Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN

( Studi Kasus Irigasi Pertanian di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH:

ERMALENA SIMAREMARE

070903042

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur serta sembah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus untuk segala hikmat, karunia dan kasih-Nya serta untuk setiap kebaikan yang telah dianugerahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Kebijakan Penetapan Tarif dan Pengelolaan Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ( Studi pada Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Medan ).

Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu, dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mungkin dapat berjalan dengan lancar tanpa bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan,MA.,PhD selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tenaga, waktu, pikiran serta pengertian untuk membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dengan sabar hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Seluruh staf pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah menbantu penulis dalam segala urusan administrasi.


(3)

5. Seluruh masyarakat desa Aritonang yang telah dengan senang hati menyambut kehadiran penulis dan memberikan begitu banyak bantuan dalam pengumpulan data-data, bahkan di tengah-tengah padatnya kesibukan masyarakat.

6. Buat kedua orang tuaku M. Simaremare / N. Sianipar, dan Adek2q ( Manogari, Wagner ‘n Destriani ) yang sangat kukasihi & kucintai. Trimakasih atas doa dan dukungannya kepada penulis. I love aLL .. 7. Buat semua komponen pelayanan UKM KMK UP PEMA FISIP atas

setiap doa, motivasi dan kebersamaannya dalam pelayanan. Saya sangat bersyukur dan merupakan anugerah bagi saya dapat dibina dalam wadah pelayanan UKM KMK, sehinggga saya dapat bertumbuh dalam iman, karakter dan kasih. Buat semua TPP UKM KMK UP FISIP tetap semangat dalam menggembalakan pelayanan. Buat semua PKK UKM KMK UP FISIP tetap setia dalam pelayanan yang Tuhan Yesus percayakan. En semua AKK UKM KMK UP FISIP tetap semangat kelompok kecil ya. Jadilah Garam dan Terang dimanapun berada dan tetap jaga kesaksian hidup sebagai orang pilihan2 Allah, ( Jesus Luv U aLL  )

8. Untuk KTB ku ( B’Abed, Ermalena, Lenta, Laura, Roma, ‘n KTB baruku Eva, Jesi, Vina ) atas setiap doa, dukungan, kebersamaan dan yang selalu bersedia mendengar curahan hatiku… baik dalam pelayanan maupun dalam studiku,,. Thanks juga buat PKK2q ada K’Frida, B’Roy, K’Decy n B’Abed atas motivasi, perhatian, bimbingan dan binaannya selama ini sehingga aku dapat bertumbuh dalam iman, karakter, dan juga pemikiran.


(4)

Buat Lenta, Laura, Roma, Jesi, Vina, Eva tetap kerjakan pelayanan yang Tuhan Anugerahkan dengan tetap menjaga komitmen dan selamat mengerjakan visi pribadi,,

9. Buat sahabatq Lenta, thanks ya buat persahabatan qta selama ne,, Buat motivasi, saran n stiap dukungan mu. Sekalipun terkadang qta sering berselisih paham. Hahhahhaha

10.Buat adeq2 KK “Abigail” ( Denti Monica, Ester, Grace, Mega, ‘n Sartika) terima kasih buat kebersamaannya dalam KK, aku sangat bersyukur bisa mengenal dan belajar dari kalian semua terutama semakin belajar untuk rendah hati dan bersabar. Tetap semangat dalam studi dan pelayanan…  11.Buat sahabat2Q yang aneh tapi baek hati ( Faber Sirungkir, Royakin,

Monang). Thanks ya di saat q butuh bantuan, kalian ada untukku. Tap kejakan Misi’a y buat orang lain bahagia. And the last personil 3 Diva, Dessi Sianipar ‘n Novalina Manullang yg tidak pernah konser,hahhahaha). 12.Buat teman2 magang ( Adrey si “Bosar”, Tere si “Torpedo”, Sanggita si

“Tembus”, Dedy si “Mas”, Lenta si “Bibir”, Marya si “ Kepala suku”, Christian, Wilfrid si “Tongsi”, ‘n Ermalena si “ nandhe mokmok”..( pengen ke Matapao lagi bersama klean ) yang selalu bersama tapi terkadang tidak akur karena perbedaan prinsip dan pandangan ( macam pemikir az qta y,,)

13.Buat teman-teman dari Departemen Ilmu Administrasi Negara stambuk’07 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu demi satu.


(5)

14.Buat semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, namun tidak disebutkan, terima kasih banyak.

Seperti kata pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, demikian pula dengan skripsi ini, pasti banyak kekurangan dan kesalahannya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima saran serta kritik yang membangun dari pembaca.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 13 Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Fokus Penelitian ... 8

I.3 Perumusan Masalah ... 10

I.4 Tujuan Penelitian ... 11

I.5 Manfaat Penelitian ... 11

I.6 Defenisi konsep... 11

I.7 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II STUDI PUSTAKA ... 15

II.1 Efektivitas ... 15

II.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 17

II.3 Partisipasi masyarakat dalam Pembangunan ... 23

II.4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ... 27


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

III.1 Alasan MenggunakanMetode Penelitian Kualitatif ... 46

III.2 Lokasi Penelitian ... 47

III.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ... 47

III.4 Instrumen Penelitian... 49

III.5Teknik Pengumpulan Data ... 49

III.6 Teknik Analisa Data ... 50

III.7 Pengujian Keabsahan Data ... 51

III.8 Etika Penelitian ... 52

III.9 Kesulitan Penelitian di lapangan ... 53

III.10 Jadwal Waktu dan Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 54

BAB IV DESKRIPSI LOKASI ... 55

IV.1 Gambaran Umum Desa Aritonang... 55

IV.2 Kondisi Demografi... 56

IV.3 Sejarah Singkat Terbentuknya PNPM Mandiri Pedesaan Pertanian di Desa Aritonang ... 59

BAB V TEMUAN PENELITIAN ... 62

V.1 Pemahaman Informan mengenai PNPM Mandiri Pedesaan ... 62

V.2 Alur Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan ... 64

V.3 Irigasi Pertanian PNPM Mandiri Pedesaan sebagai salah Satu Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 73


(8)

V.5 Efektivitas Pelaksanaan Irigasi Pertanian sebagai PNPM

Mandiri Pedesaan ... 77

BAB VI PEMBAHASAN ... 82

VI.1 Pemahaman Informan Mengenai PNPM Mandiri Pedesaan ... 82

VI.2 Irigasi Pertanian PNPM Mandiri Pedesaan Sebagai Salah satu Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 84

VI.3 Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan Irigasi Pertanian ... 86

VI.4 Efektivitas Pelaksanaan Irigasi Pertanian sebagai PNPM Mandiri Pedesaan ... 87

