunia Sophie. Dengan menggunakan bahasa yang ringan dan sederhana


(24)

tidak menutup kemungkinan pembaca harus mengkaji ulang secara mendalam pemikiran-pemikiran filosof khususnya pemikiran Rene Descartes. Pemikiran Rene Descartes merupakan pemikiran yang disusun melalui pengetahuan murni dengan tidak meneruskan pengetahuan yang ada dari pemikiran filosof sebelumnya.

Pengetahuan juga merupakan suatu ideologi tertentu yang dipercayai oleh kalangan tertentu. Dengan adanya Rene Descartes bahwa pemikiran rasionalisme yang ia tanamkan telah berhasil masuk kedalam dunia filsafat modern dan lambat laun akan banyak memaknakannya sebagai ideologi. Ideologi tidak hanya dikaitkan dengan permasalahan politik, tetapi pengetahuan juga akan diiterpretasikan sebagai ideologi.

Sebuah teks, kata aart van Zoest, tak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi (van Zoest, 1991:70). Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran (Sukarna, 1981:1).

Peneliti memaparkan beberapa pemikiran Rene Descartes yang didapat dari novel Dunia Sophie dimana pemikiran tersebut tidak cukup dengan dipahami sepintas untuk mendapatkan makna dibalik teks tersebut denga lebih mendalam. Sehingga peneliti bermaksud untuk menganalisis pemikiran Rene Descartes berupa teks yang terdapat dalam novel Dunia Sophie. Untuk mengalisis wacana


(25)

berupa teks, peneliti harus mampu memahami apa yang disampaikan melalui teks untuk dapat dimaknakan kembali oleh peneliti.

Penelitian analisis wacana mengenai pemikiran Rene Descartes pada novel Dunia Sophie, peneliti menggunakan teori wacana yang dikemukakan oleh Teun A. Van Dijk yang telah dibahas oleh peneliti diatas yang akan meneliti tiga dimensi yang telah digambarkan oleh van Dijk, yaitu : dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunya tiga dimensi atau bangunan : teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam suatu kesatuan analisis. (Eriyanto, 2001:224).

Untuk dapat menganalisis wacana berupa teks yang berada dalam lingkup filsafat sebelumnya peneliti harus mampu menelaah sebuah pemikiran filsafat yang mempertanyakan realitas manusia yang sangat mendasar dari seorang filosof tidaklah mudah karena mendekati persoalan-persoalan yang prinsipil, teoritik dan bahkan sangat abstrak. Sehingga untuk dapat memahami suatu pemikiran filosof dengan baik, terkadang harus bekerja keras sehingga dapat mengerti dan mengartikan alur pemikiran tersebut.

Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya berupa hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Pada penelitian atas wacana juga dilihat bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga memperoleh suatu pengetahuan


(26)

mengapa teks bisa seperti itu. Pada proses produksi, van Dijk menggunakan pendekatan yang khas yang melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Istilah kognisi sosial diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Pendekatan kognisi sosial juga membantu memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan.

Proses memahami sebuah pemikiran adalah suatu proses yang harus dilalui sehingga menghasilkan konsepsi baru. Dengan menghasilkan makna baru dari apa yang dipahami dari pemikiran para filosof mengenai dunia, manusia, kehidupan alam dan sebagainya sedikit banyak sering terjadi benturan persepsi sehingga muncul pemaknaan baru diluar pemikiran filosof yang dipahami. Dengan melalui tahap pemaknaan dan pemahaman serta hasil persepsi peneliti, peneliti akan membongkar teks pemikiran Rene Descartes yang ada didalam novel Dunia Sophie.


(27)

1.2 Rumusan Masalah

Dari beberapa penjabaran yang telah dijelaskan oleh peneliti pada latar belakang masalah penelitian diatas, peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana Pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie Karya

Joestein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk?”.

Mengacu pada judul penelitian dan rumusan masalah yang telah diangkat oleh peneliti berdasarkan pada latar belakang masalah penelitian, maka peneliti kemudian dapat mengambil tiga pertanyaan (pertanyaan mikro) yang dikenal sebagai identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana dimensi teks pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk?

2. Bagaiamana dimensi kognisi sosial pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk?

3. Bagaiamana dimensi konteks sosial pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk?


(28)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis wacana dengan menggunakan metode analisis wacana kritis, sedangkan teori wacana yang dipakai adalah teori wacana dari Teun A. Van Dijk yang digunakan untuk menganalisis wacana yang terdapat pada teks pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Seperti apa yang telah dipaparkan pada rumusan masalah mengenai identifikasi masalah penelitian, maka tujuan penelitian dapat peneliti paparkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dimensi teks pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk.

