Penambahan Selenium Organik Terhadap Kinerja Pertumbuhan Dan Status Kesehatan Ikan Lele Clarias Sp

PENAMBAHAN SELENIUM ORGANIK TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN DAN STATUS KESEHATAN
IKAN LELE Clarias sp

HASRAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penambahan Selenium
Organik terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Status Kesehatan Ikan Lele Clarias sp
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Hasrah
NIM C151130321

RINGKASAN
HASRAH. Penambahan Selenium Organik terhadap Kinerja Pertumbuhan dan
Status Kesehatan Ikan Lele Clarias sp. Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS
SUPRAYUDI dan NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.
Ikan lele Clarias sp merupakan salah satu jenis ikan air tawar cukup
menjanjikan untuk dibudidayakan, karena kebutuhan konsumsi ikan yang
meningkat setiap tahunnya. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan melakukan intensifikasi budidaya.
Intensifikasi budiaya ikan berkorelasi dengan kebutuhan pakan, karena pakan
merupakan komponen biaya terbesar dari total biaya produksi. Peningkatan
efisiensi pakan dalam rangka menekan biaya produksi dapat dilakukan dengan
penambahan selenium organik. Selenium organik ditemukan menjadi bagian
integral dari enzim antioksidan yakni glutation peroksidase yang dapat
menghancurkan peroksida-peroksida yang terbentuk, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan kinerja pertumbuhan dan status kesehatan ikan Clarias sp.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan
selenium organik terhadap kinerja pertumbuhan dan status kesehatan ikan lele.
Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan yaitu dengan dosis 0, 1,
4 dan 8 g Se/kg pakan dengan kadar selenium pakan 0,30, 0,79, 2,26, dan 5,79 mg
Se/kg. Ikan uji yang digunakan dengan bobot rata‒rata 5,97+0,06 g dipelihara
dalam 12 bak beton bervolume 300 liter dengan kepadatan 150 ekor per bak
selama 56 hari. Ikan diberi pakan 3% dari bobot tubuh sebanyak 3 kali sehari pada
pukul 07.00, 14.00 dan 20.00 WIB. Parameter yang diamati terdiri dari biomassa
ikan, laju pertumbuhan spesifik, tingkat kelangsungan hidup, jumlah konsumsi
pakan, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi selenium, dan
keragaman ukuran ikan. Parameter biokimia darah terdiri dari kolesterol,
trigliserida, HDL‒kolesterol dan LDL‒kolesterol, kadar selenium darah, prorein
darah dan glukosa darah, serta parameter kesehatan seperti jumlah sel darah
merah, jumlah sel darah putih, kadar hematokrit dan kadar hemoglobin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan selenium organik
sebanyak 4 g Se/kg pakan dengan kadar selenium pakan 2,26 mg Se/kg pakan
adalah perlakuan terbaik dengan total biomassa akhir 2569,7 g, efisiensi pakan
69,9%, retensi protein 34,8%, retensi lemak 63,9%, retensi selenium 28,6%, kadar
glukosa darah 88 mg/dL, kadar hemoglobin 7,93 g%, dan jumlah sel darah putih
1,60 sel/mm3×105. Parameter yang memberikan hasil yang berbeda nyata adalah

parameter kadar selenium darah (0,63 mg/kg) dan kadar protein darah (14,67%)
pada perlakuan penambahan selenium organik pada pakan dengan dosis 8 g Se/kg
pakan dengan kadar selenium pakan 5,79 mg Se/kg pakan. Parameter yang tidak
berbeda nyata adalah laju pertumbuhan spesifik, tingkat kelangsungan hidup, total
kolesterol, trigliserida, HDL‒kolesterol dan LDL‒kolesterol, jumlah sel darah
merah dan kadar hematokrit. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penambahan
selenium organik pada pakan sebanyak 4 g Se/kg pakan dengan kadar selenium
pakan 2,26 mg Se/kg merupakan perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan
kinerja pertumbuhan dan status kesehatan ikan lele Clarias sp.
Kata kunci: Clarias sp, pertumbuhan, selenium organik, status kesehatan ikan.

SUMMARY
HASRAH. Additional of Organic Selenium on Growth Performance and Health
Status of Catfish Clarias sp. Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI
and NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.
Catfish Clarias sp. is one of the freshwater fish which have promising
profit to culture because the consumption demand is increasing in every year. So
that the production must be increasing to fulfill the demand and can be done by
intensification. Intensification of Clarias sp culture are related to feed demand,
where feed is the biggest component that consume high cost from total production

costs. Increasing feed efficiency to supress production costs can be performed
with additional of organic selenium. Organic selenium is an integral part of
antioxidant enzyme glutathione peroxidase which could destroy forming
peroxides, hopefully could increasing Clarias sp. growth performance and health
status.
This research aimed to evaluate the effect of additing organic selenium on
growth performance and health status of Clarias sp. The research consists of four
treatment and three replication which is additing the organic selenium with dose 0,
1, 4, and 8 g Se/kg of diet with the selenium content in the diet was 0.30, 0.79,
2.26, and 5.79 mg Se/kg respectively. Experimental fish used has initial weight of
5.97+0.06 g maintained in 300 litre of 12 tanks with densitiy of 150 fish per tanks
during 56 days. Fish was fed 3% from its body weight three times a day in 07.00,
14.00 and 20.00. Parameter inspected consist of weight gain, specific growth rate,
survival rate, amount of feed were consumed, feed efficiency, protein retention,
fat retention, selenium retention and fish size variance. Blood biochemical
parameters were total cholesterol, triglyceride, HDL‒cholesterol and
LDL‒cholesterol, blood selenium content, blood protein content and blood
glucose content whereas health status parameter were leucocytes, eritrocytes,
hematocrit concentration, and hemoglobin concentration.
Result of this research indicated that the addittion of organic selenium dose

4 g Se/kg diet with selenium content in the diet was 2.26 mg Se/kg diet was the
best treatment, which was total weight gain 2569.7 g, feed efficiency 69.9%,
protein retention 34.8%, fat retention of 63.9%, selenium retention 28.6%, blood
glucose content 88 mg/dL, haemoglobin concentration 7.93 g%, and total
leucocyte 1.60 sel/mm3×105. Parameters blood selenium content (0.63 mg/kg) and
protein blood content (14.67%) gave significant result in the addition of organic
selenium dose 8 g Se/kg diet with selenium content 5.79 mg Se/kg compared to
control. Parameters with not significant result between treatment was spescific
growth rate, survival rate, total cholesterol, triglyceride, HDL‒cholesterol and
LDL‒cholesterol, total ertrocytes and hematoctrit concentartion. The conclution
of this research was the addittion of organic selenium dose 4 g Se/kg diet with
selenium content in the diet 2.26 mg Se/kg diet was the best treatment that can
increase growth performance and health status of Clarias sp.
Keywords: Clarias sp, growth performance, organic selenium, fish health status.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENAMBAHAN SELENIUM ORGANIK TERHADAP
KINERJA PERTUMBUHAN DAN STATUS KESEHATAN
IKAN LELE Clarias sp

HASRAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Julie Ekasari, SPi MSc

Judul Tesis : Penambahan Selenium Organik terhadap Kinerja Pertumbuhan dan
Status Kesehatan Ikan Lele Clarias sp
Nama
: Hasrah
NIM
: C151130321

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Muhammad Agus Suprayudi, MSi
Ketua

Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Widanarni, Msi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 05 Januari 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah
penambahan zat aditif pada pakan ikan, dengan judul Penambahan Selenium