BAB VII PENUTUP ... 92

VII.1 Kesimpulan ... 92

VII.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Daftar Nama Informan dari Pelaku PNPM Mandiri Pedesaan Tabel III.2 Daftar Nama Informan dari Masyarakat

Tabel III.3 Efektivitas Pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan (Studi Kasus Irigasi Pertanian di Desa Aritonang, Kec. Muara, Kab.Tapanuli Utara)

Tabel IV.1 Luas Lahan Menurut Peruntukannya di Desa Aritonang

Tabel IV.2 Klasifikasi Penduduk Desa Aritonang Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel IV.3 Klasifikasi Penduduk Desa Aritonang Berdasarkan Pekerjaan

Tabel IV.4 Klasifikasi Penduduk Desa Aritonang Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Tabel IV.5 Data Sarana dan Prasarana di desa Aritonang

Tabel V.1 Efektivitas Pelaksanaan Irigasi Pertanian Sebagai PNPM Mandiri Pedesaan


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara


(11)

ABSTRAKSI

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Kasus Irigasi Pertanian di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

Nama : Ermalena Simaremare NIM : 070903042

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Dra. Asima Yanti Siahaan, MA, PhD

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat dalam upaya untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. Tujuan daripada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan, seluruh anggota masyarakat diajak untuk ikut berpartisipasi dalam setiap tahapan kegiatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan studi di desa Aritonang, kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara berdasarkan pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat serta hasil yang di peroleh.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif. Informan penelitiannya adalah pelaku Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di desa Aritonang yaitu Kepala Desa, ketua TPK, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, penanggung Jawab Operasional kegiatan dan juga beberapa masyarakat yang sudah atau belum merasakan hasil dari adanya Irigasi Pertanian. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kemudian hasilnya dianalisis secara kualitatif.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditenukan bahwa pelaksanaan Irigasi Pertanian sebagai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan yang dilakukan di desa Aritonang telah efektif karena tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai, diselesaikan tepat pada waktunya, memberikan manfaat dan adanya hasil yang diperoleh yaitu meningkatnya pendapatan masyarakat serta meningkatnya nilai sosial masyarakat.

Kata kunci: Efektivitas, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pembangunan kota yang sifatnya kompleks dan multidimensional. Kemiskinan bukan hanya dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

Kemiskinan sudah sejak lama menjadi masalah di Indonesia dan sampai sekarang belum menunjukkan tanda-tanda menghilang. Angka statistik terus saja memberikan informasi masih banyaknya jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia yang dikategorikan supermiskin oleh World Bank pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa pada tahun 2007 jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Dan pada tahun 2008 jumlah orang miskin mencapai 34,96 juta atau 15 persen dari total penduduk Indonesia. Dan pada tahun 2009 jumlah orang miskin mencapai 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.


(13)

2011).

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara yang berada di bawah garis kemiskinan, pada bulan Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang atau sebersar 11,31 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 1.499.700 orang atau 11,51 persen, berarti jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara berkurang sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang sebesar 0,20 poin. Meski menunjukan angka penurunan, bukan berarti upaya mengentaskan kemiskinan yang dilakukan pemerintah sudah berhasil secara maksimal karena angka kemiskinan sering bergerak secara fluktuatif dari tahun ke tahun. 2011).

Masalah kemiskinan hanya dapat dituntaskan apabila pemerintah melakukan kebijakan serius yang memihak kapada masyarakat miskin. Namun kebijakan yang dibuat justru sering kali kurang memihak kepada masyarakat miskin, sehingga semakin memperburuk kondisi masyarakat miskin bahkan menyebabkan seseorang yang tidak miskin menjadi miskin. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan


(14)

kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistematik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi masalah kemiskinan. Seperti Inpres Desa Tertinggal, pemberian BLT, raskin, kompensasi BBM, Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), dan berbagai program lainnya. Namun, dari program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah tersebut masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya dan belum dapat mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.

Menurut Prihartini, pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan dalam program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal tersebut berupa beras untuk rakyat miskin dan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan bahkan dapat memperburuk masyarakat miskin dan dalam penyalurannya pun dapat menimbulkan korupsi. Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri, sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan. Karena


(15)

sebenarnya penyebab kemiskinan itu berbeda-beda pada masing-masing daerah. (www. Resitory.gunadarma.ac.id, diakses taggal 23 Januari 2011).

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat martabat keluarga miskin adalah pemberdayaan masyarakat. Konsep ini menjadi sangat penting karena memberikan perspektif positif terhadap masyarakat miskin. Orang miskin tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya kurang makan, kurang pendapatan,kurang sehat dan kurang dinamis) dan obyek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya.

Pada tahun 2000, Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara di dunia yang menandatangani Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang upaya, sasaran dan target-target pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan yang terkenal dengan nama Millennium Development Goals (MDGs). Deklarasi itu pada intinya merupakan komitmen bersama untuk menurunkan tingkat kemiskinan global dan kelaparan. Dengan demikian, pemerintah Indonesia telah membuat komitmen nasional untuk memberantas kemiskinan dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dimana pemerintah dan semua perangkatnya dalam semua level, baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota bersama-sama dengan berbagai unsur masyarakat memikul tanggungjawab utama untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan sekaligus memberantas kemiskinan yang terjadi di Indonesia paling lambat tahun 2015.


(16)

Oleh sebab itu, upaya pemerintah mengurangi kemiskinan terus menerus dilakukan, dan kini yang sedang dikembangkan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat untuk masyarakat miskin perkotaan dan juga pedesaan yang telah dilaksanakan hampir pada seluruh wilayah Indonesia yaitu Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri).

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Pedesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri Wilayah Khusus dan Desa Tertinggal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang digunakan dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini berhasil di laksanakan. Keberhasilan PPK tersebut adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi,dan efektivitaskegiatan dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat.

Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan. Program ini menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung.


(17)

Pelaksanaan PNPM Mandiri diarahkan untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja dengan melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan hanya sebagi obyek melainkan

sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan.

Menurut program ini, akar permasalahan kemiskinan terletak pada manusia itu sendiri sehingga upaya penanggulangannya pun harus menitikberatkan pada pemberdayaan manusia itu sendiri, yaitu mendorong manusia agar dapat menemukan kembali jati dirinya sebagai pengelola alam semesta. Dengan melibatkan dan memikirkan tentang masalah kemiskinan, diharapkan masyarakat sendiri secara tepat akan membantu mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya program-program PNPM Mandiri Pedesaan dilakukan merupakan proses pembelajaran kepada seluruh masyarakat untuk memahami potensi, masalah dan karakteristik masalah kemiskinan yang ada di masyarakat.