2. Untuk mengetahui dimensi kognisi sosial pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk.

3. Untuk mengetahui dimensi konteks sosial pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk.


(29)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kegunaan, bagi universitas diharapkan dapat menjadi tambahan bagi pengembangan ilmu pengetahuan karya ilmiah penelitian skripsi. Dalam bidang kajian ilmu komunikasi mengenai penggunaan analisis wacana kritis dalam menganalisis suatu teks, membedah berbagai unsur-unsur seputar wacana yang terdapat dalam suatu teks, dan semoga dapat memperkaya keilmuan analisis wacana dalam kajian ilmu komunikasi, termasuk jika penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan rujukan referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya dengan tema yang sama, yaitu seputar analisis wacana.

1.4.2 Kegunaan Praktis

A. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan tambahan wawasan pengetahuan ilmu komunikasi tentang analisis wacana, bahwa memahami suatu teks tidak hanya suatu bentuk tulisan yang tak bernyawa dan tanpa maksud apa-apa, oleh karena setiap teks itu memiliki wacana tersembunyi.

B. Bagi Pengembangan Akademik

Semoga penelitian ini dapat pula berguna bagi bidang kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai tambahan koleksi penelitian ilmiah di universitas. Diharapkan pula dapat menjadi


(30)

bahan penerapan dan pengembangan dalam kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai bahan perbandingan dan pengembangan referensi tambahan bagi penelitian dengan tema sejenis tentang analisis wacana.

C. Bagi Masyarakat

Bagi Masyarakat diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Agar masyarakat memiliki tambahan pemahaman tentang filsafat, bagaimana cara memahami pemikiran-pemikiran oleh filsuf-filsuf mengenai dunia luar, realitas sosial maupun memahami tentang diri sendiri. Karena sungguh tidak mudah untuk dapat memahami dunia filsafat, memahami pemikiran-pemikiran para filsuf yang muncul mulai dari jaman modern maupun sebelumnya. Filsafat juga berguna untuk mengatasi permasalahan-permasalah dalam kehidupan sehari-hari. Mengungkap hal-hal yang tidak mampu terpecahkan sebelumnya oleh pemikiran manusia pada umumnya. Semoga dengan karya ilmiah saya ini, dapat menambah wawasan baru bagi masayarakat mengenai dunia filsafat.


(31)

13

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1Tinjauan Tentang Komunikasi

Sebagai makhluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi dalam berkomunikasi. Ketika manusia diam, manusia itu sendiripun sedang melakukan komunikasi dengan mengkomunikasikan perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti selalu berkomunikasi. Manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi terhadap sesama manusia maupun lingkungan sekitar.

Ilmu komunikasi merupakan ilmu sosial terapan dan bukan termasuk ilmu sosial murni karena ilmu sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak dan perilaku manusia, sedangkan perilaku dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan maupun perkembangan jaman.

2.1.1.1Pengertian Komunikasi

Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh beberapa ahli komunikasi. Salah satunya dari Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa “Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi berasal dari bahasa


(32)

Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifat yang diambil dari communis, yang bermakna umum bersama-sama”. (Wiryanto, 2004:5)

Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai berikut, “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain)”. (Mulyana, 2003:62)

Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi.

Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito dalam Effendy sebagai:

“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari ganggua-ngangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen sebagai berikut: konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses

encoding, penerimaan atau proses decoding, arus balik dan efek. Unsur-unsur tersebut agaknya paling esensial dalam setiap pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini dapat kita


(33)

namakan kesemestaan komunikasi; Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intra-persona, antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya.” (Effendy, 2005 : 5)

Menurut Roger dan D Lawrence dalam Cangra, mengatakan bahwa komunikasi adalah: “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004 :19)

Sementara Raymond S Ross dalam Rakhmat, melihat komunikasi yang berawal dari proses penyampaian suatu lambang:

A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.”

(Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.) (Rakhmat, 2007:3)

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara mereka.


(34)

2.1.1.2Komponen-komponen Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy (2005:6), Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator (communicator)

2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant)

5. Efek (effect)

Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.1.2.1 Komunikator dan Komunikan

Komunikator dan komunikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses komunikasi. Komunikator sering juga disebut sebagai sumber atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau

encoder.

Hafied Cangara dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”

mengatakan bahwa:

”Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga


(35)

dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga” (Cangara, 2004:23).

Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

Cangara menjelaskan, ”Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara”. Selain itu, ”dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber”. Cangara pun menekankan:

“Kenalilah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi” (Cangara, 2004:25).

2.1.1.2.2 Pesan

Pesan yang dalam bahasa Inggris disebut message, content, atau

information, salah unsur dalam komunikasi yang teramat penting, karena salah satu tujuan dari komunikasi yaitu menyampaikan atau mengkomunikasikan pesan itu sendiri. Cangara menjelaskan bahwa:

”Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda” (Cangara, 2004:23).