Organik terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Status Kesehatan Ikan Lele Clarias sp
dan Karya ilmiah dengan judul yang sama telah submit pada Jurnal Iktiologi
Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Agus
Suprayudi, MSi dan Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi selaku
pembimbing yang telah banyak memberi saran, arahan dan bimbingannya. Terima
kasih kepada Ibu Dr Julie Ekasari, SPi MSc sebagai dosen penguji tamu dan dan
Ibu Dr Ir Mia Setiawati, MSi sebagai komisi program studi yang telah
memberikan saran dalam ujian sidang tesis ini. Penghargaan penulis sampaikan
atas bantuan dana pendidikan magister yang diperoleh dari Beasiswa Pendidikan
Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN), Direktorat Jendral PendidikanTinggi.
Selanjutnya kepada seluruh dosen dan segenap pegawai Departemen Budidaya
Perairan khususnya Laboratorium Nutrisi Ikan (Pak Wasjan, Mba Retno, Bang
Yosi) atas bimbingan, dukungan dan bantuannya.
Ungkapan terima kasih yang tidak terhingga juga disampaikan kepada,
ayahanda Malinggang, ayahanda Muhammad Arief, ibunda Hafisah dan ibunda
Siti Atmawati, kakakku tersayang Hasidah AMk, Abdul Salam dan adikku Abdul
Malik, keponakanku Muhammad Amal Aden Salam, serta seluruh keluarga, atas
segala doa, kasih sayang, dan motivasi. Sahabat-sahabat (kak Puji, kak ibha, kak
Ais, kak Sophi, kak Mutha, teteh Sheny, Erni, Tira, Tiara, Wiwik, Ika, Orin,

Windu, Herja, Ardien, Andre, Didi serta seluruh AKU 2013, dan winning eleven)
atas kebersamaan, kasih sayang, dan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2016
Hasrah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2
2

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pakan Uji
Pemeliharaan Ikan
Analisis Kimia
Analisis Data
Parameter yang Diamati

3
3
3
4
5
5
5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

9
9
12

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

15
15
15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5

Komposisi formulasi pakan dan hasil proksimat pakan uji
Total biomassa ikan (Bt), jumlah komsumsi pakan (JKP), retensi
protein (RP), retensi lemak (RL), retensi selenium (RSe), efisiensi
pakan (EP), laju pertumbuhan spesifik (LPS), dan tingkat kelansungan
hidup (TKH)
Kadar selenium darah, kadar protein darah dan kadar glukosa darah
Kadar kolesterol, trigliserida, HDL‒kolesterol, dan LDL‒kolesterol
Jumlah sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP), hemoglobin
dan hematokrit ikan lele

4

10
11
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Prosedur analisis kadar selenium
Prosedur analisis proksimat
Komposisi mineral dan vitamin pakan

