Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Di Bmt Insan Mulia Kota Palembang

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP
PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DI BMT INSAN MULIA KOTA
PALEMBANG

NEVA SUNBA DENA

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Pengaruh
Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro di BMT Insan
Mulia Kota Palembang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Neva Sunba Dena
NIM H54110005

ABSTRAK
NEVA SUNBA DENA. Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro di BMT Insan Mulia Kota Palembang. Dibimbing
oleh JAENAL EFFENDI
Usaha mikro memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Masalah utama yang sering dihadapi oleh usaha mikro adalah
keterbatasan. BMT Insan Mulia merupakan salah satu lembaga keuangan mikro
syariah non bank yang memberikan kemudahan bagi pengusaha mikro untuk
mendapatkan tambahan modal melalui pembiayaan murabahah. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis dampak pembiayaan mikro terhadap
perkembangan usaha mikro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji-t berpasangan dan OLS. Hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengeluaran sehari- hari, tabungan, pengeluaran

usaha, modal awal, omzet usaha, jumlah tenaga kerja, dan keuntungan sebelum
dan sesudah diberikan pembiayaan murabahah. Hasil analisis dengan metode
OLS menunjukkan bahwa pengeluaran kesehatan, jumlah tenaga kerja, lama
usaha, jumlah pinjaman, pengeluaran usaha, aspek syariah dan dummy asset
berpengaruh signifikan terhadap perkembangan omzet usaha responden.
Kata Kunci: BMT, OLS, Pembiayaan Murabahah, Uji-t berpasangan, usaha
mikro

ABSTRACT
NEVA SUNBA DENA. Analysis Effect Of Murabaha Financing On The
Development Of Micro Enterprises at BMT Insan Mulia In Palembang.
Supervised by JAENAL EFFENDI
Micro enterprise have important role of national economic growth. The
principal problem that always facing in micro enterprises is limited source of
capital. BMT Insan Mulia is one institution of Islamic microfinance non-bank that
makes it easy for micro-entrepreneurs to obtain additional capital through
Murabaha Financing. The purpose of this study is to analyze the impact of microfinance to the development of micro enterprises. The Method used in this study
were paired t-test and OLS. Paired t-test results indicate that there are significant
differences between everyday expenditure, savings, business expenditure, capital,
omset, number of labour, and net income before and after murabaha financing.

The result with OLS show that medication expenditure, number of labour,the
length of bussiness activitiy,the amount of the credit, business expenditure, sharia
aspect, and dummy asset significant on income of the micro enterprise.
Keywords : BMT, Murabaha financing, Micro enterprises, Ordinary least square,
Paired t-test

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DI BMT
INSAN MULIA KOTA PALEMBANG

NEVA SUNBA DENA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dari
penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro di BMT Insan Mulia Kota Palembang. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Studi Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Orangtua dan keluarga penulis, yaitu Bapak Deswan Abdul kadir dan Ibu Nasriah
yang selama ini telah memberikan semangat, dukungan, perhatian, saran dan
kasih sayangnya selama penelitian dan kepada Luthfi Alka Dena selaku kakak
dari penulis yang telah memberikan semangatnya kepada penulis. Selain itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, arahan, masukan serta motivasi selama penulisan
skripsi
2. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku penguji utama dan Bapak Khalifah
Muhammad Ali, M.Si selaku dosen komisi pendidikan.
3. Seluruh pihak pengurus BMT Insan Mulia kota Palembang yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat asrama TPB Zhafira Rizky A., Nisa Adisya Hafsyari yang telah
banyak memberikan motivasi dan saran selama penulisan skripsi.
5. Teman-teman sebimbingan Widya Gina, muhammad Haekal, Salma Siti S.,
Ernawati, Anisa Rindra, Sarah N., Syifa K., Afrial H., Ramadhian, Rizha
rizki P.,yang telah banyak berbagi ilmu dan semangat selama menyelesaikan
skripsi
6. Teman-teman KKP Desa Pabuaran Vita Nayunda, Widya Paramawidhita,
Rosy Noviza, Dendi dan Sauqi yang telah memberikan semangatnya selama
menyelesaikan skripsi
7. Keluarga IKAMUSI 48 Desta yang telah membantu selama di lapangan, Adit,
Eris, Dea, Rani, Indah, Feri, Aisyah, Yulya, Ikbal, Vozu yang telah
memberikan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat Khodijah Mustaqimah, Suwanti, Nona, Reka, Unzila, Retno, yang
telah memberikan semangat dan doa selama menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman teman Eksyar 48 yang telah memberikan saran, dukungan, ilmu dan
doa selama menyelesaikan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015
Neva Sunba Dena

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5


Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

6

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

6

Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

6

Pembiayaan Syariah

8


Pembiayaan Murabahah

8

Penelitiaan Terdahulu

9

Kerangka Pikir

11

METODE PENELITIAN

12

Jenis dan Sumber Data

12


Lokasi dan Waktu Penelitian

12

Metode pengumpulan Data

13

Metode Pengolahan dan Analisis Data

13

Definisi Operasional

14

Pengujian Hipotesis

15


Evaluasi Model

16

GAMBARAN UMUM

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

18

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

31

DAFTAR TABEL
1 Data perkembangan UMKM dan usaha besar tahun 2011 - 2012
2 Data perkembangan UMKM kota Palembang tahun 2010 – Juni 2014
3 Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BMT Insan Mulia Palembang
hingga bulan Desember 2013
4 Pengelompokan UMKM berdasarka aset dan omzet
5 Jumlah tabungan dan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BMT
Insan Mulia tahun 2011 - 2013
6 Jumlah dan proporsi jenis kelamin responden
7 Jumlah dan proporsi tingkat pendidikan responden
8 Jumlah dan proporsi umur responden
9 Jumlah dan proporsi lama usaha responden
10 Jumlah dan proporsi jenis usaha responden
11 Jumlah dan proporsi pembiayaan murabahah responden
12 Jumlah dan proporsi agunan responden
13 Jumlah dan proporsi waktu pencairan dana responden
14 Perubahan pengeluaran usaha, modal awal, omzet usaha, jumlah tenaga
kerja, dan keuntungan setelah mendapatkan pembiayaan murabahah.
15 Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan omzet usaha

