PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS : STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG.

(1)

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS

(STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

ISYE RAMAWATI 1102522

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

2014

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS

(STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG)

Oleh Isye Ramawati M.Pd. UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

© Isye Ramawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. NIP. 19600121198502001

Pembimbing II,

Dr. Agus Mulyana, M.Hum. NIP. 196608081991031002

Diketahui oleh

Ketua Jurusan/ Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M. Pd., MA. NIP. 19620702 1986011 002


(4)

Lembar Persetujuan/Pengesahan Tesis

“Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Kuasi Eksperimen Dengan Menggunakan Metode Inkuiri Pada Peserta Didik Di SMPN 52 Bandung)”

Disetujui dan disahkan oleh :

Penguji I,

Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya NIP. 196103231986031002

Penguji II,

Dr.Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 197210012001122001

Mengetahui, Ketua Program Studi


(5)

NIP. 19620702 1986011 002

KATA PENGANTAR

Pujidansyukur, senantiasapenulispanjatkankehadirat Allah SWT,

karenaatassegalaberkahdanrahmat-Nyapenulisdapatmenyelesaikantesisini.Shalawatbesertasalamsemogatetaptercurah kanpadajunjungankitaNabi Muhammad SAW besertakeluargadanparasahabatnya. Tesis yang telahtersusun berjudul Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Kuasi Eksperimen Dengan Menggunakan Metode Inkuiri Pada Peserta Didik Di SMPN 52 Bandung)

Dalampenyusunantesisini penulis sadari

masihbanyakkekurangandanketerbatasan,

halinikarenaketerbatasanpemahamandanpengetahuanyang dimiliki penulis. Olehkarenaitu, penulismohonmaaf yang sebesar-besarnya, untuk itu penulis mengharapkanmasukandankritik yang membangun.

Akhirul kata, penulis berharap mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS).

Bandung,Desember 2013


(6)

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat Rahmat Allah SWT, penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga karenadapat menyelesaikan tesis ini. Proses penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbinganserta dukungan dari banyak pihak.

Untukitusebagaiungkapanpenghargaan yang sebesar-besarnya, padakesempataninipenulisucapkanterimakasih yang setulus-tulusnyakepada : 1. Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M. Pd., M. A. selaku KetuaProdi PIPSyang

telah memberikan perhatian dan bantuannya selama mengikuti pendidikan di Prodi IPS, dan dalam penyusunan tesis ini.

2. Prof.Dr. Hj. Enok Maryani, MS. selaku pembimbing akademik danpembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

3. Dr. Agus Mulyana, M.Hum. selaku pembimbing II, yang telahmemberikan semangat, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya selaku penguji I, yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam pengujian tesis ini.

5. Dr. Kokom Komalasari M.Pd selaku penguji II, yang telah dengan sabar memberikan arahan dan saran dalam pengujian tesis ini.

6. Seluruh Staf Dosen SPs-UPI Bandung yang telah memberikan ilmu dan wawasan berpikir kepada penulis.

7. Kepala SMPN 52 Bandung, guru-guru dan karyawan tata usaha SMPN 52 Bandung yang telah membantu kelancaran jalannya penelitian.

8. My lovely husbandA. Nasrun Syawal, my two angels Ceuceu and Ade, who giving spirit and motivation.

9. Keluarga besar Wahyudin (alm) dan H. Asep Syabana (alm) atas doa dan dukungannya.

10.Sahabat-sahabat S2 dan S3 SPS UPI Prodi Pendidikan IPS angkatan 2011. 11.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan memperoleh balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Bandung,Desember 2013


(8)

(9)

Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (Studi Kuasi Eksperimen Dengan