(36)

2.1.1.2.3 Media

Media dalam proses komunikasi yaitu, ”Alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima” (Cangara, 2004:23).

Media yang digunakan dalam proses komunikasi bermacam-macam, tergantung dari konteks komunikasi yang berlaku dalam proses komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi misalnya, dalam hal ini media yang digunakan yaitu pancaindera.

Selain itu, ”Ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi” (Cangara, 2004:24).

Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks komunikasi massa media, yaitu:

“Alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surata kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic board, audio casette, dan semacamnya” (Cangara, 2004:24).

2.1.1.2.4 Efek

Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari proses komunikasi yang telah dilakukan. Seperti yang dijelaskan Cangara,


(37)

masih dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”, pengaruh atau efek adalah:

”Perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang” (De Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004:25).

Oleh sebab itu, Cangara mengatakan, ”Pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan” (Cangara, 2004:25).

2.1.1.3Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku.

Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu:

a. perubahan sikap (attitude change)

b. perubahan pendapat (opinion change)

c. perubaha perilaku (behavior change)


(38)

Sedangkan Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi oleh objek, peristiwa dan manusia.

b. Untuk Berhubungan

Salah satu motivasi dalam diri manusia yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain.

c. Untuk Meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita.

d. Untuk Bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri kita dengan mendengarkan pelawak (Devito, 1997:31).

2.1.1.4Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003:52), ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan aspek-aspek komunikasi ke dalam jenis-jenis


(39)

yang satu sama lain berbeda konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya.

A. Bidang Komunikasi

Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya, komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

1) komunikasi sosial (sosial communication)

2) komunikasi organisasi atau manajemen (organizational or management communication)

3) komunikasi bisnis (business communication) 4) komunikasi politik (political communication)

5) komunikasi internasional (international communication)

6) komunikasi antar budaya (intercultural communication)

7) komunikasi pembangunan (development communication)

8) komunikasi tradisional (traditional communication)

B. Sifat Komunikasi ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1. komunikasi verbal (verbal communicaton)

a. komunikasi lisan b. komunikasi tulisan

2. komunikasi nirverbal (nonverbal communication)

a. kial (gestural)


(40)

3. tatap muka (face to face)

4. bermedia (mediated)

C. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)

komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

komunikasi kelompok kecil (small group communication)

komunikasi kelompok besar (big group communication)

c. Komunikasi Massa (Mass Communication)

komunikasi media massa cetak (printed mass media)

komunikasi media massa elektronik (electronic mass media)

D. Fungsi Komunikasi

Fungsi Komunikasi antara lain: a. Menginformasikan (to Inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertaint)


(41)

E. Teknik Komunikasi

Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani “technikos”

yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:

a. Komunikasi informastif (informative communication)

b. Persuasif (persuasive)

c. Pervasif (pervasive)

d. Koersif (coercive)

e. Instruktif (instructive)

f. Hubungan manusiawi (human relations) (Effendy, 2003:55) F. Metode Komunikasi

Istilah metode dalam bahasa Inggris “Method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis.

Atas dasar pengertian diatas, metode komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan yang teroganisaasi sebagai berikut:

1. Jurnalisme

a. Jurnalisme cetak b. Jurnalisme elektronik 2. Hubungan Masyarakat

a. Periklanan b. Propaganda c. Perang urat syaraf


(42)

2.1.2 Tinjauan Tentang Wacana

Sudah lama bahasa menjadi unsur kajian ilmu pengetahuan, bahkan sejak zaman Yunani Kuno, walaupun bukan untuk kepentingan kebahasaan dan komunikasi. Pada saat itu alas an mengapa bahasa perlu untuk dikaji karena bahasa dianggap sebagai sebuah alat yang tepat untuk mengungkapkan konsep-konsep berpikir dan hasil pemikiran filosofis.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan sosialisasi atau berinteraksi sosial dengan bahasa manusia dapat menyampaikan berbagai berita, pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan lain-lain kepada orang lain. (Kurniawan dalam Darma, 2009:1). Bahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa terbesar, tertinggi dan terlengkap.

2.1.2.1 Pengertian Wacana

Pembahasan wacana adalah rangkaian kesatuan situasi atau dengan kata lain, makna suatu bahasa berada dalam konteks dan situasi. Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup tataran dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan ditunjang oleh unsur lainnya, yaitu situasi pemakaian dalam masyarakat.

Alex Sobur dalam Darma mengatakan, “wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek)


(43)

yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.”

Melalui pesan wacana, pesan-pesan komunikasi seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril. Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain.

2.1.2.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana

Berdasrkan pengertian wacana, kita dapat mengidentifikasi cirri dan sifat sebuah wacana, antara lain sebagai berikut:

1. Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur.

