Utang luar negeri swasta meningkat, indikator utang dan persepsi risiko Indonesia membaik

7 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Gambar 13 Utang Luar Negeri Indonesia Juta USD Mei 2012 - 2017 ULN sektor swasta mencatatkan pertumbuhan tinggi Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia 2017 Gambar 15 Indikator Utang Luar Negeri Indonesia, Q1 2012- 2017 Indikator Utang Luar Negeri menunjukkan perbaikan Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia 2016 DSR Tier 1 merupakan pembayaran pokok dan bunga atas utang jangka panjang dan pembayaran bunga atas utang jangka pendek. DSR Tier 2 meliputi pembayaran pokok dan bunga atas utang dalam rangka investasi langsung selain dari anak perusahaan di luar negeri, serta pinjaman dan utang dagang kepada non-ailiasi.

3. Utang luar negeri swasta meningkat, indikator utang dan persepsi risiko Indonesia membaik

Perkembangan ULN hingga pertengahan Kuartal II 2017 ditandai dengan peningkatan total ULN, terutama ULN sektor swasta. ■ Jumlah total ULN pada Mei 2017 adalah US333.592 juta, meningkat sebanyak 5,6 persen y-o-y atau 1,24 persen m-t-m. ■ ULN swasta mencatatkan pertumbuhan m-t-m 2,20 persen; lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang selalu mencatatkan peningkatan tipis, bahkan berkontraksi. ■ Sektor swasta memegang porsi 49,5 persen dari keseluruhan ULN Indonesia. ■ Sementara itu, ULN sektor publik telah tumbuh 11,41 persen y-o-y. ■ Bank Indonesia memastikan akan terus memantau ULN, terutama sektor swasta, pada tingkat pertumbuhan dan risiko yang terkendali. Gambar 14 Utang Luar Negeri Indonesia Berdasarkan Jangka Waktunya Remaining Maturity Mei 2012 - 2017 Utang jangka panjang pendek meningkat cukup tajam dibandingkan periode sebelumnya Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia 2017 Dilihat dari jangka waktunya, ULN Indonesia masih didominasi oleh ULN jangka panjang. ■ ULN jangka panjang menyumbang pangsa 83 persen dari keseluruhan ULN Indonesia. ■ Sebagian besar ULN jangka panjang terdiri dari ULN sektor sektor publik 57 persen, lebih besar daripada Mei tahun lalu 54 persen. ■ Jumlah ULN jangka pendek didominasi oleh ULN sektor swasta 80 persen dengan pangsa yang lebih kecil daripada Mei tahun lalu 83 persen. Utang jangka pendek dan panjang meningkat pada Mei 2017 dengan peningkatan ULN jangka pendek yang cukup besar. ■ Jumlah ULN jangka pendek meningkat sebanyak 4,7 persen m-t-m -1,3 persen y-o-y didorong oleh peningkatan ULN swasta. ■ ULN jangka panjang terus tumbuh sebesar 0,6 persen y-o-y atau 7,1 persen y-o-y. ■ Peningkatan ULN jangka pendek, khususnya ULN jangka pendek swasta perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi tingkat sustainibilitas ULN Indonesia. Secara umum, indikator ULN Indonesia membaik. ■ DSR Tier 1 dan DSR Tier 2 menurun sebesar 16.37 persen dan 11.44 persen q-t-q secara berurutan. ■ Rasio utang terhadap ekspor menurun sebesar 1.38 persen q-t-q menjadi 172.20 persen. ■ Di sisi lain, angka rasio utang terhadap PDB meningkat 0.21 persen q-t-q menjadi 34.08 persen, menempatkan Indonesia di bawah rasio utang Australia 37 persen pada tahun 2016. Indonesian Economic Review and Outlook 8 Gambar 16 Surat Berhaga Negara SBN Indonesia Outstanding, 2012 – 2017 SBN terus mengalami peningkatan dengan SBN