19
20
23

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele Clarias sp merupakan jenis ikan air tawar yang cukup menjanjikan
untuk dibudidayakan karena kebutuhan konsumsi terus meningkat. Berdasarkan
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2014) bahwa produksi ikan lele tahun
2010-2014 dengan peningkatan produksi rata-rata 26,43% per tahun. Pakan
merupakan komponen biaya tertinggi pada budidaya ikan lele yakni berkisar
antara 80-85% dari total biaya produksi (Suprayudi 2010). Oleh karena itu
peningkatan efisiensi pakan melalui pemenuhan kebutuhan nutrien sangat
dibutuhkan dalam rangka menekan biaya produksi. Salah satu nutrien dalam
pakan ikan adalah mineral (Suprayudi et al. 2013).
Mineral berperan penting dalam berbagai proses metabolisme tubuh.
Selenium sebagai unsur penting enzim glutation peroksidase berfungsi sebagai
antioksidan intraseluler dan sistem imun ikan, dengan cara mengkatalisis hidrogen
peroksida dan asam lemak hidrosiperoksida menjadi air dan asam lemak alkohol.
Selenium juga terlibat sebagai pengkatalis hormon tiroksin menjadi bentuk aktif
hormon triiodotironin dalam sistem endokrin yakni reaksi enzim iodothironin
deiodinase (DI) untuk pertumbuhan dan fungsi sistem imun (Brown dan Arthur
2001, Arthur dan Beckett 2005).
Bentuk umum selenium adalah bentuk organik dan anorganik. Kelebihan
bentuk selenium organik dibandingkan selenium bentuk anorganik yaitu memiliki
tingkat bioavailabilitas yang lebih tinggi, toksisitas lebih rendah dan lebih mudah
diserap oleh tubuh karena dapat bergabung dengan protein tubuh sehingga dapat
disimpan dan dapat dilepas ketika dibutuhkan. Pemberian selenium harus sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh setiap jenis ikan, kelebihan maupun kekurangan
kadar selenium dapat menimbulkan penyimpangan dari kondisi normal. Kelebihan
dosis selenium akan menjadi racun yang pada akhirnya akan menyebabkan
kelainan pertumbuhan bahkan kematian pada ikan. Kekurangan selenium dapat
mengakibatkan penurunan aktivitas enzim glutation peroksidase, respon imun
ikan, menyebabkan pertumbuhan yang abnormal dan efisiensi pakan rendah
(Hamzah et al. 2012c; Suprayudi et al. 2013). Penelitian yang menunjukkan
suplementasi selenium organik pada ikan nila merah (Oreochromis sp)
memperlihatkan kinerja pertumbuhan terbaik pada penambahan selenium organik
dengan dosis 4 g Se/kg pakan dengan kadar selenium pakan 1,42 mg Se/kg pakan
(Suprayudi et al. 2013) dan pada juvenil ikan kerapu malabar (Epinephelus
malabaricus) dengan penambahan selenometionin sebesar 0,5-0,6 mg Se/kg
pakan dengan kadar selenium pakan 0,77- 0,79 mg Se/kg pakan (Lin & Shiau
2005). Pengaruh penambahan selenium dengan sumber berbeda (selenometionin
dan sodium selenit) dengan dosis penambahan yang sama yaitu 0,5 mg Se/kg
pakan dengan kadar selenium pakan 0,55 dan 0,57 mg Se/kg pakan dapat
meningkatkan pertumbuhan, aktivitas glutation peroxidase pada Crucian carp
(Carassius auratus gibelio) (Wang et al. 2007).
Beberapa penelitian menunjukkan pemberian selenium mampu
meningkatkan kesehatan ikan seperti yang dilakukan oleh Tawwab et al. (2007)
dengan penambahan selenium berupa Sel-Plex® sebanyak 0,3 g Sel-Plex®/kg

2
pakan dengan kadar selenium pakan 3,67 mg Se/kg pakan memberikan
pertumbuhan terbaik, meningkatkan efisiensi pakan, dan menurunkan mortalitas
larva pada ikan lele (Clarias gariepinus) yang terpapar tembaga (Cu) dari
lingkungan. Dosis selenium anorganik (sodium selenit) sebanyak 0,05 mg Se/kg
dengan kadar selenium pakan 0,07 mg Se/kg pakan memperlihatkan kinerja
pertumbuhan dan daya tahan tubuh kerapu bebek yang terpapar cekaman
lingkungan (Crumileptes altivelis) dengan meningkatkan aktivitas GPx plasma
(Hamzah et al. 2012a). Pengaruh penggunaan selemetionin dengan dosis 1,6 mg
Se mg/kg dengan kadar selenium pakan 1,63 mg Se/kg pakan pada juvenil kerapu
malabar (E. malabaricus) yang memakan tembaga (Cu) dengan konsentrasi tinggi
dapat menurunkan stres oksidatif dan meningkatkan respons imun (Lin dan Shiau
2007). Penelitian tentang penambahan selenium organik untuk pembesaran ikan
lele belum banyak dikaji, sehingga belum diketahui kadar selenium organik yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan status kesehatan ikan lele Clarias sp.