2. Wacana mengungkapkan suatu hal (subjek).

3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, dan lengkap dengan semua situasi pendukungnya.

4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu.realitas, media komunikas, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam kenyataan wujud dari bentuk wacana itu


(44)

2.1.2.3 Wujud dan Jenis Wacana

Wujud adalah rupa dan bentuk yang dapat diraba atau nyata. Jenis adalah cirri khusus. Jadi wujud wacana mempunyai rupa atau bentuk wacana yang nyata dan dapat kita lihatstrukturnya secara nyata. Sedangkan jenis wacana mempunyai arti bahwa wacana itu memiliki sifat-sifat atau cirri-ciri khas yang dapat dibedakan dari bentuk bahasa lain.

Pada dasarnya, wujud dan jenis wacana dapat ditinjau dari sudut realitas, media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam kenyataannya wujud wacana itu dapat dilihat dalam beragam buah karya si pembuat wacana, yaitu: teks (wacana dalam wujud tulisan/grafis) antara lain dalam bentuk berita, feature, artikel, opini, cerpen, novel, dsb.

Talk (wacana dalam wujud ucapan) antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb. Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb. Artifact (wacana dalam wujud jejak) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb.

2.1.3 Tinjauan Tentang Novel

Novel adalah cerita berbentuk prosa yang menceritakan kehidupan manusia. Novel menceritakan kejadian yang luar biasa yang melahirkan


(45)

konflik yang pada akhirnya melahirkan perubahan nasib para pelakunya dengan uraian-uraian yang sederhana.1

Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut dengan novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang berati ‘sebuah kisah, sepotong berita’.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar karena daya tarik komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bacaan novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan.

Beberapa sastrawan memberikan batasan atau devinisi novel. Batasan atau definisi yang diberikan berbeda-beda sesuai sudut pandang yang digunakan. Definisi-definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :

1. Novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar karena daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo) 2. Novel adalah bentuk karya sastra yang didalamnya terdapat nilai-nilai

budaya, sosial, moral dan pendidikan (Nurhadi, Dawud, Yuni Pratiwi, Abdul Roni).

3. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang keduanya saling

1


(46)

berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Rostamaji dan Agus Prianto)

4. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsi (Paulus Tukam)

2.1.3.1 Unsur-Unsur Novel

Novel mempunyai unsur-unsur yang terkandung didalamnya, yaitu :

1. Unsur Intrinsik, terdiri dari : a. Tema

Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel.

b. Setting

Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita. Seting meliputi waktu, tempat dan sosial budaya.

c. Sudut Pandang

Menurut Harry Show (1972:293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-kata sendiri. 2. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan lebih

banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.


(47)

3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri diluar cerita, serba melihat, serba mendengar dan serba tahu. Pengarang melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh. d. Alur atau Plot

Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian yaitu alur maju (progesif). Alur maju yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan)

e. Penokohan

Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. (Rustamaji dan Agus Priantoro)

f. Gaya Bahasa

Merupakan gaya yang dominan dalam sebuah novel (Rustamaji dan Agus Priantoro)

2. Unsur Ekstinsik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan lain-lain diluar unsur instrinsik. Unsur-unsur yang ada diluar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu


(48)

keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra (Rustamaji dan Agus Priantoro)

2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap hasil penelitian terdahulu, ditemukan beberapa penelitian teks dengan menggunakan analisis wacana kritis yang menggunakan model teori dari Teun A. van Dijk, seperti yang ditulis oleh :

1. Skripsi Teguh Firmansyah, 2011. Fokus penelitian pada analisis teks pidato dengan judul “Konstruksi Realitas Teks Pidato Indonesia Menggugat”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi realitas dari teks Indonesia Menggugat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana dimensi teks dari teks Indonesia Menggugat, bagaimana dimensi kognisi sosial teks Indonesia Menggugat dan bagaimana konteks sosial teks Indonesia Menggugat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana kritis, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan penelusuran data online. Informan dipilih sebanyak tiga orang, dengan asumsi para informan mengetahui banyak informasi tentang teks yang akan diteliti. Sedangkan hasil wawancara mendalam dilakukan kategorisasi pertanyaan dan jawaban yang diajukan, yang


(49)

kemudian dianalisis secara kritis sesuai dengan metode analisis wacana kritis.

