commit to user
f. Peran masyarakat
Kurangnya kesadaran masyarakatpartisipasi masyarakat yang rendah yang membuang sampah pada saluran sehingga mengakibatkan jalan air tidak
lancar.
2.1.3. Perencanaan Saluran Drainase
Saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit rencana dengan aman. Perencanaan teknis saluran drainase menurut Suripin mengikuti
tahapan : a. Menentukan debit rencana.
b. Menentukan jalur saluran. c. Merencanakan profil memanjang saluran.
d. Merencanakan penampang melintang saluran. e. Mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta fasilitas sistem
drainase. Dalam perencanaan perlu memperhatikan cara pelaksanaan, ketersediaan lahan
dan bahan, biaya, serta operasi dan pemeliharaan setelah pembangunan selesai. Seluruh item pekerjaan yang disebutkan di atas tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi
saling terkait, sehingga dalam proses perencanaan perlu saling cek.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi diperlukan pada sebagian perencanaan bangunan sipil. Tidak hanya bangunan air saja yang memerlukan analisis hidrologi, dalam perencaan
bangunan jalan raya, lapangan terbang, jembatan dan bangunan sipil lainnya Sulasno, 2009.
commit to user
Setiap perencanaan suatu wilayah perlu diperhatikan kelancaran air akibat hujan. Analisis hidrologi merupakan bidang yang sangat rumit dan kompleks. Hal
tersebut dikarenakan adanya ketidak pastian dalam hidrologi, keterbatasan teori dan rekaman data, juga keterbatasan ekonomi Sulasno, 2009.
Hujan adalah salah satu bentuk presipitasi yang tidak dapat diprediksi secara pasti baik dalam seberapa besar yang akan terjadi maupun periode dari turunnya hujan
tersebut. Tempat dan waktu sangat diperlukan dalam analisis hidrologi selain volume dan ketinggian hujan. Di dalam analisis dan perencanaan hidrologi perlu
ditinjau secara cermat karakteristik dari hujan, karakteristik hujan yang perlu ditinjau adalah:
a. Intensitas I, adalah laju hujan atau tinggi air persatuan waktu, misalnya mmmenit, mmjam, atau mmhari.
b. Lama waktu durasi t, adalah panjang waktu dimana hujan turun dalam menit atau jam.
c. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi selama durasi hujan dan, dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar,
dalam mm. d. Frekuensi adalah frekuensi kejadian dan biasanya dinyatakan dengan kala
ulang return periode T, misalnya sekali dalam 2 tahun. e. Luas adalah luas geografis daerah sebaran hujan.
2.2.2. Analisis hujan Rata-rata daerah aliran sungai
Data hujan yang diporoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja point rainfall. Mengingat hujan sangat
bervariasi terhadap tempat space, maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan daerah tersebut, oleh karena itu
diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan atau disekitar kawasan
commit to user
tersebut ada tiga macam metode yang umum digunakan untuk menghitung hujan rata-rata kawasan. Salah satunya denga metode Polygon Thiessen.
Metode ini juga dikenal sebagai metode rata-rata timbang weightened mean. Metode ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasikan ketidak seragaman jarak. Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos satu dengan yang lainnya adalah linier dan bahwa sembarang pos
dianggap dapat mewakili kawasan tersebut. Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut
=
⋯ ⋯
=
n i
i n
i i
i
A A
P
1 1
2.1
Dengan P
1
, P
2
, ..., P
n
adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2, ..., n. A
1
, A
2
, ..., A
n
adalah luas areal polygon 1, 2, ..., n adalah banyaknya pos penakar curah hujan.
Pemilihan metode Polygon Thiessen ini didasarkan pada beberapa faktor, faktor- faktor tersebut antara lain :
a. Jaring-Jaring Penakar Hujan Jumlah pos penakar hujan cukup
Metode Isohyet, Thiessen atau rata- rata aljabar dapat dipakai
Jumlah pos penakar hujan terbatas Metode
rata-rata alajabar
atau Thiessen
Pos penakar hujan tunggal Metode hujan titik
commit to user
b. Luas DAS DAS besar 5000 km
2
Metode Isohyet DAS sedang 500 - 5000 km
2
Metode Thiessen DAS kecil 500 km
2
Metode rata-rata aljabar c. Topografi DAS
Pegunungan Metode rata-rata aljabar
Dataran Metode Thiessen
Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohyet
Sumber : Suripin 2004.
2.2.3. Analisis Frekuensi dan Probabilitas