Perumusan Masalah
Intensifikasi budidaya dalam pemenuhan kebutuhan ikan yang terus
meningkat berkorelasi dengan peningkatan kebutuhan pakan. Pakan merupakan
salah komponen biaya terbesar dari total biaya produksi, selain itu dapat
menurunkan pertumbuhan, munculnya berbagai serangan penyakit dan penurunan
kualitas air, sehingga dapat menyebabkan kerugian. Kecukupan nutrien dari pakan
seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral sangatlah penting untuk
mendukung pertumbuhan dan kesehatan ikan. Salah satu mikromineral seperti
selenium dapat meningkatkan pertumbuhan dan status kesehatan ikan dengan
menjadi bagian integral dari enzim antioksidan yang dapat melindungi sel dari
kerusakan oksidatif akibat radikal bebas dan sebagai pengkatalis hormon tiroksin
pada sistem endokrin. Terkait peranannya, selenium organik memiliki tingkat
bioavailabilitas lebih tinggi, toksisitas lebih rendah dan lebih mudah diserap oleh
tubuh karena dapat bergabung dengan protein tubuh sehingga dapat disimpan dan
dapat dilepas ketika dibutuhkan. Oleh karena itu, penambahan selenium organik
pada pakan perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat kinerja pertumbuhan dan status
kesehatan ikan lele Clarias sp.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan
selenium organik dengan dosis berbeda pada pakan terhadap kinerja pertumbuhan
dan status kesehatan ikan lele Clarias sp.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pembudidaya
tentang bahan yang dapat digunakan pada pakan ikan sehingga dapat membantu
para pembudidaya dalam meningkatkan produksinya.

3
Hipotesis
Penambahan selenium organik dengan dosis tertentu pada pakan dapat
meningkatkan kinerja pertumbuhan dan status kesehatan pada ikan lele Clarias sp.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 hingga Mei 2015 yang
bertempat di Kolam Percobaan Babakan, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis
proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, analisis gambaran darah
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan analisis kualitas air dilakukan di
Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan. Analisis selenium
dilakukan di Laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech (SIG), Bogor dan
analisis kimia darah dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Intitut Pertanian Bogor.

Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan adalah pakan yang diformulasikan untuk ikan lele
yang dicampur selenium organik dengan dosis berbeda. Setiap perlakuan terdiri
dari tiga ulangan. Selenium organik yang digunakan berupa selenium berbentuk
bubuk dan berwarna merah. Dosis penambahan selenium organik yaitu 0 (kontrol),
1, 4 dan 8 g Se/kg pakan. Pakan mengandung isoprotein 32,38% dan isoenergi
427,84 kkal/100 g pakan. Perlakuan selengkapnya pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Pakan + selenium organik 0 g/kg pakan
2) Pakan + selenium organik 1 g/kg pakan
3) Pakan + selenium organik 4 g/kg pakan
4) Pakan + selenium organik 8 g/kg pakan
Selenium organik dicampurkan kedalam bahan baku pakan lainnya,
selanjutnya dihomogenkan hingga rata dengan menggunakan mixer kemudian
dicetak. Pakan yang telah menjadi pellet dikeringkan dalam oven pada suhu 35oC
selama 24 jam. Pakan uji yang telah dibuat, dilakukan analisa proksimat untuk
mengetahui kadar nutrien dan analisa selenium untuk mengetahui kadar selenium
pakan. Komposisi bahan baku pakan dan hasil proksimat pakan uji dalam bobot
kering serta kadar selenium pakan tercantum dalam Tabel 1.

4
Tabel 1 Komposisi formulasi pakan uji dan hasil proksimat pakan uji
Bahan baku
0

Perlakuan penambahan selenium organik (g/kg)
1
4
8

Komposisi bahan baku (%)
Tepung ikan
15,00
15,00
15,00
15,00
MBM1
5,00
5,00
5,00
5,00
Tepung kedelai
32,10
32,10
32,10
32,10
Tepung pollard
37,90
37,80
37,50
37,10
Minyak ikan
1,00
1,00
1,00
1,00
Minyak jagung
1,00
1,00
1,00
1,00
Premix (tanpa Se)
5,00
5,00
5,00
5,00
Binder (CMC)2
3,00
3,00
3,00
3,00
Se3 (g/kg)
0,00
0,10
0,40
0,80
Total (%)
100
100
100
100
Komposisi Nutrien (%)
Protein
31,96
32,79
33,06
31,70
Lemak
6,23
5,99
5,91
5,97
Abu
10,21
9,65
10,27
10,49
Serat Kasar
5,72
5,46
5,09
4,22
BETN4
45,86
46,08
45,65
47,60
GE5 (kkal/100 g pakan)
425,64
428,94
427,91
428,83
C/P (kkal/ 100 g pakan)
13,46
13,21
13,07
13,67
Selenium pakan (mg/kg)
0,30
0,79
2,23
5,79
Ket: 1. MBM = Meat bone meal, 2. CMC= Carboxyl methyl cellulosa, 3. Se = Selenium organik,
4. BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen dan 5. GE =Gross energy (Watanabe 1988), 1 g
protein = 5,6 kkal GE, 1 g lemak = 9,4 kkal GE, 1 g karbohidrat/BETN = 4,1 kkal GE