Menggunakan Metode Inkuiri Pada Peserta Didik Di SMPN 52 Bandung) (Isye Ramawati, 1102522)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terjadi pada guru yaitu belum memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran yang optimal, sehingga peserta didik banyak yang tidak mengenal lingkungan sekitar dan kurang memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis masih sangat terbatas, sehingga hasil belajar yang diperoleh belum maksimal. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran melalui metode inkuiri, dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar melalui metode ceramah, serta mengetahui respon peserta didik dan kendala guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Metode inkuiri diterapkan agar peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis yang di dalamnya terdapat indikator-indikator : orientasi pada masalah, belajar meneliti, pemecahan masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah dan menganalisa proses pemecahan masalah melalui pengamatan lingkungan yaitu Kawasan Punclut yang merupakan kawasan yang terletak di Bandung Utara. Kawasan ini merupakan bagian dari cekungan Bandung yang memiliki kondisi alam dan keterkaitan ekosistem yang sangat penting untuk menjadi kawasan hutan lindung, dan sebagai salah satu generator iklim mikro serta entry point bagi penataan kawasan Bandung Utara, dimana indikator yang diteliti adalah vegetasi, kemiringan lereng, pola penggunaan lahan dan kedalaman air tanah (dilihat dari kedalaman sumur gali). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII SMPN 52 Bandung tahun ajaran 2012-2013. Metode penelitian yang dipakai adalah kuasi eksperimen dengan teknik pengumpulan data berupa pedoman observasi di lapangan, observasi di dalam kelas, tes berpikir kritis, dan wawancara kepada guru dan peserta didik. Secara umum hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest berpikir kritis pada kelas yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode ceramah. Hal ini terlihat dari uji t yang menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dengan peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode ceramah adalah berbeda. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dapat meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik. Rekomendasi yang dapat disampaikan : 1) Dibutuhkan kepiawaian guru untuk merancang perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan lingkungan yang berada di sekitar sekolah. 2) Sebelum peserta didik memanfaatkan lingkungan sekitarnya, hendaknya mereka dibekali wawasan keilmuan dan hubungan sosial dengan masyarakat sebagai landasan dasar berpikir kritis.


(10)

A Surrounding Utilization as an IPS Learning Sources To Increase Critical Thinking Ability (Experiment Quasy Study Using Inquiry Method For Student

Participants at SMPN 52 Bandung) (Isye Ramawati, 1102522)

ABSTRACT

Background of this research is problem of teachers in Social Studies learning haven’t been used a surrounding utilization as on IPS learning sources well, therefore a lot of students didn’t know and care their ability for critical thinking is minimum. This research is limited to know the students critical thinking ability for surrounding utilization as an IPS learning sources using inquiry method and neither do that, to know the students responding and the teacher problem for increas critical thinking ability. Through inquiry method is expected the students able for critical thinking which inside obtained some indicators: problem-oriented, learn to research, problem solving, to develop and serve a problem solving result and to analyze problem solving process through surrounding observation process that is Punclut area located at Northern Bandung, This area of Bandung basin having natural condition and very important ecosystem relatedness to be conservation forest area, and as a micro climate generator and also entry point for northern Bandung area arrangement, where researched indicators are vegetation, slope, land using pattern and well water depth (see from well depth). The research subject is student grade VII at SMPN 52 Bandung on academic year 2012-2013. Research method has been used experiment quasy with research instrument like as guide observation , classroom observation, critical thinking test, student and teacher interviews. In generaly, the research result has shown that there is difference between critical thinking pretest and posttest for class which is using surrounding as a learning sources through inquiry method than is not using surrounding as a learn sources through speech method. It has been seen from t test showing that student ability who use surrounding as a learning sources through inquiry method with student who not use surrounding as a learning sources through speech method are differently. It could be conclude that surrounding utilization as a learning sources to increase student critical thinking way. It is recommended: 1) it is needed teacher ability to design learning plan in according to learning purpose and existing school surrounding. 2) Before students are using utilization their surrounding, should be given knowledge insight and social relation with society as a critical thinking basic base. Key words: surrounding utilization, IPS learning source, critical thinking, inquiry method.


