Fungsi garam empedu adalah :
Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah
menjadi partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.
Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin yang larut dalam lemak.
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar 90
garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk
lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga apabila terjadi gangguan pada daerah tersebut misalnya
oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu Townsend, 2012.
2. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi
bilverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat
lain konjugasi yaitu 80 oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang
terbentuk sangat banyak. Salah satu fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya antara 600-1200 mlhari Guyton Hall, 2008.
Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Diluar waktu
makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu, dan di sini mengalami pemekatan sekitar 50 . Fungsi primer dari kandung
empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap, yang
terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya 80- 90 Garden, 2007.
2.4 Epidemiologi
Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20 sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak berbeda jauh dengan negara lain di Asia Tenggara
Sjamsuhidayat, 2010; Lesmana , 2014. Peningkatan insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok risiko
tinggi yang disebut ”4 Fs” : forty usia diatas 40 tahun lebih berisiko, female perempuan lebih berisiko, fertile paritas, fatty
obesitas Reeves, 2001. Pembentukan batu empedu adalah multifaktorial. Studi sebelumnya telah mengindentifikasi jenis kelamin perempuan, bertambahnya usia,
kegemukan, riwayat keluarga dengan batu empedu, etnis, jumlah kehamilan merupakan faktor risiko batu empedu Hung, 2011; Chen, 2014;Tsai, CH, 2014.
1. Umur
Frekwensi batu empedu akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah usia 40 tahun risiko terjadi batu empedu 4 hingga 9 kali lipat. Lin dkk
menjelaskan bahwa usia tua memiliki paparan panjang untuk banyak faktor kronis seperti hiperlipidemia, konsumsi alkohol, dan DM. Hal ini akan menyebabkan
penurunan motilitas kandung empedu dan terbentuknya batu empedu Lin, 2014.
Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Jenis batu juga akan berubah dengan bertambahnya usia. Pada awalnya terutama jenis batu
kolesterol sekresi kolesterol meningkat dan saturasi empedu namun dengan bertambahnya usia cenderung menjadi batu pigmen. Selanjutnya gejala dan
komplikasi akan meningkat dengan bertambahnya usia hal tersebut sering
dilakukan tindakan kolesistektomi Stinton, 2012. 2.
Jenis Kelamin dan Paritas
Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan perbandingan 4 : 1. Di USA 10- 20 laki-laki dewasa menderita batu kandung
empedu, sementara di Italia 20 wanita dan 14 laki-laki Garden, 2007. Pada wanita usia reproduksi, risiko cholelithiasis adalah 2-3 kali lebih tinggi dari pada
laki-laki. Alasan untuk ini belum dijelaskan secara penuh. Kehamilan juga berkontribusi terhadap pembentukan batu di kandung empedu Ko, 2006; Shaffer,
2006. Kolelitiasis adalah sangat umum pada multipara paritas 4 atau lebih. Studi lain melaporkan bahwa wanita multipara memiliki prevalensi lebih tinggi
dari GSD dari yang nulipara. Perbedaan gender dan seringnya batu empedu terdeteksi pada wanita hamil dikaitkan dengan latar belakang hormonal.
Peningkatan kadar estrogen diketahui untuk meningkatkan ekskresi kolesterol dalam empedu dengan menyebabkan supersaturasi kolesterol. Selama kehamilan,
selain peningkatan kadar estrogen, fungsi pengosongan kandung empedu menurun, sehingga menimbulkan endapan empedu dan batu empedu Ko, 2006;
Chen, 2014.