Tujuan Penelitian dan Kegunaan

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut : 1. Bagaimana fungsi Akta Jual Beli AJB sebagai jaminan dalam perjanjian kredit? 2. Bagaimana fungsi Akta Jual Beli AJB sebagai alat bukti dalam perjanjian kredit?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup bidang ilmu dan lingkup pembahasan. Lingkup bidang ilmu adalah Hukum Keperdataan, khususnya dalam kajian tentang Hukum Perjanjian. Sedangkan Lingkup pembahasan mengenai fungsi Akta Jual Beli AJB tanah sebagai jaminan dan sebagai alat bukti dalam perjanjian kredit.

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis fungsi Akta Jual Beli AJB tanah sebagai jaminan dalam perjanjian kredit. 2. Untuk menganalisis fungsi Akta Jual Beli AJB tanah sebagai alat bukti dalam perjanjian kredit Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini adalah sebagai upaya pengembangan wawasan keilmuan terutama dalam pemahaman bidang Ilmu hukum keperdataan, khususnya dalam bidang hukum perjanjian 2. Kegunaan Praktis a. Sumbangan pemikiran dalam bidang hukum khususnya dalam bidang hukum perjanjian; b. Bahan literatur bagi mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai hukum perjanjian; c. Salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Jenis Akta

1. Akta Otentik

Mengenai pengertian akta, dalam hukum Romawi akta disebut sebagai gesta atau instrumenta forensia, juga disebut sebagai publica monumenta atau akta publica. Akta-akta tersebut dibuat oleh seorang pejabat publik publicae personae. Dari berbagai kata tersebut di atas kemudian muncul kata-kata publicare dan insinuari, actis inseri, yang artinya mendaftarkan secara publik. 1 Menurut A.Pitlo akta itu sebagai surat-surat yang ditandatangani, dibuat untuk dipakai sebagai bukti, dan dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu dibuat. Kemudian menurut Sudikno Merto kusumo akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa, yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. 2 Ketentuan mengenai akta otentik diatur dalam Pasal 165 HIR, yang sama bunyinya dengan Pasal 285 Rbg, yang berbunyi “Akta otentik adalah suatu akta 1 Muhammad Adam,Ilmu Pengetahuan Notariat, Sinar Baru, Bandung, 1985, hlm 252 2 Daeng Naja, Teknik Pembuatan Akta,Pustaka Yustisia,Yogyakarta,2012, hlm 1