Kebijakan mekanisme perijinan adalah : Kebijakan pengawasan adalah : Kebijakan penertiban adalah :

25

2.2.4 Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung

Wilayah Kota Bandung meliputi batas administratif dan fungsional mencakup seluruh wilayah daratan seluas 16.729,650 Ha. dan wilayah udara Kota Bandung. Mencakup strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah Kota Bandung yang meliputi enam wilayah pengembangan Wilayah Pengembangan Bojonegara, Wilayah Pengembangan Cibeunying, Wilayah Pengembangan Tegallega, Wilayah Pengembangan Karees, Wilayah Pengembangan Ujungberung, dan Wilayah Pengembangan Gedebage. Berkaitan dengan penataan ruang Kota Bandung, visi yang hendak diwujudkan adalah Kota Bandung sebagai Kota Pendidikan, Pusat Pemerintahan, Jasa Keuangan dan Jasa Pelayanan menuju terwujudnya kota yang bermartabat. Untuk mewujukan visi penataan ruang tersebut, maka misi yang dilaksanakan adalah: 1. Mewujudkan kota yang tertata rapih, nyaman dan layak huni melalui pengelolaan pembangunan sarana dan prasarana dalam mendukung pembangunan ekonomi, sosial, manajemen tata ruang dan lingkungan. 2. Menciptakan dan meningkatkan daya tarik kota, yaitu tertatanya sentra-sentra ekonomi secara merata di seluruh kota dengan didukung sistem transportasi yang memadai. 3. Menciptakan kemudahan investasi dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

A. Kebijakan dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota RTRWK, atau rencana yang lebih rinci Rencana Detail Tata Ruang Kota RDTRK yang berlaku, dengan memperhatikan ketentuan, standar teknis, kelengkapan prasarana, kualitas ruang, dan standar kinerja kegiatan yang ditetapkan. Kebijakan pengendalian pemanfaatan ini meliputi kebijakan mekanisme perijinan, pengawasan dan penertiban. Masing-masing kebijakan diuraikan berikut ini :

1. Kebijakan mekanisme perijinan adalah :

ƒ Menyelenggarakan pengendalian pemanfaatan ruang melalui mekanisme perijinan yang efektif. ƒ Menyusun ketentuan teknis, standar teknis, kualitas ruang, dan standar kinerja sebagai rujukan bagi penerbitan ijin yang lebih efisien dan efektif. ƒ Menerapkan proses pengkajian rancangan dalam proses penerbitan perijinan bagi kegiatan yang berdampak penting. 26

2. Kebijakan pengawasan adalah :

ƒ Menyusun mekanisme dan kelembagaan pengawasan yang menerus dan berjenjang dengan melibatkan aparat wilayah dan masyarakat. ƒ Menyerahkan tanggung jawab utama pengawasan teknis pemanfaatan ruang kepada instansi yang menerbitkan perijinan. ƒ Mengefektifkan RDTRK untuk mengkoordinasikan pengendalian pemanfaatan ruang kota. ƒ Menyediakan mekanisme peran serta masyarakat dalam pengawasan.

3. Kebijakan penertiban adalah :

ƒ Mengintensifkan upaya penertiban secara tegas dan konsisten terhadap kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan atau tidak berijin secara bertahap. ƒ Mengefektifkan fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam menertibkan pelanggaran pemanfaatan ruang dan penertiban gangguan ketertiban umum. ƒ Mendayagunakan masyarakat, instansi teknis dan pengadilan secara proporsional dan efektif untuk menertibkan pelanggaran pemanfaatan ruang. ƒ Menyusun dan menerapkan perangkat sanksi administratif dan fiskal yang sesuaitepatefektif untuk setiap pelanggaran rencana tata ruang secara konsisten. ƒ Menerapkan prinsip ketidaksesuaian penggunaan yang rasional dalam penertiban pemanfaatan ruang, yaitu kegiatan yang sudah ada dan berijin tetapi tidak sesuai rencana tata ruang dapat tetap diteruskan dengan ketentuan : a. Dilarang mengubah fungsi dan mengubahmemperluas bangunan yang ada, kecuali sesuai fungsi dalam rencana tata ruang. b. Apabila ijin habis, maka fungsi dan ketentuan harus mengikuti peruntukan yang ada dalam rencana tata ruang atau ketentuan teknis yang ditetapkan.

B. Perangkat Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kota Bandung