Pada tahun 2007, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan menjangkau 26.724 desa dari 1.837 kecamatan di 32 provinsi. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan di 34.031 desa dari 2.230 kecamatan di 32 provinsi di tanah air. Pada tahun 2009, dilaksanakan di 50.201 desa dari 3.908 kecamatan di tanah air dan pada tahun 2010 meliputi 4.805 kecamatan di 32 provinsi atau mencapai 75,9% dari total lokasi PNPM Mandiri.


(18)

diakses tanggal 16 Januari 2011).

Salah satu program dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat adalah Irigasi Pertanian. Irigasi pertanian merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produksi pangan. Dimana jika penyediaan air dilakukan dengan tepat dan benar maka dapat menunjang peningkatan produksi padi sehingga kebutuhan pangan nasional dapat terpenuhi. Hal ini lah yang menyebabkan pemerintah menjadikan program irigasi pertanian sebagai salah satu program dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri terlebih lagi melihat bahwa Indonesia merupakan wilayah agraris.

Desa Aritonang merupakan salah satu desa di Kecamatan Muara yang menjadi sasaran PNPM Mandiri Pedesaaan. PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Aritonang sudah berjalan sejak tahun 2009. Sesuai dengan kesepakatan hasil musyawarah antar warga maka dana yang diberikan oleh PNPM dialokasikan untuk pembangunan irigasi pertanian sepanjang 738 meter dengan dana Rp. 272.428.000,-.

Masyarakat Desa Aritonang bersama-sama membangun suatu saluran irigasi pertanian untuk dapat menyalurkan air ke sawah-sawah. Dimana di desa ini, air menjadi masalah bagi para petani terlebih lagi jika musim kemarau tiba dan akibat sulitnya mendapatkan air terkadang hasil panen para petani tidak sesuai dengan luas lahan yang dikelola dan banyak sawah-sawah yang akhirnya tidak dikelola lagi atau menjadi lahan tidur dan ada juga yang dijadikan sebagai ladang untuk menanam kopi. Tujuan dari pembangunan irigasi pertanian ini adalah untuk


(19)

membantu para petani dalam mengairi sawah mereka sehingga tidak terjadi lagi gagal panen, kemudian para petani dapat mengelola kembali lahan tidur sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pelaksanaan PNPM Mandiri dinilai efektif apabila sasaran dan juga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan memberikan manfaat dan hasil yang baik bagi masyarakat khususnya dan dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program ini.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas PNPM Mandiri Pedesaaan dilihat dari segi pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat serta hasil yang diperoleh. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Progran Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara”

I.2 Fokus Penelitian

PNPM Mandiri Pedesaan merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan. Dimana tujuan utama dari PNPM Mandiri Pedesaan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin sekaligus yang menjadi visi dari PNPM Mandiri Pedesaan itu sendiri. PNPM Mandiri ini berbeda dengan program pemerintah yang sebelumnya telah dilakukan. Dimana program yang sebelumnya dilakukan yaitu dalam bentuk penyaluran bantuan sosial langsung kepada


(20)

masyarakat miskin dan sifatnya bukan pemberdayaan akan tetapi bisa menyebabkan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah,sedangkan PNPM Mandiri Pedesaan lebih bersifat kepada pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri.

Dalam PNPM Mandiri Pedesaan ini banyak jenis program yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangulangi kemiskinan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti Simpan Pinjam Perempuan (SPP), pembangunan sarana dan prasarana seperti penyediaan saluran air bersih, irigasi pertanian dan yang lainnya.

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan dari PNPM Mandiri pedesaan khususnya irigasi pertanian sebagai salah satu program pemerintah dalam PNPM Madiri Pedesaan di desa Aritonang. Oleh sebab itu peneliti dalam hal ini akan melakukan penelitian dengan mengobservasi dan mewawancarai informan yaitu pihak yang berkaitan dalam hal ini seperti Penanggung Jawab Operasional Kegiatan, Kepala Desa, Tim Pelaksana Kegiatan dan beberapa masyarakat sebagai pihak yang menikmati hasil dari PNPM mandiri tersebut.

Pihak-pihak yang terkait dengan PNPM Mandiri Pedesaan ini akan akan dimintai tanggapan atau pendapat apakah PNPM mandiri Pedesaan yang telah dilakukan di desa Aritonang sudah efektif atau tidak dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat dari program yang dilaksanakan dan dari hasil dari program tersebut. Beberapa masyarakat juga akan dimintai tanggapan atau pendapat tentang program PNPM mandiri Pedesaan yang dilaksanakan di desa


(21)

maereka yaitu apakah dengan adanya irigasi pertanian tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan mereka dan apakah program irigasi tersebut sudah tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan mereka sebagai petani.

Selain itu peneliti ingin mencari tahu informasi melalui observasi apakah program PNPM Irigasi pertanian ini memang benar-benar mampu meningkatkan kesejahteraan masyrakat seperti apa yang menjadi tujuan dari PNPM Mandiri Pedesaan.

Temuan lain yang berkaitan dengan masalah ini kemungkinan besar akan muncul saat melakukan wawancara di lapangan yaitu dari jawaban-jawaban yang diperoleh oleh informan. Sehingga dengan melakukan observasi dan wawancara yang mendalam dengan para informan akan semakin menyempurnakan penelitian ini.

I.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting dalam suatu penelitian agar diketahui arah jalannya penelitian tersebut. Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan maslahnya sehingga jelas dari mana memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maslah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara?”


(22)

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman tentang: 1. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan di desa

Aritonang

2. Efektivitas pelaksanaan Irigasi Pertanian PNPM Mandiri Pedesaan yang berlangsung di Desa Aritonang, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara.

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingi dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Secara subyektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

2. Secara praktis, memberikan informasi bagi pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnnya yang tertarik dalam bidang ini.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial.


(23)

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dilakukan dilihat dari segi pencapian tujuan, ketepatan waktu, manfaat serta hasil yang diperoleh.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat pedesaaan secara efektif dan efisien dan merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain bahwa pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

3. PNPM Mandiri Pedesaan adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Dalam PNPM Mandiri Pedesaan ini, unsur masyarakat dilibatkan dalam setiap tahap mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.

4. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan yang dikerjakan.

4. Irigasi pertanian adalah mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.


(24)

Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan inidibuat ke dalam beberapa bab dalam subbab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. Teori-teori di sini tidak berfungsi untuk membangun kerangka berpikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami situasi sosial yang diteliti.

