Pesan dakwah dalam novel Rindu karya Tere Liye: analisis wacana model Teun A Van Dijk.

(1)

PESAN DAKWAH DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE (Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Alfiza Ramdhania

B91213070

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

ALFIZA RAMDHANIA, NIM. B91213070, 2017. Pesan Dakwah dalam novel Rindu karya Tere Liye (Analisis Wacana model Teun A. Van Dijk)

Kata kunci: Pesan Dakwah, Novel, Tere Liye

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Apa pesan dakwah yang terkandung dalam Novel “Rindu” karya Tere Liye dan bagaimana isi pesan

dakwah dalam Novel “Rindu” karya Tere Liye berdasarkan Teori Teun A. Van

Dijk. Adapun tujuannya adalah peneliti ingin mengetahui pesan dakwah yang

terkandung dalam novel “RINDU” karya Tere Liye dan untuk mengetahui

bagaimana isi pesan dakwah dalam Novel “Rindu” jika di analisis berdasarkan

teori wacana model Teun A. Van Dijk.

Untuk mengidentifikasi masalah tersebut secara menyeluruh, maka penelitimenggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti kemudian melakukan observasi dan dokumentasi dalam penelitian. Data yang diperoleh kemudian dianalisa sesuai dengan rumusan wacana model Teun A. Van Dijk dengan mengklarifikasi istilah dalam teks. Adapun pesan dakwah yang terdapat dalam novel rindu karya Tere Liye adalah pesan akidah dan akhlak. Isi pesan dakwah

dalam Novel “Rindu” karya Tere Liye berdasarkan Teori Teun A. Van Dijk

adalah sebagai berikut: Secara Tematik novel dengan judul “Rindu” bagi yang belum membaca novel ini mungkin akan menganggap novel ini merupakan novel dengan genre romance. Tema yang digunakan dalam novel ini yaitu tentang sebuah perjalanan panjang menuju Tanah suci yang didalamnya terdapat beberapa kisah tentang sebuah kerinduan. Secara skematik Judul dari novel dibuat simple

hanya dengan tulisan “Rindu”. Cerita disajikan dengan menggunakan bahasa sehari-hari dan menggunakan alur maju, mulai dari awal cerita hingga akhir. Secara Semantik latar cerita pada novel ini adalah tentang keresahan empat tokoh yang diceritakan dalam novel. Detail yang diceritakan pada novel sangat jelas dengan deskripsi tentang para tokoh dan pengenalan masalah yang dialami para tokoh juga diceritakan secara lengkap sehingga mudah dipahami. Secara sintaksis bentuk kalimat yang digunakan oleh pengarang sebagian besar menggunakan kalimat aktiv. Sedangkan bentuk kata ganti yang digunakan dalam novel ini yaitu

bentuk kata ganti orang ketiga dengan menyebut kata”dia” dan menggunakan kata ganti orang ketiga jamak yaitu “mereka”. Secara Stilistik Pilihan kata yang digunakan dalam novel adalah gaya bahasa denotative, artinya kata-kata yang mudah dimengerti dan tidak mengandung perubahan makna. Secara retoris novel ini menggunakan huruf cetak miring dalam beberapa kata yang menggunakan bahasa tidak baku atau bahasa asing.

Rekomendasi dan saran kepada peneliti selanjutnya agar penelitian mengenai analisis wacana ini mampu menjadi acuan dan mampu mengembangkan penelitian ini.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Konseptualisasi ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Pesan Dakwah ... 14

B. Pengertian Novel ... 27

C. Teori tentang Wacana ... 32

D. Penelitian Dahulu yang Relevan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36

B. Unit Analisis ... 37

C. Jenis dan Sumber Data ... 38

D. Tahap Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40


(8)

BAB IV ANALISIS WACANA NOVEL “RINDU” TERE LIYE

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 48

1. Novel Rindu ... 48

2. Profil Pengarang Novel Rindu ... 49

3. Synopsis Novel Rindu ... 52

B. Penyajian Data ... 55

1. Bab Tiga Puluh ... 55

2. Bab tiga Puluh Satu ... 67

C. Analisis Data ... 72

1. Bab Tiga Puluh ... 72

D. Temuan Penelitian ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran-saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Lampiran 1 ... B. Lampiran 2 ...


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Komunikasi yang dilakukan tentu akan mengandung pesan. Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah untuk tercapainya sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan yang dapat berupa buah pikiran seperti gagasan, informasi, opini, atau hal-hal lain yang muncul dari benaknya.1

Seiring dengan perkembangan kesadaran agama pada masyarakat, kata dakwah kini menjadi sering disebut dalam berbagai diskusi keagamaan. Dakwah adalah setiap usaha atau aktifitas dengan lisan, tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru,mengajak, memanggil manusia untuk beriman dan menaati Allah sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.2

Dakwah merupakan aktualisasi atau realisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa proses pengkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup (way of life). Dakwah juga dapat diartikan dengan suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lainnya yang lebih baik baik sesuai

1

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal 19 2


(10)

2

ajaran islam, atau proses mengajak manusia menuju jalan Allah, yakni Al-Islam.3

Pengertian lain tentang dakwah adalah mengajak dan

menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah (islam),

termasuk melakukan ammar ma’ruf Nahi Mungkar untuk bisa

memperoleh kebahagiaan diduia dan di akhirat.4 Dapat ditarik kesimpulan bahwa inti dari setiap kegiatan dakwah adalah mengajak kebaikan dan mencegah keburukan. Seperti pada firman Allah yang berbunyi:

                           

”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imran [03]:104).5

Perkembangan pengetahuan dan teknologi serta semakin berkembangnya kecerdasan masyarakat membuat dakwah tidak bisa lagi dilakukan dengan cara lama atau tradisional seperti dakwah hanya diatas mimbar atau pada saat mengisi pengajian. Saat ini dakwah haruslah dikemas dengan cara yang tepat, pas dan menarik. Banyak cara atau

3

Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan (Semarang: Toha Putra, 1973) hal 31

4

Onong Uchyana Efendi, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Adhitya Bakti, 1993) hal. 93

5


(11)

3

metode yang bisa digunakan para Da’i untuk menyampaikan dakwahnya.

Memasuki zaman global seperti ini, pola dakwah bil qalam (dakwah melalui tulisan) baik menerbitkan kitab-kitab, novel, buku majalah, koran dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Kelebihan dari dakwah bil qalam yakni pesan dakwahnya tetap

tesampaikan mskipun da’inya sudah tidak ada, atau penulisnya sudah wafat. Kelebihan lain dari dakwah bil qalam adalah penyebarannya lebih merata tidak terfokus pada satu tempat saja.

Berkaitan dengan hal ini sebenarnya novel adalah salah satu bentuk sastra yang dapat digunakan sebagai media dakwah. Pengarang novel, dalam hal ini novel sebagai media dakwah, berposisi atau berperan sebagai

Da’i yang dapat membuat pembacanya bersikap tertentu sesuai dengan

sikap yang bersumber pada kekuataan pencitraan pengarangnya. Pengarang novel sebagai media dakwah juga perlu memerhatikan gaya bahasa yang digunakan agar pesan yang tersirat dalam novel mengandung ajaran agama islam sehingga kata-kata pengarang novel tersebut dapat menyentuh rohani pembaca. Kemudahan dalam mencerna isi novel tidak terlepas dari keunggulan novel sebagai media tulisan dibandingkan media komunikasi suara maupun gambar (radio dan televise). Kekuatan yang ada dalam sebuah novel adalah peluang untuk mengulangi atau membaca ulang setiap teks hingga pembaca benar-benar paham apa pesan yang dimaksud dalam sebuah novel.

Penelitian ini sendiri berusaha untuk mengungkapkan bagaimana sebuah novel dapat dijadikan media untuk berdakwah melalui


(12)

4

kalimat yang disusun. Seorang penulis novel berusaha untuk memasukkan pikirannya, sikap-sikap serta ajakan-ajakan agar pembaca dapat terpengaruh positif setelah membaca sebuah novel. Banyak sekali teori-teori bagaimana menyusun atau membentuk kalimat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pemilihan novel “RINDU” karya Tere Liye ini dilatar belakangi oleh adanya keinginan untuk memahami nilai-nilai dakwah yang tercermin di dalam novel ini. Novel ini banyak mengandung nilai-nilai keislaman. Nilai yang terkandung di dalam novel ini bukan hanya tentang kehidupan manusia dengan Tuhannya melainkan juga tentang kehidupan manusia dengan sesamanya. Nilai-nilai dakwah ini dituangkan melalui tulisan-tulisan indah sang penulis novel. Novel ini berisi tentang beberapa kisah pada saat melakukan perjalanan ibadah Haji pada tahun 1938. Tahun dimana masih jauh sebelum kemedekaan sehingga masih penuh dengan

nilai sejarah. Kisah ini dibawa oleh para jama’ah haji, kisah tentang masa

lalu mereka yang memilukan. Kisah yang membawa rasa dendam, ketakutan,penyesalan, keputus asaan dan kemunafikan. Yang semua kisah ini mereka bawa untuk menuju ke rumah Allah. Semua kisah masa lalu ini mereka sampaikaan kepada seorang Ulama Masyhur dari tanah Gowa

yang ikut dalam rombongan Jama’ah haji tersebut. Ulama ini bernama

Ahmad Karaeng. Semua orang memanggilnya Gurutta yang dalam bahasa Bugis memiliki arti Guru kami.

