2.10 Kajian Mengenai Hiou Batak Simalungun
Hiou adalah sejenis pakaian yang berbentuk selembar kain tenunan khas Batak dengan pola dan ukuran tertentu yang digunakan untuk
melindungi tubuh. Menurut catatan beberapa ahli tekstil, Hiou dikenal masyarakat Batak pada abad 14 sejalan dengan masuknya alat tenun dari
India. Artinya, sebelum masuknya alat tenun ke tanah Batak, masyarakat Batak belum mengenal Hiou. Dan dengan demikian belum juga ada budaya
memberi dan menerima Hiou manghioui = mengenakan Hiou sebagaimana yang sering dilakukan masyarakat Batak pada acara-acara adat. Jadi dapat
dikatakan Hiou adalah hasil peradaban masyarakat batak pada kurun waktu tertentu. Hiou Batak diberi nama berdasarkan besar dan kecilnya Hiou, dan
berdasarkan teknik pembuatan dan lukisanhiasan yang dituangkan di dalam Hiou, yaitu:
1. Ragi idup
2. Ragi sapot
3. Ragi panei
4. Si ipput ni hirik hampir sama dengan Ragi panei
5. Batu jala
6. Mangiring Hiou kecil untuk gendongan anak kecil
7. Sitoluntuho Hiou dengan tiga garis
8. Hatirongga
9. Tampunei
10. Tapak Satur
11. Bulang khusus dipakai ibu-ibu dalam acara adat
12. Suri-suri hadang-hadangan
13. Ragi Hotang
14. Simangkat-angkat menyerupai suri-suri digunakan oleh laki laki
yang telah brkeluarga sewaktu acara kematian 15.
Saholat. Bintang maratur Dahulu ada tiga unsur yang essensial untuk dapat hidup, yaitu: darah,
nafas dan panas kepanasan. Tentang darah dan nafas orang batak dahulu tidak banyak berfikir, karena kedua-duanya adalah pemberian Tuhan dan
tidak perlu dicari. Tetapi panas kepanasan lain halnya. Panas matahari tidak cukup, daerah-daerah tempat diam suku Batak dahulu adalah tanah tinggi jauh
dipegunungan dan berhawa dingin. Ada 3 tiga sumber kehangatan, yaitu: Matahari, api dan Hiou. Dari ketiga sumber kehangatan tersebut Hiou
dianggap yang paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari. Matahari sebagai sumber utama kehangatan tidak bisa diperoleh padamalam
hari, sedangkan api dapat menjadi bencana jika lalai menggunakannya. Menurut pemikiran leluhur batak, ada 3 tiga sumber kehangatan yaitu:
1. Matahari
Matahari hanya dapat memberikan kehangatan di siang hari, sedangkan di malam hari apabila matahari telah terbenam udara akan menjadi
dingin dan kita tidak dapat merasakan kehangatannya lagi. 2.
Api Apabila kita menggunakan api sebagai sarana penghangat tubuh maka
kita harus berjaga-jaga terhadap bahaya api padahal kita perlu tidur. Oleh karena itu api bukanlah sarana penghangat tubuh yang efektif.
3. Hiou
Berbeda dengan Hiou dalam hal ini adalah kain sarung, apabila kita merasa kedinginan maka kita tinggal menyelimutkan saja di tubuh
kita dan hangatlah tubuh kita. Karena itu penting sekali Hiou sebagai sumber hidup setiap hari.
Hiou adalah kain tenun khas batak berbentuk selendang, yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orangtua dan anak-anaknya atau
antara seseorang dan orang lain, seperti yang tercantum dalam filsafat batak. Pada mulanya fungsi Hiou adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini
Hiou memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang batak. Hiou tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang
batak. Setiap Hiou mempunyai makna sendiri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Di
kalangan orang batak sering terdengar istilah manghioui. Dalam pengertian adat batak “manghioui” memberikan Hiou melambangkan pemberian
kehangatan dan kasih sayang kepada penerima Hiou. Dalam kepercayaan orang batak, jiwa tondi pun perlu dihioui, sehingga kaum lelaki yang
berjiwa keras mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepahlawanan. Biasanya pemberi Hiou adalah orangtua kepada anak- anaknya, dan tondong kepada
boru. Dalam hal manghioui, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh manghioui mereka yang menurut ikatan kekerabatan berada
dibawahnya misalnya orangtua boleh manghioui anak, tetapi anak tidak boleh manghioui orangtua. Hiou terdiri dari berbagai jenis dan motif yang
masing-masing mempunyai makna, fungsi dan kegunaan tersendiri, kapan digunakan, disampaikan kepada siapadan dalam upacara adat yang
bagaimana. Berbagai jenis Hiou yang umum dikenal yaitu : ragi hidup, ragi hotang, surisuri, mangiring.