2
3
4
6
18
19
19
20
20
20
21
21
23
24
27

DAFTAR GAMBAR

1 Skema Pembiayaan murabahah
2 Kerangka Pemikiran
3 Pengajuan dan pencairan pembiayaan

9
12
22

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian Responden
2 Hasil Olahan Uji T
3 Hasil Oahan Data OLS

31
35
35

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam perspektif dunia, telah diakui bahwa usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) baik di negara maju maupun negara berkembang memiliki
peran yang sangat vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pada
negara maju UMKM memiliki peranan yang sangat penting tidak hanya sebagai
usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja namun juga memberikan
kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), begitu
juga pada negara sedang berkembang, UMKM memiliki peran yang sangat
penting, khususnya pada perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan
bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, dan
pembangunan ekonomi pedesaan.
UMKM merupakan sektor terpenting dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia. Sektor UMKM terbukti mampu bertahan pada saat terjadi krisis
ekonomi pada tahun 1998 pada saat yang sama usaha besar lainnya tumbang
akibat krisis yang melanda. Menurut Tambunan (2009), karakteristik yang
membedakan UMKM dengan usaha besar lainnya antara lain: 1) jumlah usaha
mikro dan usaha kecil yang tersebar dan mendominasi usaha di pedesaan
dibandingkan dengan usaha besar lainnya menunjukkan UMKM memiliki
pengaruh terhadap kemajuan pembangunan desa, 2) sifat UMKM yang padat
karya menunjukkan bahwa UMKM memiliki potensi pertumbuhan kesempatan
kerja yang besar, 3) usaha mikro yang ada di pedesaan pada negara berkembang
melakukan kegiatan produksi yang berbasis pertanian sehingga secara tidak
langsung dapat mendorong pertumbuhan produksi sektor pertanian, 4) banyaknya
UMKM yang mampu bertahan pada saat krisis ekonomi pada tahun 1997-1998, 5)
UMKM menjadi titik permulaan bagi mobilisasi tabungan atau investasi pedesaan
dan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan orang desa dalam berwirausaha,
serta 6) sasaran utama bagi UMKM adalah barang konsumsi.
Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
pada tabel 1, tahun 2011 hingga tahun 2012 jumlah UMKM di Indonesia
mengalami tren yang positif. Hal ini terlihat pada tahun 2011, jumlah UMKM
yang terdapat di Indonesia sebesar 55 206 444 unit dan kemudian pada tahun 2012
jumlah ini semakin bertambah menjadi 56 534 592 unit atau dapat dikatakan
bahwa perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun 2011-2012 sebesar 2.41 %.
Usaha mikro memiliki kontribusi yang besar pada penyerapan tenaga kerja.
Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2011 hingga tahun 2012
mengalami kenaikan sebesar 5.92% . Hal ini membuktikan bahwa sektor UMKM
mememiliki peran yang cukup besar dalam mengurangi angka pengangguran dan
memiliki pern yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Selain itu, data diatas juga menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terhadap
PDB tercatat sebesar 1 369 326.00 milyar rupiah pada tahun 2011 dan kemudian
mengalami kenaikan sebesar 6.00% pada tahun 2012 atau meningkat menjadi 1
451 460.20 milyar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa UMKM memiliki

2
potensi yang sangat besar untuk dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Tabel 1 Data perkembangan UMKM dan usaha besar tahun 2011-2012
Indikator
Unit usaha (unit)
a. UMKM
b. Usaha Besar
Tenaga kerja (orang)
a. UMKM
b.Usaha Besar
Kontribusi
terhadap
PDB
atas
harga
konstan 2000 (Rp
Milyar)
a. UMKM
b. Usaha Besar

Tahun2011
Jumlah

Tahun 2012
Jumlah

Perkembangan
(%)

55 211 396
55 206 444
4 952
104 613 681
101 722 458
2 891 224

56 539 560
56 534 592
4 968
110 808 154
107 657 509
3 150 645

2.41
0.32
5.92
5.83
8.97

2 377 110.00

2 525 120.40

6.23

1 369 326.00
1 007 784.00

1 451 460.20
1 073 660.00

6
6.54

Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2014)
Perhatian dan pengembangan terhadap sektor UMKM merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk menekan angka kemiskinan di Indonesia.
Usaha yang dilakukan oleh pengusaha mikro memiliki potensi untuk
dikembangkan, namun kenyataannya juga banyak usaha mikro tidak dapat
berkembang bahkan usaha tersebut gulung tikar. Tambunan (2009) menjelaskan
bahwa, meskipun banyak pendapat yang menyatakan bahwa UMKM sangat
penting di Indonesia sebagai penyerap tenaga kerja terbesar dan sebagai salah satu
sumber penciptaan PDB, namun produktifitas yang dihasilkan oleh UMKM ini
masih sangat rendah. Rendahnya produktivitas UMKM di Indonesia disebabkan
oleh dua faktor utama yaitu rendahnya tingkat pendidikan formal baik pengusaha
maupun pekerja dan keterbatasan modal yang dimiliki. Rendahnya produktifitas
UMKM membuat pendapatan pengusaha dan pekerja menjadi rendah sehingga
baik pekerja maupun pengusaha sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, salah satu penyebab rendahnya
produktivitas UMKM adalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh UMKM.
Usaha mikro yang bermodal kecil pada umumnya tidak memiliki badan hukum
serta dalam penerapan manajemannya masih sangat sederhana. Oleh sebab itu
usaha ini sangat sulit mendapatkan akses pembiayaan dari lembaga keuangan
perbankan (Bappenas 2009). Pihak perbankan tidak memiliki motivasi dalam
penyaluran pembiayaan ke usaha mikro karena besarnya resiko gagal bayar dan
biaya administrasi yang cukup tinggi. Perbankan mengalami kesulitan dalam
menilai kelayakan kredit untuk disalurkan kepada usaha mikro dan kredit usaha
kecil memiliki biaya rata-rata yang jauh lebih besar dibandingkan kredit berskala
besar.
Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) memiliki peran yang sangat
strategis dalam usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat, hal ini dikarenakan