Tradeable yang mendominasi Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan 2017 Jumlah SBN Outstanding terus meningkat dengan peningkatan SBN Tradeable dan penurunan SBN Non Tradeable. ■ Jumlah SBN outstanding sebesar Rp2.991 triliun ini meningkat 14 persen y-o-y atau 0,23 persen m-t-m. ■ SBN Tradeable memiliki pangsa mayoritas, 92,2 persen dari total SBN yang beredar. ■ SBN tradeable Juni 2017 adalah sebesar Rp2.758,74 triliun, meningkat 16,8 persen y-o-y atau 1,82 persen m-t-m. ■ SBN non-tradeable hanya sebesar Rp232,61 triliun, meningkat 9,7 persen m-t-m atau turun 10.7 persen y-o-y. ■ Pemerintah hingga kuartal II masih terus menerbitkan SBN tradeable sebagai sumber pembiayaan APBN 2017 yang hingga Kuartal I 2017 telah terbit sebanyak 38,7 persen dari target penerbitan. Gambar 17 Kepemilikan SBN Tradeable Triliun IDR, 2012 – 2017 Non-residen semakin mendominasi porsi kepemilikan SBN Tradeable Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan 2017 Non-residen masih mendominasi kepemilikan SBN outstanding tradeable dengan pertumbuhan kepemilikan yang tinggi. ■ Non-residen memiliki 57 persen dari keseluruhan SBN tradeable. Jumlah ini meningkat dari Juni 2016 yang hanya sebesar 55 persen. ■ Porsi kedua kepemilikan SBN tradeable adalah oleh perbankan dengan pangsa 29 persen. ■ Institusi pemerintah hanya memiliki 13 persen dari keseluruhan SBN tradeable. ■ Peningkatan porsi kepemilikan SBN tradeable oleh non-residen menunjukkan kenaikan risiko capital light jika sewaktu-waktu terdapat sentimen negatif atas perekonomian Indonesia. Gambar 18 Yield SBN Indonesia 2012 – 2017 Imbal hasil SBN Indonesia melanjutkan tren penurunan dari awal tahun 2017 Sumber: CEIC Database 2017 Imbal hasil SBN menunjukkan tren penurunan hingga pertengahan Juli 2017 pasca berita pemberian peringkat investment grade oleh lembaga pemeringkat SP. ■ Tren penurunan yield SBN Indonesia didorong oleh peningkatan minat asing dan domestik terhadap SBN dan penurunan persepsi resiko domestik. ■ Sejak awal tahun 2017, lelang SBN selalu mengalami oversubsription, melambungkan harga SBN dan menurunkan nilai imbal hasilnya. ■ Penurunan yield SBN ini juga sejalan dengan penurunan credit default swap sejak awal tahun. 9 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Gambar 19 Pertumbuhan kredit Perbankan Mei 2015 – Mei 2017 y-o-y Pertumbuhan kredit menurun Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 Gambar 20 Perkembangan pertumbuhan Dana Pihak ketiga DPK Bank Umum, Mei 2016 – Mei 2017 y-o-y Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga DPK pada Mei 2017 meningkat Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 C. SEKToR PERbANKAN 1.Daya Tahan Sistem Perbankan masih aman terkendali Pertumbuhan kredit perbankan Mei 2017 menurun. ■ Pertumbuhan kredit pada Mei 2017 tercatat menurun sebesar 0,75 percentage point pp dibandingkan dengan April 2017 yang sebesar 9,52 persen secara y-o-y. ■ Meskipun jumlah kredit secara keseluruhan cenderung meningkat, pertumbuhan kredit justru melambat dibandingkan bulan April 2017. ■ Berdasarkan jenis penggunaan kredit, penurunan kredit terbesar terjadi pada Kredit Modal Kerja KMK yakni sebesar 1,55 pp, dari 10,1 persen pada April 2017 menjadi 8,55 persen pada Mei 2017. ■ Pertumbuhan Kredit Investasi KI dan Kredit Konsumsi KK masing-masing menurun tipis sebesar 0,05 pp dan 0,13 pp. ■ Turunnya pertumbuhan KMK disebabkan oleh harga komoditas seperti minyak sawit, minyak mentah, batu bara, dan kopi yang menurun sehingga menghambat gairah para pelaku usaha. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga DPK Bank Umum meningkat. ■ Pertumbuhan DPK pada Mei 2017 meningkat menjadi 11,2 persen y-o-y, dibandingkan dengan bulan sebelumnya April 2017 sebesar 9,9 persen. ■ Peningkatan komponen DPK utamanya terjadi pada giro yang meningkat sebesar 3,0 pp, dibandingkan dengan bulan April 2017. ■ Sementara itu, pertumbuhan tabungan dan deposito juga meningkat masing masing sebesar 0,7 pp dan 0,8 pp, dibandingkan April 2017. ■ Pada Mei 2017 jumlah DPK Indonesia pertama kalinya mencapai level lebih dari Rp 5.000 triliun yang merupakan tertinggi sepanjang sejarah. ■ Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan semakin tinggi. Gambar 21 Perkembangan total aset perbankan di Indonesia, Mei 2012 – Mei 2017 Total aset Bank Umum pada Mei 2017 meningkat Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 Pertumbuhan Aset Bank Umum meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. ■ Total aset Bank Umum pada Mei 2017 meningkat menjadi Rp 6.912,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan April 2017 yang sebesar Rp 6.823,2 triliun. ■ Seluruh kelompok perbankan seperti Bank Persero, BUSN Devisa, BUSN Non-Devisa, BPD, Bank Campuran Konvensional, dan Bank Asing mengalami peningkatan aset. ■ Bank Persero dan Bank BPD yang merupakan bank dengan peningkatan aset terbesar mengalami peningkatan masing- masing sebesar Rp 72,1 triliun 2,75 persen dan Rp 10,9 triliun 1,79 persen dibandingkan April 2017. ■ BUSN Devisa dan Non-Devisa juga mengalami peningkatan aset pada Mei 2017 yang masing-masing sebesar Rp 0,67 triliun 0,02 persen dan Rp 0,94 triliun 1,23 persen dibandingkan bulan sebelumnya. ■ Sementara itu, total aset Bank Campuran Konvensional dan Bank Asing pada Mei 2017 meningkat sebesar Rp 2,6 triliun 0,83 persen dan Rp 1,7 triliun 0,42 persen dibandingkan April 2017. ■ Peningkatan total aset perbankan ini sejalan dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga. Indonesian Economic Review and Outlook 10 Gambar 22 Perkembangan Capital Adequacy Ratio CAR per kelompok bank Mei 2012 – Mei 2017 Secara umum CAR Bank Umum masih dalam kondisi yang terjaga Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 Nilai Rasio Kecukupan Modal CAR perbankan pada Mei 2017 masih memadai. ■ Rasio Kecukupan Modal CAR perbankan secara keseluruhan tercatat meningkat tipis menjadi 22,86 persen, dibandingkan April 2017 sebesar 22,79 persen. ■ Dari masing-masing kelompok perbankan, beberapa bank mengalami penurunan tetapi beberapa juga mengalami peningkatan. ■ CAR Bank Persero dan BUSN Devisa Mei 2017 tercatat sebesar 20,77 persen dan 20,63 persen—lebih tinggi 0,02 pp dan 0,29 pp dibandingkan April 2017. ■ Selain itu, BPD, BUSN Non-Devisa, dan Bank Asing pada Mei 2017 justru menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 0,28 pp, 0,54 pp, dan 0,87 pp dibandingkan bulan sebelumnya. ■ Di sisi lain, CAR Bank Campuran meningkat lebih tinggi dari Bank Persero dan BUSN Devisa yakni sebesar 0,52 pp menjadi 22,61 persen pada Mei 2017. ■ Sementara itu, pada