Bab III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari subbab Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif, Lokasi Penelitian, Teknik Pengambilan Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data,Pengujian Keabsahan Data, Etika Penelitian, kesulitan dalam Penelitian dan Jadwal Waktu Penelitian.


(25)

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa visi dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.

Bab V TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini akan dipaparkan atau dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau dari lokasi penelitian selama proses penelitian.

Bab VI ANALISI TEMUAN

Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat- pendapat dari informan yang dianggap kredibel, selanjutya membandingkan dengan hasil penelitian yang ada.

Bab VII PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.


(26)

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

II.1 Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. Menurut Handayaningrat (1983:16) efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Sigit (2003), bahwa efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan organisasi dapat tercapai.

Georgopoulos dan Tannenbaum (dalam Steers 1980: 47) yang meninjau efektivitas dari sudut pencapaian tujuan, berpendapat bahwa rumuan keberhasilan organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanismenya mempertahankan diri dan mengejar sasarannya.

Stoner dalam Tangkilisan (2005:138) menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas merupakan kunci dari kesuksesan organisasi.

Pendapat ini sesuai dengan pendapat Mahsun (2006), yang mengatakan bahwa efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.


(27)

Siagian juga mengatakan bahwa efektivitas tidak hanya dipandang dari segi pencapaian tujuan saja tetapi juga dari segi ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebut. Lebih rinci Siagian (2002:171) mengatakan bahwa efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, tepat waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Selanjutnya efektivitas bila ditinjau dari manfaat yang dihasilkannya, dapat diartikan bahwa efektivitas merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu keuntungan maksimal dalam organisasi dengan berbagai cara. Steers (198:47) mengatakan bahwa semakin besar keuntungan organisasi, berarti organisasi semakin efektif.

Selanjutnya Sarwito (1987: 45) mengatakan bahwa efektivitas sebagai sesuatu yang berhasil guna yaitu pelayanan baik atau mutu dan kegunaannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Secara rinci dapat dikatakan bahwa aktivitas seseorang atau organisasi dikatakan efektif apabila aktivitas atau perbuatan tersebut menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki atau direncanakan.

Dari beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam rangka mencapai sasaran atau tujuan awal yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya, bila suatu tujuan dan sasaran dapat tercapai tepat pada waktunya maka program tersebut dikatakan efektif namun sebaliknya bila tujuan dan sasaran tidak dapat tercapai tepat pada waktunya maka program tersebut dikatakan tidak efektif.


(28)

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka ada beberapa unsur penting dalam efektivitas, yaitu:

1. Pencapaian tujuan, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Ketepatan waktu, adanya kesesuaian waktu pelaksanaan program hingga berakhirnya program sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Manfaat, adanya manfaat yang dirasakan oleh penerima program.

4. Hasil, adanya hasil dari program yang telah terlaksana sesuai dengan harapan masyarakat.

II.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.

diakses pada

tanggal 21 Januari 2011)

Menurut Adisasmita ( 2006: 38) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat pedesaaan secara efektif dan efisian, baik dari aspek masukan atau input (SDM,dana,peralatan/sarana,data, rencana, dan teknologi), dari aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan


(29)

pengawasan), dari aspek keluaran atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi).

Menurut Suharto (Suharto,2005:58) Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka mempunyai kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-baran dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagi tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto,2005).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk


(30)

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan (empowering) pihak yang diberdayakan dengan pengalaman merancang, melaksanakan, dan memepertanggungjawabkan upaya peningkatan diri ekonomi (Kartasamita, 1996:249).

Upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi (Kartasasmita 1996: 192-193), yaitu pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang penting dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat


(31)

kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Dengan demikian tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Salah satu bentuk dari aktualisasi pemberdayaan masyarakat tercermin dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan, mulai dari proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil. Dengan pemberdayaan diharapkan akan dapat meningkatkan akses kelompok miskin dalam proses pengambilan keputusan, akses terhadap fasilitas dan pelayanan, akses terhadap bantuan hukum, meningkatkan posisi tawar, serta mengurangi peluang terjadinya eksploitasi oleh kelompok lain (Soetomo,2006:406).

II.2.1 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan


(32)

subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan (Kartasamita,1996) sebagai berikut:

Pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.

Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.

Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Oleh karena itu pendekatan kelompok ini adalah paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.

I.6.2.2 Strategi Pemberdayaan

Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, Suharto mengatakan terdapat lima strategi pemberdayaan yang disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan:


(33)

1. Pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan, melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan


(34)

berusaha. diakses tanggal 28 Januari 2011).

1I. 3 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Kata partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatn-kegiatan yang bernuansa pembangunan, pengambilan keputusan, kebijakan, pelayanan pemerintah. Sehingga partisipasi ini memiliki arti yang penting dalam kegiatan pembangunan, dimana pembangunan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan masyarakat.

Mubyarto (dalam Ndraha, 1990: 120) mengartikan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Kemudian Adisasmita (Adisasmita, 2006: 38) mengatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. Dengan kata lain bahwa anggota masyarakat bukan hanya sebagai obyek pembangunan semata, tetapi juga sebagai subyek pembangunan.

Beberapa alasan atau pertimbangan mengapa anggota masyarakat diajak untuk berperan serta dan didorong untuk berpartisipasi (Adisasmita, 2006:40) adalah:

1. Anggota masyarakat mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan kepentingan/kebutuhan mereka.


(35)

2. Anggota masyarakat memahami sesungguhnya tentang keadaaan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya.

3. Anggota masyarakat mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian dalam masyarakat.

4. Anggota masyarakat mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi.

5. Anggota masayarakat mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan (SDA, SDM, dana, sarana, dan teknologi)yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakatnya yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. 6. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan

kemampuan SDMnya sehingga dengan berlandaskan kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar.

Partisipasi masyarakat juga dapat diartikan sebagai pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program/proyek pembangunan dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan.

Kemudian Soehardjo (dalam Tangkilisan 2005: 321) mengatakan bahwa dalam pembangunan, partisipasi semua unsur masyarakat dengan kerja sama sukarela merupakan kunci utama bagi keberhasilan pembangunan. Dalam hal ini


(36)

partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dalam usaha memperbaiki taraf hidup masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi hal yang sangat penting ketika diletakkan di atas keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling tahu apa yang menjadi kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Menurut Conyers ( dalam M. Arifin, Nst, 2007 :38) ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang penting dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu:

1. Partisipasi merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri. Dalam hal ini masyarakat mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka

Dalam hubungannya dengan pelaku-pelaku yang terlibat dalam aktivitas pembangunan, Nelson (dalam tangkilisan 2005:323) menyebutkan ada dua macam bentuk partisipasi, yaitu:


(37)

1. Partisipasi Harizontal yaitu partisipasi di antara sesama warga atau anggota masyarakat, dimana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaiakan secara bersama suatu kegiatan pembangunan.

