Transmigrasi Jawai adalah sebagai berikut 1 Departemen Transmigrasi PPH, 2 Direktorat Jenderal Perikanan, 3 Departemen Koperasi, 4 Pemerintah Daerah
Tingkat I Propinsi Kalimantan Barat, 5 Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sambas.
4.2.2. Pelaksanaan proyek
Pelaksanaan pembangunan fisik pencetakan tambak pada proyek TIR transmigrasi Jawai adalah sebanyak 376 petak tambak dengan rincian sebagai
berikut 1 Tahun Anggaran 19901991 sebanyak 150 petak tambak, 2 Tahun Anggaran 19911992 sebanyak 150 petak tambak, 3 Tahun Anggaran 19921993
sebanyak 76 petak tambak. Pelaksanaan pembangunan permukiman transmigrasi yang diperuntukan bagi Plasma adalah sebanyak 400 unit rumah dengan rincian
sebagai berikut 1 Tahun Anggaran 19901991 sebanyak 150 unit rumah, 2 Tahun Anggaran 19911992 sebanyak 150 unit rumah, 3 Tahun Anggaran
19921993 sebanyak 100 unit rumah. Pelaksanaan penempatan transmigran adalah sebanyak 367 KK Kepala Keluarga dengan perbandingan 58 adalah
transmigran yang didatangkan dari Pulau Jawa dan 42 dari APPDT. Adapun perincian penempatan transmigran adalah sebagai berikut 1 Tahun Anggaran
19901991, penempatan transmigrasi sebanyak 150 KK yang terdiri 98 KK berasal dari pulau Jawa dan 52 KK dari APPDT, 2 Tahun Anggaran 19911992,
penempatan transmigrasi sebanyak 150 KK yang terdiri 97 KK berasal dari pulau Jawa dan 53 KK dari APPDT, 3 Tahun Anggaran 19931994, penempatan
Transmigrasi sebanyak 67 KK yang terdiri 17 KK berasal dari pulau Jawa dan 50 KK dari APPDT. Sampai dengan kondisi terakhir jumlah tambak yang dapat
dikerjakan adalah sebanyak 376 petak tambak, sedangkan rumah yang tersedia yang dibangun melalui Daftar Isian Proyek DIP Departemen Transmigrasi
untuk plasma adalah sebanyak 400 unit rumah yang berarti target penempatan transmigrasi sebanyak 400 KK petani plasma tidak dapat dipenuhi, hal ini
disebabkan karena adanya kendala dalam pembebasan lahan. Komoditas udang yang dibudidayakan adalah udang windu Pennaeus
monodon . Tingkat teknologi budidaya yang diterapkan pada awalnya adalah
diprogramkan untuk pola tebar dengan tingkat kepadatan benur sebanyak 4
ekorm
2
. Namun dalam perjalanannya terjadi perubahan pola padat tebar benur yaitu 1 Pola 4 – 6 ekorm
2
, penebaran benur dimulai bulan Mei 1991, dan 2 Pola 20 ekorm
2
, penebaran benur dimulai bulan September 1992, serta 3 Pola 15 ekorm
2
, penebaran benur dimulai bulan Pebruari 1993. Pengambilan air laut intake
sebagai sumber air untuk budidaya udang pada awal pembangunan proyek dilakukan melalui Sungai Pasir yang merupakan anak sungai di dekat
muara Sungai Sambas Besar. Karena adanya faktor kendala penebaran benur akibat rendahnya kadar garam salinitas perairan pada periode tertentu saat
musim penghujan, maka dilakukan pekerjaan pembuatan saluran sudetan langsung ke Laut Cina Selatan yang bersifat sementara melalui tambak Dinas
Perikanan Propinsi Kalimantan Barat dengan tujuan untuk meningkatkan kadar salinitas yang dibutuhkan pada saat penebaran benur. Sudetan saluran tersebut
mengandung kelemahan dari segi teknis budidaya karena letaknya yang memperpendek jarak antara saluran pemasukan intake dengan saluran sekunder
pembuang secondary drainage canal. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka dilakukan pekerjaan pembuatan saluran permanen yang berlokasi tepat di antara
muara Sungai Sambas Besar dan Laut Cina Selatan sebagai sumber untuk pengambilan air laut.
4.2.3. Pembinaan plasma