Hasil penelitian bahwa dimensi teks menunjukan bahwa Bung Karno seorang orator ulung serta pemakai bahasa yang baik. Setiap pemilihan kata, bahasa maupun kalimat yang dipakai Bung Karno memiliki arti makna yang dalam, tegas dan detil dalam menjelaskan sesuatu. Dimensi kognisi sosial Bung Karno menunjukan Bung Karno sebagai kaum intelektual, kaum pergerakan, seorang jawa,seorang yang sangat mencintai ranah air dan rakyatnya, dan seorang yang baik dalam beragama. Dimensi konteks sosial, bahwa wacana yang berkembang dalam masyarakat pada waktu itu merupakan hasil propaganda yang dilakukan pemerintah Belanda dan agitasi yang selama ini dilakukan Bung Karno. Meskipun beraneka ragam wacana yang berkembang pada masyarakat, masyarakat pribumi tetap mendukung Bung Karno sebagai pemimpin mereka.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa faham Imperialisme dan Kapitalisme, faham penyebab terjadinya penjajahan yang ada di muka bumi, bahwa sejarah perjalanan dunia memang mengatakan demikian. Teks Indonesia Mengggugat suatu bentuk konsistensi Bung Karno melawan kedua faham itu. Sedangkan saran yang dapat peneliti berikan, agar terus dilakukan penelusuran sejarah dalam konteks apapun untuk mencari tahu jatidiri bangsa, jujur dalam sikap berbangsa, bahwa dengan jatidiri itu agar bangsa Indonesia


(50)

semakin yakin melangkah dalam melakukan pembangunan, mewujudkan cita-cita kemerdekaan.

2. Thesis Umarella, 2002. Fokus penelitian meengenai anailisis teks berita sebagai wacana yang dikonstruksikan oleh harian Rakyat Merdeka, sebagai media oposisi terhadap pemerintah mengenai pemberitaan polemik politik pasca memorandum I, II dan kontroversi Seputar Sidang Istimewa MPR tahun 2001, terhadap presiden Gus Dur. Penelitian ini menjadikan harian Kompas sebagai media pembanding. Hasil peneIitiannya menunjukkan baliwa harian Rakyat Merdeka dalam pemberitaannya cenderung menampilkan propaganda anti Gus Dur, dengan pemberitaan yang sangat sensasional dan provokatif.

Empat penelitian di atas merupakan penelitian terhadap teks berita media versus kekuasaan, dengan berbagai kepentingan yang ada di sekelilingnya. Namun demikian meskipun penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan perspektif penelitian yang sama dengan keempat penelitian tersebut, peneliti memiliki objek dan subjek penelitian yang berbeda. Fenomena komunikasi dalam hal ini kampanye dan kisruh politik Pilkada Maluku Utara dalam liputan media menurut saya tidak kalah menariknya dari keempat fenomena yang dikaji oleh peneliti terdahulu. Pilkada merupakan budaya baru dalam kehidupan demokrasi Indonesia, di mana proses pilkada cenderung menjadi penyebab konflik, sehingga tidak pernah sepi dari liputan media.


(51)

Kesimpulannya adalah bahwa tidak ada media yang terlepas dari kepentingan menyangkut ideologi, ekonomi, politik dan tidak ada media yang benar-benar independen semuanya mengusung kepentingan, dengan demikian perlu penelitian yang kritis terhadap pemberitaan teks media.

3. Thesis Thadi, 2007. Fokus penelitian pada analisis wacana pemberitaan kampanye Agusrin M. Najamuddin dalam pemilihan gubernur Bengkulu pada harian Rakyat Bengkulu. Hasil penelitian menunjukan bahwa harian Rakyat Bengkulu sebagai media cetak lokal terbesar yang ada di Provinsi Bengkulu, sering memberitakan aktivitas Agusrin M. Najamuddin sebagai salah satu calon gubernur Provinsi Bengkulu dalam kegiatan kampanye pilkada. Dalam rentang waktu yang telah ditetapkan oleh KPUD Provinsi Bengkulu sebagai penyelenggara prosesi pilkada, intensitas pemberitaan harian Rakyat Bengkulu menunjukan grafik yang meningkat. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh banyaknya agenda kegiatan kampanye pilkada yang berlangsung di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bengkulu, kegiatan tersebut memiliki nilai berita yang tinggi. Harian Rakyat Bengkulu memiliki kecenderungan dan cara tersendiri dalam memberitakan Agusrin M. Najamuddin sebagai salah satu calon gubernur Provinsi Bengkulu, sehingga harian ini terkesan sebagai “panggung kampanye” bagi Agusrin M. Najamuddin. Dengan begitu, dapat ditarik kesimpulan bahwa harian ini memiliki kesamaan ideologi dan politik-ekonomi dengan Agusrin M. Najamuddin. Hal ini


(52)

berbeda dengan harian pembanding Semarak Bengkulu yang terkesan memasang jarak dengan kandidat tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Wacana dan Ideologi

‘Bahasa adalah ideologi’, demikian secara tegas Kress dan Hodge memberi judul bukunya. Di satu titik ‘ideologi’ didefinisikan sebagai body ide yang sistematis, diatur dari titik pandang tertentu ; dimanapun ideologi dikatakan sebagai ’sekumpulan ide-ide yang di dalamnya termasuk penataan pengalaman, membuat pemahaman tentang dunia. Hal yang mudah untuk melihat bagaimana konsepsi ideologi ini, samar-samar didefinisikan, sesuai dengan penekanan para pengarang itu tentang proses klasifikasi. Hanya kelompok yang berbeda dalam masyarakat – kelompok sosial, ras, etnik, demikian seterusnya – memiliki sistem klasifikasi yang berbeda, dengan demikian mereka memiliki ideologi yang berbeda, yaitu cara yang berbeda ’dalam membuat pemahaman tentang dunia’. (Thompson, 2003: 196).

