Daya Pembeda Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validasi Tes

Titin Hayati, 2014 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.” Indeks kesukaran dalam penilaian ini diberi simbol P p besar, singkatan dari “proporsi”. Rumus yang digunakan untuk mencari indeks kesukaran atau rumus mencari P adalah: Gambar 3.3 Rumus Indeks Kesukaran Arikunto, 2008:210 Di mana : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul N = jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut Arikunto 2008:210, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: - Soal dengan P 0,00 sampai 0,29 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,30 sampai 0,69 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah Berdasarkan hasil pengujian indeks kesukaran dapat diketahui bahwa dari 30 item soal yang diuji 47 termasuk soal - soal dengan indeks kesukaran sedang karena mempunyai indeks kesukaran antara 0,25 sampai dengan 0,75 dan 40 masuk dalam ketegori soal mudah dengan rentang 0,75sampai 1,00, serta sebanyak 13 termasuk dalam kategori sukar untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.4.

4. Daya Pembeda

Menurut Arikunto 2008: 211 menyatakan bahwa “daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang berkemampuan rendah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang N B P   Titin Hayati, 2014 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu disingkat D d besar. Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Berikut adalah rumus untuk menentukan indeks diskriminasi D: B A B B D = = P A P B J A J B Keterangan : J = jumlah peserta tes J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A = B A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = J A P B = B B = proposi peserta kelompok bawah yang menjawab benar = J B Untuk menentukan berapa persen siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah, maka peneliti menggunakan rambu-rambu menurut Nitko dan Hanna Suryanto, 2012:5.25 sebagai berikut : a. Jika jumlah siswa 20 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 50. b. Jika jumlah siswa 21-40 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 33,3. c. Jika jumlah siswa ≥ 41 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 27. Berdasarkan kelas ujicoba yang digunakan peneliti berjumlah 30 siswa, maka menggunakan untuk jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing sebanyak 33,3. Menurut Fernandes Suryanto, 2012:5.24 hasil penghitungan daya pembeda diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini: D ≥ 0,40 = sangat baik 0,30 D 0,40 = baik Titin Hayati, 2014 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,20 D 0,30 = sedang D 0,20 = tidak baik Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda maka dari 30 item soal yang diuji ternyata 13,3 4 soal memiliki daya pembeda sedang, 16,7 5 soal memiliki daya pembeda baik, dan mayoritas 70 21 soal memiliki daya pembeda sangat baik, untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.5. Titin Hayati, 2014 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan penerapan metode pembelajaran inkuiri di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung terlihat adanya pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik yang lebih tinggi pada mata pelajaran IPS. Metode pembelajaran inkuiri dapat menjadikan iklim pembelajaran bersifat Student Centered Learning SCL, peserta didik mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri . Maka peneliti menarik beberapa kesimpulan yang didasarkan pada rumusan permasalahan pada penelitian ini. Kesimpulan yang dapat dipaparkan dalam penelitian saat ini adalah : Pertama, pada kelas eksperimen setelah diterapkan metode pembelajaran inkuiri terjadi peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hal ini didasari atas perkembangan nilai pengukuran awal pretest dan pengukuran akhir posttest dalam pembelajaran IPS dan hasil uji hipotesis yang dilakukan peneliti. Maka peneliti berkesimpulan bahwa metode pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS kelas IV di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Kedua, pada kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran konvensional tidak terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hal ini didasari atas perkembangan nilai pengukuran awal pretest dan pengukuran akhir posttest dalam pembelajaran IPS yang masih dibawah KKM dan hasil uji hipotesis yang dilakukan peneliti. Maka peneliti berkesimpulan bahwa metode pembelajaran konvensional tidak mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta 101

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 6 Kota Cirebon.

0 2 63

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 6 Kota Cirebon.

1 3 63

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS : STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG.

1 2 61

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

1 2 50

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 0 50

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA SD

0 0 10

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik

0 3 11

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 26 Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 114

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI MIPA 3 SMAN 6 Surakarta - UNS Institutional Repository

0 1 17

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL ISTAD DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

1 1 22