Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 33 dari 63 Put.No.2105 KPid2006 berpendapat Pengadilan Tinggi Jakarta telah salah menerapkan hukum
khususnya Pasal 197 ayat 1 huruf k jo Pasal 21 ayat 1 KUHAP, sebab Pengadilan Tinggi telah salah menggunakan wewenangnya tanpa
memperhatikan Undang-Undang melainkan karena kekuasaan semata- mata ;
8. Pengadilan Tinggi Jakarta juga telah salah dalam menerapkan hukum karena dalam amar putusannya menyalahi ketentuan Pasal 197 ayat 1
huruf k KUHAP, dimana dalam hal pemidanaan diharuskan dimuat keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Terdakwa,
ternyata baik hal-hal yang memberatkan maupun yang meringankan Terdakwa tidak dimuat secara jelas dan nyata, sehingga amar putusan
demikian berdasarkan Pasal 197 ayat 2 KUHAP harus dinyatakan batal demi hukum ;
9. Berdasarkan pertimbangan
tersebut Tim
Pansehat Hukum
berpendapat, Pengadilan Tinggi Jakarta telah salah dalam menerapkan hukum dan harus dibatalkan atau setidak-tidaknya dinyatakan batal
demi hukum karena disamping tidak memenuhi syarat yang ditentukan Undang-Undang juga seharusnya Pengadilan Tinggi Jakarta dalam
amarnya membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atau menyatakan batal demi hukum sekedar memperbaiki, dan selanjutnya
Pengadilan Tinggi seharusnya mengadili sendiri perkara ini ;
III. Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum dalam pembuktian
unsur delik pada dakwaan kesatu Subsidair ;
1. Tim Penasehat Hukum berpendapat ditinjau dari perumusan delik dari dakwaan yang didakwakan pada Terdakwa yaitu Pasal 49 ayat 1 sub b
Undang-Undang No.7 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 tahun 1992 merupakan delik materiil dimana harus dibuktikan
adanya hubungan “sebab akibat” antara perbuatan yang didakwakan dengan akibat dari perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang ;
2. Dalam delik materiil, harus dapat dibuktikan bahwa perbuatan Terdakwa
menyebabkan terjadinya
akibat berupa
keadaan sebagaimana
dirumuskan dalam
delik tersebut,
karena antara
perbuatan yang
dilakukan terdapat
hubungan kausalitet
yang “adequate” dengan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan Terdakwa
yang dilarang oleh Undang-Undang ini ; 3. Hal
tersebut membawa
konsekwensi yuridis,
unsur-unsur delik
khususnya unsur “sengaja” dalam delik materiil harus dapat dibuktikan
Dokumen ini diunduh dari situs http:putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SKKMAVII2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan SK 144 bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
Halaman 33
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 34 dari 63 Put.No.2105 KPid2006 secara sah dan meyakinkan bahwa disamping Terdakwa mengetahui
dan menghendaki perbuatan yang dilakukan, harus dapat dibuktikan pula bahwa akibat dari perbuatan yang ditimbulkan merupakan tujuan
dari perbuatan Terdakwa ; 4. Tim Penasehat Hukum berpendapat Judex Facti telah salah dalam
menerapkan hukum karena pada pertimbangan putusannya pada halaman 40 sampai dengan 42 dalam membuktikan unsur-unsur delik
dari dakwaan yang didakwakan kepada Terdakwa tidak membukti terlebih dahulu perbuatan menghilangkan atau tidak memasukan, yang
didakwakan kepada Terdakwa sesuai bunyi Pasal 49 ayat 1 sub b Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang
No.7 tahun 1992, dan tidak pula dibuktikan adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa tersebut dengan
akibat yang ditimbulkan dari perbuatan Terdakwa yang dilarang oleh Undang-Undang ini ;
5. Unsur “sengaja” dalam delik materiil merupakan faktor penentu apakah perbuatan yang didakwakan Terdakwa ini dapat diklasifikasikan
sebagai perbuatan kejahatan yang bersifat melawan hukum ataukah merupakan pelanggaran yang bersifat administrative yang disebabkan
karena “kelalaian” culpa bukan kesengajaan, oleh karena itu seharusnya unsur sengaja tersebut dibuktikan dalam hubungannya
dengan perbuatan serta akibat yang dilarang Undang-Undang ; 6. Pengadilan Tinggi dalam pertimbangannya mengenai pembuktian
Dakwaan Kesatu Subsidair telah salah dalam menerapkan hukum karena dalam mempertimbangkan unsur “pegawai Bank” dan “dengan
sengja” menggunakan dasar pada pembuktian dakwaan kesatu Primair tentang unsur yang sama, sedang perbuatan yang didakwakan dalam
kedua dakwaan tersebut sangat berbeda ; 7. Dalam sistim dakwaan yang disusun secara Subsidair alternatif,
masing-masing dakwaan merupakan delik yang berdiri sendiri dimana unsur delik dari dakwaan yang satu berbeda dengan unsur delik
dakwaan yang lain : sehingga pembuktian unsur delik harus dibuktikan sendiri-sendiri sesuai dengan dakwaan yang didakwakan ;
8. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta tersebut tidak dapat dibenarkan, karena dalam pembuktian “unsur sengaja” pada dakwaan tersebut tidak
berdiri sendiri melainkan harus dihubungkan dengan perbuatan yang dilarang Undang-Undang yang dilakukan oleh Terdakwa, sehingga
Dokumen ini diunduh dari situs http:putusan.mahkamahagung.go.id, sesuai dengan Pasal 33 SK Ketua Mahkamah Agung RI nomor 144 SKKMAVII2007 mengenai Keterbukaan Informasi Pengadilan SK 144 bukan merupakan salinan otentik dari putusan pengadilan, oleh karenanya tidak dapat sebagai alat bukti atau dasar untuk melakukan suatu upaya hukum.
Sesuai dengan Pasal 24 SK 144, salinan otentik silakan hubungi pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.
Halaman 34
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 35 dari 63 Put.No.2105 KPid2006 unsur sengaja dalam Dakwaan Kesatu Primair yang dibuktikan
seharusnya adalah sengaja “membuat catatan palsu” sedang dalam dakwaan Kesatu Subsidair yang harus dibuktikan adalah, unsur
sengaja melakukan
perbuatan “menghilangkan
atau tidak
memasukkan”, oleh karena itu pembuktiannya tidak dapat diperlakukan secara “mutatis mutandis”, melainkan harus dibuktikan sendiri-sendiri ;
9. Berdasarkan uraian
tersebut diatas,
Tim Penasehat
Hukum berpendapat Pengadilan Tinggi Jakarta telah salah dalam menerapkan
hukum dalam pembuktian unsur dakwaan kesatu Subsidair, dengan konsekwensi yuridis pembuktian unsur-unsur delik pada dakwaan
kesatu Subsidair tersebut harus dianggap tidak dapat dibuktikan, oleh karena itu Terdakwa harus dibebaskan dari Dakwaan Kesatu Subsidair
tersebut ;
IV. Judex Facit salah dalam menerapkan hukum dalam pembuktian unsur