Mei 2017 Bank Asing merupakan bank dengan CAR tertinggi dibandingkan kelompok bank lainnya yakni sebesar 52,6 persen, sedangkan BPD menjadi bank dengan CAR terendah dengan nilai 20,15 persen. ■ Sejauh ini daya tahan perbankan masih cukup tinggi ditunjukkan dengan CAR yang jauh di atas 8 yang merupakan batas minimum CAR perbankan. Gambar 23 Kinerja Bank Umum Februari 2014 – Februari 2017 Rentabilitas perbankan masih relatif baik dan stabil tetapi Risiko Kredit dan Likuiditas perlu dijaga Sumber: Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan 2017 Stabilitas perbankan secara umum perlu dipertahankan. ■ Dari sisi proitabilitas, laba industri perbankan yang ditunjukkan Return of Asset ROA dan Net Interest Margin NIM terlihat relatif stagnan dalam 2 bulan terakhir. ■ Pada Mei 2017, perkembangan ROA menurun tipis sebesar 0,02 pp sedangkan NIM meningkat tipis 0,01 pp dibandingkan April 2017. ■ Menurut kelompok perbankan, ROA tertinggi dimiliki oleh Bank Asing sebesar 2,87 persen, sedangkan pencetak NIM terbesar berasal dari Bank BPD sebesar 6,53 persen. ■ Selain itu, intermediasi dan likuiditas perbankan yang dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio LDR menunjukkan penurunan, sedangkan risiko kredit perbankan yang digambarkan oleh Non Performing Loan NPL terlihat konstan. ■ LDR tercatat sebesar 88,57 persen, menurun sebesar 0,93 pp dibandingkan April 2017. ■ Meskipun begitu, likuiditas perbankan masih tetap baik tetapi kemampuan bank untuk menghasilkan proit sedikit berkurang, terlihat dari ROA dan NIM yang relatif stabil. ■ Di sisi lain, NPL tercatat sebesar 3,07 persen, sama seperti bulan April 2017. ■ Besaran NPL secara keseluruhan yang masih di bawah 5 persen mencerminkan kondisi risiko perbankan masih terjaga. ■ Eisisensi industri perbankan yang dicerminkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO tercatat mengalami penurunan menjadi 79,70 persen, lebih rendah 0,11 pp dibandingkan bulan sebelumnya April 2017, artinya industri perbankan secara keseluruhan semakin eisien. 11 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada Gambar 24 Perkembangan Non Performing Loan Gross NPL per kelompok bank Mei 2016 - Mei 2017 Rasio kredit perbankan secara umum tidak mengkhawatirkan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 Nilai Rasio Non Performing Loan Gross NPL perbankan pada Mei 2017 perlu dijaga. ■ Rasio Non Performing Loan Gross NPL perbankan secara keseluruhan tercatat stabil di tingkat 3,07 persen pada April dan Mei 2017. ■ Menurut kelompok perbankan, NPL Bank Persero, BUSN Devisa, dan BUSN Non Devisa meningkat tipis masing- masing sebesar 0,02 pp, 0,03 pp, dan 0,09 pp, dibandingkan April 2017. ■ Sementara itu, NPL BPD, Bank Campuran, dan Bank Asing tercatat menurun sebesar 0,08 pp, 0,06 pp, dan 0,2 pp. ■ Bank Asing terlihat sebagai bank yang paling hati-hati dalam memberikan kredit, hal ini dicerminkan dengan NPL sebesar 1,83 persen yang merupakan terendah di antara kelompok bank lainnya. ■ Di sisi lain, BUSN Non Devisa merupakan kelompok bank dengan tingkat NPL tertinggi yakni sebesar 4,07 persen pada Mei 2017. ■ NPL secara keseluruhan dan per kelompok bank masih cukup aman karena masih di bawah batas maksimal 5 persen. D. INFLASI DAN KEmISKINAN

1. Inlasi Tahunan per Juni 2017 meningkat