Novel ini menampilkan Gurutta Ahmad Karaeng sebagai sosok panutan umat Islam pada masa itu.. Gurutta masih terbilang keturunan


(13)

5

Raja Gowa pertama yang memeluk Islam, Sultan Alauddin. Dalam darahnya mengalir darah raja paling tekenal di Sulawesi, Sultan Hasanuddin yang adalah cucu Sultan Alauddin. Gurutta juga masih kerabat dari Syekh Yusuf, ulama besar yang dibuang lagi ke Cape Town, Afrika Selatan, tiga ratus tahun lalu. Melalui kata-kata dan nasehat yaang halus dan lembut beliau menyampaikan pesan kebaikan kepada uma Islam di tanah Sulawesi

Dengan konsep novel RINDU karya Tere Liye tersebut, peneliti mencoba menganalisis pesan dakwah yang terkandung dalam setiap kalimat yang Gurutta berikan kepada para pemilik kisah dalam novel RINDU karya Tere Liye tersebut.

Yang menarik dari novel ini adalah cerita yang dibuat seakan nyata dengan hanya menggunakan kapal laut sebagai latar namun cerita yang disajikan begitu menarik untuk dibaca. Novel karya Tere Liye ini menyajikan jalinan cerita yang sangat memikat tentang arti kerinduan dan pengorbanan. Novel ini pernah menjadi novel terlaris dalam IBF (Islamic Book Fair) yang diadakan dijakarta pada tahun 2015. Novel Rindu juga menyabet penghargaan sebagai Buku Fiksi Dewasa Terbaik IBF 2015.

B. Rumusan Masalah


(14)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai peneliti adalah untuk mengetahui rumusan teori dari novel “Rindu karya Tere Liye berdasarkan teori wacana model Teun A.Van Dijk

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan tentang pesan dakwah yang terkandung dalam novel “Rindu” karya Tere Liye. 2. Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai analisis wacana

dalam penelitian sebuah novel b. Manfaat praktis

Dengan adanya penelitian ini maka peneliti mengharapkan agar penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Peneliti

Dari hasil penelitian ini diharapkan memperkaya wawasan dan pengetahuan khususnya dalam hal dakwah

2. Lembaga atau Fakultas

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan

pengetahuan bagi Fakultas Dakwah khususnya Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam


(15)

7

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan pembelajaran bagi Masyarakat Islam dalam menghadapi fenomena sosial seperti yang ada dalam novel tersebut.

E. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan pemikiran terhadap sesuatu hal agar mendapatkan pemahaman yang lebih. Tujuan dari definisi konsep ini adalah untuk menjelaskan mengenai konteks kalimat atau variable penelitian yang terdapat pada judul penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pemaknaan penelitian.

1. Pesan Dakwah

Pesan memiliki wujud (physical) yang dapat dirasakan atau diterima oleh panca indra.6 Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.7 Dakwah menurut Toha Yahya Omar adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.8 Jadi yang dimaksud dengan pesan dakwah adalah suatu lambang

bermakna yang disampaikan oleh Da’I kepada Mad’u dengan tujuan

untuk mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan

6

Morisson, Teori Komunikasi.(Jakarta: KENCANA,2013)hal. 19 7

Onong uchjana efendy,Ilmu komunikasi Teori dan Praktek(Bandung: Remaja Rosdakarya,1992)hal.18

8


(16)

8

kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.9 Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat An-nahl ayat 125

                                          

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl [16]: 125). 10

Berdasarkan temanya, pesan dakwah tidak berbeda dengan pokok-pokok ajaran Islam. Banyak klasifikasi yang diajukan para ulama dalam memetakan Islam. Endang Saifuddin Anshari membagi pokok-pokok ajaran Islam sebagai berikut:

a. Akidah

Akidah secara istilah (dalam agama) berarti perkara yang wajib dibenarklan oleh hati, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Mahmud Syaltut, mantan rektor Al-Azhar mesir, mendefinisikan akidah sebagai suatu system kepercayaan dalam

9

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003), hal 19

10


(17)

9

islam, diyakini sebelum apapun, tanpa ada unsure yang mengganggu kebersihan keyakinan tersebut. 11

b. Syariah

Yang meliputi ibadah dalam ati khas (thaharah,shalat,as-shaum,zakat dan haji) dan muamalah daalam arti luas (al-qanum-al khas/hukum perdata dan al-qanun al-‘am/hukum publik)

c. Akhlak

Yang meliputi akhlak kepada al-khaliq dan makhluk (manusia dan non manusia)

Ulama lain membagi pokok ajaran islam dengan mengambil inti sari surat al-Fatihah. Dalam surat al-Fatihah, terdapat tiga tema pokok, yaitu: akidah, syariah dan akhlak. Atau Iman, Islam dan Ihsan.

2. Novel “RINDU”

Novel merupakan salah satu bentuk prosa baru, prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita hayalan. Abrams menyebutkan bahwa fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran.12 Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Penulis novel disebut novelis.

Novel Rindu merupakan novel karya Darwis Tere Liye yang diterbitkan pada tahun 2014. Novel ini mengangkat kisah tentang

11

Tim Penyusun MKD, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011) hal 59

12


(18)

10

sebuah perjalanan haji di tahun 1938 yang jauh sebelum Indonesia merdeka. Perjalanan haji ini masih di tempuh dengan mnggunakan kapal uap milik kerajaan Hindia Belanda bernama BLITAR HOLAND. Di dalam novel ini terdapat lima orang yang masing-masing dari mereka memiliki kisah memilukan yang mereka bawah menuju Baitullah. Di dalam kapal haji ini naik pula seorang ulama masyhur dar tanah Gowa yang bernama Gurutta Ahmad Karaeng.

Gurutta masih terbilang keturunan Raja Gowa pertama yang memeluk Islam, Sultan Alauddin. Dalam darahnya mengalir darah raja paling tekenal di Sulawesi, Sultan Hasanuddin yang adalah cucu Sultan Alauddin. Gurutta juga masih kerabat dari Syekh Yusuf, ulama besar yang dibuang lagi ke Cape Town, Afrika Selatan, tiga ratus tahun lalu. Melalui kata-kata dan nasehat yaang halus dan lembut beliau menyampaikan pesan kebaikan kepada uma Islam di tanah Sulawesi. Kepada ulama inilah semua orang meminta nasehat atas permasalahan hidup mereka. Dan diantara semua orang di dalam kapal ini terdapat lima orang yang memiiki kisah hidup mereka yang memilukan. Diantara lima orang ini antara lain: Bonda Upe,Daeng Andipati,Mbah kakung Slamet,Ambo Uleng, dan Gurutta Ahmad Karaeng sendiri.

3. Discourse Analysis / Analisis Wacana

Discourse berasal dari bahasa latin discurcus yang berarti lari kian kemari (yang diturunkan dari dis-‘ dari, dalam arah yang berbeda’.


(19)

11

Pada dasarnya discourse analysis merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis pesan dan mengelola pesan, suatu alat untuk menganalisa isi perilaku. Discourse Analysis dipakai untuk meneliti dokumen berupa teks, gambar, symbol dan lain sebagainya. Dalam analisis isi kualitatif, jenis data atau dokumen yang dianalisis

lebih cenderung disebut dengan istilah “teks” apapun bentuknya

gambar, tanda (sign), symbol gambar bergerak (moving image) dan sebagainya.13

Pada analisis wacana ini, peneliti menggunakan analisis wacana model Teun A. Van Dijk karena mengolaborasikan elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk menggambarkan lebih jelas pada pembahasan penelitian ini, maka peneliti akan menguraikan sitematika pembahasannya. Adapun sistematika pembasahan pada penelitian ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini, merupakan bab awal yang berisi tentang latar belakang masalah yakni fenomena sosial yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah yang merupakan akar masalah yang jawabannya akan ditemukan setelah melakukan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

13


(20)

12

BAB II : KERANGKA TEORITIK

Pada bab ini berisi pengertian pesan dakwah, unsure-unsur dakwah, pengertian novel serta novel sebagai media dakwah. tentang kajian pustaka yang membahas tentang teori kepustakaan yang terkait dengan judul penelitian, penelitian terdahulu yang relevan sebagai rujukan dan perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan saat ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini, peneliti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif analisis wacana model Teun A. Van Dijk dengan acuan buku Eriyanto untuk memberikan gambaran serta penjelasan tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian. Peneliti juga akan memberikan penjelasan tentang analisis yang berkaitan dengan tema penelitian untuk menganalisis data agar sesuai dengan tema penelitian. Teknik pengumpulan, tahap-tahap penelitian data, teknik analisis data dan teknik pemeriksaan data. Dalam sub-bab teknik pengumpulan data meliputi dokumentasi.


