1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Begitu besarnya peran pajak dalam APBN, maka usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh pemerintah yang dalam
hal ini merupakan tugas Direktorat Jenderal Pajak. Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jenderal Pajak agar penerimaan pajak maksimal, antara lain adalah
dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Hal tersebut dilakukan dengan cara perluasan subjek dan objek pajak, dengan menjaring wajib pajak baru.
Pajak merupakan penerimaan terbesar negara sampai dengan tahun 2014, yaitu mencakup kurang lebih 23 dari penerimaan negara. Negara
menggunakan penerimaan pajak untuk membiayai pelayanan publik dan pembangunan nasional. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan
merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan. Penerimaan dari sumber
daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas, pada saatnya akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini
mempunyai umur tidak terbatas, terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya Nugroho dan
Zulaika, 2012:1. Saat ini pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri
Indonesia. Sebagian besar sumber penerimaan negara yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN berasal dari pajak, dan
2 sekitar 73,7 persen dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan
pajak http:www.fiskal.depkeu.go.id2010. Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah
melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak Muliari, 2009:1.
Penerimaan pajak diharapkan dapat terus meningkat agar pembangunan negara dapat berjalan dengan lancar. Bila setiap wajib pajak sadar akan
kewajibannya untuk membayar pajak, tentunya penerimaan negara atas pajak akan terus meningkat bukan berkurang, sebab jumlah wajib pajak potensial
cenderung semakin bertambah setiap tahun. Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan dan
pemahaman akan peraturan perpajakan, pelayan fiskus yang berkualitas, dan wajib pajak atas efektifitas sistem perpajakan. Sebagian wajib pajak tidak
mengerti tentang peraturan perpajakan yang ada. Masih ada wajib pajak yang menunggu ditagih baru membayar pajak, seperti peraturan pajak pada periode
lama Wulandari, 2007:3. Hal ini dapat menurunkan jumlah penerimaan pajak negara. Sejak
terbitnya Undang-undang No. 6 tahun 1983, yang kemudian diubah dengan UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP
dikenal istilah Self Assessment System yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
terutangnya. Dengan dianutnya sistem Self Assessment System, maka selain bergantung pada kesadaran dan kejujuran wajib pajak, pengetahuan teknis
3 perpajakan yang memadai juga memegang peran penting, agar wajib pajak
dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar. Karena melalui sistem ini, setiap wajib pajak di wajibkan mengisi sendiri dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan dengan benar, lengkap, dan jelas Wulandari, 2007:4.
Penerimaan pajak merupakan dana yang paling potensial bagi negara, karena besarnya pajak seiring dengan laju pertumbuhan penduduk,
perekonomian dan stabilitas politik. Penerimaan pajak merupakan salah satu komponen penerimaan dalam negeri yang harus ditinggalkan peranannya,
karena pajak merupakan sumber penerimaan utama yang merefleksikan praktek demokrasi yang paling mendasar yaitu peran serta masyarakat dalam
membiayai negara dan pemerintahannya. Dari tahun ke tahun kontribusi penerimaan pajak kepada penerimaan negara semakin meningkat. Hal ini tidak
terlepas dari peranan pemerintah yang telah memperbaiki sistem perpajakan nasional agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih mandiri dalam
pembiayaan pembangunannya, dalam arti tidak terlalu bergantung pada pinjaman luar negeri Alfiani, 2010:5.
Fakta di lapangan menunjukkan sampai saat ini pendapatan pemerintah dari sektor pajak belum maksimal, bisa dilihat Direktorat Jenderal Pajak A.
Fuad Rachmany memaparkan bahwa realisasi penerimaan pajak cenderung mengalami penurunan, berikut peneliti tampilkan target dan realisasi
penerimaan pajak ke dalam format tabel pada lima tahun terakhir:
4
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Milyaran Rupiah
490 988 658 701
619 922 723 307
873 874 980 500
1 148 300 1 310 200
470 052 622 359
601 252 694 392
819 752 930 900
1 099 900 1 256 300
Pajak Penghasilan 238 431
327 498 317 615
357 045 431 122
465 100 538 800
591 600 Pajak Pertambahan Nilai
154 527 209 647
193 067 230 605
277 800 337 600
423 700 518 900
Pajak Bumi dan Bangunan 23 724
25 354 24 270
28 581 29 893
29 000 27 300
25 500 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
5 953 5 573
6 465 8 026
-1 Cukai
44 679 51 252
56 719 66 166
77 010 95 000
104 700 114 300
Pajak Lainnya 2 738
3 035 3 116
3 969 3 928
4 200 5 400
6 000 20 936
36 342 18 670
28 915 54 122
49 600 48 400
53 900 Bea Masuk
16 699 22 764
18 105 20 017
25 266 28 400
30 800 33 900
Pajak Ekspor 4 237
13 578 565
8 898 28 856
21 200 17 600
20 000 215 120
320 604 227 174
268 942 331 472
351 800 349 200
350 900 132 893
224 463 138 959
168 825 213 823
225 800 203 700
198 000 23 223
29 088 26 050
30 097 28 184
30 800 36 500
37 000 56 873
63 319 53 796
59 429 69 361
73 500 85 500
91 100 2 131
3 734 8 369
10 591 20 104
21 700 23 500
24 800 706 108
979 305 847 096
992 249 1 205 346
1 332 300 1 497 500
1 661 100
2013
2
Sumber Penerimaan 2007
1
2008
1
2009
1
2010
1
2011
1
2012
1
Penerimaan Perpajakan
Pajak Dalam Negeri
Pajak Perdagangan Internasional
Penerimaan Bukan Pajak
Penerimaan Sumber Daya Alam Bagian laba BUMN
2014
3
Penerimaan Bukan Pajak Lainnya Pendapatan Badan Layanan Umum