2. Partisipasi Vertikal yaitu partisipasi antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.

Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan keluaran, sebagai masukan, partisipasi masyarakat berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Selain itu, partisipasi masyarakat sebagai masukan pembangunan dapat meningkatkan usaha perbaikan kondisi dan tarap hidup masyarakat yang bersangkutan, dan sebagi keluaran partisipasi dapat digerakkan atau dibangun dengan memberikan motivasi melalui berbagai upaya, seperti Inpres Bantuan Desa, LKMD, KUD dan lain sebagainya (Ndraha, 1990:109).

Keberhasilaan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh tersedianya sumber dana keuangan dan manajemem keuangan yang memadai, tetapi banyak dipengaruhi oleh peran serta masyarakat atau partisipasi masyarakat.


(38)

II. 4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan II.4.1 Gambaran Umum PNPM Mandiri Pedesaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Pendekatan PNPM Mandiri Pedesaaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PKK), yang selama ini dinilai berhasil. Januari 2011).

Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.

Visi PNPM Mandiri Pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada dilingkungannya, mampu mengakses sumberdaya diluar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi kemiskinan.

Misi PNPM Mandiri pedesaan adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan


(39)

partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Pedesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Pedesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa. Berdasarkan visi,misi dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Pedesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Pedesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melaui Program Pengembangan Kecamatan (PPK).

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.

II.4.2 Dasar Kebijakan PNPM Mandiri Pedesaan

Program yang menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan. Adapun yang menjadi dasar kebijakan PNPM Mandiri pedesaan


(40)

pada tanggal 21 Januari,2011) adalah sebagai berikut:

1. Pepres no. 54 tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan. Tim Koordinasi penanggulangan Kemiskinan diketuai oleh Menkokesra yang bertugas untuk merumuskan langkah-langkah konkrit dalam penanggulangan kemiskinan.

2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor

10/PER/MENKO/KESRA/III/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

3. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Nomor 28/KEP/MENKO/KESRA/XI/2006 Tentang Tim Pengendali Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.

II.4.3 Tujuan PNPM Mandiri Pedesaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum PNPM Mandiri Pedesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di pedesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Sedangkan tujuan khususnya meliputi:

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.


(41)

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumberdaya lokal.

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif.

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat.

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa.

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan pedesaan.

II.4.4 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Pedesaan

Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

1. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl maupun administratif


(42)

2. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya

3. Keberpihakan pada Orang/ Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung

4. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola

5. Partisipasi/ Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan

6. Prioritas Usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas

7. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut

8. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan


(43)

9. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

PNPM Mandiri Perdesaan juga memiliki prinsip lainnya, yakni:

a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

b. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

II.4.5 Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Pedesaan

Ketentuan dasar PNPM Mandiri Pedesaan merupakan ketentuan-ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Ketentuan dasar PNPM Mandiri Pedesaan dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara lebih terarah, ketentuan dasar tersebut meliputi:

1. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri pedesaan berhak berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Pedesaan, ditintut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya


(44)

keanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM Mandiri Pedesaan.

2. Kriteria dan Jenis Kegiatan

Kegiatan yang akan dibiayai dana Bantuan Langsung Masyarakat diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria:

a. lebih bermanfaaf bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin b. berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan.

c. Dapat dikerjakan oleh masyarakat. d. didukung oleh sumber daya yang ada.

e. Memiliki potensi berekembang dan berkelanjutan.

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui Bantuan langsung Masyarakat PNPM Mandiri pedesaan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan non formal).

c. kegiatan peningkatan kapasitas/ keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal


(45)

3. Mekanisme Usulan Kegiatan

Setiap desa dapat mengajukan 3 (tiga) usulan untuk dapat didanai dengan Bantuan Langsung Masyarakat PNPM mandiri Pedesaan. Setiap usulan harus merupakan 1 (satu) jenis kegiatan yang secara langsung harus berkaitan. Tiga usulan tersebut adalah:

a. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat ( kesehatan atau pendidikan) atau peningkatan kapasitas/ keterampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan.

b. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi kelompok perempuan (SPP) yang ditetapkan oleh musyawarah desa khususnya perempuan.

c. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) dan peningkatan kapasitas/ keterampilan kelompok usaha ekonomi yanag ditetapkan oleh musyawarah desa perencanaan.

4. Swadaya Masyarakat

Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program. Swadaya masyarakat merupakan salah satu wujud partisipasi dalam pelaksanaan tahapan PNPM mandiri Pedesaan. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat pelaksanaan kegiatan.


(46)

5. Kesetaraan dan keadilan Gender

Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemihakan kepada perempuan. Pemihakan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepad perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik. Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada pihak perempuan, PNPM Mandiri pedesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahap perencanaa, pelaksanaan dan pelestarian.

6. Jenis Kegiatan yang dilarang

Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai melalui PNPM Mandiri Pedesaan adalah:

a) Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata, pembiayaan kegiatan politik praktis/ partai politik.

b) Pembangunan/ rehabilitasi bangunan kantor pemerintah dan tempat ibadah. c) Pembelian senjata, bahan peledak, asbes dana bahan-bahan lain yang merusak

lingkungan (pestisida, obat-obatan terlarang dan lain-lain).

d) Pembelian kapal ikan yang berbobot diatas 10 ton dan perlengkapannya. e) Pembiayaan gaji pegawai negari sipil.

f) Pembiayaan kegiatan yang mempekerjakan anak-anak dibawah usia kerja. g) Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan

barang-barang yang mengandung tembakau.

h) Kegiatan apapun yang dilakukan pada lokasi yang ditetapkan sebagai cagar alam, kecuali ada ijin tertulis dari instansi yang mengelola lokasi tersebut.


(47)

i) Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan dan penggunaan terumbu karang.

j) Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber daya air dari sungai yang mengalir dari atau menuju negara lain.

k) Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur kegiatan.

l) Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luasnya lebih dari 50 hektar (Ha)

m) Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha.

n) Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan kapasitas besar, lebih dari 10.000 meter kubik.

7. Sanksi

Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi dikarenakan adanya pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam PNPM Mandiri pedesaan. Sanksi bertujuan untuk menunbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan.

Sanksi tersebut dapat berupa:

a) Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara pertemuan.

b) Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c) Sanksi program, yaitu pemberhentian bantuan apabila kecamatan atau desa yang bersangkutan tidak dapat mengelola PNPM Mandiri Pedesaan dengan


(48)

baik, seperti menyalahi prinsip-prinsip, menyalahgunakan dana atau wewenang, penyimpangan prosedur, hasil kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan. Kecamatan tersebut akan dimasukkan sebagi kecamatan bermasalah sehingga dapat ditunda pencairan dana yang sedang berlangsung, serta tidak dialokasikan untuk tahun berikutnya.