(21)

13

Bab ini berisi tentang biografi penulis novel Rindu yaitu Darwis Tere Liye. Bab ini juga menyajikan analisa pesan dakwah yang terdapat dalam novel Rindu. Peneliti juga menggambarkan tentang data-data yang diperoleh, baik dari data primer maupun data sekunder. Penyajian data juga disertakan secara tertulis atau table-tabel yang mendukung data. Setelah itu akan dilakukan analisis data dengan menggunakan teori yang sesuai.

BAB V : PENUTUP

Dan bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang memuat kesimpulan dan saran


(22)

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Pesan Dakwah

a. Pengertian Pesan Dakwah

Istilah pesan sama dengan massage yang artinya adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

Ditinjau dari segi etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a-yad’u-da’watan, yang artinya mengajak, menyeru, memanggil1. Sedangkan dakwah jika ditinjau dari segi terminologi memiliki arti yang beragam. Banyak ahli ilmu dakwah yang memberikan pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah, hal ini tergantung pada sudut pandangan mereka dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut.

Aboebakar Atjeh mengatakan dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.

Toha Yahya Omar mengatakan dakwah Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

Asmuni Syukir mengatakan dakwah Islam adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana untuk mengajak manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi ke arah yang lebih baik (dakwah bersifat

1


(23)

15

pembinaan dan pengembangan) dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yaitu hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Pesan dakwah adalah isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah2.

b. Macam-macam Materi Pesan Dakwah

Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah3.

1) Al-Qur’an

Sumber ajaran islam adalah asal atau tempat ajaran Islam itu diambil, sebagai sumber mengindikasikan makna bahwa ajaran islam berasal dari sesuatu yang dapat digali dan diperjuangkan untuk kepentingan operasionalisasi ajaran islam dan perkembangannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat islam. Setiap perilaku dan tindakan baik secara individu maupun secara kelompok harus didasarkan sumber tersebut. Karena sumber ajaran islam berfungsi sebagai referensi tempat orientasi dan konsultasi dan tolak ukur umat.4 Al-Qur’an adalah mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam Mushaf yang diriwayatkan

2

Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal 318 3

Ibid, hal 319 4


(24)

16

dengan cara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya5. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ (4) ayat 105:

                             

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang

khianat”6

2) Hadist

Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an

keberadaannya hadist disamping mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan yang telah menjadi bahasan yang menarik sehinga kedudukan hadist menjadi sangat penting sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran (3) ayat 31:

                           

Artinya : “ katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah

maha Pengampun lagi maha penyayang.” (Q.S Ali Imran (3) : 31)7

5

Zaki Mubarok Latif, dkk., Akidah Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001) hal 68 6

Al-Qur’a ul Kari , Ba du g:PT. Cordoba I ter asio al I do esia, hal 5


(25)

17

Hadist adalah Segala hal yang berkenaan dengan Nabi SAW, yang meliputi ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat bahkan ciri fisiknya8.

Pada dasarnya hadist sejalan dengan Al-Qur’an, karena keduanya bersumber dari wahyu. Fungsi hadist terhadap Al-Qur’an dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a) Menegaskan kembali keterangan atau perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an seperti kewajiban shalat, zakat, puasa dan haji

b) Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dating secara

mujmal, ‘am dan muthlaq. Seperti menjelaskan tatacara sholat yang

benar, jumlah raka’at serta waktu dalam sholat. Demikian juga menjelaskan tentang ibadah haji, zakat dan lainnya.

c) Menetapkan hokum-hukum yang tidak ditetapkan oleh Al-Qur’an, yang sering disebut dengan bayan tasyri’. Seperti ketetapan Rasulullah tentang haramnya mengawini wanita sesaudara sekaligus.

Untuk melihat kualitas keshahihan hadist, pendakwah tinggal mengutip hasil penelitian dan penilaian ulama hadist. Pendakwah hanya perlu mendapatkan hadist yang shahih serta memahami kandungannya. Jumlah hadist Nabi Muhammad SAW yang termaktub dalam beberapa kitab hadist sangat banyak. Terlalu berat bagi pendakwah untuk menghafalkan semuanya. Pendakwah hanya cukup membuat klasifikasi hadist berdasarkan kualitas dan temanya.

Berkaitan dengan pesan-pesan yang bersumber pada Al-Qur’an dan hadis dalam dakwah, pesan-pesan itu masuk dalam unsur materi dakwah. Materi

8


(26)

18

dakwah sebagai pesan dakwah merupakan isi ajakan, anjuran dan ide gerakan dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Sebagai isi ajakan dan ide gerakan dimaksudkan agar manusia mau menerima dan memahami serta mengikuti ajaran tersebut, sehingga ajaran Islam benar-benar diketahui, difahami, dihayati dan selanjutnya diamalkan sebagai pedoman hidup dan kehidupannya9.

3) Pendapat para Sahabat Nabi Muhammad SAW

Orang yang hidup semasa dengan Nabi SAW, pernah bertemu dan beriman beriman kepadanya adalah sahabat Nabi SAW. Pendapat sahabat Nabi SAW memiliki nilai tinggi, karena kedekatan mereka dengan Nabi Saw dan proses belajarnya yang langsung dari beliau. Di antara para sahabat Nabi SAW, ada yang termasuk sahabat senior (kibar al-shahabah) dan sahabat junior (shighar al-shahabah). Sahabat senior diukur dari waktu masuk Islam, perjuangan dan kedekatannya dengan Nabi SAW. Hampir semua perkataan sahabat dalam kitab-kitab Hadist berasal dari sahabat senior. Sama dengan kutipan-kutipan sebelumnya.

4) Pendapat para Ulama

Ulama berarti semua orang yang memiliki ilmu pengetahuan secara mendalam, namun maksud ulama di sini dikhususkan untuk orang yang beriman, menguasai ilmu keIslaman secara mendalam dan menjalankannya. Dengan pengertian ini, kita menghindari pendapat ulama yang buruk (‘ulama’

al-su’), yakni ulama yang tidak berpegang pada Al-Qur’an dan Hadist sepenuhnya dan tidak ada kesesuaian antara ucapan dan perbuatannya.

9


(27)

19

5) Hasil Penelitian Ilmiah

Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang bisa kita pahami lebih mendalam dan luas setelah dibantu hasil sebuah penelitian ilmiah. Inilah hasil penelitian yang menjadi salah satu sumber pesan dakwah. Masyarakat modern amat menghargai hasil penelitian. Sifat dari hasil penelitian ilmiah adalah relatif dan reflektif. relatif, karena nilai kebenarannya dapat berubah. Reflektif, karena ia mencerminkan realitasnya. Hasil penelitian bisa berubah oleh penelitian berikutnya atau penelitian dalam medan yang berbeda.

6) Kisah dan Pengalaman Teladan

Ketika mitra dakwah merasa kesulitan dalam mencerna konsep-konsep yang kita sampaikan, kita mencari upaya-upaya yang memudahkannya. Ketika mereka kurang antusias dan kurang yakin terhadap pesan dakwah. Kita mencari keterangan yang menguatkan argumentasinya dalam kehidupan. Salah satu di antaranya dapat menceritakan pengalaman seseorang yang terkait dengan topik. Akan tetapi jangan terkesan atau menimbulkan prasangka buruk pada pendakwah sebagai orang yang membanggakan diri

(‘ujub), menonjolkan diri (riya’), atau membuat diri terkenal (sum’ah).

7) Berita dan Peristiwa

Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian. Peristiwanya lebih ditonjolkan daripada pelakunya seperti uraian di atas. Berita (kalam khabar) menurut istilah ‘Ilmu al-Balaghah dapat benar atau dusta. Berita dikatakan benar jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai, disebut berita bohong. Hanya berita yang diyakini kebenarannya yang patut dijadikan pesan


(28)

20

dakwah. Dalam Al-Qur’an, berita sering diistilahkan dengan kata al-naba’, yakni berita yang penting, terjadinya sudah pasti, dan membawa manfaat yang besar. Berbeda dengan kata al-khabar yang berarti berita sepele dan sedikit manfaatnya.

8) Karya Sastra

Pesan dakwah kadang kala perlu ditunjang dengan karya sastra yang bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini dapat berupa: syair, puisi, pantun, nasyid atau lagu, dan lain sebagainya. Tidak sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra dalam pesan dakwahnya. Hampir setiap karya sastra memuat pesan-pesan bijak. Nilai sastra adalah nilai keindahan dan kebijakan. Keindahannya menyentuh perasaan, sementara kebijakannya menggugah hati dan pikiran. Pesan yang bijak akan mudah diterima dengan perasaan yang halus. Orang yang tidak memiliki perasaan sulit untuk menerima kebijakan. Bukankah ayat suci Al-Qur’an mengandung nilai sastra yang tinggi. Hati yang sedang sakit seperti sombong, dengki, kikir dan lain sebagainya sulit untuk menerima kebenaran Al-Qur’an. Tidak semua karya sastra bisa menjadi pesan dakwah, sebab ada karya sastra yang digunakan untuk kebaikan, karya sastra juga digunakan untuk pemujaan berhala, mengungkapkan cinta asmara, menggambarkan keindahan dunia, dan lain sebagainya.