3
LKM non-bank merupakan salah satu intermediasi aktivitas perekonomian yang
mampu memberikan layanan keuangan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah,
khususnya para pelaku usaha mikro untuk mengakses sumber-sumber pembiayaan
diamana selama ini dapat diperoleh dari lembaga-lembaga keuangan perbankan.
BMT (Baitul Mal wa Tamwil) merupakan lembaga keuangan mikro syariah nonformal sebagai lembaga ekonomi rakyat yang bertujuan untuk mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi yang menjadi dasar utananya adalah sistem
bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil dalam upaya
untuk mengentaskan kemiskinan. (Mu'alim dan Abidin dalam Murwati dan
Muhammad 2013). Keunggulan BMT dibandingkan dengan perbankan adalah
fleksibilitas dalam pelayanan keuangan terhadap nasabah kecil. Fleksibilitas ini
mencakup ketentuan pemberian jasa pelayanan keuangan yang cepat, tanpa
adanya agunan, serta memiliki sistem administrasi yang sederhana. Sifat
operasional yang dekat dengan nasabah kecil memungkinkan BMT menilai
UMKM secara baik sehingga mampu memberikan kredit tanpa agunan.
Banyaknya mayarakat kalangan bawah yang menjadi pengusaha mikro atau
pedagang kecil menyebabkan keberadaan BMT sangat diharapkan dengan tujuan
mempermudah akses permodalan bagi pengusaha kecil.
Kota Palembang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki
jumlah UMKM yang cukup besar. UMKM yang ada di Kota Palembang
mayoritas bergerak di bidang perdagangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Palembang pada tabel 2,
total jumlah UMKM per Juni 2014 sebanyak 31 969 unit dan telah menyerap
sebanyak 129 475 tenaga kerja, sedangkan omzet yang dihasilkan oleh UMKM
kota Palembang sebesar 23 360 662 juta rupiah. Rata-rata perkembangan jumlah
UMKM selama 6 tahun sebelumnya adalah sebesar 3,19 persen.
Tabel 2 Data perkembangan UMKM kota Palembang tahun 2010 - Juni 2014
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Jun-14

Jumlah UMKM
27 338
28 766
29 512
30 108
31 344
31 969

Aset
5 630 773
6 075 025
6 232 442
6 358 159
6 732 021
6 866 660

Omzet
19 366 521
20 862 163
21 404 579
21 832 672
22 843 787
23 360 662

Tenaga Kerja
112 020
116 457
119 481
121 873
126 938
129 475

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi kota Palembang (2015)
Besarnya populasi pelaku usaha di kota Palembang belum mampu
meningkatkan pertumbuhan bisnis UMKM. Salah satu kendala yang menjadi
penghambat berkembangnya UMKM ini adalah masalah permodalan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang nomor 11 tahun 2013 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014, dana bergulir
untuk UKM yang dianggarkan oleh pemerintah kota Palembang adalah sebesar 5
milyar rupiah. Jumlah ini dinilai masih sangat kecil dan tidak sebanding dengan
jumlah UMKM yang ada. Sedangkan, untuk mengakses modal tambahan ke
lembaga keuangan formal usaha ini dinilai masih sangat lemah sehingga banyak

4
lembaga keuangan formal yang menolak untuk memberikan pembiayaan kepada
usaha ini. Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Perindustrian, perdagangan
dan koperasi kota Palembang jumlah BMT yang tersebar di kota Palembang
adalah sebanyak 35 unit. Lembaga keuangan mikro syariah yaitu BMT sangat
diharapkan untuk menunjang perkembangan usaha UMKM dari sisi permodalan
melalui program pembiayaan yang dimiliki oleh BMT. BMT dipandang mampu
menyetuh masyarakat lapisan bawah sehingga diharapkan pelaku UMKM di kota
Palembang mampu mencapai target untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya dan meningkatkan pertumbuhan bisnis di kota Palembang.

Perumusan Masalah
UMKM memiliki peran yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Hal ini ditinjukan dengan besarnya kontribusi dari sektor UMKM
terhadap PDB Indonesia. Semakin besar pertumbuhan UMKM akan mampu
mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Namun permasalahan mendasar
yang dialami oleh kebanyakan UMKM adalah keterbatasan modal yang dimiliki
akibat sulitnya pelaku UMKM dalam mengakses ke lembaga keuangan formal
seperti bank. keterbatasan modal yang dimiliki oleh UMKM membatasi ruang
gerak dalam mengembangkan usahanya. Usaha yang dinilai tidak bankcable
membuat banyak lembaga keuangan formal seperti bank, menolak untuk
memberikan pembiayaan kepada usaha ini.
Keberadaan BMT dinilai sesuai dengan karakteristik usaha mikro dan
menjadi penolong bagi pengusaha mikro dalam permasalahan permodalan melalui
pembiayaan yang diberikan. BMT Insan mulia merupakan salah satu BMT di kota
Palembang yang menyalurkan dana pembiayaannya kepada usaha mikro. Selama
lima tahun berjalan BMT Insan Mulia kota Palembang telah menyalurkan
dananya melalui beberapa produk pembiayaan yang dijelaskan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BMT Insan Mulia kota
Palembang hingga bulan Desember 2013
Jenis Pembiayaan
Jumlah
Pembiayaan Murabahah / Jual Beli
244.990.850
Pembiayaan Mudharabah / Bagi Hasil
Pembiayaan Musyarokah
Pembiayaan Qordul Hasan
14.660.000
Pembiayaan Sektor Riil BMT
3.000.000
Sumber: Laporan Tahunan BMT Insan Mulia kota Palembang (2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pembiayaan terbesar disalurkan
melalui pembiayaan murabahah. Pembiayaan mikro yang telah disalurkan oleh
BMT Insan Mulia diharapkan mampu meningkatkan perkembangan usaha
nasabah pembiayaannya. Hal ini mendorong perlu dilakukannya penelitian untuk
mengetahui apakah pembiayaan yang telah disalurkan memberikan efek terhadap
usaha nasabahnya.