II.4.6 Komponen Program pelaksanaan PNPM Mandiri

Komponen pelaksanaan PNPM Mandiri dalam mengatasi kemiskinan masyarakat, yaitu:

1. Pengembangan Masyarakat

Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.

2. Bantuan Langsung Masyarakat

Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai


(49)

sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.

3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal

Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya.

4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program

Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.

II.4.7 Strategi PNPM Mandiri

Strategi PNPM Mandiri terdiri atas 2 bagian yaitu: 1. Strategi Dasar

a. Mengintensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan

kemampuan dan kemandirian masyarakat.

b. Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat.


(50)

c. Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan sektoral, pembangunan kewilayahan, dan pembangunan partisipatif.

2. Strategi Operasional

a. Mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya secara sinergis.

b. Menguatkan peran pemerintah kota/kabupaten sebagai pengelola program program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya;

c. Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya, mengakar, dan akuntabel.

II.4.8 Pendekatan PNPM Mandiri

Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:

a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program.

b. Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal.

c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.

d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis.


(51)

e. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.

II.4.9 Ruang Lingkup PNPM Mandiri

Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi :

a) Penyediaan dan perbaikan pasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya.

b) Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini.

c) Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs.

d) Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

II.4.10 Pelaku PNPM Mandiri Pedesaan

Masyarakat merupakan pelaku utama PNPM Mandiri Pedesaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku lainnya d i desa, kecamatan, kabupaten dan seterusnya berfungsi sebagai pelaksana, fasilitator, pembimbing dan pembina agar tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur dan


(52)

mekanisme PNPM Mandiri Pedesaan tercapai dan dilaksanakan secara benar dan konsisten.

Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan, yang meliputi:

1. Kepala Desa

Peran Kepala desa adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri pedesaaan di desa. Bersama BPD, Kepala Desa menyusun peraturan desa yang relevan dan mendukung terjadinya proses pelembagaan prinsip dan prosedur PNPM Mandiri Pedesaan sebagai pola pembangunan partisipatif, serta pengembangan dan pelestarian aset PNPM Mandiri Pedesaan yang telah ada di desa. Kepala Desa juga berperan mewakili desanya dalam pembentukan forum musyawarah atau badan kerja sama antar desa.

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan, BPD berperan sebagai lembaga yang mengawasi proses dari setiap tahapan PNPM Mandiri Pedesaan, termasuk sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelesstarian di desa. Selain itu juga berperan dalam melegalisasi atau mengesahkan peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian PNPM Mandiri Pedesaan di desa. BPD juga mewakilli masyarakat bersama Kepala Desa dal;am menbuat persetujuan pembentukan badan kerjasama antar desa.


(53)

3. Tim Pengelola Kegiatan (TPK)

TPK terdiri dari anggota masyrakat yang dipilih melalui musyawarah desa sosialosasi yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dan mengelola administrasi, serta keuangan PNPM Mandiri Pedesaan. TPK sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

4. Tim Penulis Usulan (TPU)

TPU bersal dari masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa. Peran TPU adalah menyiapkan dan menyusus gagasan-gagasan kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa dan musyawarah khusus perempuan. TPUdipilih masyarakat berdasarkan keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan jenis kegiatan yang diajukan masyarakat.

5. Tim Pemantau

Tim Pemantau menjalankan fungsi pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada di desa. Keanggotaannya berasal dari masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa. Jumlah anggota tim pemantau sesuai dengan kebutuhan dan kesaepakatan ketika musyawarah. Hasil pemantauan disampaikan pada saat musyawarah desa dan antar desa.

6. Tim Pemelihara

Tim Pemelihara berperan menjalankan fungsi pemeliharaan terhadap hasil-hasil kegiatan yang ada di desa, termasuk perencanaan kegiatan dan pelaporan. Keanggotaannya berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melauui musyawarah desa perencanaan. Jumlah anggota tim pemelihara sesuai dengan


(54)

kebutuhan dan kesaepakatan ketika musyawarah. Dalam menjalankan fungsinya, tim pemelihara didukung dengan dana yang telah dikumpulkan atau yang berasal dari swadaya masyarakat tersebut.

7. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/ Kelurahan

KPMD/K warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM Mandiri Pedesaan di desa dan kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan.

Sebagai kader masyarakat yang peran dan tugasnya membantu pengelolaan pembangunan desa, diharapkan tidak terikat oleh waktu. Jumlah KPMD/K disesuaikan dengan kebutuhan desa dengan mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum perempuan, kemampuan teknik, serta kualifikasi pendampingan kelompok ekonomi dan sebagainya. Namun jumlahnya sekurang-kurangnya dua orang, satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. 8. Kelompok Masyarakat

Kelompok masyarakat adalah kelompok yang terlibat dan mendukung kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan, baik kelompok sosial, kelompok ekonomi maupun perempuan. Termasuk sebagai kelompok masyarakat misalnya kelompok arisan, pengajian, ibu-ibu PKK, kelompok SPP, dan sebagainya.

II.5 Irigasi Pertanian

II.5.1 Pengertian Irigasi pertanian

Salah satu tujuan dari PNPM Mandiri Pedesaan adalah menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembangunan


(55)

infrastruktur pedesaan yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat itu sendiri. Salah satu prasarana yang diberikan adalah irigasi Pertanian.

Irigasi pertanian merupakan suatu input atau masukan dalam pengelolaan lahan sebagai bagian dari budidaya pertanian. Sistem irigasi untuk pertanian telah dikenal oleh masyarakat indonesia sejak jaman kerajaan kuno. Tidak hanya di Indonesia, beberapa bangsa pun telah mengenal irigasi sebagai bagian pengelolaan lahan untuk mengatur hidrologi sejak jaman sebelum masehi.

Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat air.

Menurut Erman Mawardi (2007: 5), Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Menurut Hansen, dkk dalam Suprodjo Pusposutardjo (1990), Irigasi adalah pemberian air kepada tanah dengan maksud memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

Dalam peningkatan produksi pangan, irigasi mempunyai peranan penting untuk menyediakan air untuk tanaman dan dapat digunakan untuk mengatur kelembaman tanah, membantu menyuburkan tanah, dapat menekan pertumbuhan


(56)

gulma, dapat menekan perkembangan hama penyakit tertentu dan memudahkan pengelolaan tanah.

Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk peternakan, dan keperluan lainnya yang bermanfaat.

Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering kekurangan air.

1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras

2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi 3. Meningkatkan intensitas tanam

4. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan jaringan irigasi perdesaan.

Menurut Susprodjo Pusposutardjo, Tujuan umum irigasi adalah :

1. Menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam menghadapi kekeringan jangka pendek

2. Mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman.

3. Mengurangi bahaya kekeringan


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Adapun alasan digunakannya metode penelitian kualitatif ini adalah karena peneliti ingin mengetahui secara mendalam apakah pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan yang dilaksanakan di desa Aritonang sudah efektif atau tidak. Hal ini tentu akan terjawab dengan lebih jelas apabila dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak yang bersangkutan secara mendalam (indepth interview), jika penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan mengisi kuesioner (angket) maka peneliti tidak akan memahami jawaban yang diberikan secara mendalam karena jawaban yang diberikan terkadang tidak sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan.

Kemudian metode penelitian kualitatif memiliki keunggulan dalam proses penelitiannya karena bersifat holistik (menyeluruh) dan dinamis, adanya hubungan timbal balik (interaksi) antara peneliti dengan yang diteliti serta transferability (tidak bersifat general) di mana dalam penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada tingkat makna. Sehingga dapat memudahkan pembaca dari hasil penelitian ini memahami apa yang menjadi masalah dan diperoleh atau ditemukan suatu hipotesis dan konsep yang baru.


(58)

Selanjutnya untuk memperlancar proses penelitian maka peneliti akan senantiasa membangun rapport (hubungan yang baik) dengan masyarakat, pelaku-pelaku PNPM Mandiri Pedesaan dan pemerintahan desa.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Aritonang Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera. Alasan memilih desa ini karena merupakan salah satu desa di kecamatan Muara yang mendapat dana dari PNPM Mandiri Pedesaan dan ingin melihat apakah dengan adanya PNPM Mandiri pedesaan ini telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa tersebut.

III.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling dengan mencari informan kunci. Pertama-tama peneliti menghubungi kepala Desa Aritonang. Berdasarkan rekomendasi bapak Kepala Desa kemudian diberikan informasi untuk menghubungi ketua PNPM Mandiri Pedesaan desa Aritonang, begitu seterusnya sampai pada titik jenuh, dimana tidak lagi ditemukan data-data baru yang dapat memberi informasi tentang efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan

Adapun jumlah informan dari pelaku PNPM Mandiri Pedesaan adalah sebanyak empat orang. Kriteria informan tersebut adalah informan yang berkompeten dan memahami masalah PNPM Mandiri pedesaan. Pada tabel di bawah ini dapat terlihat nama informan yang diwawancarai oleh peneliti.


(59)

Tabel III.1

Daftar Nama Informan dari Pelaku PNPM Mandiri Pedesaan

No Nama Jabatan Tugas

1 Ramidun ompusunggu Kepala Desa Berperan sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan PNPM Mandiri Pedesaan

2 Manuju Aritonang Ketua TPK Berperan sebagai

pengkoordinir pelaksanaan PNPM Mandiri pedesaan

3 Asman Rajagukguk KMPD Berperan untuk

memfasilitasi dan memandu

masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan

PNPM Mandiri Pedesaan

4 Togu Ompusunggu PJOK Bertanggung jawab atas

penyelenggaraan

operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan PNPM Mandiri pedesaan

Selanjutnya untuk memahami lebih mendalam mengenai efektivitas dari pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan yang dilaksanakan di desa Aritonang maka peneliti mewawancarai informan yaitu masyarakat yang terdiri dari sembilan orang. Kriteria informan adalah masyarakat yang mengetahui tentang PNPM Mandiri Pedesaan dan masyarakat petani yang sudah atau belum merasakan hasil dari adanya irigasi pertanian. Pada tabel berikut ini adalah nama masyarakat tersebut.


(60)

Tabel III.2

Daftar Nama Informan dari Masyarakat

No Nama Pekerjaan

1 Togi Siregar Petani

2 Bungan sani Aritonang Petani

3 Mariati Sinaga Petani

4 Manna Siregar Petani

5 Danres Ompusunggu Petani

6 Risna Simanjuntak Petani

7 Dormauli Tampubolon Guru

8 Normalinda Sianipar Guru

9 Mangatur Simaremare Guru

III.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2008: 61) peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. Selain itu peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (yaitu wawancara semi-terstruktur), observasi, dan dokumentasi. Wawancara mendalam terhadap beberapa pihak yang dianggap menguasai masalah penelitian. Wawancara (interview) merupakan cara/teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung secara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk


(61)

wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti buku catatan, kamera, dan tape recorder.

Observasi dilakukan melalui pengamatan awal dan terjun langsung ke lapangan dengan mengamati proses pengairan persawahan dan pembukaan lahan tidur. Sementara itu dokumentasi dilakukan untuk dapat memperoleh tambahan informasi lagi dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

III.5 Teknik Analisa Data

Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan Irigasi Pertanian PNPM Mandiri Pedesaan di desa Aritonang.

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007:91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

a. Data Reduction/reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Data Display/penyajian data

Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif dan penyajian data dalam bentuk tabel. Dengan


(62)

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang telah diperoleh selama penelitian.

c. Conclusion/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan kosisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

III.6 Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang akan dilakukan meliputi uji kredibilitas data dengan : trianggulasi sumber dan perpanjangan pengamatan. Trianggulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan menggunakan teknik yang sama. Dalam hal ini peneliti meneliti beberapa pelaku PNPM Mandiri Pedesaan di desa Aritonang dan juga beberapa masyarakat. Dari sumber-sumber tersebut, pendapatnya tentu tidak bisa dirata-ratakan, tetapi dideskripsikan, mana pandangan yang sama dan yang berbeda. Sementara dalam perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menguji kredibilitas data penelitian, hanya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak.


(63)

III.7 Etika Penelitian

Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan, setiap orang harus memperhatikan etika supaya tidak menimbulkan hal yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Pelaksanaan penelitian di Desa Aritonang oleh peneliti juga memperhatikan etika penelitian dalam mengumpulkan data-data dilapangan terutama pada saat melakukan wawancara kepada informan. Etika penelitian yang dimaksud adalah berkenaan dengan cara memasuki daerah wilayah penelitian dan kerahasiaan informan.

Sebelum peneliti melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu menemui Camat Muara dan mengutarakan maksud dan tujuan penulis melakukan penelitian serta menunjukkan surat izin penelitian dari fakultas dan meminta pihak kecamatan untuk mengeluarkan surat ijin penelitian untuk diserahkan kepada Kepala Desa di daerah penelitian peneliti. Satu hari kemudian penulis meminta surat izin penelitian dari Camat untuk diserahkan kepada Kepala Desa Aritonang, sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.