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar... 13

2.2. Prinsip Penggunaan Sumber Belajar ... 20

2.3. Jenis Lingkungan Belajar ... 21

2.4. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran IPS ... 24

2.5. Berpikir Kritis... 28

2.6. Metode Inkuiri ... 33

2.7. Metode Ceramah ... 42

2.8. Penelitian yang relevan ... 46

2.9. Kerangka Pemikiran ... 48

2.10. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

3.1. Metoda Penelitian ... 52

3.2. Disain Penelitian ... 52

3.3. Populasi dan Sampel ... 53

3.3.1 Populasi ... 54

3.3.2 Sampel ... 54

3.4. Variabel Penelitian ... 55

3.5. Definisi Operasional ... 56

3.6. Prosedur Penelitian ... 58

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 61


(12)

3.9.1 Uji Validitas ... 64

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 68

3.10. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75

4.1. Deskripsi Umum ... 75

4.1.1 Subjek Penelitian ... 75

4.1.2 Keadaan kelas VII ... 76

4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

4.1.3.1 Deskripsi Kelas Eksperimen... 78

4.1.3.2 Deskripsi Kelas Kontrol ... 82

4.2. Uji Prasyarat Analisis ... 100

4.2.1 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 100

4.2.2 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen... 100

4.2.3 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 101

4.2.4 Uji Homogenitas Kelas Kontrol ... 102

4.3. Uji Hipotesis ... 103

4.3.1 Hasil Pretest dan Posttest Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 103

4.3.2 Hasil pretest dan posttest peserta didik kelas kontrol ... 104

4.3.3 Hasil Pretest-Posttest Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 106

4.3.4 Hasil wawancara peserta didik dan kendala guru dalam pemanfaatan lingkungan sekitar ... 110

4.4. Pembahasan ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1. Kesimpulan ... 122

5.2. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penerapan Metode Inkuiri di Kelas ... 38

Tabel 2.2 Keuntungan dan Kelemahan Metode Ceramah ... 43

Tabel 3.2 Sebaran Populasi Penelitian ... 54

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 55

Tabel 3.4 Klasifikasi Besaran Koefisien Korelasi Validitas ... 66

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Objektif ... 67

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 68

Tabel 3.8 Intrepretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 69

Tabel 3.9 Ringkasan Uji Reliabilitas ... 69

Tabel 3. 10 Kategoti Tingkat Gain ... 70

Tabel 4.1 Komposisi Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 52 Bandung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013 ... 76

Tabel 4.2 Rata-rata Nilai IPS Kelas VII SMPN 52 Bandung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013 ... 77

Tabel 4.3 Data Pretest Kelas Eksperimen ... 78

Tabel 4.4 Data Posttest Kelas Eksperimen ... 80

Tabel 4.5 Gain Skor Hasil Belajar Peserta DidikKelas Eksperimen ... 81

Tabel 4.6 Data Pretest Kelas Kontrol ... 82

Tabel 4.7 Data Posttest Kelas Kontrol ... 84

Tabel 4.8 Gain Skor Hasil Belajar Peserta DidikKelas Kontrol ... 85

Tabel 4.10 Hasil ObservasiKelas Eksperimen Pertemuan 1 ... 95

Tabel 4.12 Hasil Observasikelas kontrol ... 99

Tabel 4.13 Tests of Normality Kelas Eksperimen ... 100

Tabel 4.14 Test of Homogeneity of Variances Kelas Eksperimen ... 101

Tabel 4.15 Tests of Normality Kelas Kontrol ... 102

Tabel 4.16 Test of Homogeneity of Variances Kelas Kontrol ... 102

Tabel 4.17 Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta DidikKelas Eksperimen Paired Samples Statistics ... 103 Tabel 4.18 Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta


(14)

Tabel 4.19 Deskripsi Perubahan Skor Pretest Pada Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 107 Tabel 4.20 Uji-t Perubahan Skor Hasil Belajar Pretest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 107 Tabel 4.21 Deskripsi Perubahan Skor Posttest Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 108 Tabel 4.22 Uji-t Perubahan Skor Hasil BelajarPosttest Kelas Eksperimen