5
Berdasarkan perumusan masalah, beberapa pertanyaan yang akan dijawab
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana dampak pembiayaan murabahah terhadap perubahan pengeluaran
usaha, modal awal, omzet, jumlah tenaga kerja dan keuntungan usaha antara
sebelum diberikan pembiayaan dengan sesudah diberikan pembiayaan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan omzet usaha mikro
setelah diberikan pembiayaan murabahah?

Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan latar belakang yang telah di jelaskan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perubahan masing-masing variabel antara sebelum dan sesudah
diberikan pembiayaan.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan omzet usaha
mikro setelah diberikan pembiayaan murabahah.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kegunaan
sebagai berikut :
1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan pengaruh pembiayaan murabahah
terhadap peningkatan usaha mikro
2. Bagi BMT, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk dapat
meningkatkan penyaluran pembiayaan kepada para pengusaha mikro di Kota
Palembang
3. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan baru
tentang pengaruh pembiyaan murabahah terhadap perkembangan usaha
mikro khususnya di Kota Palembang.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul analisis pengaruh pembiayaan murabahah terhadap
perkembangan usaha mikro di BMT Insan Mulia Kota Palembang. Penelitian ini
fokus untuk melihat pengaruh program pembiayaan murabahah yang diberikan
oleh BMT kepada usaha mikro yang ada di kota Palembang dalam upaya
mengembangkan usaha mikro yang dilihat dari peningkatan omzet usaha untuk
menjaga kelangsungan usaha.

6

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pengertian UMKM
Menurut undang-undang nomor 20 Tahun 2008, pengertian usaha Mikro
Kecil dan Menengah ( UMKM ) yaitu:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Kriteria UMKM
Menurut undang undang nomor 20 tahun 2008, membagi usaha mikro, kecil
dan menengah berdasarkan kriteria aset dan omzet yang dihasilkan oleh usaha
tersebut. Tabel 4 dibawah ini akan menjelaskan pembagian skala usaha
berdasarakan undang undang nomor 20 tahun 2008:
Tabel 4 Pengelompokan UMKM Berdasarkan Aset dan Omzet
Kriteria
Asset
Omzet
1
Usaha Mikro
Max 50 juta
Max 300 juta
2
Usaha Kecil
> 50 juta- 500 juta
> 300 juta - 2,5 Milyar
3
Usaha Menengah
> 500 juta - 10 Milyar > 2,5 Milyar - 50 Milyar
Sumber : Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008
No

Uraian

Baitul Maal Wa Tamwil ( BMT)
Pengertian BMT
Baitul Maal wa Tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi
berdasarkan prinsip prinsip syariah. BMT memiliki dua fungsi utama yaitu (1)
Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), dalam kegiatannya BMT melakukan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi guna meningkatkan kualiatas
ekonomi pengusaha mikro kecil dan menengah dengan cara mendorong kegiatan

7
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi dan (2) Baitul Maal
(rumah harta), dimana BMT menerima titipan dana zakat Infaq, dan sedekah serta
mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya (Soemitra
2010).
Ciri utama BMT
Soemitra (2010) menyatakan bahwa beberapa ciri utama yang dimiliki oleh
BMT, diantaranya :
1. Berorientasi terhadap bisnis, pencarian laba bersama, serta meningkatkan
pemanfaatan ekonomi bagi anggota dan lingkungan.
2. Bukan lembaga sosial namun dapat digunakan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infaq, dan sedekah bagi kesejahteraan masyarakat.
3. Ditumbuhkan dari bawah dengan berlandaskan kepada peran serta
masyarakat.
4. Milik bersama masyarakat kecildan bawah dari lingkungan BMT itu sendiri.
Fungsi BMT
Soemitra (2010) menyatakan bahwa beberapa fungsi yang dimiliki oleh
BMT yaitu :
1. Mengidentifikasi,
memobilisasi,
mengorganisir,
mendorong,
dan
mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok
usaha muamalat (pokusma) dan kerjanya
2. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi lebih profesional
dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi tantangan
global
3. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota
Kegiatan Usaha BMT
Soemitra (2010), dalam aktivitas operasionalnya BMT menjalankan
berbagai jenis kegiatan usaha, diantarannya yaitu :
1. BMT memobilisasi modal awal berupa simpanan pokok khusus, simpanan
pokok dan simpanan wajib dengan berasaskan akad mudharabah dalam
bentuk: simpanan biasa, pendidikan, haji, umrah, qurban, idul fitri, walimah,
akikah, perumahan, kunjungan wisata, serta simpanan mudharabah berjangka.
Sedangkan dengan akad wadiah, dalam bentuk : simpanan yad al amanah
yaitu titipan dana zakat, infaq, dan sedekah, simpanan yad ad-dhamanah
yaitu giro yang sewaktu waktu bisa diambil oleh pemiliknya.
2. Kegiatan pembiayaan atau kredit usaha mikro dan kecil dalam bentuk: (1)
pembiayaan mudharabah yaitu pemberian pembiayaan secara keseluruhan
dengan menggunakan mekanisme bagi hasil; (2) pembiayaan musyarakah
yaitu pemberian pembiayaan secara bersama dengan menggunakan sistem
bagi hasil, (3) pembiayaan murabahah yaitu kepemilikan atas suatu barang
tertentu yang dibayar pada saat jatuh tempo; (4) pembiayaan bay’ bi saman
ajil, yaitu kepemilikan atas suatu barang tertentu dengan mekanisme
pembayaran cicilan; (5) pembiayaan qardul hasan yaitu memberikan pijaman
tanpa tambahan pengembalian kecuali sebatas biaya administrasi.

