Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur Kegiatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

16 Perangkat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, seperti dikemukakan dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, terdiri dari Mekanisme Perijinan, Pengawasan dan Penertiban yang akan diuraikan sebagai berikut : 1. Mekanisme perijinan merupakan usaha pengendalian pemanfaatan ruang melalui penetapan prosedur dan ketentuan yang ketat serta harus dipenuhi untuk menyelengarakan suatu pemanfaatan ruang. 2. Pengawasan adalah usaha menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang terdiri dari pelaporan, pemantauan dan evaluasi. 3. Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi agar pemanfaatan yang direncanakan dapat terwujud, terdiri dari sanksi administratif dan sanksi perdata yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku.

2.2 Kajian Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Dalam rangka implementasi perencanaan di wilayah studi telah disusun sejumlah peraturan yang berperan dalam kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan tersebut. Kebijakan tersebut merupakan rencana dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang optimal. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai produk-produk kebijakan pengendalian yang berlaku.

2.2.1 Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur Kegiatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah studi antara lain : A. UU No. 24 Tahun 1992 1. Pasal 17 “Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang”. 2. Pasal 18 ayat ƒ Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan dan evaluasi 17 ƒ Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Permendagri No.8 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan penataan ruang di daerah ƒ Pasal 16a ayat 1, tata cara pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan dengan cara : - Melaporkan pelaksanaan pemanfaatan ruang. - Memantau perubahan pemanfaatan ruang. - Mengevaluasi konsistensi pelaksanaan rencana tata ruang. - Pemberian sanksi hukum atas pelanggaran pemanfaatan ruang. ƒ Pada pasal 16 ayat 2 dari peraturan yang sama, pengendalian pemanfaatan ruang itu terbagi atas pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang. Pelaksanaan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dilakukan melalui kegiatan pelaporan, pemantauan dan evaluasi pasal 17 ayat 1, dengan hasil pengawasan pemanfaatan ruang berupa penyimpangan pasal 17 ayat 2. ƒ Sedangkan pasal 18 menyatakan bahwa penertiban pemanfaatan ruang terbagi atas penertiban langsung dan penertiban tidak langsung ayat 1. Penertiban langsung sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan pemberian sanksi administratif, sanksi pidana dan sanksi perdata pasal 18 ayat 2. Penertiban tidak langsung dilaksanakan antara lain melalui pengenaan kebijaksanaan pajakretribusi, pembatasan pengadaan sarana dan prasarana dan penolakan pemberian izin pasal 18 ayat 3. ƒ Pasal 28 ayat 3 isinya “Evaluasi dalam rangka pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan dan evaluasi”. C. Peraturan Daerah No. 2 tahun 2004 tentang RTRW Kota Bandung, pasal 8 ayat 5 menyatakan bahwa “pengendalian pemanfaatan ruang meliputi mekanisme perijinan, pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang”. D. UU No. 26 tahun 2007. Pasal 35 menyatakan bahwa “Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi”. 18

2.2.2 Pedoman Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Daerah