9) Karya Seni

Karya seni juga memuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya sastra


(29)

21

mengutarakan komunikasi non verbal (diperlihatkan). Pesan dakwah jenis ini mengacu pada lambang yang terbuka untuk ditafsirkan oleh siapapun. Jadi bersifat subyektif. Tidak semua orang mencintai atau memberikan apresiasi karya seni. Bagi pecinta karya seni, pesan dakwah jenis ini lebih banyak membuatnya berfikir tentang Allah SWT dan makhlukNya, lebih daripada ketika hanya mendengar ceramah agama. Ia bisa meneteskan air mata ketika mendengarkan musik, ketika melihat sebuah lukisan pemandangan laut yang terhampar luas dengan gelombang yang menggunung dan dikejauhan.

c. Ruang Lingkup Pesan Dakwah

Berdasarkan klasifikasinya, materi dakwah atau pesan dakwah tidak berbeda dengan pokok-pokok ajaran islam. Banyak klasifikasi yang diajukan para ulama dalam memetakan islam. Endang Saifuddin Anshari menyebutkan ada tiga pokok materi dakwah yaitu Pada dasarnya materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu: Aqidah, Syariah dan Akhlaq.10

1) Aqidah

Secara etimologi (bahasa) aqidah berakar dari kata ‘aqada -ya’qidu –

‘aqidan yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk

menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata’aqidan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.

Sedangkan secara terminology (istilah) berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh,

10


(30)

22

yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataan yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Menurut Mahmud Syaltut, akidah ialah sisi teoritis yang harus pertama kali diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Dalam Al-Qur’an akidah disebutkan dengan istilah iman dan syariah dengan istilah amal sholeh. Keduanya saling berhubungan dan bersamaan. Itu artinya keimanan atau kepercayaan harus diikuti oleh amal sholeh. Karena iman tidaklah sempurna tanpa disertai dengan amal sholeh.11 2) Syariah

Syariah dalam konteks kajian hokum islam lebih menggambarkan kumpulan norma-norma hokum yang merupakan hasil dari proses tasyri’.

Tasyri’ adalah menciptakan dan menerapkan syari’ah. Tasyri’ sering

didefinisikan sebagai penetapan norma-norma hokum untuk menata kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.12 Sesuai dengan objek penerapannya, para ulama membagi tasyri’ ke dalam dua bentuk; tasyri’ samawi dan tasyri’ wadl’i.

Tasyri’ samawi adalah penetapan hokum yang dilakukan langsung olrh Allah

SWT dan Rasul-Nya kedalam Al-Qur’an dan Sunnah. Ketentuan-ketentuan

11

Asy’ari, Akhwa Mukarro , dkk. Pengantar Studi Islam, hal 75-76


(31)

23

tersebut bersifat abadi dan tidak berubah karena tidak ada yang berkompeten

untuk mengubahnya selain dari Allah sendiri. Sedangkan tasyri wadl’I adalah

penentuan hokum yang dilakukan oleh para mujtahid. Ketentuan-ketentuan hokum hasil kajian mujtahid ini tidak memiliki sifat mutlak, tetapi bisa berubah-ubah karena merupakan hasil kajian nalar yang tidak lepas dari salah karena dipengaruhi oleh pengalaman keilmuan mereka serta kondisi lingkungan dan dinamika social budaya masyarakat disekitarnya.

Kata syariah dalam bahasa arab diambil darikata syara’ah yang dalam

bahasa Indonesia berarti jalan raya. Kemudian dimaknai sebagai jalannya hokum atau juga dapat diartikan perundang-undangan. Oleh karena itu,

dengan perkataan lain atau istilah “syari’ah islam” memberi arti hidup

yang harus dilalui atau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh seorang muslim.13 Seluruh hokum yang terdapat dalam islam, baik yang berhubungan manusia dengan Tuhan maupun antar manusia sendiri itu dinamakan Syariat Islam.

Syariah meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, as-sahaum, zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas (al-qanum al-khas atau hokum perdata dan al-qanun al-‘am atau hokum public).

3) Akhlak

Perkataan akhlak berasal dari pembendaharaan istilah-istilah islamologi. Istilah lain yang mirip dengan kata akhlak yaitu moral. Hakikat pengertian antara keduanya sangat berbeda. Moral mengandung arti laku-perbuatan

13

Razak, Nasruddin, Dienul Islam, Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan Way of Life (Bandung: PT. Al


(32)

24

lahiriyah, sedangkan akhlak ialah perbuatan suci yang terbuat dari lubuk jiwa yang paling dalam.14

Dalam inti ajaran islam, dialah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia, sebab dalam bidang inilah terletak hakikat manusia. Sikap mental dan kehidupan jiwa itulah yang menentukan bentuk kehidupan lahiriyah. 15

d. Dasar-dasar dan Tujuan Dakwah

Dakwah secara bahasa berasal dari kata da’wah (tulisan arab) yang

mempunyai makna bermacam-macam, diantaranya adalah memanggil,

mendorong, minta tolong, memohon, mendatangkan, mendoakan dan menyeru16. Dakwah menjadi sangat penting dimuka bumi ini. Dengan dakwah, Islam dapat menyebar dan diterima oleh umat manusia. Sebaliknya, jika tidak ada dakwah maka Islam tidak dikenal oleh banyak umat manusia dan kemudian hilang dari muka bumi ini.

Dasar-dasar kewajiban berdakwah bagi manusia tertuang dalam

Al-Qur’an, yaitu pada Surat An-Nahl ayat 125 dan Surat Ali Imron ayat 110. Selain Al-Qur’an kewajiban manusia untuk ber’amar ma’ruf nahi mungkar juga dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW yang tertuang dalam hadist nabi, antara lain yang diriwayatkan oleh:

1) Hadist Riwayat Imam Muslim : “dari Abi Said Al-Khudhariyi r.a. berkata ; Aku telah mendengar Rasulullah bersabda; Barang siapa diantara kamu

14

Razak, Nasruddin, Dienul Islam, Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan Way of Life (Bandung: PT. Al

Ma’arif, , hal

15

Razak, Nasruddin, Dienul Islam, Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan Way of Life (Bandung: PT. Al

Ma’arif, , hal 5

16


(33)

25

melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mencegahnya dengan tangan (dengan kekuatan/kekerasan); jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuaatan dan kekuasaan), maka dengan lidahnya; dan jika (dengan lidahnya) tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatinya, dan demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

2) Hadist Riwayat Imam Tirmidzi; dari khudzaifah r.a dari Nabi bersabda; “ Demi Dzat yang menguasai diriku, haruslah kamu mengajak kepada kebaikan dan haruslah kamu mencegah perbuatan yang mungkar, atau Allah akan menurunkan siksaNya kepadamu kemudian kamu berdoa kepadaNya dimana

Allah tidak akan mengabulkan permohonanmu.” (HR. Imam Tirmidzi)

e. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut antara lain:17

1) Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik melalui lisan, tulisan

ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga.

2) Mad’u

Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia

penerima dakwah, baik sebagai indivisu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain adalah manusia secara keseluruhan.

17


(34)

26

3) Maddah (Materi Dakwah)

Adapun unsur lain dalam proses dakwah adalah materi dakwah, yaitu; isi pesan yang nantinya akan disampaikan kepada mad’u yang meliputi; akidah, syariah, akhlak, muamalah, ibadah, dan lain sebagainya.

4) Wasilah (Media Dakwah)

Wasilah atau media dakwah adalah alat yang dipergunakan dalam proses dakwah atau penyampaian ajaran Islam. Bisa melalui lisan, tulisan (media cetak), lukisan, audio visual dan lain sebagainya.

5) Thariqah (Metode Dakwah)

Adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan dakwah ajaran islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya. Suatu pesann walaupun baik, tetapi disampaikan melalui metode yang tidak baik, maka pesan itu bisa saja tidak diterima oleh sasaran dakwah kita.

6) Atsar (Efek Dakwah)

Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi, atsar sering disebut dengan feedback (umpan balik). Jadi hendaklah ada efek yang baik dari apa yang telah disampaikan dalam proses dakwah.

f. Media Dakwah

Wasilah atau media dakwah adalah alat yang digunakan oleh da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya kepada mad’u. Media dakwah merupakan unsur

tambahan dalam kegiatan dakwah. Dengan adanya media dakwah diharapkan kegiatan dakwah dapat berlangsung lebih luas lagi cakupannya. Bukan hanya


(35)

27

diatas mimbar seperti di masjid atau sekedar mengisi pengajian. Seperti memberi postingan positif pada media sosial atau meng-upload video ceramah di akun youtube. Karena semakin efektif media yang digunakan untuk berdakwah maka semakin efektif juga upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat.