Austin (dalam Thompson, 2003 : 203) mengatakan, analisa ideologi secara fundamental concern dengan bahasa, karena bahasa merupakan medium dasar makna (pemaknaan) yang cenderung mempertahankan relasi dominasi. Membicarakan sebuah bahasa berarti sebuah cara untuk bertindak.

Tentang hubungan antara pembuat teks dan pembaca teks. Menurut Hall (dalam Eriyanto, 2001: 94), ada tiga bentuk pembacaan/hubungan antara penulis dan pembaca dan bagaimana pesan itu dibaca di antara keduanya. Pertama, posisi


(53)

pembacaan dominan (dominant-hegemonic position). Posisi ini terjadi ketika penulis menggunakan kode-kode yang bisa diterima umum, sehingga pembaca akan menafsirkan dan membaca pesan/tanda itu dengan pesan yang sudah diterima umum tersebut.

Kedua, pembacaan yang dinegosiasikan (negotiated code/position). Dalam posisi kedua ini, tidak ada pembacaan dominan. Yang terjadi adalah kode apa yang disampaikan penulis ditafsirkan secara terus-menerus di antara kedua belah pihak. Penulis di sini juga menggunakan kode atau kepercayaan politik yang dipunyai oleh khalayak, tetapi ketika diterima oleh khalayak tidak dibaca dalam pengertian umum, tetapi pembaca akan menggunakan kepercayaan dan keyakinan tersebut dan dikompromikan dengan kode yang disediakan oleh penulis.

Ketiga, pembacaan oposisi (oppasitional code/position). Posisi pembaca yang ketiga ini merupakan kebalikan dari posisi yang pertama. Dalam posisi pembacaan pertama, khalayak disediakan penafsiran yang umum, dan tinggal pakai secara umum dan secara hipotesis sama dengan apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Sementara itu, dalam posisi ketiga ini, pembaca akan menandakan secara berbeda atau membaca secara berseberangan dengan apa yang ingin disampaikan oleh khalayak tersebut. Pembacaan oposisi ini muncul kalau penulis tidak menggunakan kerangka acuan budaya atau kepercayaan politik khalayak pembacanya, sehingga pembaca akan menggunakan kerangka budaya atau politik tersendiri.


(54)

Sebagaimana dikatakan oleh Fiske, berita dan proses komunikasi secara keseluruhan pada dasarnya adalah praktik dari proses sosial dan hampir selalu ideologis: interpelasi adalah bagian penting dari praktik ideologi tersebut.

Gramsci (Eriyanto, 2401 : 104) mengatakan, hegemoni bekerja melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu kelompok terhadap kelompok lain. Salah satu kegiatan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap benar, sementara wacana lain dianggap salah. Ada suatu nilai atau konsensus yang dianggap memang benar, sehingga ketika ada cara pandang atau wacana lain dianggap sebagai tidak benar. Media di sini secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana nilai-nilai atau wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan meresap dalam benak khalayak sehingga menjadi konsensus bersama.

Gramsci melanjutkan, salah satu strategi kunci dalam hegemoni adalah nalar awam (common sense). Jika ide atau gagasan dari kelompok dominan/berkuasa diterima sebagai sesuatu yang common sense (jadi tidak didasarkan pada kelas sosial), kemudian ideologi itu diterima, maka hegemoni telah terjadi.

Dalam konsepsi Marx (Eriyanto, 2001 : 93), ideologi adalah sebentuk kesadaran palsu. Kesadaran seseorang, siapa mereka, dan bagairnana mereka menghubungkan dirinya dengan masyarakat dibentuk dan diproduksi oleh masyarakat, tidak oleh biologi yang alamiah. Kesadaran kita tentang realitas sosial ditentukan oleh masyarakat, tidak oleh psikologi individu.