8

Pembiayaan Syariah
Bank Indonesia (2014), berdasarkan undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Sedangkan pengertian prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan
modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)
Menurut Antonio (2001), berdasarkan sifat penggunaannya pembiayaan
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha,
baik usaha produksi, usaha perdagangan maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk kegiatan
konsumsi yaitu untuk memenuhi kebutuhan.
Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif terbagi menjadi
dua yaitu:
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (a)
peningkatan produksi baik secara kuantitatif atau jumlah produksi ataupun
secara kualitatif atau kualitas produksi, (b) untuk keperluan perdagangan.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang barang modal
dan fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan hal itu.
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah merupakan pembiayaan dengan menggunakan
akad jual beli. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan
harga asal barang tersebut dengan tambahan keuntungan atau margin yang
disepakati oleh penjual dan pembeli (Nurhayati dan Wasilah 2013). Menurut
Lubis (2004) dalam Yakub (2013) pembiayaan murabahah adalah perjanjian
antara lembaga keuangan dengan nasabahnya. Perjanjian tersebut dalam bentuk
pembiayaan pembelian atas suatu barang yang dibutuhkan oleh nasabah diamana
nasabah akan membayar kepada lemabhga keuangan sesuai dengan waktu yang
telah diperjanjikan dan lazimnya pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang
pendek. Pembiayaan dengan akad murabahah banyak digunakan sebab skema
pembiayaan sangat sederhana dan tidak terlalu asing bagi masyarakat pada
umumnya. Antonio (2001), berikut skema pembiayaan mudharabah :

9

Gambar 1 Skema pembiayaan murabahah
Jenis Akad Murabahah
Menurut Harahap (1992) dalam Yaqub (2013), jenis akad murabahah
terbagi menjadi dua:
1. Murabahah dengan pesanan, yaitu penjual melakukan pembelian barang
setelah mendapat pesanan dari pembeli. Pesanan ini dapat bersifat mengikat
ataupun tidak mengikat.
2. Murabahah tanpa pesanan, yaitu penjual tetap menyediakan barang
meskikupn tidak ada pesanan dari pembeli.
Penelitian Terdahulu
Djuarni (2012) dalam penelitiannya yang berjudul evaluasi perbandingan
tingkat pendapatan pedagang kecil sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan
dari BMT Mitrass Ujung Berung Bandung menjelaskan bahwa dengan
menggunakan teknik analisis statistik yaitu mencari validitas dan realibilitasnya.
Adapun statistik yang digunakan adalah dengan menghitung korelasi variabel X
dan Y, menghitung determinasi, menghitung persamaan garis refresi sederhana
dan melakukan uji t hasilya menunjukkan bahwa terdapat peningkataan yang
sangat signifikan pendapatan para pedagang kecil setelah memperoleh
pembiayaan dari BMT Mitrass.
Murwanti, dan Muhammad (2013) dalam penelitiannya yang berjudul peran
lembaga mikro syariah untuk usaha mikro di Wonogiri menggunakan metode
regresi linier sederhana untuk menganalisis model tersebut. Hasil dari penelitian
ini mejelaskan bahwa usaha mikro di wonogiri tumbuh secara signifikan setelah
diberikan pembiayaan dari lembaga keuangan mikro (BMT).
Rahman (2010), dalam penelitiannya yang berjudul dampak program
keuangan mikro syariah terhadap pengentasan kemiskinan dan pengembangan
etika moral nasbah menggunakan metode ordinary least square (OLS) dan model
logit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan
dalam pengembangan tingkat ibadah nasabah seperti solat dan puasa. Hasil

10
analisis dengan menggunakan metode OLS menunjukkan bahwa jumlah pinjaman,
usia, jumlah anggota keluarga yang berpenghasilan, jumlah pinjaman serta etika
dan moral berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan
rumah tangga. Hasil analisis dengan menggunakan metode logit menunjukkan
bahwa lama keanggotaan, jumlah anggota keluarga yang berpenghasilan,
pengeluaran kesehatan keluarga serta etika dan moral berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesejahteraan. Hasil analisis dengan menggunakan metode
logit menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, usia dan lama keanggotaan
berpegaruh positif dan signifikan dalam perkembangan etika dan moral. Adanya
program investasi mikro syariah akan endorong etika dan perilaku ekonomi yang
mengarah pada pengentasan kemiskinan.
Tunas (2014), menganalisis pengaruh pembiayaan syariah terhadap
perkembangan usaha UMKM di kota depok. Metode yang digunakan dalam
analisisnya adalah metode logit dan ordinary least square (OLS). Analisis dengan
motode logit menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah adalah lama usaha,
omset usaha, total aset, dan jumlah tabungan. Hasil analisis dengan metode OLS
menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan mikro syariah berpengaruh positif
terhadap perkembangan usaha UMKM.
Rachman (2014), melakukan penelitian tentang dampak pembiayaan syariah
terhadap profitabilitas usaha mikro pada nasabah bank perkreditan rakyat syariah
Harta Insan Karimah kecamatan Ciledug kota Tanggerang dengan menggunakan
uji T berpasangan dan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel
pendapatan, variabel keuntungan, dan variabel tingkat keuntungan mengalami
perubahan pada setiap masing-msing pembiayaan. Hasil analisis dengan regresi
berganda menunjukkan bahwa pada variabel perubahan pendapatan, faktor yang
berpengaruh nyata adalah pengalaman berdagang, dummy status pernihakan,
dummy jenis kelamin, dan dummy sedekah. Pada variabel perubahan keuntungan
setelah menerima pembiayaan qardhul hasan dan murabahah, faktor yang
berpengaruh nyata yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang,
dummy skema pembiayaan, dummy jenis kelamin, dan dummy sedekah. Pada
variabel perubahan tingkat keuntungan setelah menerima pembiayaan qardhul
hasan dan murabahah, faktor yang berpengaruh nyata yaitu umur, dummy skema
pembiayaan, dummy status pernikahan, dummy jenis dagang makanan dan
minuman, serta summy jenis dagang sayur dan buah.
Septina (2013), melakukan penelitian tentang analisis dampak pembiayaan
mikro syariah terhadap perkembangan keuntungan UMKM di kabupaten Bogor.
Metode yang digunakan adalah regresi logistik dan OLS. Hasil analisis dengan
metode regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi akses
UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah dari BMT adalah dummy akses
pinjaman perbankan konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy jenis usaha
1 (perdagangan). Hasil analisis dengan metode OLS menunjukkan bahwa
kentungan usaha meningkat sebesar 28% per tahun dimana faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan keuntungan usaha adalah lama pendidikan jumlah
pembiayaan mikro syariah BMT, perubahan omset dan total aset.
Nikmah et al (2014) melakukan penelitian deskriptif tentang analisis
implikasi pembiayaan syariah berupa pembiayaan mudharabah dan musyarakah
pada pedagang kecil di pasar tanjung jember. Hasil penelitian ini menunjukkan

