dibedakan antara menjalankan putusan secara sukarela dengan menjalankan putusan secara eksekusi.
3. Putusan yang dapat dieksekusi adalah putsan yang bersifat Condemnatoir.
Putusan yang bersifat kondemnator mengandung arti putusan yang bersifat menghukum. Putusan-putusan yang memiliki sifat deklarator atau
konstitutif tidak perlu dieksekusi, karena begitu putusan-putusan yang demikian itu begitu diputuskan oleh hakim, maka keadaan dinyatakan sah oleh putusan
dan mulai berlaku pada saat itu juga. Putusan kondemnator bisa berupa putusan untuk:
a. Menyerahkan suatu barang. b. Mengosongkan sebidang tanah.
c. Melakukan suatu perbuatan tertentu. d. Menghentikan suatu perbuatankeadaan.
e. Membayar sejumlah uang.
Dari kelima bentuk putusan kondemnator, dari a sampai dengan e adalah penghukuman untuk bentuk eksekusi riil, sedangkan pada point e adalah
eksekusi pembayaran uang. 4. Eksekusi atas Perintah dan di bawah Pimpinan Ketua Pengadilan Negeri.
Asas ini diatur dalam Pasal 195 ayat 1 HIR. Jika ada putusan yang dalam tingkat pertama diperiksa dan diputus oleh satu Pengadilan Negeri, maka
eksekusi atas putusan tersebut berada di bawah perintah dan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
C. Perbedaan Eksekusi riil dengan Eksekusi Pembayaran
Pada dasarnya ada dua bentuk eksekusi dilihat dari sasaran eksekusi yang hendak dicapai oleh hubungan hukum yang terdapat dalam putusan pengadilan.
Adakalanya sasaran hubungan hukum yang hendak dipenuhi sesuai dengan amar atau diktum putusan, yakni dengan melakukan eksekusi riil sasaran yang ingin
dicapai adalah tindakan nyata sedangkan melakukan eksekusi pembayaran uang tidak lain sasaran yang ingin dicapai adalah untuk melakukan pembayaran
sejumlah uang sesuai dengan amar putusan. Terlepas dari klasifikasi eksekusi riil dengan eksekusi pembayaran di atas,
Prof. Sudikno membagi jenis eksekusi ke dalam tiga kelompok :
20
1. Membayar sejumlah uang. 2. Melaksanakan suatu perbuatan.
20
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1998, hal. 200.
3. Eksekusi riil. Pada dasarnya hampir tidak ada perbedaan antara menjalankan eksekusi
untuk melakukan suatu perbuatan dengan menjalankan eksekusi riil.
21
Untuk memahami lebih jelasnya mengenai perbedaan eksekusi riil dengan eksekusi
pembayaran sejumlah uang, ada baiknya kembali diperhatikan asas eksekusi yang berkenaan dengan dengan prinsip kondemnator. Mengenai ciri putusan
kondemnator telah dijelaskan sebelumnya, yakni dalam amar putusan terdapat pernyataan penghukuman terhadap tergugat untuk melakukan suatu perbuatan :
1. Menyerahkan suatu barang. 2. Mengosongkan sebidang tanah.
3. Melakukan suatu perbuatan tertentu. 4. Menghentikan suatu perbuatankeadaan.
5. Membayar sejumlah uang.
Dari kelima acuan rincian kondemnator tersebut, angka 1, 2, 3, dan 4 adalah penghukuman yang berbentuk eksekusi riil. Sedankan angka 5 adalah
eksekusi pembayaran. Acuan untuk menyerahkan suatu barang angka 1 eksekusinya adalah
berbentuk nyata karenanya dikatakan eksekusi riil, yakni menghukum untuk menyerahkan barang yang diperkarakan. Apabila terhukum tidak mau
menyerahkan barang objek sengketa secara sukarela maka penyerahan objek sengketa tersebut dapat dimohonkan eksekusi ke pangadilan. Disebut
penghukuman menyerahkan suatu barang eksekusi riil disebabkan karena adanya penyerahan objek sengketa dari tergugat kepada penggugat secara langsung tanpa
merubah bentuk dan sesuatu apapun terhadap objek sengketa. Penghukuman pengosongan sebidang tanah angka 2 merupakan bentuk
eksekusi riil. Secara nyata dan langsung tanah itu harus dikosongkan dan ditinggalkan oleh terhukum.