(55)

Teori ideologi menekankan bahwa semua teks dan semua makna mempunyai dimensi sosial politik dan tidak dapat dimengerti kalau tidak menyertakan dimensi konteks sosial. Kerja ideologi, sebagaimana dinyatakan John Fiske (Eriyanto, 2001 : 108), selalu mendukung status quo, melalui mana kelompok yang mempunyai kekuasaan lebih besar menyebarkan gagasan dan pesannya. Sistem ekonomi diorganisir sesuai dengan kepentingan mereka, dan sistem ideologi diambil dari kerja itu untuk menyebarkan gagasan mereka. Bagi Fiske, semua teori ideologi sepakat bahwa ideologi bekerja untuk dominasi kelas, perbedaannya hanya pada cara bagaimana dominasi itu bekerja, dan tingkat efektivitasnya.

2.2.2 Analisis Wacana

Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik murni yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Dalam hal ini para pakar analisis wacana mencoba untuk memberikan alternatif dalam memahami bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu, dalam arti tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistic, semua unsur bahasa terikat pada konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk memahami hakikat bahasa dan perilaku berbahasa termasuk belajar bahasa.

Menurut Stubbs dalam Darma (2009:15), “wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi”. Bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meniliti dan menganalisis bahasa yang digunkan secara alamiah, baik lisan atau tulis,


(56)

misalnyapemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Analisis wacana menekankan kajiannya pada penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antarpenutur. Jadi, jalasnya analisis wacana bertujuan untuk mencari keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keberterimaan penggunaan bahasa di masyarakat secara realita dan cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa seperti dalam tata bahasa.

Sedangkan Kartomiharjo dalam Darma (2009:15), mengungkapkan bahawa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, oleh penulis dalam wacana tulis.

2.2.3 Analisis Wacana Kritis

2.2.3.1Pengertian Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis dalam pandangan kritis, bahwa pandangan kritis ingin mengoreksi pandangan konstruksivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Pandangan konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku – perilakunya. Hal inilah yang melahirkan paradigm kritis.


(57)

Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktifisme. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan fikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara.

Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan yang jadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memakai perspektif kritis, analisi wacana kategori ini disebut sebagai analisis wacana kritis (CDA). Ini untuk membedakan dengan analisis wacana kategori sebelumnya.


(58)

2.2.3.2Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analisis / CDA)

wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistic tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.

Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana (pemakaian bahasa dalam tutur dan tulisan) sebagai bentuk dari praktik sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya.

Praktik wacana pun bisa jadi menampilkan ideologi, wacana dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Sebagai contoh, melalui wacana, bahwa keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan dalam kehidupan sosial dianggap sebagai suatu

common sense, suatu kewajaran atau alamiah, dan memang seperti itu kenyataannya.


(59)

Analisis wacana kritis melihat wacana sebagai faktor penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk memperlihatkan ketimpangan kekuasaan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Dan karakteristik penting dari analisis wacana kritis yang diambil dari tulisan Teun A. van Dijk, Fairclough, dan Wodak, sebagai berikut:

1. Tindakan

Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tidakan (action).

Dengan pemahaman semacam ini wacana ditempatkan sebagai bentuk interasi, wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup internal. Bahwa seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Selain itu wacana dipahami sebagai sesuatu bentuk ekspresi sadar dan terkontrol, bukan sesuatu diluar kendali ataupun ekspresi diluar kesadaran.

2. Konteks

Analsiss wacana kritis memperhatikan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Wacana dianggap dibentuk sehingga harus ditafsirkan dalam situasi dan kondisi yang khusus. Wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu, bahwa wacana berada dalam situasi sosial tertentu.


(60)

3. Historis

Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana dalam konteks historis tertentu.

4. Kekuasaan

Analsis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Bahwa setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat.

5. Ideologi

Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideology tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi di antaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka.


(61)

2.2.4 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk

Model analisis wacana van Dijk adalah model yang mengolaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai van Dijk ini sering disebut dengat model “kognisi sosial”. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Proses produksi itu, dan pendekatan ini sangat khas van Dijk, melibatkan suatu proses yang disebut kognisi sosial.

Penelitian tentang wacana tidak dapt mengeksklusi seakan-akan teks adalah bidang yang kosong, sebaliknya bahwa teks adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Pendekatan yang dikenal kognisi sosial ini membantu memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan.

a. Teks

Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi teks dibentuk dalam suatu diskursus, suatu praktik wacana. Van dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang disebut kognisi sosial.

b. Kognisi Sosial

Kognisi sosial pun dapat memiliki dua arti. Pada satu sisi menunjukan bagaimana proses teks tersebut diproduksi berdasarkan informasi dan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Penerbit Yrama Media.

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Rosdakarya.

Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.

Jorgensen, Marianne W dan Phillips, Louis J. 2007. Analisis Wacana: Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(2)

198

Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hardiman, F Budi. 2001. Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern

(Dari Machiavelli sampai Nietzsche). Jakarta: Erlangga.

