penelitian ilmiah adalah menetapkan ada tidaknya hubungan sebab akibat antara fenomena-fenomena dan membuat hukum-hukum tentang hubungan sebab akibat itu.
Penggunaan metodologi harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bab ini akan menguraikan metodologi penelitian yang meliputi :
3.1. POPULASI
Menurut Suharsimi Arikunto 2006 : 130 populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Populasi dalam penelitian
ini adalah atlet putra klub bolavoli PORVIT Kabupaten Kudus Tahun 2010 yang berjumlah 24 orang yang berumur 17 tahun sampai 21 tahun.
3.2. SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono, 2006 : 56. Pendapat yang sama dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto 2006 : 131 jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemain bolavoli putra klub PORVIT Kabupaten Kudus Tahun 2010 yang berjumlah
24 orang dengan umur antara 17 tahun sampai 21 tahun. 41
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel Sugiyono, 2006 : 56. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
total sampling, yaitu individu dalam populasi dijadikan sampel. Besarnya sampel yang diambil berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto 2006, 134 , yang
menyatakan bahwa : ”untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi”. Sesuai dengan pendapat di atas penelitian ini meneliti sebagian dari populasi dengan jumlah 24 orang atlet putra yang telah mengenal permainan bolavoli
khususnya dalam teknik smash, kemudian dilakukan tes awal yaitu tes quick smash dari Laveaga. Dari hasil tes awal tersebut dilakukan matching dengan cara ordinal
pairing. Caranya adalah hasil tes awal tersebut dirangkingkan dari yang tertinggi sampai yang terendah kemudian dipasangkan dengan menggunakan metode A-B-B-
A. Dari hasil pemasangan, untuk menentukan kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dilakukan undian dimana kelompok eksperimen 1 melakukan latihan
quick smash dengan menggunakan awalan dan kelompok eksperimen 2 melakukan latihan quick smash tanpa awalan.
3.3. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN