Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum pembuktian ;

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Hal. 39 dari 63 Put.No.2105 KPid2006 Capem BII KCP Senan. Karena dalam pelaksanaan operasional selaku kuasa kas bertanggungjawab kepada pimpinan cabang BII Juanda. Sesuai dengan kewenangannya, maka saksi Adyastuti sebagai kuasa kas mengajukan memo permohonan ijin kepada Wakil Pimpinan Cabang Operasional BII Juanda Selvi Adam Oei, memo disetujui tanpa tangan Terdakwa selaku Pincapem untuk dapat menaikan limit password dan dimilikinya dari Rp.1. Milyar menjadi Rp.25 Milyar, dan setelah saksi Adyastuti mendapat persetujuan dari BII cabang Juanda yang terbukti dari dibukanya ekses komputer maka saksi Adyastuti melaksanakan transfer dana dari Dapensri tersebut ke PT. Kharisma International Hotel ; 18. Oleh karena pelaksanaan selanjutnya sepenuhnya dilakukan oleh saksi Adiastuti tanpa sepengetahuan an persetujuan dan tidak melaporkan hasilnya kepada Terdakwa, maka secara yuridis tindakan yang dilakukan oleh saksi Adyastuti selaku Kuasa Kas beserta akibatnya “tidak dilakukan pencatatan dalam pembukuan” merupakan tanggungjawab saksi Adiastuti, bukan tanggungjawab Terdakwa selaku Pimpinan Capem BII KCP Senen ; 19. Berdasarkan uraian tersebut diatas Tim Pansehat Hukum berpendapat unsur mengetahui dan menghendaki sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian “Opzet Als Oogmerk”, tidak dapat dibuktikan, oleh karena itu unsur dengan sengaja sebagian unsur delik dalam dakwaan kesatu Subsidair harus dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan ;

V. Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum pembuktian ;

1. Pengadilan Tinggi Jakarta dalam pertimbangannya, tidak dengan sungguh-sungguh meneliti dan menilai keterangan para saksi, terutama tentang alasan yang digunakan dalam memberikan keterangan yang dapat mempengaruhi dan dapat dipecaya tidaknya keterangan par saksi tersebut ; 2. Pembacaan keterangan saksi Drs. Bunyamin Ibrahim dipersidangan dengan alasan saksi tidak mau hadir dalam sidang meskipun telah dipanggil sebanyak 6 kali tanpa memberikan alasan yang sah, namun tidak dilakukan upaya paksa untuk menghadirkannya, telah salah menerapkan hukum karena tidak dilaksanakannya ketentuan yang diatur dalam Pasal 159 ayat 2 KUHAP ; Dokumen ini diunduh dari situs http:putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SKKMAVII2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan SK 144 bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum. Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara. Halaman 39 Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Hal. 40 dari 63 Put.No.2105 KPid2006 3. Tim Penasehat Hukum Terdakwa telah mengajukan keberatan terhadap dibacakannya keterangan saksi Drs. Bunyamin Ibrahim yang merupakan saksi Utama dalam perkara ini dan terhadap keterangannya tersebut telah dengan tegas dibanth oleh Terdakwa karena tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Disamping itu Drs. Bunyamin Ibrahim adalah orang yang pertama-tama dilaporkan sebagai Tersangka oleh saksi pelapor Paulus Sugeng Orisiswanto ke Mabes Polri karena saksi Drs. Bunyamin Ibrahim bersama-sama dengan Syaiful Bahri dan Ahmad Syarbini pada tanggal 9 Juli 2004 bertempat di Kantor Cabang Utama BII Juanda disngkal telah mlakukan Tindak Pidana pemalsuan dan penipuan dengan cara berusaha mencairkan dana sebesar Rp.31 Milyar dengan menggunakan bilyet Deposito BII No.DB DC 821585 dan No.DB DC 821586 yang ternyata palsu ; 4. Terdapat petunjuk kuat bahwa ketidak hadiran saksi Drs. Bunyamin Ibrahim didalam persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut dilakukan dengan sengaja untuk menghindari terbongkarnya konspirasi antara Oknum Dapensri dan Oknum PT. Kharisma International Hotel, sehingga keterangan para saksi Syaiful Bahri, Ahmad Syarbini, Ibnu Asfar dan Eddy Arfandi yang selaku menunjuk kepada saksi Drs. Bunyamin Ibrahim, tanpa kehadirannya tidak dapat dilakukan uji kebenaran untuk mendapatkan kebenaran materiil dalam perkara ini ; Hal tersebut diperkuat dengan pertimbangan dalam putusan Pengadilan Tinggi Jakarta pada halaman 43 pada alinea 6 menyatakan antara lain : “Perbuatan Terdakwa bukan karena kesalahan Terdakwa tetapi akibat dari perbuatan saksi Lukman Hakim yang menjadi Terdakwa dalam perkara terpisah” ; 5. Keterangan saksi Drs. Bunyamin Ibrahim yang dibacakan di persidangan tesebut sarat dengan rekayasa untuk menutupi adanya konspirasi antara oknum Depansri dengan Tony Ch Martawinata sebagai perantara yang menjadi Terdakwa perkara terpisah dengan oknum PT. Kharisma International Hotel dengan Lukman Hakim sebagai perantara yang menjadi Terdakwa dalam perkara terpisah, dalam upaya memperoleh dana dari BII dengan nilai Rp.31 Milyar dengan cara mencairkan bilyet Deposito BII No.DB DC 821585 dengan nilai nominal Rp.25 Milyar dan No.DB DC 821586 dengan nilai nominal Rp.6 Milyar padahal ternyata kedua bilyet Deposito tersebut palsu, yang terbukti dari hasil pemeriksaan laboratorium Dokumen ini diunduh dari situs http:putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SKKMAVII2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan SK 144 bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum. Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara. Halaman 40 Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Hal. 41 dari 63 Put.No.2105 KPid2006 kriminal Labkrim Puslabfor Mabes Polri bilyet Deposito BII No.Lab.4053 DTF 2004 tanggal 14 September 2004 dinyatakan tanda tangan dalam bilyet tersebut tidak identik baik dengan tanda tangan Terdakwa maupun tandatangan saksi Adiastuti ; 6. Bilyet Deposito dengan nilai nominal Rp.25 Milyar dan Rp.6 Milyar “palsu” tersebut ternyata telah digunakan oleh saksi Drs. Bunyamin Ibrahim, Syaiful Bahri dan Ahmad Syarbini pada tanggal 9 Juli 2004 untuk dicairkan ke BII Cabang Juanda, dan karena bilyet Deposito itu palsu maka para saksi Drs. Bunyamin Ibrahim dan kawan-kawan telah dilaporkan ke Mabes Polri oleh saksi Paulus Sugeng Orisiswanto selaku Kepala Cabang Induk BII Juanda dengan sangkaan telah melakukan pemalsuan dan penipuan ; 7. Namun demikian terhadap laporan polisi tersebut yang jelas-jelas kebenarannya dapat dibuktikan, tidak ditindaklanjuti oleh penyidik maupun Jaksa Penuntut Umum, sebaliknya justru Terdakwa sebagai korban konspirasi tanda tangannya dipalsukan telah diproses dan dijadikan Terdakwa dalam perkara ini, sedangkan saksi Drs. Bunyamin Ibrahim yang jelas-jelas menggunakan bilyet Deposito palsu tidak diproses sebagai tersangka dalam perkara ini ;

VI. Judex Facti salah menerapkan hukum dalam membuktikan unsur