Pemeliharaan Ikan
Ikan uji yang digunakan yaitu ikan lele Clarias sp berukuran 8 sampai 10
cm yang berasal dari pembudidaya di daerah Dramaga, Bogor. Benih yang
digunakan sebanyak 2000 ekor dengan bobot rata-rata 5,97±0,06 g. Ikan uji
diaklimatisasi terlebih dahulu dengan cara ditempatkan pada bak beton bervolume
6000 L selama 7 hari. Pemeliharaan ikan menggunakan bak beton bervolume 300
L/bak sebanyak 12 bak dengan padat penebaran ikan 150 ekor/bak. Pemeliharaan
dilakukan selama 56 hari dan pakan diberikan 3% dari bobot tubuh sebanyak tiga
kali sehari pada pukul 07.00, 14.00 dan 20.00 WIB.
Selama pemeliharaan pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara
melakukan pergantian air sebanyak 10% setiap hari. Selama pemeliharaan suhu
berkisar 25oC-32oC, oksigen terlarut (DO) berkisar 5,7-8,2 mg/L, TAN berkisar
0,147-0,816 mg/L dan pH berkisar 7,13-7,87. Pada awal dan akhir pemeliharaan
dilakukan penimbangan biomassa ikan, analisis proksimat tubuh ikan dan analisis
kadar selenium tubuh ikan uji. Penimbangan biomassa dilakukan setelah ikan
dipuasakan selama 24 jam. Penimbangan biomassa akhir juga dilakukan
pengelompokkan jumlah ikan berdasarkan ukuran panjang (kecil: ≤12 cm, sedang:
12‒16 cm, besar: ≥16 cm). Pada akhir pemeliharaan setelah penimbangan
biomassa sebagian ikan dari setiap perlakuan diambil darahnya untuk uji biokimia
darah.

5
Analisis Kimia
Analisis kimia meliputi analisis kadar selenium dan proksimat. Analisis
kadar selenium pakan dan tubuh ikan menggunakan metode ICP-OES (Lampiran
1) dan analisis kadar selenium darah menggunakan metode HG-AAS (Lampiran
1). Analisis proksimat meliputi bahan baku pakan uji, pakan uji, tubuh ikan awal
dan akhir penelitian (Lampiran 2). Analisis yang dilakukan berupa pengukuran
kadar air dengan pemanasan dalam oven (105-110oC), protein dengan metode
Kjeldahl, lemak dengan metode Soxhlet untuk pakan dan Folch untuk tubuh ikan,
kadar abu dengan pemanasan dalam tanur (400-600oC) dan serat kasar diukur
dengan pelarutan dalam asam dan basa kuat serta pemanasan berdasarkan metode
Takeuchi (1988). Parameter yang diamati yaitu biomassa awal ikan uji, biomassa
akhir ikan uji, jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan spesifik, tingkat
kelangsungan hidup, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi
selenium, keragaman ukuran ikan, total kolesterol, trigliserida, HDL‒kolesterol,
LDL‒kolesterol, kadar glukosa darah, kadar selenium tubuh dan kadar selenium
darah, serta gambaran darah.

Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan. Data yang diperoleh ditabulasi dengan program MS.
Office Excel 2013 dan untuk uji ANOVA dianalisis dengan menggunakan
program SPSS 18,0. Perlakuan yang berbeda nyata akan diuji lanjut dengan uji
lanjut Tukey.
Parameter yang Diamati
Jumlah konsumsi pakan
Jumlah konsumsi pakan ditentukan dengan cara jumlah (berat) pakan awal
dikurangkan dengan jumlah (berat) sisa pakan.
Laju pertumbuhan spesifik (LPS)
Laju pertumbuhan spesifik ikan dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Keterangan:
Po
= Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g)
Pt
= Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)
t
= waktu pemeliharaan

6
Tingkat kelangsungan hidup (TKH)
Tingkat kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TKH =
Keterangan :
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No
= Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Efisiensi pakan
Efisiensi pakan dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut
(Takeuchi 1988):
EP =
x 100
Keterangan:
EP
= Efisiensi pakan (%)
Wt
= Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Wd
= Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
F
= Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (g)
Retensi protein
Retensi protein dihitung melalui analisis proksimat protein tubuh ikan uji
pada awal dan akhir pemeliharaan. Rumus perhitungan retensi protein adalah
sebagai berikut (Takeuchi 1988):
x 100
RP =
Keterangan:
RP
= Retensi protein (%)
F
= Jumlah protein ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I
= Jumlah protein ikan pada awal pemeliharaan (g)
P
= Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
Retensi lemak
Retensi lemak dihitung melalui analisis proksimat lemak tubuh ikan uji pada
awal dan akhir pemeliharaan. Rumus perhitungan retensi lemak adalah sebagai
berikut (Takeuchi 1988):
x 100
RL =
Keterangan:
RL
= Retensi lemak (%)
F
= Jumlah lemak ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I
= Jumlah lemak ikan pada awal pemeliharaan (g)
L
= Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)

7
Retensi Selenium
Retensi selenium dihitung melalui analisis tubuh ikan dan diuji pada awal
dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi selenium sebagai berikut:
RSe =
x 100
Keterangan:
RSe = Retensi Selenium (%)
F
= Jumlah selenium ikan pada akhir pemeliharaan (mg/kg)
I
= Jumlah selenium ikan pada awal pemeliharaan (mg/kg)
Se
= Jumlah selenium yang dikonsumsi ikan (mg/kg)
Glukosa darah
Kadar glukosa darah menggunakan alat test glukosa yaitu GlucoDr
AGM‒2100 dengan kit berupa GlukoDr strip Code 8.
Gambaran darah
Darah diambil dari vena caudalis dekat ekor ikan. Syringe dibilas dengan
antikoagulan heparin. Sampel darah ikan diambil dari belakang anal kearah tulang
belakang hingga jarum syringe menyentuh tulang. Sampel darah dihisap perlahan
sebanyak 1 mL, kemudian dipindahkan kedalam tabung mikrotub yang telah
dibilas dengan heparin.
Total sel darah merah (SDM/Eritrosit)
Pemeriksaan total eritrosit bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan
ikan dengan cara menghitung total eritrosit dalam darah. Cara pengambilan
sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5 selanjutnya larutan Hayem
dihisap sampai skala 101, pipet digoyangkan membentuk angka delapan selama
3-5 menit agar bercampur homogen. Tetesan pertama dibuang, tetesan berikutnya
diteteskan ke dalam hemositometer dan ditutup dengan kaca penutup (Blaxhall
dan Daisley 1973). Penghitungan dilakukan pada lima kotak kecil hemositometer
dan jumlahnya dihitung dengan rumus:
SDM =
Total sel darah putih (SDP/ Leukosit)
Cara penghitungan total leukosit sama seperti penghitungan total eritrosit,
yang membedakan hanya pada larutan yang digunakan, yaitu larutan Turk’s.
Jumlah leukosit total dinyatakan dengan n x 105/mm3.
SDP =
Kadar hematokrit (Ht)
Pengukuran hematokrit dilakukan menggunakan tabung mikro hematokrit
berupa pipa kapiler berlapis heparin. Sampel darah dihisap dengan menggunakan
pipa kapiler, sampai ¾ bagian kapiler, kemudian ditutup dengan bahan penutup
(lilin). Pipa kapiler yang berisi darah disentrifuse dengan kecepatan 3500 rpm

