Hak cipta ini hanya diberikan terhadap ciptaan yang berwujud atau berupa ekspresi expression, yang sudah dapat dilihat, dibaca, didengarkan,
dan sebagainya hukum hak cipta tidak melindungi ciptaan yang masih berupa ide idea. Supaya mendapat perlindungan hak cipta, suatu ide perlu
diekspresikan terlebih dahulu misalnya seorang profesor memiliki ide untuk menulis suatu buku dengan judul, organisasi, dan materi tertentu, kemudian
menyampaikan ide tersebut kepada seorang dan ia sendiri tidak pernah menuliskannya sendiri dalam bentuk buku, maka idenya tersebut tidak
dilindungi, karena ia sudah menghasilkan suatu ekspresi yang dituangkan dengan sistem perlindungan paten dan rahasia dagang yang melindungi ide.
Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam bidang bidang pengetahuan kesenian dan kesusasteraan. Hal ini tentunya berbeda dengan paten yang
diberikan dibidang teknologi. Teknologi sendiri pengertiannya lebih sempit daripada ilmu pengetahuan, yaitu terbatas pada ilmu pengetahuan yang dapat
diterapkan dalam proses industri, jadi teknologi lebih berupa ilmu pengetahuan terapan.
2.7 Hak Cipta Merupakan Hak Eksklusif
Dalam Auteurswet 1912 mampu Universal Copyright Convention me
nggunakan istilah “hak tunggal” sedangkan Undang Undang Hak Cipta 2002 menggunakan istilah ”hak eksklusif” bagi pencipta. Jika kita lihat
penjelasan Pasal 2 ayat 1 Undang Undang Hak Cipta 2002, yang dimaksudkan dengan hak ekesklusif dari pencipta adalah hak yang semata-
mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegan
gnya. Perkataan ”tidak ada pihak
lain” di atas mempunyai pengertian yang sama dengan hak tunggal yang menunjukkan hanya pencipta saja yang boleh melakukan HKI itu.
Inilah yang disebut dengan hak hak yang bersifat eksklusif. Istilah hak “khusus” seperti terdapat dalam Undang Undang Hak Cipta
lama diubah menjadi “hak eksklusif”. Istilah “khusus” tidak selamanya
semakna dengan “eksklusif”. Undang-undang mengenai bidang hak kekayaan intelektual yang lain juga mempergunakan istilah eksklusif. Hak
eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta adalah hak “untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang undangan yang berlaku”.Purba, Achmad Zen Umar,
2005:116 Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep hak ekonomi dan hak
moral. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta
atau pelaku seni, rekaman, siaran yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan contoh
pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk
dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam Pasal 24 dan 25 Undang Undang Hak Cipta.
Dalam ketentuan itu disebutkan bahwa:
1. Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut kepada pemegang hak
cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya. 2.
Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptaya telah diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta
atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 2 berlaku juga
terhadap perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran pencipta.
4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai
dengan kepatutan dalam masyarakat. Perihal mengenai pencantuman nama pencipta meskipun haknya sudah
diserahkan atau dialihkan kepada pihak lain atau telah berakhir masa berlakunya hak tersebut, namun nama pencipta tetap harus dicantumkan
didalam karyanya. Inilah yang membedakan hak cipta dengan hak kebendaan lainnya. Jika dalam hak milik atas tanah misalnya, seorang
pemegang hak milik atas tanah yang namanya tercantum dalam akte hak milik sebagai pemegang hak jika mengalihkannya menjual atau
menghibahkannya dengan pihak lain, maka pihak yang terakhir ini dianggap sebagai pemegang hak tersebut. Sipemilik pertama melepaskan
haknya kepada pemilik terakhir tersebut dan sekaligus dalam akte hak milik, nama tercantum sebagai pemegang hak adalah pihak yang terakhir ini.
2.8 Pendaftaran Hak Cipta