11
pedagang yang mendapatkan pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah dari BMT rata-rata mampu meningkatka aset, omzet penjualan dan
laba dengan baik.
Sa’ad (2010) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh pembiayaan
murabahah terhadap peningkatan pendapatan nasabah BMT berkah madani
menunjukkan bahwa pendapatan nasabah meningkat setelah diberikan
pembiayaan murabahah. Artinya pembiayaan murabahah yang diberikan oleh
BMT Berkah Madani berpengaruh positif terhadap perubahan pendapatan nasabah
Kerangka pemikiran
Permasalahan klasik yang dihadapi oleh sebagian besar pengusaha mikro
di Indonesia adalah permodalan. Modal merupakan hal yang sangat peting untuk
meningkatkan produktivitas usaha. Tambahan modal dapat diakses melalui
lembaga keuangan bank maupun non-bank. Namun, untuk mengakses ke lembaga
keuangan dirasa sangat sulit karena usaha yang dijalankan memiliki keuntungan
yang sangat kecil dan tidak sebanding dengan resiko yang dimiliki.sehingga
memunculkan kekhawatiran dari lembaga keuangan formal akan tingginya angka
kredit macet. Alternatif lain yang dimiliki oleh UMKM untuk mendapatkan modal
tambahan adalah dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan oleh lembaga
keuangan non bank. Pinjaman modal dari lembaga keuangan non bank
konvensional sangat memberatkan para penusaha mikro. Hal ini disebabkan
lembaga keuangan non bank ini membebankan bunga yang sangat tinggi kepada
pengusaha mikro.
Keberadaan BMT sebagai lembaga keuangan syariah non bank sangat
membantu para pengusaha mikro dalam mendapatkan tambahan modal. BMT
Insan Mulia merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan mikro syariah non
bank yang berada di kota Palembang. BMT Insan Mulia memfasilitasi pegusaha
mikro di kota Palembang dalam mendapatkan tambahan modal untuk membantu
meningkatkan omzet usaha. Tambahan modal yang diberikan disalurkan melalui
program pembiayaan yang dimilki oleh BMT yaitu pembiayaan murabahah,
pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah dan pembiayaan qordul hasan
dan pembiayaan sektor rill. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh
pembiayaan syariah terhadap perkembangan usaha mikro kecil dan menengah.

12

Peningkatan omzet usaha mikro

Pembiayaan mikro lembaga keuangan
bank

Pembiayaan mikro lembaga keuangan
non bank

Syariah (BMT)

Konvensional
(Koperasi)

Pembiayaan mikro syariah

pengaruh pembiayaan
mikro syariah terhadap
peningkatan omzet usaha
UMKM

Dampak antara sebelum dan
sesudah diberikan
pembiayaan

Analisis

Hasil, kesimpulan, dan saran

Gambar 2 Kerangka pemikiran

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari penyebaran kuisioner dan dengan melakukan wawancara
langsung kepada para pedagang yang menjadi basabah BMT Insan Mulia yang
mendapatkan pembiayaan Murabahah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
dokumen dan laporan keuangan dari BMT, Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Palembang buku
skripsi, tesis, jurnal yang terkait guna melengkapi dan mendukung data primer.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Wa Tamwil Insan Mulia yang
berlokasi di kota Palembang, Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara
purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan Baitul Maal Wa Tamwil Insan

13
Mulia sebagai lembaga keuangan mikro syariah telah melakukan program
pembiayaan murabahah kepada nasabahnya. Penelitian ini dilakukan selama 1
bulan yaitu pada bulan Februari 2015.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
para pedagang yang menjadi nasabah BMT melalui kuisioner penelusuran literatur
terkait. Sample dalam penentuan responden yang dipilih menggunakan teknik
pengambilan sample non-probabilitas (non-acak) dengan purposive sampling.
Jumlah sample yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 60 orang nasabah dari
jumlah populasi sebesar 300 nasabah yang memperoleh pembiayaan dengan
menggunakan akad murabahah di Baitul Maal Wa Tamwil Insan Mulia Kota
Palembang.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif, Analisis uji beda dan ordinary least square (OLS). Analisis deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini
agar informasi dapat lebih mudah dipahami secara narasi. Analisis uji beda
digunakan untuk menyajikan data pengujian hipotesis serta ordinary least square
digunakan untuk menyajikan data pengukur. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer hasil wawancara dengan pelaku usaha mikro.
Uji beda berpasangan ( paired t-test )
Penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah paired t-test (uji-t
berpasangan). Metode ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan
mennggunakan data tidak bebas atau berpasangan. Ciri-ciri yang sering ditemui
pada kasus yang berasangan adalah satu individu dikenai dua perlakuan yang
berbeda. Perlakuan pertama dapat berupa kontrol yaitu tidak memberikan
perlakuan sama sekali terhadap individu tersebut (objek penelitian) sedangkan
untuk perlakuan kedua, objek penelitian diberikan suatu tindakan (perlakuan)
tertentu (Sudjana 1992). Pada penelitian ini, perlakuan pertama adalah mengetahui
kondisi nasabah pembiayaan sebelum diberikan pembiayaan dari BMT Insan
Mulia sedangkan perlakuan kedua adalah mengetahui kondisi nasabah
pembiayaan setelah diberikan pembiayaan Murabahah dari BMT Insan Mulia.
Variabel yang digunakan pada uji-t berpasangan yaitu pengeluaran usaha, modal
awal, omzet usaha, jumlah tenaga kerja dan keuntungan. Uji-t berpasangan
(paired t-test) dirumuskan sebagai berikut.