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Alur Kerja Metode Inkuiri ... 37

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran ... 49

Gambar 3.1. Bagan Prosedur dan Alur Penelitian ... 60

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 79

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 81

Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 83


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. LAMPIRAN DATA PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN ... 130 2. LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 140


(17)

BAB I

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hakikat pendidikan adalah untuk mengejar pencapaian kualitas hidup yang tinggi para peserta didiknya. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman mengenai objek-objek tertentu dan spesifik. Melalui pendidikan, peserta didik diharapkan dapat diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu demi tugas-tugas profesional dan kelangsungan hidupnya. Dalam hal ini pendidikan mengarahkan anak pada hal yang bersifat occupation-oriented atau training for life. Pendidikan harus mampu mengembangkan keseluruhan potensi kemanusiaan peserta didik, sehingga anak memiliki kesanggupan untuk hidup di era mendatang yang memiliki kompleksitas permasalahan yang jauh lebih rumit dari saat ini.

Sesuai dengan UUSPN No 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk warga serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab. Pada akhirnya pendidikan adalah upaya untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam tiap individu, keadilan dalam negara, dan kehidupan yang lebih bahagia.

Untuk mewujudkan cita-cita UUSPN, diperlukan kerja keras antar berbagai komponen yang mendukung kegiatan pendidikan, banyak kendala yang dihadapi salah satunya adalah kualitas guru yang masih rendah. Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Menurut data kompas tanggal 3 Juli tahun 2012, dari sisi kualifikasi


(18)

pendidikan hingga saat ini, dari 2,92 juta guru baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang memenuhi syarat sertifikasi, adapun 861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi. Selain jenjang pendidikan yang belum memadai, kompetensi guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang studi, rata-rata tak sampai 50 persen soal yang dapat dikerjakan. Tidak ada guru yang meraih nilai 80. Bahkan, ada guru yang meraih nilai terendah yaitu nilai 1.

Pernyataan di atas merupakan salah satu permasalahan dalam praktik-praktik pendidikan yang mengakibatkan mutu pendidikan di Indonesia menurun. Keberadaan guru sebagai ujung tombak pendidikan, guru sebagai praktisi pendidikan seharusnya memiliki kompetensi dalam menunjukkan keprofesionalannya. Tuntutan guru masa depan hendaknya menjadikan dirinya sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam menempuh pengalaman belajarnya, sehingga peserta didik dapat mengeluarkan seluruh potensinya.

Sebagaimana dikemukakan Asa Hilliard III (Arcaro, 1997:40) bahwa, ”Teachers are the mediators who provide or fail to provide the essential experiences that permit student to release their all potentials”. Karena itu, guru harus menghindari model pendidikan “gaya bank” dimana siswa hanya mampu bergerak dalam tiga hal, yaitu mencatat – menerima – menyimpan. Dalam hal ini, guru hendaknya senantiasa menciptakan atmosfer pembelajaran kreatif, menyenangkan, dan penuh makna (meaningfull learning).

Berdasarkan Permen nomor 22 tahun 2006, mata pelajaran IPS khususnya di Sekolah Menengah Pertama mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan


(19)

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pada kompetensi point 2 yaitu berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, hendaknya peserta didik dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata yang penuh dengan persoalan yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis. Peserta didik dilatih untuk membuat suatu keputusan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan dan kehidupan demokrasi, harus mampu mengelola dirinya sendiri, dan mampu berlaku dan bertindak sebagai anggota masyarakat.

Menurut pendapat Hasan (1996:12), bahwa kemampuan bukan saja berhubungan dengan disiplin sosial tertentu, tetapi juga dapat berupa kemampuan yang bersifat umum dalam menghadapi masalah sehari-hari, seorang peserta didik dalam kenyataan kehidupan sehari-haripun tidak terlepas dari keharusan membuat berbagai macam keputusan.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik yaitu berpikir kritis. Berpikir kritis menurut Dewey (Fisher, 2008 :2) adalah pertimbangan yang aktif, persistent (terus menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.Glaser (Fisher, 2008 : 3) menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai berikut :

a. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang;

b. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan

c. Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Tujuan berpikir kritis menurut Sapriya (2009 :87) ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan


(20)

atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-pertimbangan itu biasanya didukungkriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi, dengan kemampuan berpikir kritis seseorang dapat mengelola, mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya, sehingga dia dapat bertindak benar dan lebih tepat. Berpikir kritis harus terus dikembangkan kepada peserta didik sebagai tujuan utama pendidikan. Dunn and Dunn (Sapriya, 2009:87), membagi berpikir kritis dalam beberapa langkah :

(1) Guru menentukan fokus atau topik pokok bahasan yang dapat mendorong siswa berpikir. (2) Guru mengajukan pertanyaan berikutnya, mengapa ide ini belum diterapkan (hal-hal yang apakah yang menghambat untuk melakukan perbuatan tersebut). (3) Setelah para siswa menjawab pertanyaan ini dan merencanakan membantu siswa berpikir tentang yang mungkin dilakukan dengan mengatasi suatu hambatan, guru bertanya bagaimana cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. (4) Guru meminta siswa agar memberikan alternatif/kemungkinan jawaban-jawaban itu dapat diterapkan terhadap masalah sebelumnya. (5) Siswa diminta untuk mengambil keputusan apakah seharusnya menjadi langkah pertama dalam memecahkan suatu masalah.

Individu yang berfikir kritis biasanya memperlihatkan ciri-ciri seperti dikemukakan Costa (1985 :277), yaitu sebagai berikut :

“Pandai mendeteksi permasalahan, mampu mengidentifikasi perbedaan dan informasi, mengumpulkan data untuk pembuktian, mampu mengidentifikasi, mampu mendaftar alternatif pemecahan masalah dengan masalah lainnya, mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya, mampu menarik kesimpulan yang tersedia yang diperoleh dari lapangan, mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia, mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi dan mampu mengklasifikasikan informasi serta ide”.

Penerapan berpikir kritis dapat diaplikasikan ke dalam pokok-pokok bahasan IPS yang digali dari permasalahan sehari-hari, yang merupakan materi yang baik dan layak untuk didiskusikan di dalam kelas. Persoalan-persoalan dapat dibahas peserta didik dibawah bimbingan guru untuk mengungkapkan penyebab,


(21)

akibat dan bagaimana pemecahannya. Secara krtitis dan tajam, peserta didik dilatih mengidentifikasikan masalahnya, membuat perkiraan tentang relasi berbagai aspek sosial yang merupakan sebab-akibat masalah, mencoba mengumpulkan atau menggali informasi berkenaan dengan masalah tadi, dan akhirnya mereka dilatih menyusun alternatif solusi atau pemecahan masalah tadi.

Pada kenyataannya, selama ini pendidikan IPS banyak mendapatkan hambatan dalam perkembangannya. Berdasarkan pengamatan secara langsung banyak permasalahan yang dihadapi di lapangan, diantaranya kurang berminatnya peserta didik dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial merupakan suatu bukti kemunduran IPS. Berbagai masalah dalam IPS yang dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan sehingga kurang merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dan kurang mampu untuk mengatasi masalah, peserta didik tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran, pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered), penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik, metode pembelajaran yang monoton, guru belum memanfaatkan lingkungan sebagai media serta sumber belajar yang menarik dan hanya buku paket yang dijadikan sumber belajar.