Jumlah Total
Sumber: BPS 2014
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penerimaan negara yang
bersumber dari sektor pajak setiap tahunnya mengalami peningkatan. Seiring dengan hal tersebut maka menjadi motivasi aparat Direktorat Jendral Pajak
DJP untuk memperbaharui sistem administrasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaannya. Peningkatan realisasi penerimaan pajak terjadi
karena semakin baiknya sistem yang digunakan kantor pelayanan pajak dalam melayani wajib pajak
Peningkatan jumlah pajak tercapai jika peningkatan jumlah wajib pajak terjadi. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP baru berguna untuk
meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Tidak dipungkiri bahwa masih banyak wajib pajak potensial yang belum terdaftar sebagai wajib pajak
aktual dan tidak taat untuk membayar pajak. Ketidaktaatan dalam membayar pajak tidak hanya terjadi dalam lapisan pengusaha saja tetapi juga terjadi para
5 pekerja profesional lainnya. Dalam pemberian NPWP oleh Dirjen Pajak,
diharapkan wajib pajak dapat mengetahui hak dan kewajibanya Widayati dan Nurlis, 2010. Wajib pajak yang memiliki penghasilan lebih dari PTKP wajib
membayar pajak. Bila setiap wajib pajak mengetahui dengan jelas tentang kriteria wajib pajak dan perhitungannya, maka wajib pajak akan memiliki
kemauan untuk membayar pajak penghasilannya. Faktor kedua yang mempengaruhi kemauan membayar pajak adalah adanya pelayan fiskus yang
berkualitas. Fiskus yang berkualitas adalah fiskus yang memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan pajak dan tata cara
perhitungannya serta tidak melakukan penggelapan pajak ataupun tindakan lain yang tidak sesuai dengan peraturan dan SOP yang berlaku. Munculnya oknum
seperti Gayus, Dhana Widyatmika dan banyak petugas pajak lainnya membuat keyakinan wajib pajak atas kinerja pelayanan fiskus berkurang sehingga wajib
pajak tidak mau membayar pajak karena takut uangnya digelapkan, bukan untuk pembangunan negara, atau adanya biaya tambahan yang dipungut oleh
fiskus Nugroho dan Zulaika, 2012:3. Adanya oknum yang melakukan tindakan pelanggaran pajak membuat
wajib pajak enggan untuk membayar pajak yang akan mengakibatkan berkurangnya penerimaan pajak. Maka perlu adanya penanggulangan bagi
pemerintah dalam memberantas pelanggaran pajak, sehingga kemauan wajib pajak dalam membayar pajak semakin meningkat. Kemauan membayar pajak
yang timbul pada wajib pajak juga sangat diperlukan, sampai sejauh mana wajib pajak akan mengetahui ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Kemauan membayar merupakan suatu nilai dimana seseorang rela
6 untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh
barang atau jasa Fikriningrum dan Syafruddin 2012. Pada sebagian besar rakyat di seluruh negara tidak akan pernah menikmati kewajibannya membayar
pajak sehingga memenuhinya tidak ada yang tanpa menggerutu, sedikit saja yang merasa benar-benar rela dan merasa ikut bertanggungjawab membiayai
pemerintahan suatu negara Devano dan Rahayu, 2006:113, maka tanpa adanya rasa kemauan dalam diri wajib pajak untuk rela membayar pajak, usaha
untuk memaksimalkan pendapatan pada sektor pajak tidak dapat tercapai sempurna. Menurut Sanjaya dalam Tatiana dan Priyo 2009 menjelaskan
bahwa kemauan membayar pajak dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pajak, persepsi terhadap sanksi pajak, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak,
persepsi terhadap para petugas pajak, dan persepsi terhadap kemudahaan dalam pelaksanaan sistem pajak.
Masyarakat merupakan salah satu yang sangat peka terhadap isu-isu yang beredar mengenai pajak, persepsi dari seseorang mengenai sistem
perpajakan akan mempengaruhi kemauan membayar pajak, jika persepsinya baik maka akan meningkatkan kemauan membayar pajak, jika buruk maka
akan menurunkan kemauan membayar pajak. Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian, penginteprestasian terhadap stimulus
oleh organisasi atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri individu. Sedangkan efektifitas
memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target kualitas, kuantitas, dan waktu telah tercapai. Persepsi wajib pajak terhadap
7 kinerja penerimaan pajak dilakukan oleh dalam Suryadi 2006 menyatakan
bahwa persepsi masyarakat terhadap kinerja Badan Perpajakan Nasional Swedia, ini dilihat dari: kesadaran prosedur yang bermanfaat bagi wajib pajak,
kebutuhan bagi wajib pajak, perlakuan yang adil, keahlian aparat dalam mendeteksi kesalahan, serta dalam mengoreksi laporan pajak. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa persepsi wajib pajak yang positif dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak dalam membayar pajak.
Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak untuk membayar pajak cukup banyak diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Zulaika 2012 dalam penelitianya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan utuk Membayar
Pajak dengan Kesadaran Membayar Pajak sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang
Terdaftar d i KPP Pratama Semarang Tengah Satu”.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui seberapa besar kualitas
pelayanan, kesadaran, efektifitas sistem perpajakan, pemahaman, dan tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum terhadap kemauan
membayar pajak, dengan judul
”Pengaruh Efektifitas Sistem Perpajakan, Pemahaman dan Tingkat Kepercayaan pada Sistem Pemerintahan dan
Hukum, Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Willingness Pay Taxes Studi
Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pancoran ”.
8
B. Perumusan Masalah