Dari segi penyampaian dakwahnya, dibagi menjadi tiga golongan :

1) The spoken words (yang berbentuk ucapan), yaitu alat yang dapat mengeluarkan bunyi, karena hanya dapat ditangkap oleh telinga. Contohnya telpon, radio, dan sejenisnya

2) The printed writing (yang berbentuk tulisan), yaitu barang-barang yang tercetak. Seperti gambar-gambar yang tercetak, lukisan, buku, majalah, surat kabar, novel, dan sebagainya.

3) The audio visual (yang berbentuk gambar hidup), yaitu merupakan gabungan dari spoken words dan printed writing, yang termasuk dalam ini adalah film, televisi dan sebagainya.

B. Pengertian Novel

Dalam kesusastraan dikenal bermacam-macam jenis sastra (genre). Menurut Warren dan Wallek bahwa genre sastra bukan sekedar nama, karena konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya membentuk ciri karya tersebut. Menurutnya, teori genre adalah suatu prinsip keteraturan. Sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu dan tempat, tetapi berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu. Genre sastra umum yang dikenal adalah puisi, prosa, dan drama.18

18

Wallek, Rene dan Austin Warren, Teori Kesusastraan Terjemahan Melanie Budianto (Jakarta: Gramedia, 1995) hal. 298


(36)

28

Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen (cerita pendek). Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sbuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lainnya yang bersifat naratif.

Novel berasal dari bahasa italia yaitu Novella, yang dalam bahasa jerman Novelle

dan dalam bahasa yunani Novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah Novella mengandung pengertian yag sama dengan istilah Indonesia novellete, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.19

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Novel adalah karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.20

Novel dalam kesusastraan indonesia sering disamakan dengan roman, hanya bahasanya lebih pendek tetapi lebih panjang dari cerpen. Isi novel melukiskan pergolakan jiwa pelaku utama yang mengubah nasibnya dari sebagian hidup pelakunya saja. Ciri-ciri novel ialah:21

a) Sifat dan perubahan para pelakunya tidak diceritakan terlalu panjang lebar seperti dalam roman

19

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995), hal 9 20

Endaswara, Suwardi. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008) hal 694 21

Pradopo, Rachmad Djoko, Pendekatan Semiotik dalam Metodologi Penelitian Sastra (Yogyakarta: Hanindita Graha Widjaya, 2003) hal 168


(37)

29

b) Kejadian berakhir dengan lancar sebab terpusat dalam kehidupan suatu saat c) Hanya diceritakan sebagian dari kehidupan manusia yang dianggap penting.

a. Novel sebagai media dakwah

Pembahasan ini adalah pengembanagn lebih lanjut dari bahasan mengenai

media dakwah diatas. Dan mengapa peneliti menggunakan novel “RINDU”

karya Tere Liye dalam hal ini adalah karena dakwah melalui novel terbilang

cukup baru dalam proses penyampaian ajaran Islam. Namun da’i-da’i kita harusnya selalu mempunyai inovasi yang baru untuk menyampaikan pesan dakwahnya agar nantinya pesan dakwah tersebut cepat diserap oleh semua kalangan, khususnya bagi remaja yang tidak semua mau mendengarkan dakwah didalam sebuah kajian. Tere Liye cukup jitu memanfaatkan karyanya untuk menyampaikan pesan dakwahnya khususnya dikalangan remaja.

Diantara unsur-unsur dakwah, media merupakan salah satu sarana dan prasarana dakwah yang menunjang keberhasilan dakwah itu sendiri, yaitu dakwah Islamiyah yang berkualitas. Oleh karena itu, lembaga-lembaga islam harusnya menggunakan berbagai media untuk menyampaikan pesan dakwah, termasuk novel, teks yang ditulis dan diukur dari segi kualitas.

b. Hakikat Respon Pembaca Terhadap Novel

Karya sastra adalah teks yang memungkinkan pembaca memahaminya secara beragam. Junus menyebutnya dengan istilah ambiguous. Oleh karena itu, ada keinginan untuk mengetahui ‘arti sebenarnya’. Keinginan untuk

mengetahui ‘arti’ ini menyebabkan pemahaman bahwa untuk memahami


(38)

30

Dalam pandangan ini, berarti suatu karya sastra dapat ditemukan

‘arti’nya ketika pembaca bertanya langsung kepada penulisnya.

Pandangan ini mungkin memang perlu untuk situasi tertentu.

Sebagaimana yang dikemukakan Andre Billaz bahwa “penulis adalah seorang pujangga, filsuf, dan guru”. Penulislah yang paling mengetahui

makna suatu teks. Namun, sampai pada suatu titik di saat penulis ‘tidak

menyadari apa yang ditulisnya’ dan mungkin saja penulis memiliki pemikiran lain sehingga akan mengubah apa yang sudah ada maka diperlukan ‘unsur’

lain yang memberi peran sebagai perespons karya sastra.

Merunut pada perkembangannya, resepsi sastra muncul karena ketidakpuasan para pengamat sastra terhadap suatu teori bahwa dalam

memahami ‘arti’ karya sastra maka harus dikembalikan kepada penulisnya.

Junus menyatakan bahwa kebutuhan respons pembaca ini didasarkan pada beberapa pendapat bahwa

(1) pertumbuhan sastra tertulis yang meniadakan tukang cerita lisan, khalayak sastra dapat mengetahui isi cerita tanpa bertanya kepada penulisnya;

(2) pertumbuhan sastra baru, misalnya novel yang memutusak ‘tukang cerita’

dengan ‘khalayak’; (3) gerak sastra yang mendekatkan diri pada realitas kehidupan, sehingga ada usaha untuk menghindarkan diri dari filsafat dan mistik.

Oleh karena itu, dibutuhkan respons atau tanggapan pembaca atas suatu karya sastra, karena jika karya sastra hanya terikat pada penulisnya


(39)

31

maka karya sastra itu hanya terbatas pada orang-orang tertentu. Selain itu, beberapa argumentasi Junus ini akan lebih menguatkan posisi resepsi sastra, yaitu

(1) sebuah karya sastra hidup jauh lebih lama daripada penulisnya; (2) dengan adanya produksi besar-besaran terhadap karya sastra memungkinkan perluasan penyebaran maka orang lebih mengenal karya daripada penulisnya; (3) karya sastra hidup lebih lama daripada penulisnya karena kehidupan karya sastra itu disebabkan oleh pembacanya

Membincangkan pendekatan respons pembaca tidak lengkap jika tidak mengutip pandangan Richard W. Beach tentang pendekatan respons pembaca. Menurut Beach, reader- response theory is typically describe as areaction to the new critism that achieved prominence in the 1940s and 1950s.

Sebagaimana telah dituliskan di atas, bahwa masyarakat pembaca semakin tidak puas dengan pengagungan teori strukturalisme, yang hanya menaruh perhatian pada teks, sementara faktor pembaca diabaikan.

Oleh karena itu, pendekatan respons pembaca menekankan adanya

‘komunikasi’ antara pembaca dan karya sastra. Komunikasi itu bersifat dua

arah dan saling memberikan hubungan timbal balik.


(40)

32

a. Pengertian Wacana

Teori berfungsi untuk menerangkan, meramalkan atau memprediksi dan menemukan ketertarikan fakta-fakta secara dinamis.22 Dalam teori ini peneliti menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Van Dijk, dalam analisis wacana analisis model Van Dijk adalah teori yang paling banyak dipakai. Model Van Dijk ini juga sering disebut sebagai kognisi social, karena menurut Van Dijk analisi wacana tidak cukup hanya pada teks semata melainkan bagaimana suatu teks diproduksi sehingga bisa diketahui bagaimana sebuah teks bias diproduksi.23

Pemakaian istilah wacana sering diikuti dengan istilah dan definisi, banyak ahli memberikan definisi dan batasan yang berbeda mengenai wacana tersebut. Hal ini wajar karena perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. Namun dari banyaknya pandangan mengenai definisi dari analisis wacana tersebut Eriyanto memandang ada satu gradasi besar beberapa definisi, benang merahnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa.

Analisis wacana (discourse analysis) adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung didalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual.24

b. Ciri-ciri dan sifat Wacana, diantaranya yakni:

1. Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tutur.

