BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Salah satu topik dalam membicarakan hak hidup adalah mengenai hak- hak yang tidak dapat diderogasi. Pasal 28I ayat 1 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia menegaskan bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asas manusia yang tiak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Hak hidup adalah salah satu hak absolute yang dimiliki setiap orang sedari mereka lahir.
Dalam membahas hak hidup, maka akan terdapat tiga isu utama, yaitu mengenai hukuman mati, aborsi dan eutanasia. Dari ketiga isu tersebut,
eutanasia adalah hal yang memberikan tantangan untuk dibahas secara komprehensif. Hal ini dikarenakan di Indonesia sendiri minim perdebatan atas
hal ini. Berbeda dengan di Indonesia, perdebatan mengenai eutanasia sendiri adalah perdebatan yang sangat hangat untuk dibahas dan meimbulkan pro dan
kontra yang begitu keras di negara Belanda, Inggris, dan Amerika. Namun, ditengah minimnya perdebatan mengenai eutanasia ini sendiri,
terdapat suatu permohonan atas pengujian Pasal 344 KUHP terhadap pasal- pasal tentang hak untuk hidup di dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Permohonan ini diajukan oleh seorang tunawisma yang bernama Ignatius Ryan Tumiwa.
Rumusan dari Pasal 344 KUHP adalah “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan
hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”. Pasal ini biasa dikenal dengan pasal bunuh diri atau pasal suntik mati. Pemohon
beranggapan bahwa pasal ini telah bertentangan dengan hak hidup yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1
Selain itu, pemohon dari permohonan ini juga meminta agar Pemerintah membuat peraturan pelaksana dari suntik mati atau dengan kata lain, pemohon
menginginkan suatu legislasi atas eutanasia. Permohonan ini sungguh menggemparkan dunia hukum dan kedokteran. Bahkan hal-hal yang tidak
biasanya terjadi di dalam persidangan Mahkamah Konstitusi pun terjadi di dalam persidangan kasus ini.
Makalah ini akan membahas mengenai eutanasia berdasarkan studi kasus dari permohonan pengujian Pasal 344 KUHP terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diajukan Igantius Ryan Tumiwa terhadap Mahkamah Konstitusi. Pembahasan makalah ini akan dimulai
dengan pembahasan hak hidup sebagai hak yang tidak dapat diderogasi, larangan eutanasia di Indonesia, pengaturan eutanasia di negara-negara lain
khususnya Belanda, legislasi eutanasia, dan pro dan kontra terhadap eutanasia itu sendiri. Penulis berharap makalah ini akan memberikan manfaat yang besar
terhadap dunia ilmu pengetahuan dan perkembangan riset baik untuk kalangan akademis maupun umum.
II. Rumusan Masalah