Table 2.1 Penggunaan Hiou
No Jenis Hiou
Yang Mengguna
kan Kegunaan
1 Ragi hidup
raja ni Hiou -
Raja -
Orang tua yang telah mempunyai
cicit, buyut
marnini marnono Diberikan kepada:
- Raja
- Orang tua yang
telah meninggal dan
semua anaknya sudah menikah
saur matua
2 Ragi
Hotang Hiou
na biron
- Yang belum punya
cucu -
Pasangan yang
baru kawin Diberikan
kepada: -
Para undangan sewaktu
meresmikan penempatan
rumahMenantu Hiou hela
3 Suri-suri
- Boru
- Anak
Digunakan sebagai:
- Selendang,
Hiou yang
digantung pada bahu
- Hiou holong
4 Mangiring
Cucu Digunakan
sebagai: -
Tutup kepala
Masyarakat Simalungun saat ini semakin sedikit yang memiliki keterampilan dalam menenun hiou. Disisi lain hiou tetap dibutuhkan dalam
berbagai acara, keadaan inilah yang membuat masyarakat Batak Simalungun yang sudah ditenun atau diproduksi oleh mesin. Hiou yang sudah ditenun
atau diproduksi mesin tersebut dapat dibeli di dalam pasar yang ada di daerah Kabupaten Simalungun. Hiou Simalungun ada berbagai macam Jenis,
yang mana antara yang satu dan lainnya memiliki makna tersendiri. Begitu pula dalam hal pengunaannya, Hiou Simalungun harus sesuai dengan jenis
dan acara yang dihadiri oleh penguna Hiou. Adapun dalam garis besar adat batak yang mengunakan Hiou dalam acaranya adalah sebagai berikut:
1. Pada Upacara Perkawinan
Upacara penyerahan Hiou kepada pengantin dalam upacara adat perkawinan didaerah Simalungun khususnya dan suku Batak
Simalungun pada umumnya tidak jauh berbeda. Pada orang Simalungun pada umumnya, penyerahan Hiou diberikan dan dilakukan
di rumah orang tua pengantin laki-laki, karena pesta perkawinan menurut adat dilaksanakan di rumah pengantin yaitu di rumah orang
tuanya. Setelah antara si pemuda dan si gadis bersetuju untuk berumah tangga, maka dilanjutkan dengan peminangan oleh orang tua si
pemuda. Orang tua si pemuda mengirim utusan ke rumah orang tua si gadis.
Salah satu acara penting yang ikut mengisi upacara perkawinan yang tidak ditinggalkan oleh adat adalah menyerahkan kain adat Batak
yaitu dari pihak tondong orang tua si pengantin wanita kepada kedua mempelai. Selain itu pihak tondong juga menyerahkan kain hiou
kepada anak boru pihak penerima gadis dalam hal ini kepada orang tua pengantin laki-laki dan saudara laki-laki dari pihak ayahnya.
2. Pada Upacara Kematian
Langkah, rejeki, pertemuan, maut akan selalu ditemui oleh seseorang dalam hidupnya. Khusus mengenai soal maut mati, adalah
suatu ketentuan yang harus diterima, setiap manusia punya ajal. Apabila ajal sudah datang tidak ada seorangpun yang dapat menghindar
dan lari daripadanya. Dikalangan orang Simalungun, apabila seseorang yang sudah berkeluarga apalagi sudah mempunyai anak dan cucu, maka
diadakan suatu upacara adat yaitu upacara kematian. Upacara tersebut biasanya bisa berlangsung selama satu minggu atau lebih, hal itu
tergantung dari status dan kemampuan dari keluarga yang meninggal. Jika yang meninggal adalah orang dewasa yang sudah berkeluarga,
beranak, dan bercucu diadakan hajad kenduri dengan memotong kerbau sebagai tanda perceraian. Kalau keluarga yang meninggal adalah
keluarga yang mampu dan berada, maka dipukul pula gendang sebagai tanda kemalangan. Berita kemalangan yang menimpa suatu keluarga
diberitahukan kepada pihak tolu sahundulan tondong, sanina, boru. Semua yang datang melawat jenazah termasuk tetangga terdekat
membawa beras, kelapa, dan ayam serta bumbunya. Itulah yang dimakan oleh yang melayat. Tetapi sekarang tidak lagi membawa
seperti sebelumnya, melainkan membawa amplop yang berisikan sejumlah uang guna membantu keluarga dalam menutupi biaya yang
dikeluarkan selama acara tersebut.
BAB 3 METODE PENELITIAN