2. Wacana mengungkap suatu hal (subjek)

22

Abdul Aziz, Jelajah Dakwah Klasik-Konteporer, hal 63 23

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001) hal 221 24


(41)

33

3. Penyajiannya teratur, sistematis, koheren dan lengkap dengan semua situasi pendukungnya.

4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu. 5. Dibentuk oleh unsur segmental dan non-segmental25

D. Penelitian Dahulu Yang Relevan

Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian yang didapat oleh penelitian terdahulu yang relevan, yang dapat menunjang penelitian saat ini, baik dari subjeknya maupun objek yang akan diteliti (dalam penelitian ini adalah novel Rindu karya Tere Liye)

a. Cahyani Harintasasi, 2015, Dakwah Ustad Abdul Hafidz Analisis Wacana Pesan Dakwah Perspektif Teun Van Dijk. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Adapun persamaan dari penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, analisis wacana dan perbedaannya adalah dari penelitian terdahulu menggunakan Ustad Abdul Hafidz sebagai objeknya sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan novel.

b. Nawal Karomi, 2016, Konstruksi Dakwah dalam Film Ku Kejar Cinta Ke Negeri Cina Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce Tentang Konstruksi Pesan dan Metode Dakwah. Skripsi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

25


(42)

34

Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif dan perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis semiotic.

c. Ihya Ulumuddin, 2014, Pesan Dakwah Dalam Novel Ku Temukan Engkau Dalam

Sujudku Analisis Wacana Norman Farclough. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dengan yang sekarang ialah sama-sama menggunakan novel sebagai objeknya dan perbedaannya adalah penelitian terdahulu menggunakan analisis wacana Norman Farclough sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan analisis wacana Teun Van Dijk


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Secara filosofis, apa yang dinamakan dengan metodologi penelitian adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari kerangka kerja dalam mencari kebenaran. Kerangka kerja mencari kebenaran dalam filsafat dikenal sebagai filsafat epistimologi.1 Kualitas kebenaran yang diperoleh dalam berilmu pengetahuan terkait langsung dengan kualitas akan kerangka kerjanya. Dari kerangka kerja tersebut, maka penelitian bertujuan sebagaimana diungkap Wardi Bachtiar untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodologi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk di pilah, di analisis diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan pemecahannya.2

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif non kancah (non lapangan). Sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.3 Pendekatan inilah yang digunakan penelitian ini.

1

Jujun S. suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), hal 119

2

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Llogos, 1997)hal 1 3


(44)

37

Pada jenis penelitian, digunakan discourse analysis, artinya suatu model yang dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, symbol dan sebagainya.

Pada dasarnya discourse analysis merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis pesan dan mengelola pesan, suatu alat untuk menganalisa isi perilaku. Discourse analisis dipakai untuk menganalisis dokumen yang berupa teks, gambar, symbol, dan sebagainya. Dalam analisis isi kualitatif, jenis data atau dokumen yang dianalisis lebih

cenderung disebut dengan istilah “teks” apapun bentuknya gambar, tanda (sign), symbol gambar bergerak (moving image) dan sebagainya.4

Pada analisis wacana ini, peneliti menggunakan analisis wacana model Teun A. Van Dijk yang mengolaborasikan elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Model Teun A. Van Dijk paling banyak dipakai karena segala teks bisa dianalisis dengan menggunakan elemen-elemen yang membentuk suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya.5 Sesuai dengan yang diteliti oleh peneliti bahwa model ini sangat tepat untuk digunakan dalam membahas pesan dakwah dalam novel.

B. Unit Analisis

Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah sebuah novel

“Rindu” karya Tere Liye sedangkan objek yang akan dianalisis adalah

isi dari novel tersebut.

4

Alex Sobur, Analisis Teks Media. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hal 70-71 5


(45)

38

Novel Rindu merupakan sebuah novel yang ditulis oleh novelis Indonesia yaitu Tere Liye. Novel ini mengangkat cerita tentang perjalanan haji dengan menggunakan kapal

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah cerita yang disajikan dalam novel Rindu karya Tere Liye. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu:

1. Sumber data primer

Sumber data primer dari penelitian ini adalah satu buah novel yang berjudul Rindu karya Tere Liye.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan data tambahan atau data pelengkap yang sifatnya melengkapi data yang sudah ada, dari penelitian ini adalah buku, internet dan sumber data lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.

D. Tahapan Penelitian

a. Mencari dan Menentukan Tema

Dalam hal ini peneliti melakukan pemahaman dan menfokuskan topic tentang novel yang memiliki khas untuk diteliti. Setelah membaca novel Rindu peneliti terinspirasi untuk mengangkat pesan-pesan dakwah yang dikandung dalam novel

Rindu sebagai bahan untuk skripsi. Kemudian, peneliti mengajukan usulan judul skripsi kepada Ketua Jurusan, setelah disetujui peneliti melanjutkan proposal yang telah dikonsultasikan dan


(46)

39

disahkan oleh dosen pembimbing, proposal siap untuk diujikan dan dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu skripsi.

b. Menentukan Metode Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah mengetahui pesan dakwah yang terkandung dalam novel

Rindu dengan mengunakan isi yang ada dalam novel tersebut. Maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teori analisis wacana non kancah Teun A. Van Dijk.

c. Menyusun Perangkat Metodologi

Dalam tahap ini sesuai dengan metode penelitian kualitatif non kancah yang digunakan peneliti dalam penelitian skripsi ini, maka peneliti merumuskan dan menentukan hal-hal sebagai berikut:

1. Pendekatan dan jenis penelitian 2. Jenis dan sumber data

3. Unit analisis data 4. Tahapan penelitian 5. Teknik pengumpulan data 6. Teknik analisis data

d. Pengumpulan data

Langkah keempat merupakan inti dari penelitian yaitu mengumpulkan data deskripsi penelitian yang berupa gambaran singkat, alur cerita dan latar belakang dari novel Rindu.


(47)

40

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah menghimpun dokumen, memilih dokumen sesuai dengan tujuan penelitian, menerangkan dan mencatat serta menafsirkan dengan menghubungkannya pada fenomena lain.6

Sebagian besar fakta dan data, tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya.

F. Teknik Analisis Data

Setelah peneliti mengumpulkan sejumlah data yang berkaitan dengan tema dan pembahasan dalam penelitian ini. Maka peneliti segera memulai pesan analisa data-data tersebut. Teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis wacana.

Dalam proses tersebut hal yang pertama yang harus dilakukan adalah mengklarifikasikan data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaah, pengelompokan, sistematisasi dan penafsiran serta verifikasi data, agar sebuah fenomena memiliki nilai social, akademis dan ilmiah. Kegiatan analisis tidak terpisah dari rangkaian kegiatan

6


(48)

41

secara keseluruhan.7 Jadi analisis data ini adalah untuk menyederhanakan, sehingga mudah ditafsirkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif karena menganalis sebuah Novel.

Penelitian ini mengacu pada model Teun A. Van Dijk. Menurut Van Dijk, meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui isi teks saja, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur teks. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistic, tentang kosakata, kalimat, proposisi dan paragraph, untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks.8

Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam

komunikasi atau tela’ah mengenai aneka fungsi (fragmatik) bahasa. Analisis wacana merupakan sebuah alternative dari analisis isi dengan

pendekatan “apa”. Analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana”

dari sebuah pesan atau teks komunikasi. Dengan melihat bangunan struktur kebahasaan tersebut. Analisis wacana lebih dapat melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks.9

7

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Social-Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hal 191

8

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Teks Media (Yogyakarta: LKiS 2001), hal 225 9


(49)

42

Teun A. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam tiga tingkatan:

1. Struktur Mikro

Merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topic atau tema yang dikedepankan ke dalam suatu berita.

2. Superstruktur

Merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam suatu berita secara utuh.

3. Struktur mikro

Adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks, yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase dan gambar.10

STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMENT

Struktur Makro TEMATIK

(apa yang dikatakan?)

TOPIK

Super Struktur SKEMATIK

(bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?)

SKEMA

10


(50)

43

Struktur Mikro SEMANTIK

(makna yang ingin ditekankan dalam teks

berita)

Latar, detail, maksud, praanggapan

normalisasi

Struktur Mikro SINTAKIS

(bagaimana pendapat di sampaikan?)

Bentuk kalimat koherensi kata

ganti

Struktur Mikro STILISTIK

(pilihan kata apa yang dipakai?)

Leksikon

Struktur Mikro RETORIS

(bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan)

Grafis, metafora dan ekspresi

Dari uraian diatas menjelaskan enam unsure yang dipakai dalam analisis wacana milik Teun A. Van Dijk, yakni unsure tematik, skematik, semantic, sintakis, stilistik dan retoris. Akan tetapi, peneliti tidak meneliti menggunakan keseluruhan unsur yang ada, peneliti hanya menggunakan tiga unsure pokok secara umum saja, karena peneliti hanya membahas isi pesan dakwah dalam novel Rindu. Penelitian ini hanya menggunakan tiga elemen dari enam elemen wacana Teun A. Van Dijk, yaitu: 1. Element Tematik


(51)

44

Menunjukkan gambar umum dari suatu teks, hal ini juga bisa disebut gagasan inti ringkasan atau yang utama suatu teks. Tematik ini didalam kerangka model Teun A. Van Dijk termasuk struktur makro yang mengungkapkan makna global dari suatu teks. Pembahasan pada element trematik ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari peristiwa.