Penghukuman untuk melakukan suatu perbuatan angka 3 pada hakikatnya adalah penghukuman untuk melakukan perbuatan dalam bentuk nyata
dan langsung dari terhukum untuk melaksanakn perbuatan itu. Hanya saja dalam penghukuman melaksankan suatu perbutan adakalnya dapat dinilai dengan uang
tunai sebagaimana dikmaksud dalam Pasal 225 HIR. Demikian pula mengenai penghukuman untuk menghentikan suatu
perbuatan, merupakan ekskeusi riil berupa tindakan nyata menghentikan perbuatan yang dihukumkan kepada terhukum. Penghentian perbuatan yang
21
Lihat M. Yahya Harahap, Op.cit., hal. 23.
dihukum mesti dihentikan langsung dan nyata oleh terhukum. Misalnya terhukum dihukum untuk menghentikan proyek pekerjaan di tanah sengketa artinya
terhukum secara nyata dan langsung harus berhenti untuk melakukan proyek pekerjaan di tanah sengketa tersebut.
Ada tiga hal yang membedakan antara eksekusi riil dengan eksekusi pembayaran. M. Yahya Harahap S.H. menyebutkan yang membedakaan itu adalah
sebagai berikut:
22
1. Eksekusi riil mudah dan sederhana, sedangkan eksekusi pembayaran uang memerlukan tahap sita eksekusi dan penjualan eksekusi.
Jika diperhatikan dengan seksama, menjalankan eksekusi riil sangat mudah dan sederhana. Ambil contoh penghukuman pengosongan tanah. Cara
eksekusinya sederhana. Prosesnya pun sangat mudah dengan jalan memaksa tergugat keluar meninggalkan tanah tersebut. Begitu pula pada bentuk eskekusi
riil yang lain. Pada dasarnya secara teoritis sangat mudah dan sederhana. Lain halnya mengenai eksekusi pembayaran sejumlah uang. Adakalanya terhukum
sama sekali tidak mempunyai uang tunai. Yang ada hanya harta benda. Diperlukan syarat dan tata tertib yang terinci. Secara garis besarnya tahapannya
adalah melalui proses sita jaminan esxecutorial beslag dan kemudian dilanjutkan dengan penjualan lelang yang melibatkan jawatan lelang.
Penahapan proses itu tidak perlu dalam menjalankan eskesusi riil. Pada eksekusi riil, Ketua Pengadilan Negeri cukup mengeluarkan surat penetapan
yang memerintahkan eksekusi. Berdasarkan penetapan itu, panitera atau juru sita pergi ke lapangan melaksanakan penyerahan atau pembongkaran secara
nyata. Dengan penyerahan atau pembongkaran, eksekusi sudah dianggap terlaksana. Berbeda halnya dengan ekskusi pembayaran sejumlah uang. Untuk
mendapatkan uang itu, harta tergugat harus lebih dahulu dilelang dan untuk sampai pada tahap lelang terdapat tata cara tersendiri.
2. Eksekusi riil terbatas putusan pengadilan, sedang eksekusi pembayaran uang meliputi akta yang disamakan dengan putusan pengadilan .
Eksekusi riil hanya terjadi dan mungkin diterapakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memunyai kekuatan hukum tetap, bersifat
dijalankan lebih dahulu, berbentuk provisi dan berbentuk akta perdamaian di sidang pengdilan. Eksekusi pembayaran sejumlah uang tidak hanya didasarkan
22
Lihat M. Yahya Harahap, Ibid., hal 25.
atas putusan pengadilan, tetapi juga didasarkan atas bentuk akta tertentu yang oleh undang-undang disamakan nilainya dengan putusan yang memperoleh
kekuatan hukum tetap yang terdiri dari grosse akta pengakuan utang, grosse akta hipotek, crediet verband, hak tanggungan, jaminan fidusia.
Eksekusi riil tidak mungkin dijalankan terhadap grosse akta. Sebab grosse akta pengakuan utang, hipotek, hak tanggungan, dan jaminan fidusia
adalah ikatan hubungan hukum utang piutang yang harus diselesaikan dengan jalan pembayaran sejumlah uang. Jadi, bentuk kelahiran terjadinya grosse akta
itu sendiri sudah menggolongkannya kepada eksekusi pembayaran sejumlah uang.
3. Sumber hubungan hukum yang disengketakan. Eksekusi riil merupakan upaya hukum yang mengikuti persengketaan
hak milik atau persengketaan hubungan hukum yang didasarkan atas perjanjian jual beli, sewa-menyewa atau perjanjian melaksanakan suatu perbuatan. Adapun
eksekusi pembyaran sejumlah uang, dasar hubungan hukumnya hanya didasarkan atas persengketaan perjanjian utang-piutang dan ganti rugi
berdsarkan wanprestasi, dan hanya dapat diperluas berdasarkan ketentuan Pasal 225 HIR dengan nilai sejumlah uang apabila tergugat enggan menjalankan
perbuatan yang dihukumkan pada waktu tertentu.
D. Pengaturan Hukum Eksekusi