Masalah-masalah tersebut sering terjadi pula dalam proses pembelajaran di SMPN 52 Bandung, dimana antusiasme peserta didik dalam belajar rendah, terlihat dari peserta didik yang kurang bersemangat untuk mengikuti mata pelajaran IPS, sehingga siswa menjadi tidak aktif dan terlihat bosan. Gejala-gejala tersebut ditunjukkan dengan beberapa sikap seperti acuh tak acuh, kurang menyimak materi yang sedang disampaikan dan sering keluar masuk kelas. Dalam hal penyampaian materi, guru yang seringkali melakukan pembelajaran teksbook dan ceramah, sehingga tidak merangsang peserta didik untuk berpikir kritis serta kurang terjalin interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik lainnya. Sikap masa bodoh terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sehingga ketika guru bertanya atau menyuruh peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sedang dibahas, sebagian besar peserta didik bersikap pasif. Bila guru bertanya kadang peserta didik menjawab dengan


(22)

asal, tanpa didukung oleh teori dan argumen yang baik, serta lingkungan belajar yang kaku dan membosankan dalam proses kegiatan pembelajaran.

Ketika pembelajaran berlangsung dan guru memakai metode ekspositori (ceramah) kebanyakan peserta didik kurang aktif, kurang memiliki motivasi dan hasil belajar rata-rata kelasnya kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data buku KTSP dokumen 1 SMPN 52 Bandung, KKM tahun ajaran 2012-2013 mata pelajaran IPS untuk kelas 7 adalah 70, dengan rata-rata nilai UAS semester 1 adalah 60,79 untuk kelas 8 KKM mata pelajaran IPS adalah 73 dengan rata-rata nilai UAS semester 1 adalah 60,40 sedangkan untuk kelas 9 KKM mata pelajaran IPS adalah 73, dengan rata-rata nilai UAS semester 1adalah 60,10. Hal ini memberikan suatu indikasi terhadap suatu masalah yang cukup signifikan yaitu permasalahan yang bermuara pada kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS, yang berimbas pada rendahnya prestasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Selain faktor peserta didik, faktor guru juga memberi kontribusi dalam permasalahan, sebagian besar guru-guru IPS di SMPN 52 Bandung masih menggunakan metode ekspositori atau ceramah, penggunaan alat-alat peraga masih minim dipergunakan dan guru-guru belum memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar secara optimal.

Permasalahan lain yang dialami peserta didik di SMPN 52 Bandung adalah belum terbiasa berpikir secara kritis dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah, dan salah satu cara untuk mengembangkan peserta didik untuk berpikir kritis adalah mengaplikasikan melalui penggunaan berbagai metode dan sumber belajar. Pengertian metode pembelajaran menurut Maryani (2011 : 33), diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan atau maksud. Metode sangat diperlukan oleh guru bukan hanya untuk menyampaikan sejumlah materi, tetapi yang lebih penting agar kompetensi pendidikan dapat dicapai.

Tidak hanya metode pembelajaran , sumber belajar juga sangat berpengaruh penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Salah satu definisi sumber belajar menurut AECT adalah sebagai berikut : “Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh


(23)

siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya” (AECT,1977).

Sumber belajar tersebut dapat dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu pesan (message), orang (people), bahan (equipment), alat (tool and equipment), teknik (technique), dan lingkungan (setting). Pesan adalah segala informasi dalam bentuk ide/gagasan, fakta, data, yang disampaikan kepada peserta didik, biasanya pesan-pesan ini sudah tertuang dalam kurikulum yang berlaku. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pengolah dan penyaji pesan, seperti guru, pembimbing, dan narasumber lain (resource person) yang dilibatkan dalam kegiatan pambelajaran. Bahan berkaitan dengan software atau perangkat lunak yang berisi pesan-pesan pembelajaran, seperti buku teks, modul, majalah, paket belajar, termasuk juga film, program televisi, dan kaset audio. Alat adalah perangkat keras (hard ware) yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran, seperti proyektor OHP, televisi, proyektor slide, slide dan pesawat radio. Teknik adalah prosedur yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar, seperti simulasi, diskusi, demonstrasi, pemecahan masalah. Sumber belajar yang terakhir, yaitu lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajarrnya (AECT,1977).