2. Element Skematik

Element skematik yang dimaksud disini adalah bagaimana alur atau susunan teks wacana dibuat, biasanya dimulai dari pendahuluan, isi wacana dan penutup. Serta bagaimana summary dan story yang mendukung tema wacana.skematik ini di dalam kerangka model Teun A. Van Dijk termasuk superstruktur yang berisi kerangka suatu teks, seperti pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan.

3. Element Semantik

Merupakan makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Semantic ini di dalam kerangka model Teun A. Van Dijk termasuk struktur mikro yang mengungkapkan makna local dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat yang dipakai oleh suatu teks.11

4. Sintaksis Sintaksis

ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan

11


(52)

45

frase. Secara etimologis, kata sintaksis berasal dari kata

Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein = ‘menempatkan’). Jadi,

kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Strategi untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan negatif juga bisa menggunakan sintaksis seperti pada pemakaian kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kategori sintaksis yang spesifik, pemakaian kalimat aktif dan pasif. Bagian dalam struktur sintaksis tersebut adalah sebagai berikut12:

1) Koherensi: pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat

dalam konteks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seorang menghubungkannya. Bisa juga melalui hubungan sebab akibat dengan melihat kata penghubung yang dipakai untuk menghubungkan sebuah fakta atau proposisi. 2) Bentuk kalimat: adalah segi sintaksis yang berhubungan

dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Bentukkalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media,Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 78-81


(53)

46

berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari

pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif,

seseorang menjadi objek pernyataannya. 3) Kata ganti: yang merupakan elmen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif adalah suatu gejala yang bahwa dalam berbahasa sebuahkata yang mengacu kepada manusia, benda, atau hal, tidak akan dipergunakan berulang kali dalam sebuah konteks yang sama13.

5. Stilistik

Style adalah cara yang digunakan oleh seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Style dapat diartikan sebagai gaya bahasa.18 Elemen dalam stilistik adalah leksikal, pada dasarnya ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atau frase atas berbagai kemungkinan kata atau frase yang tersedia.Dengan demikian, pilihan kata-kata atau frase yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu.

6. Retoris

Strategi dalam level retoris di sini adalah gayayang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Misalnya, dengan pemakaian kata yang berlebihan

13


(54)

47

(hiperbolik) atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasif, dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak. Selanjutnya, strategi lain pada level strutktur retoris ini antara lain: 1) Ekpresi: dimaksudkan untuk membantu menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari teks yang disampaikan dan memperkuat sebuah argumentasi.

2) Grafis: elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster,grafik, gamabar atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan.

3) Metafora: dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Metafora dipakai oleh peneliti secara. strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atau pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Dengan demikian, pendekatan yang penulis gunakan adalah model teori Teun A. Van Dijk


(55)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Novel Rindu Karya Tere Liye

Novel Rindu merupakan karya Tere Liye yang ke 20 setelah 19 novel yang diterbitkan sangat laku dipasar. Novel Rindu diterbitkan oleh Republika Penerbit pada tahun 2014. Dengan tebal 544 halaman , panjang 13.5 x 20.5 cm. Editor novel ini bernama Andriyati. Yang membuat cover novel bernama EMTE dan yang membuat Layout bernama Alfian. International Standard Book Number (ISBN) pada novel ini adalah 978-602-8997-90-4. Dibulan pertama penerbitannya, novel Rindu sudah naik 4 kali cetak. Pada tahun 2015, novel ini dibedah oleh penulisnya sendiri pada acara IBF (Islamic Book Fair) 2015 di Jakarta. Dan novel ini sukses menjadi novel terlaris dalam acara itu. Novel Rindu juga menyabet penghargaan sebagai Buku Fiksi Dewasa Terbaik IBF 2015.

Diceritakan dengan alur maju, novel ini menjadi sangat mudah untuk dipahami setiap jalan ceritanya. Didalam novel ini, disajikan banyak sekali dialog antar tokoh yang menyajikan beberapa kisah didalamnya, yang berkorelasi dengan


(56)

49

cerita yang hendak disajikan oleh penulis. Membuat pembaca mengenal secara utuh tokoh yang ada didalam cerita.

Gaya kepenulisan novel Rindu terbilang sederhana. Disisipi dialog bahasa Belanda, yang meski tidak ditampilkan artinya, pembaca terbantu memahami dengan kalimat deskripsi yang ditulis Tere Liye.

Magi k uw kaatje, Meneer?” Salah satu kelasi bertanya sopan, persis saat

Gurutta menginjak dek kapal, menanyakan tiket dan dokumen perjalanan.1

Novel ini dibuka dengan cerita yang cukup unik. Tere Liye menulis fakta sejarah Nusantara di tahun1938. Salah satunya saat Indonesia (yang masih bernama Hindia Belanda) mengikuti Piala Dunia di Perancis dan Sekali-sekalinya sampai saat ini.

2. Pengarang Novel Rindu

Nama : Darwis Tere Liye

Pekerjaan : Penulis, Akuntan Kebangsaan : Indonesia

Istri : Riski Amelia

Anak : Abdullah Pasai, Faizah Azkia

Tere Liye lahir di Lahat, 21 Mei 1979 dari keluarga sederhana. Tere Liye tumbuh besar di pedalaman Sumatra. Dikenal sebagai penulis novel. Beberapa karyanya yang pernah diangkat ke layar kaca yaitu Hafalan Surat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah. Meskipun Tere Liye bisa meraih keberhasilan dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis cerita sekedar menjadi hobi

1


(57)

50

karena sehari-hari Tere Liye masih bekerja kantoran sebagai seorang akuntan. Tere Liye merupakan salah satu dari sekian banyak penulis Indonesia yang tidak suka kehidupan pribadinya di ekspos. Ia tidak gemar tampil dilayar kaca dan melakukan eksistensi dengan membuat sensasi yang kerap dilakukan public figure untuk mendongkrak popularitasnya. Kesederhanaannya memukau banyak orang, dengan gaya khasnya dalam menyampaikan kisah lewat novel yang ia tulis.

Tere liye menyelesaikan masa pendidikan di SDN 2 Kikik Timur dan SMPN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah selesai di Bandar Lampung, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi, jurusan Akuntansi. Saat ini Tere Liye telah menikah dengan Riski Amelia dan telah memiliki 2 orang anak yang bernama Abdullah Pasai dan Fa’izah azkia. Tak banyak diketahui oleh orang bahwa nama Tere Liye adalah sebenarnya bukan nama asli. Nama Tere Liye merupakan nama pena yang diambil dari bahasa india yang berarti

“untukmu”. Nama itu bisa ditafsirkan bahwa karya-karya yang ditulis nya memang dibuat khusus untuk pembaca setia novel karya Tere Liye. Nama sebenarnya seorang Tere Liye adalah Darwis.

Karya-karya yang dihasilkan oleh Tere Liye antara lain:

 Matahari (2016)

 Bulan (2015)

 Bumi (2014)

 Hujan (2016)

 Pulang(2015)


(58)

51

 Pukat (2010)

 Burlian (2009)

 Eliana (2011)

 Amelia (2013)

 #AboutLove (2015)

 Negeri di Ujung Tanduk (2014)

 Sepotong Hati Yang Baru (2012)

 Negeri Para Bedebah (2012)

 Berjuta Rasanya (2012)

 Kau, Aku dan Sepucuk Angpao Merah (2012)

 Sunset Bersama Rosie (2008)

 Kisah Sang Penandai (2011)

 Ayahku (bukan) Pembohong (2013)

 Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin (2010)

 Hafalan Sholat Delisa (2005)

 Moga Bunda Disayang Allah (2006)

 Bidadari-bidadari Surga (2008)

 Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (2006)

 Dikatakan atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta (2014)


(59)

52

3. Sinopsis

Novel ini bercerita tentang perjalanan panjang jamaah haji Indonesia tahun 1938. Tentang perjalanan panjang dengan menggunakan kapal uap Blitar Hollad. Saat itu perjalanan haji ditempuh hampir 9 bulan lamanya. Novel ini bercerita tentang sejarah nusantara dan tentang pertanyaan-pertanyaan seputar masa lalu, kebencian, takdir, cinta dan kemunafikan.

Novel ini menukil tentang fakta sejarah nusantara pada tahun 1938. Salah satunya tentang Indonesia (yang masih bernama Hindia Belanda) mengikuti Piala Dunia di Perancis untuk pertama kalinya dan sekali-kalinya sampai hari ini. Selanjutnya, sosok kapal uap ini yang akan menjadi saksi seluruh cerita dinovel setebal 544 halaman ini untuk kemudian tere liye menghadirkan satu-satu tokoh dalam novel ini.

Tokoh yang pertama kali muncul dalam cerita novel ini adalah Daeng Andipati. Daeng Andipati digambarkan sebagai pedagang muda dari Makassar, kaya raya, pintar dan baik hati. Daeng Andipati adalah penumpang Blitar Hollad yang mengikutsertakan istri, kedua anaknya serta seorang pembantu. Sosoknya berkharismatik, terpandang dan digambarkan dekat dengan orang-orang belanda. Sekilas, kehidupan Daeng Andipati Nampak sempurna. Kebahagiaan seolah meliputinya sepanjang waktu. Istri yang cantik dan sholehah, dua anak yang periang dan menggemaskan, juga karir bisnis yang menjanjikan. Namun ada satu hal yang tersembunyi di dada Daeng Andipati. Membuat seluruh kehidupan Daeng Andipati seolah tak berarti. Yaitu tentang kebencian seorang Andipati Terhadap ayahnya.