Keterangan:
t
= t statistik
D1
= selisih rata-rata dari pengeluaran usaha, modal awal, omzet usaha,
jumlah tenaga kerja dan keuntungan antara sebelum dan sesudah
diberikan pembiayaan.
n
= banyaknya sample penelitian

14
Metode Ordinary Least Square ( OLS)
Metode Ordinary Least Square (OLS) dalam penelitian digunakan untuk
melihat hubungan lebih dari dua variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).
Metode OLS digunakan untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi
peningkatan omset usaha mikro. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pendidikan terakhir, pengeluaran kesehatan, tenaga kerja, lama usaha, jumlah
pinjaman, pengeluaran usaha, etika dan moral, dummy pelatihan, dan dummy aset.
Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan omzet usaha
setelah diberikan pembiayaan murabahah. Berikut model OLS yang digunakan
dalam penelitian ini:
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 D1 + b9D2
+ ei
Keterangan:
Y
= Peningkatan omzet usaha mikro setelah memperoleh pembiayaan dari
BMT
X1
= Pendidikan terakhir
X2
= Pengeluaran kesehatan (Rupiah)
X3
= Tenaga kerja (Orang)
X4
= Lama usaha (Tahun)
X5
= Jumlah pinjaman ( Rupiah)
X6
= Pengeluaran usaha (Rupiah)
X7
= Etika dan moral
D1
= Dummy pelatihan; (1 = Mendapatkan pelatihan dan 0 = tidak
mendapatkan pelatihan)
D2
= Dummy Aset; (1 = naik dan 0 = turun)
Estimator OLS dapat dikatakan sebagai estimator terbaik linear dan tak
bias (Best Linear Unbiased Estimator – BLUE) jika memiliki sifat-sifat sebagai
berikut (Gujarati dan Down 2010):
1. Bersifat linear, yaitu merupakan fungsi linear dari sebuah variabel acak.
2. Bersifat tidak bias, yaitu nilai rata-rata atau nilai ekspektasinya sama dengan
nilai sebenarnya.
3. Estimator yang efisien (efficient estimator) yaitu memiliki varians yang
minimum dari semua kelompok estimator yang linear dan tidak bias.
Definisi Operasional
1.

2.

Peningkatan omzet usaha mikro setelah memperoleh pembiayaan dari BMT
adalah selisih antara omzet usaha mikro sebelum diberikan pembiayaan
murabahah dengan omzet setelahusaha mikro setelah diberikan pembiayaan
Murabahah
Selisih rata-rata omzet usaha adalah jumlah rata-rata pendapatan kotor yang
diperoleh responden sesudah mendapatkan pembiayaan dikurangi jumlah
rata-rata pendapatan kotor yang diperoleh responden sebelum mendapatkan
pembiayaan

15
3.

4.

5.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

13.

Selisih rata-rata pengeluaran usaha adalah jumlah rata-rata pengeluaran usaha
setelah mendapatkan pembiayaan dikurangi jumlah rata-rata pengeluaran
usaha sebelum mendapatkan pembiayaan
Selisih rata-rata modal awal adalah jumlah rata-rata modal awal yang dimiliki
responden setelah mendapatkan pembiayaan dikurangi jumlah rata-rata modal
awal yang dimiliki responden setalah mendapatkan pembiayaan dari BMT
Selisih rata-rata tenaga kerja adalah jumlah rata-rata tenaga kerja setelah
mendapatkan pembiayaan dikurangi jumlah rata-rata tenaga kerja sebelum
mendapatkan pembiayaan dari BMT
Pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dimiliki
oleh nasabah pembiayaan yaitu SD, SMP, SMA, dan S1
Tenaga kerja adalah jumlah orang yang berkerja membantu usaha responden
Lama usaha adalah lamanya usaha yang telah dijalankan oleh responden
dalam satuan tahun
Jumlah pinjaman adalah besaran pembiayaan yang didapatkan oleh responden
dari BMT dalam satuan juta rupiah.
Pengeluaran Usaha adalah besaran pengeluaran yang dikeluarkan oleh
responden untuk keperluan usaha
Etika dan moral merupakan nilai-nilai kebaikan (dalam Islam) yang
dijalankan oleh responden yang diukur menggunakan skala likert.
Dummy pelatihan adalah pelatihan yang diberikan oleh BMT kepada
responden selama responden menjadi nasabah pembiayaan dengan Dummy
1= mendapatkan pelatihan dan 0 = tidak mendapatkan pelatihan
Dummy aset adalah jumlah aset yang dimiliki oleh responden selama
mendapatkan pembiayaan dari BMT dengan dummy 1 = aset naik dan 0 =
aset turun
Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan secara statistik bertujuan untuk melihat
pengaruh nyata atau tidak suatu variabel terhadap variabel yang akan diteliti. Uji
yang akan dilakuakan dalam penenelitian ini yaitu uji F, uji-t dan koefisien
determinasi
Uji F
Uji F dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui variabel bebas
mana saja yang secara bersamaan dapat mempegaruhi variabel terikatnya.
Hipotesis untuk uji F-statistik pada penelitian ini adalah:
H0 : β0= β1= β2= ...= βn=0
H1 : minimal ada satu βi, dimana βi≠0
Jika hasil menunjukkan nilai F statistik lebih kecil dari F-tabel atau nilai
probabilitas lebih besar dari taraf nyata (alpha 5%) maka terima H0. Artinya
variabel bebas secara bersamaan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Sedangkan, jika hasil menunjukkan nilai F-statistik lebih besar dari F-tabel atau
nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata (alpha 5%) maka tolak H0. Artinya
variabel bebas secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

16
Uji t
Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan bahwa koefisien
regresi masing-masing variabel bebas pada model secara statistik bersifat
signifikan atau tidak. Hipotesis untuk uji-t adalah:
H0 : βi=0
H1 : βi≠0
Keputusan untuk menerima atau menolak H0 didasarkan pada nilai dari uji
statistik yang didapatkan dari data yang dimiliki. Dalam bahasa uji signifikansi,
sebuah statistik dikatakan signifikan secara statistik jika nilai dari uji statistiknya
berada pada daerah kritis maka hipotesis nol ditolak. Sebaliknya sebuah pengujian
dikatakan tidak signifikan secara statistik, jika nilai dari uji statistiknya berada di
daerah penerimaan (Gujarati dan Down 2010). Jika nilai t-hitung lebih besar dari
t-tabel atau nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata maka tolak H0 yang
artinya variabel bebas (Xn) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel
terikat. Sedangkan, jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel atau nilai probabilitas
lebih besar dari taraf nyata maka terima H0 yang artinya varibael bebas (Xn) tidak
berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel terikat.
Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien determinasi merupakan indikator yang menggambarkan berapa
banyak variasi yang dapat dijelaskan dalam model. Nilai R2 berada pada selang 0
< R2 < 1. Ketika R2 bernilai 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam
Y. Rumus dari koefisien determinasi adalah:
R2 =
Keterangan:
JKR = Jumlah Kuadrat Regresi
JKT = Jumlah Kuadrat Total
Evaluasi Model
Evaluasi hasil hasil model dilakukan untuk memenuhi syarat dari asumi
klasik agar model yang digunakan adalah model yang BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator). Uji yang harus dilakukan adalalah uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan
dalam model regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogorov Smirnov
terhadap model yang diuji. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai
signifikansi atau probabilitas > taraf nyata (0.05), maka residual memiliki
distribusi normal. (Ghozali 2005). Uji normalitas dapat dilihat juga dari
probability plot of residual. Jika data tersebar di sepanjang garis normal atau
cukup dekat dengan garis normal, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji
memiliki sebaran normal.

17
Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui apakah model yang digunakan terdapat
heteroskedastisitas atau tidak dapat diketahui dengan metode grafis. Jika plot
sebaran data residual tidak membentuk pola yang sistematis dan tesebar di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y maka dapat dikatakan tidak terdapat
heteroskedastisitas atau sering disebut dengan homoskedastisitas. Jika plot
sebaran data residual membentuk suatu pola yang sistematis maka dapat dikatakan
terdapat heteroskedastisitas pada model.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi diartikan sebagai korelasi diantara anggota seri dari
observasi-observasi yang diurutkan berdasarkan waktu (time series) atau tempat
(cross-section) (Gujarati dan Down 2012). Ada tidaknya autokorelasi pada suatu
model dapat dilihat dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Jika nilai DW
statistik bernilai 2 atau dekat dengan 2 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
autokorelasi baik positif ataupun negatif pada model.
Uji Multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat diartikan keberadaan dari hubungan linear yang
sempurna atau tepat diantara sebagian atau seluruh variabel penjelas dalam sebuah
model regresi (Ragnar dalam Gujarati dan Dawn 2010). Untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari nilai VIF ( Variance
Inflating Factor). Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 maka dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat multikolinieritas pada model.
Gambaran Umum
BMT Insan Mulia Palembang berlokasi di JL. Letnan Murod no. 948
Talang ratu KM 5 Palembang, Sumatera Selatan. BMT Insan Mulia berdiri pada
tanggal 25 Agustus 2010 di bawah binaan Pusat Inkubasi dan Bisnis Usaha Kecil
(PINBUK) Sumatera Selatan. BMT Insan Mulia berbadan hukum koperasi syariah
dengan nomor 859/BH/VII.7/2011. Visi dari BMT Insan Mulia yaitu menjadikan
lembaga keuangan mikro yang sehat, berkembang dan terpercaya, yang mampu
melayani anggota dan masyarakat lingkungannya berkehidupan salam, penuh
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan, serta misi dari BMT Insan Mulia yaitu,
mengembangkan BMT Insan Mulia sebagai sarana gerakan pembebasan, gerakan
pemberdayaan, dan gerakan keadilan sehingga terwujud kualitas masyarakat di
sekitar BMT yang salam, penuh keselamatan dan kesejahteraan.
Produk-produk tabungan yang dimiliki oleh BMT Insan Mulia terdiri dari
tabungan berkah, tabungan idul fitri, tabungan pendidikan, tabungan qurban,
tabungan berjangka (deposito), tabungan arisan dan tabungan walimah.
Sedangkan untuk produk pembiayaan yang dimiliki oleh BMT insan Mulia yaitu
pembiayaan Al-Qardhul Hasan (AQH), pembiayaan mudharabah, pembiayaan
murabahah, pembiayaan musyarakah,dan pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA).

18
Tabel 5 Jumlah tabungan dan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh BMT
Insan Mulia tahun 2011- 2013
Keterangan
Jumlah tabungan ( Rp)
Jumlah pembiayaan (Rp)

Tahun
2011
100 621 773
106 973 593

2012
249 247 286
273 553 776

2013
210 745 269
262 650 850

Sumber: Laporan keuangan BMT Insan Mulia ( 2015)
Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah
tabungan mengalami kenaikan sebesar 148 625 513 juta rupiah dibandingkan
tahun 2011 dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 38 502 017 juta
rupiah dibandingkan pada tahun 2012. Begitu pula dengan jumlah pembiayaan
yang disalurkan oleh BMT pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 166 580
183 juta rupiah dibandingkan pada tahun 2