Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perencanaan pola tanam dengan pengaturan jumlah tebar dalam setiap bulannya akan dapat diprediksi kapan waktu
pelaksanaan panen diasumsikan pemeliharaan selama empat bulan. Berdasarkan pola tanam tersebut terlihat bahwa jumlah petak operasional pada setiap bulan
menunjukkan pada kisaran antara 164 sampai 165 petak tambak. Hal ini berarti bahwa dengan perencanaan pola tanam yang benar akan didapatkan jumlah petak
tambak maksimum yang beroperasi secara bersamaan masih dibawah dari batas toleransi luas tambak lestari.
Faktor utama yang menyebabkan proyek TIR Transmigrasi Jawai mengalami stagnasi adalah adanya serangan wabah penyakit white spot pada
tahun 1995. Berdasarkan pengalaman tersebut maka sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut tidak terulang kembali dipilih udang Vaname sebagai
komoditas yang direncanakan akan dibudidayakan pada proyek TIR transmigrasi Jawai. Udang Vaname dipilih sebagai komoditas yang akan dibudidayakan karena
mempunyai kelebihan sebagai berikut 1 jenis ini lebih tahan terhadap serangan penyakit virus white spot, 2 dapat bertahan hidup dengan normal pada kisaran
salinitas diatas 38 ‰ dan dibawah 10 ‰ dan 3 bisa menghasilkan produktifitas 9 sampai 11 ton dengan padat tebar 80 ekorm
2
dengan FCR 1,3-1,5 dan SR mencapai 80.
4.4.2. Analisis finansial Biaya investasi rehabilitasi tambak
Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini yaitu dari gambaran keadaan fisik tambak dan sarana yang masih tersisa, kemudian dilakukan
inventarisir dan analisis kebutuhan biaya untuk perhitungan pekerjaan rehabilitasi tambak dalam rangka untuk mengoperasikan kembali kawasan proyek perintis
TIR transmigrasi Jawai. Analisis harga satuan pekerjaan mekanis pada Lampiran 5 dan analisis harga satuan pembangunan saluran tersier pemasukan pada
lampiran 6 digunakan sebagai dasar untuk melakukan perhitungan biaya pekerjaan rehabilitasi konstruksi sesuai dengan volume yang harus dikerjakan yang tertera
pada Tabel 5. Sedangkan perhitungan biaya pekerjaan listrik, peralatan operasional tambak dan bangunan dilakukan dengan cara pendekatan yang
disesuaikan dengan harga yang berlaku pada Juli 2006. Dari hasil analisis
perhitungan tersebut diperoleh total biaya yang diperlukan untuk biaya investasi adalah sebesar Rp. 20.776.442.122. Rincian analisis perhitungan total kebutuhan
biaya investasi pembangunan proyek TIR transmigrasi Jawai dapat dilihat pada Lampiran 7.
Analisis kelayakan usaha tambak
Berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan biaya investasi dan analisis daya dukung kawasan, kemudian dilakukan analisis terhadap teknologi budidaya
yang akan diterapkan di lokasi proyek. Pertimbangan aspek teknis budidaya yang akan diterapkan adalah dengan cara meminimumkan beban lingkungan yaitu
dengan mengupayakan padat penebaran benur yang rendah tetapi secara ekonomis layak untuk diusahakan. Berdasarkan hal tersebut didapatkan penerapan teknologi
budidaya adalah dengan teknologi intensif dengan padat tebar 80 ekorm
2
. Analisis finansial dilakukan terhadap 237 petak tambak dengan asumsi bahwa 1
permodalan didapatkan dari pinjaman kredit bank yaitu untuk kredit investasi dan kredit modal kerja dengan tingkat suku bunga 16, 2 kredit investasi sebesar
70 adalah berupa pinjaman dari bank yaitu sebesar Rp. 14.543.495.000 dan 30 adalah modal sendiri yaitu sebesar Rp. 6.232.927.000, sedangkan 3 faktor
keberhasilan produksi diperkirakan sebesar 70. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total kebutuhan modal kerja sebesar Rp. 10.959.486.000 dan total
biaya proyek sebesar Rp. 31.735.908.000. Hasil perhitungan analisis biaya dan manfaat cost benefit analysis adalah 1 net present value NPV =
34.416.184.000, net benefit cost ratio Net BC = 1,10 dan 3 internal rate of return IRR
= 30,68, dan biaya titik impas BEP sebesar Rp. 26.466kg yang tercapai pada produksi 3,629 tonpetak tambak. Rincian perhitungan analisis
finansial tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8 sampai 21. Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha budidaya dengan komoditas
udang vaname dengan kepadatan tebar benur 80 ekorm
2
adalah layak untuk
diusahakan.
4.4.3. Analisis kelembagaan Karakteristik produktifitas plasma