8
selama 15 menit. Pembacaan dilakukan dengan membandingkan bagian darah
yang mengendap dengan seluruh bagian darah yang ada didalam tabung mikro
hematokrit, menggunakan mikro hematokrit skala dan hasilnya dinyatakan dalam
persen (%) (Anderson dan Siwicki 1993).
Kadar hemoglobin (Hb)
Konsentrasi hemoglobin diukur menggunakan metode Sahli dengan
Sahlinometer. Sampel darah ikan diambil dengan pipet Sahli sampai skala 20 mm 3.
Ujung pipet yang digunakan dibersihkan dari sisa-sisa darah dengan kertas tissue.
Darah dipindahkan ke dalam tabung Sahli yang telah diisi dengan HCl 0.1 N sampai
angka 10 (garis skala paling bawah pada tabung Sahli). Kemudian tabung tersebut
ditempatkan diantara 2 tabung yang berisi warna standar. Akuades ditambahkan ke
dalam tabung Sahli sedikit demi sedikit menggunakan pipet, sampai warnanya sama
dengan warna standar dan didiamkan selama 3 menit, dan hasilnya dinyatakan dalam
g % (Wedemeyer dan Yasutake 1977).

Analisis kadar total kolesterol, trigliserida, dan HDL‒kolesterol dan
LDL‒kolesterol darah
Tiga ikan dari setiap perlakuan diambil secara acak pada akhir penelitian.
Sampel darah ikan diambil dari pembuluh vena pada pangkal sirip ekor
menggunakan syringe yang telah dibilas dengan antikoagulan (3,8% natrium
sitrat) dan kemudian darah dimasukkan ke dalam tabung mikro 1,5 mL. Plasma
darah dipisahkan dengan sentrifugasi pada 3.000 rpm selama 15-20 menit,
kemudian plasma dapat langsung dianalisis atau disimpan pada suhu -20oC hingga
digunakan.
Total kolesterol
Kadar total kolesterol diukur menggunakan metode CHOD-PAP (enzymatic
colorimetric test for cholesterol with lipid clearing factor) dengan kit
CHOLESTEROL liquicolor Human mbH, Jerman. Rumus yang digunakan untuk
menghitung kandungan kolesterol adalah sebagai berikut:
K=
Keterangan:
K
= Kandungan kolesterol (mg/dL)
Au
= Absorbansi sampel
Cs
= Konsentrasi standar kolesterol
As
= Absorbansi standar kolesterol

9
Trigliserida
Kadar trigliserida diukur menggunakan metode CHOD-PAP (enzymatic
colorimetric test for triglyserida with lipid clearing factor) dengan kit
TRIGLYSERIDA liquicolormono Human mbH, Jerman. Rumus yang digunakan
untuk menghitung kandungan trigliserida adalah sebagai berikut:
TG =
Keterangan:
TG
= Kandungan trigliserida (mg/dL)
Au
= Absorbansi sampel
Cs
= Konsentrasi standar trigliserida
As
= Absorbansi standar trigliserida
High density lipoprotein (HDL)
Kadar HDL‒koletserol diukur menggunakan metode CHOD-PAP dengan
kit HUMAN CHOLESTEROL liquicolor Precipitant and Standar Human mbH,
Jerman. Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan HDL adalah
sebagai berikut:
HDL =
Keterangan:
HDL = Kandungan kolesterol‒HDL (mg/dL)
Au
= Absorbansi sampel
Cs
= Konsentrasi standar HDL
As
= Absorbansi standar HDL
Low density lipoprotein (LDL)
Pengukuran low density lipoprotein (LDL) menggunakan metode
CHOD-PAP. Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan LDL adalah
sebagai berikut:
LDL (mg/dL) = Kolesterol total-Kolesterol HDL-

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kinerja pertumbuhan ikan lele selama pemeliharaan 56 hari disajikan pada
Tabel 2. Jumlah konsumsi pakan ikan perlakuan dengan penambahan selenium
organik untuk semua perlakuan sama dengan perlakuan ikan kontrol. Perlakuan
dengan penambahan 4 g Se/kg pakan dan 8 g Se/ kg pakan dengan kadar selenium
masing-masing pakan yaitu 2,26 dan 5,79 mg Se/kg pakan memberikan pengaruh
yang berbeda nyata dan lebih tinggi pada parameter retensi protein dibandingkan
ikan perlakuan lainnya (p