Kemudian setelah mendapat persetujuan dari Kepala Desa, peneliti mulai menemui dan mewawancarai informan dengan terlebih dahulu penulis menjelaskan maksud dan tujuan penulis yaitu untuk kepentingan akademis sehingga dengan senang hati mereka diwawancarai. Setelah penulis selesai melakukan penelitian di desa Aritonang, penulis kembali menemui Camat Muara untuk memberitahukan bahwa penulis sudah selesai melakukan penelitian di Desa Aritonang.


(64)

III.8 Kesulitan Penelitian di Lapangan

Peneliti melakukan penelitian di Desa Aritonang selama 3 minggu. Ada beberapa kendala yang penulis hadapi selama melakukan penelitian ini, yakni kesulitan peneliti untuk memperoleh data tentang profil desa dimana baik di Kepala desa maupun Sekretaris desa tidak ada profil tentang desa. Akhirnya dengan rekomendasi dari Sekretaris desa, penulis akhirnya meminta profil desa dari salah satu pengurus dari PNPM Mandiri Pedesaan.

Selain itu kendala yang dihadapi adalah ketika hendak melakukan wawancara terhadap informan, dimana mereka hanya bisa ditemui pada malam hari sedangkan pada pagi hari hingga sore mereka ke sawah, karena ketepatan ketika penulis melakukan penelitian ini, di desa tersebut sedang musim panen padi. Untuk itu penulis mewawancarai informan saat mereka beristirahat pada malam hari. Selain itu ada juga beberapa masyarakat yang tidak bersedia diwawancarai sebagai informan karena berbagai alasan seperti sibuk, tidak tahu menahu soal PNPM Mandiri pedesaan yang ada di desa tersebut.

Selama melakukan penelitian di Desa Aritonang peneliti mendapat respon yang baik, baik dari pihak kecamatan maupun masyarakat desa. Hal ini terlihat dari kesedian mereka untuk diwawancarai sekalipun mereka sudah kelelahan dan antusias mereka menceritakan tentang PNPM Mandiri Pedesaan yang ada di desa tersebut.


(65)

III.9 Jadwal Waktu dan Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pertama yang dilakukan adalah pengajuan judul penelitian. Setelah itu penyusunan proposal dilakukan untuk masuk ke tahap seminar proposal. Setelah pelaksanaan seminar proposal maka peneliti segera melakukan revisi proposal penelitian. Pengurusan administrasi untuk melakukan penelitian sangat diperlukan untuk melakukan wawancara dan observasi terhadap informan yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Untuk pemaparan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel III.3 di bawah ini.

Tabel III.3.

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Kasus Irigasi Pertanian di Desa Aritonang,

Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

No Kegiatan

Bulan ke : 1 2 3 4 5

1. Penyusunan Proposal 

2. Diskusi Proposal 

3. Memasuki lapangan dan pengumpulan data 

4. Tahap penyeleksian data 

5. Uji keabsahan data 

6. Membuat draf laporan penelitian  

7. Diskusi draf laporan  


(66)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

IV.1 Gambaran Umum Desa Aritonang IV.1.1 Letak Geografis

Desa Aritonang berada di Kecamatan Muara yang berjarak kira-kira 5 km dari ibukota kecamatan. Desa ini berada pada 1000 m diatas permukaan laut. Secara administratif desa ini berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Desa Batubinumbun Sebelah selatan : Kec. Parranginan Sebelah Timur : Desa Sitanggor Sebelah Barat : Desa Simatupang

IV.1.2 Luas Wilayah

Luas wilayah desa Aritonang kira-kira 440 Ha. Kondisi lahan yang ada di desa Aritonang ini berbukit-bukit dan beriklim tropis. Masyarakat yang ada di desa tersebut mayoritas petani, sehingga sebagian besar wilayah yang ada di desa tersebut digunakan untuk areal pertanian. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel IV.1

Luas Lahan Menurut Peruntukannya di Desa Aritonang

No Peruntukan lahan Luas (Ha) Persentase(%)

1 Pemukiman penduduk 38,5 8,75

2 Persawahan 65 14,77

3 Perladangan 112,5 25,57


(67)

5 Sekolah 3 0,68

6 Tempat ibadah 1 0,23

Jumlah 440 100

Sumber: Profil Desa Aritonang 2011 IV. 2 Kondisi Demografi

IV.2.1 Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Aritonang memiliki jumlah penduduk berjumlah 903 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 195 KK. Mayoritas penduduk di desa ini adalah bersuku Batak Toba. Jumlah penduduk desa dengan perincian jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel IV.2

Klasifikasi Penduduk Desa Aritonang Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kelurahan Laki-laki Perempuan

1 Dusun I 182 192

2 Dusun II 243 286

Jumlah 425 478

Sumber: Profil Desa Aritonang 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan, dimana laki-laki berjumlah 425 jiwa sedangkan perempuan berjumlah 478 jiwa.

Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat dari tabel berikut:


(68)

Tabel IV.3

Klasifikasi Penduduk Desa Aritonang Berdasarkan Pekerjaan

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

1 Petani 593

2 Wiraswasta 15

3 PNS 43

4 Lain-lain 252

Jumlah 903

Sumber: Profil Desa Aritonang 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk desa Aritonang berprofesi sebagai petani yakni sebanyak 593 jiwa, sedangkan sebagai wiraswasta hanya sebanyak 15 jiwa dan yang berprofesi sebagai PNS sebanyak 43 jiwa, sedangkan untuk jenis pekerjaan lain-lain seperti tenaga honorer, pekerja konstruksi, dan para pelajar.

Sedangkan kalau dari segi pendidikan, jumlah penduduknya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel IV.4

Klasifikasi Penduduk Desa Aritonang Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No Jenjang pendidikan Jumlah (jiwa)

1 Tidak / Belum Sekolah 236

3 Tamat SD 119

4 Tamat SLTP 110

5 Tamat SLTA 357

6 Diploma III / Sarjana Muda 40

7 Diploma IV / S-1 41

Jumlah 903

Sumber: Profil Desa Aritonang 2011

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Aritonang masih tergolong rendah. Masyarakat yang tidak/ belum sekolah


(1)

Lampiran 2: Foto Dokumentasi Penelitian

Plakat proyek PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara

Kondisi persawahan yang dijadikan sebagai lahan kering karena susahnya untuk mendapatkan air dalam pengairan sawah


(2)

Lahan kering yang sudah mulai diolah setelah adanya irigasi PNPM Mandiri Pedesaan


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76