Gaarder, Jostein. 2010. Dunia Sophie; sebuah novel filsafat. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Rakhmat Jalaludin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ali Riyadi, Ahmad. 2008. Psikologi Sufi Al-Ghazali. Yogyakarta: Panji Pustaka Yogyakarta.

SuriaSumatri, Jujun. 2003. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


(3)

Skripsi:

Firmansyah, Teguh. 2011. Konstruksi Realitas Teks Pidato Indonesia Menggugat (Analisis Wacana Kritis tentang Imperialisme dan Kapitalisme pada Teks Pidato Pledoi “Indonesia Menggugat” oleh Soekarno tahun 1930) . Universitas Komputer Indonesia.

Penelusuran Data Online:

http://luzcie.blogspot.com/2010/12/resensi-novel-dunia-sophie.html diakses 18 Maret 2012 pukul 20:22 wib

http://dunia-filsafat.blogspot.com/2010/07/sejarah-filsafat-eropa.html diakses 22 Maret 2012 pukul 18:32 wib

http://boharudin.blogspot.com/2011/04/meninjau-kembali-kenetralan-metode.html

diakses 14 Juni 2012 pukul 17:50

http://filsafat.kompasiana.com/2011/06/04/seri-filsafat-rene-descartes-dupperon-peletak-dasar-pemikiran-filsafat-barat-modern/

diakses 23 Juni 2012 pukul 00:39

http://filsafat.kompasiana.com/2011/03/26/rasionalisme-empirisme-dan-kritisisme/

diakses 3 Juli 2012 pukul 01:40

http://yusfimembaca.blogspot.com/2011/11/rene-descartes-dan-al-ghazali-rasio-dan.html

diakses 10 Juli 2012 pukul 03:40

http://driyarkara.academia.edu/YohanesDamascenusAnugrahbayu/Papers/123396 0/Tanggapan_Kritis_atas_Cogito_Descartes


(4)

230

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DETAILS

Full Name : Isabella Reminisere Simorangkir Place / Date of Birth : Tebing Tinggi, 14 July 1989

Gender : Woman

Marial Status : Single

Religion : Christian Protestan

Address : Jl. Kawaluyaan XVI No. 42

Phone : 087891775555

Email : isabella_reminisere@yahoo.com

Motto

“I dont need the past, thats why it is gone. I just need the future, thats why it is coming.”


(5)

EDUCATION

Year Scholl / University

1995-2001 SD Methodist Ostrom II T.Tinggi (Elementary School) 2001-2004 SMP Negeri 1 T.Tinggi (Junior High School)

2004-2007 SMA Negeri III T.Tinggi (Senior High School)

2008-Sekarang Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Jurusan Ilmu Komunikasi S1 (Kosentrasi Ilmu Kehumasan)

TRAINING EXPERIENCE

No. Year Description Information

1

1996 Kejuaraan Terbuka Lomba Menyanyi Certificate

2

2004 Kejuaraan Lomba Basket Putri Certificate

3

2009 Pelatihan Table Manner di Hotel Jayakarta Bandung

Certificate

4

2010 Kujungan Study Tour ke Media Massa RCTI Certificate

ORGANIZATIONAL EXPERIENCE

No. Year Description Information

1

2001 Anggota Dokter Anak di SMP. N 1 T.Tinggi -

2

2002-2003

Sekretaris OSIS di SMP. N 01 T.Tinggi -

3

2003-2004

Ketua Protokoler di SMP. N 01 T.Tinggi -

4

2004-2005

Ketua Kelas di SMA. N 03 T.Tinggi -

5

2005-2006

Sekretaris OSIS di SMA. N 03 T.Tinggi -

6

2006-2007

Ketua Majalah Dinding di SMA. N 03 T.Tinggi -


(6)

232

JOB TRAINING

ACHIEVEMENT

No. Year Description Information

1

1996-2000

Juara Umum di SD. Methodist Ostrom II Certificate

2

2001 Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Inggris -

3

2004 Nilai Tertinggi Saringan Masuk SMA. N 03 T.Tinggi

-

4

2007 Juara 2 Band Acara HUT T.Tinggi -

PERSONAL SKILL

No. Description

1

Familiar with Microsoft Office such as MS Word, Ms Publisher, Ms Power Point

2

Familiar with Internet Application (Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera)

3

Familiar with Ultra Edit, Adobe Photoshop, Adobe Page Maker, Front Page

Demikian CV ini dibuat dengan sesungguhnya, untuk dapat dipergunakan seperlunya. Bandung, April 2012

Penulis

Isabella Reminisere S NIM.41808145

No. Date - Month - Year Description

1

25 Juli – 23 Agustus 2011

PT. BPR ‘SINAR MAS PELITA” Bandung – Padalarang

Posisi : Pemasaran (Marketing) Jln. Raya Padalarang No. 36 (022) 6809417