(60)

53

“….karena jika kau kumpulkan seluruh kebencian itu, kau gabungkan

dengan orang-orang yang disakiti ayahku, maka ketahuilah, Gori. Kebencianku pada orang tua itu masih lebih besar. Kebencianku masih lebih besar disbanding

itu semua”.2

Pertanyaan tentang kebencian Daeng Andipati terhadap ayahnya itu memiliki jawaban yang mendamaikan. Sehingga siapapun yang membacanya mengalami hal serupa, bisa mengambil sikap terbaik.

Bonda Upe, wanita oriental menawan yang merupakan guru mengaji anak-anak selama di atas kapal ternyata menyembunyikan sesuatu di masalalu. Siapa yang mengira bahwa wanita pemalu ini dulu adalah seorang pelacur. Rahasia yang ingin ia lupakan itu akhirnya terkuak saat Blitar Holland transit di Batavia. Ia yang awalnya ragu akhirnya turut bergabung bersama rombongan untuk makan siang di sebuah kedai soto. Kotak masa lalunya terbongkar saat ia bertemu dengan seseorang.

Seorang pelaut bugis telah memutuskan untuk menjadi bagian dalam pelayaran Blitar Holland. Sebelumnya ia adalah seorang juru kemudi kapal phinisi, tak mengapa baginya jika dikapal uap ini ia hanya diberi pekerjaan sebagai kelasi dapur. Pekerjaan yang tak sebanding dengan latar belakang karirnya. Bagi Ambo Uleng bisa berlayar meninggalkan tempat tinggalnya saat ini adalah lebih baik, ia tak peduli dengan posisi karirnya. Ia hanya ingin pergi sejauh mungkin. Namun ia abai satu hal, ia tidak bisa lari dari kenangan. Kenangan akan terus mengikuti sampai kitalah yang bersedia berdamai dengan diri sendiri, melakukan penerimaan atas segala hal yang ingin kita lupakan. Maka, dengan

2


(61)

54

berlayarnya kapal Blitar Holland, resmi sudah Ambo Uleng meletakkan sesuatu tentang perasaan masalalunya. Tapi kemudian, takdir akan membuktikan bahwa alasannya untuk pergi adalah mengapa takdir membawanya kembali. \

Gurutta atau Ahmad Karaeng menjadi tokoh penting, karena selain ia adalah ulama masyhur, kebijaksanaannya membuat semua orang menghormatinya. Namun, siapa sangka, Gurutta mempunyai kotak masalalu yang sangat pilu. Bahkan membuat ia tak mampu menemukan jawaban dari pertanyaan yang senantiasa membayangi langkahnya.

Di antara ribuan penumpang kapal Blitar Holland, ada pasangan sepuh yang disebut Mbah Kakung dan Mbah putri. Meskipun sudah senja, keduanya masih terlihat mesra layaknya sepasang pengantin baru yang membuat iri setiap orang yang melihatnya. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, Mbah Putri wafat saat kapal berlayar diperairan Kolombo. Mbah Kakung harus merelakan perpisahan abadinya yang tidak terduga dalam perjalan menuju tanah suci. Jasad Mbah Putri ditenggelamkan ke dasar laut. Akhirnya. Setelah genap tiga bulan berlayar, akhirnya Blitar Holland merapat di Jeddah.

Apalah arti memliki, ketika diri kami sendiri bukan milik kami? Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya kehilangan banyak pula saat menemukan? Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?

Ini adalah kisah tentang masalalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati.


(1)

78

kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap kita

sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.”7

e. Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam cerita bagian ini adalah kata-kata yang bersifat denotative, artinya kata-kata yang mudah dimengerti dan tidak mengandung perubahan makna.

f. Retoris

Pada bagian ini retoris yang digunakan adalah bentuk metafora berupa ungkapan yang diambil dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, penggunakaan huruf capital dan huruf cetak miring yang menunjukkan ungkapan dalam hati seorang Bunda Upe. Penekanan yang dilakukan oleh pengarang pada bagian ini adalah saat Gurutta menyatakan rasa simpatinya kepada BondaUpe atas kehidupannya yang berat dan menyesakkan. Kemudian membantunya dengan memberikan nasihat agar Bonda Upe bisa menjalani hidup dengan baik dan tidak perlu memikirkan omongan orang.

7


(2)

79

D. Temuan Penelitian

Sesuai dengan data-data yang ditemukan pada analisis teks di atas, maka secara keseluruhan pesan dakwah dalam novel ”Rindu” karya Tere Liye ini lebih banyak mengacu pada pesan aqidah dan akhlak. Tentang kehidupan sosial, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Pesan dakwah yang mengacu pada aqidah terlihat saat Bonda Upe yang masih ragu akan perjalannya ke Tanah Suci. Bonda Upe tidak yakin ibadah yang dilakukannya tidak diterima Allah. Sedangkan pesan dakwah yang mengacu pada akhlak terlihat pada suami Bunda Upe yang menerima secara ikhlas masalalu istrinya. Pesan dakwah akhlak juga terlihat pada Bunda Upe yang tulus menerima saran dari Gurutta yang memberi nasehat kepadanya untuk terus berbuat baik.


(3)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah menjelaskan dan menganalisa hasil temuan data yang telah dikemukaan, maka dapat disimpulkan bahwa pesan dakwah yang terkandung dalam novel Rindu karya Tere Liye adalah

1. Pesan dakwah Akhlak yaitu terlihat pada suami Bunda Upe yang menerima dengan ikhlas masalalu istrinya dan senantiasa menuntun istrinya untuk menjadi manusia yang lebih baik. Pesan dakwah akhlak juga terlihat pada Bunda Upe yang mendengarkan nasihat Gurutta untuk tetap melakukan tugasnya sebagai guru ngaji meskipun Bunda Upe memiliki masalalu yang suram.

2. Pesan dakwah akidah yaitu terlihat pada nasihat gurutta kepada Bunda Upe untuk berprasangka baik kepada Allah dan tetap beristiqomah untuk bertaubat menjalani perintah Allah dan melaksanakan amalan-amalan Allah. Karena kita tidak tahu amalan kita yang mana yang bisa menjadi tiket kita masuk surga.

Dan setelah menjelaskan rumusan teori, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Novel Rindu karya Tere Liye dapat menyadarkan masyarakat.

B. Saran

Penulis mencoba memberikan saran sebagai masukan yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak. Adapun sarannya adalah sebagai berikut: Saran kepada pembaca sebagai penikmat sastra agar lebih pandai dalam memilih


(4)

81 bacaan untuk menambah wawasan dan nilai spiritual, sehingga sebagai pembaca kita bukan hanya terhibur namun ada pesan yang bisa kita ambil untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita.

Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya agar penelitian mengenai wacana ini mampu menjadi acuan dan mampu mengembangkan penelitian ini, tidak hanya pada tataran komodifikasi, melainkan menggunakan spasialisasi dan strukturasi


(5)

83

82

DAFTAR PUSTAKA

Ali Aziz. Moh. 2009. ,Ilmu DakwahEd Rev. Cet 2. Jakarta : Kencana Media Group. Aliah Darma , Yoce. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

Depag RI. 2002. Al-Quran Terjemahan Indonesia. Jakarta: Sari Agung.

Efendy, Onong uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Faruq Nabhan, Muhammad. 1982. Al-Madkhal Ili Tasyri’ al-Islami. Beirut:Dar al-Qalam.

Helmy , Masdar. 1973. Dakwah Dalam Alam Pembangunan. Semarang: Toha Putra. Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Liye, Tere. 2014. RINDU. Jakarta: Republika.

Morisson. 2013. Teori Komunikasi. Jakarta: KENCANA.

Mubarok Latif , Zaki, dkk. 2001. Akidah Islam. Jogjakarta: UII Press.

Munir ,Samsul. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKiS.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2003. Pendekatan Semiotik dalam Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widjaya.

Razak, Nasruddin, Dienul Islam. 1989. Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah dan Way of Life. Bandung: PT. Al Ma’arif.


(6)

83 Rene, Wallek, dan Warren, Austin. 1995. Teori Kesusastraan Terjemahan Melanie Budianto. Jakarta: Gramedia.

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Saifuddin Anshari , Ending. 1996. Wawasan Islam. Jakarta: Rajawali.

Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media. Bandung: Rosdakarya.

Sulthon , Muhammad. 2003. Desain Ilmu Dakwah. Semarang: Pustaka Pelajar.

Suprayogo ,Imam. 2011. Metodologi Penelitian Social-Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

Suwardi, Endaswara. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al Ikhlas.

Tim Penyusun MKD. 2011. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.