Ehlirch & Ehlirch dan Holdren (1973 : 4) mengemukakan : “The environment is the unique skin of soil, water, geseous atmosphere, mineral nutrients, and organisms that covers this otherwise undistinguished planet”. Menurut Miller (1985 : 34-35) mengemukakan: “The living things is a nature community are surrounded by an environment concisting of other living plants and animals, called the biotic portion, and nonliving or nonbiotic portion concisting of chemicals and physical factors such as solar energy, temperature, ligh, wind, and water currents”.

Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dimaknai sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar atau di sekeliling siswa (makhluk hidup lain, benda mati, dan budaya manusia) yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar dan pembelajaran secara lebih optimal. Dalam hal ini lingkungan alam sebagai sumber belajar menurut Komalasari (2010:124)mencakup aspek alamiahseperti air, hutan,


(24)

tanah, udara, matahari, batuan, tanah, flora, fauna, sungai, danau dan sebagainya. Pemanfaatan lingkungan alam (fisik)sebagai sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik untuk melakukan kegiatan di luar kelas dan menemukan sebab-sebab sebuah kejadian di sekitarnya, serta mencari hubungan antara fakta-fakta yang ada di lingkungan alam.

Pemanfaatann lingkungan sebagai sumber belajarakan lebih bermakna dan bernilai, karena peserta didik diharapkan lebih memahami peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang dialami peserta didik lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat diperoleh tujuan karena lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari peserta didik, dapat memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh dinding kelas, dan kebenarannya lebih akurat. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan, dan menumbuhkan antusiasme peserta didik untuk lebih giat belajar. Belajar akan lebih bermakna (meaningful learning), sebab peserta didik diharapkan dengan keadaan yang sebenarnya. Aktifitas peserta didik akan lebih meningkat dengan menggunakan wawancara, membuktikan sesuatu, menguji fakta, memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dan lambat laun akan membentuk pribadi para peserta didikuntuk mencintai lingkungan sekitarnya.

Lingkungan alam sekitar baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya dapat digunakan sebagai sumber belajar oleh peserta didik. Dengan demikian, sebetulnya sekolah dan guru tidak sendirian, mereka dapat “berkomunikasi” dengan lingkungan, dan dengan sumber belajar lain. Tugas guru untuk mengungkap, menggali dan memanfaatkan kekayaan alam yang serba melimpah ini untuk menunjang pendidikan. Memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar, memberikan tuntunan dalam mengaitkan antara kurikulum dengan lingkungan sehari-hari, serta memvariasikan metode mengajar agar tidak terjadi kebosanan. Ini penting karena guru berhadapan dengan peserta didik dari berbagai jenis latar belakang, tingkat kemampuan, dan kebutuhan yang


(25)

berbeda satu sama lain. Dalam menggunakan sumber belajar, metode penyampaian dan berbagai pendekatan lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhannya.

Manfaat yang diperoleh dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah: peserta didik dapat melihat secara langsung benda-benda, baik benda mati maupun benda hidup yang berkaitan dengan mata pelajaran di sekolahnya; Peserta didik dapat membuktikan dan menerapkan teori atau konsep yang pernah didapat di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari; Menanamkan sikap untuk mencintai lingkungan sekitar.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar (PBM) dalam pendidikan IPS adalah sangat penting. Selama ini PBM sebagai pelaksanaan kurikulum yang dilakukan di dalam kelas, penyampaian materi ajar hanya tertuju pada hal-hal yang pokok. Sedangkan materi pendidikan IPS tidak hanya yang terdapat dalam kurikulum saja melainkan juga menyangkut materi-materi yang ada di masyarakat dan lingkungannya. Bahkan hakekat pembelajaran pendidikan IPS adalah mengkaji berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat untuk segera dicari pemecahannya (problem solving).Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan IPS tidak bisa dilepaskan. Peserta didik akan kehilangan sesuatu yang bermakna dari proses belajarnya, tanpa dihadapkan pada berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya.

Salah satu strategi mengajar yang tepat dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan metode inkuiri. Penggunaan metode inkuiri sebagai upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan dengan mengacu kepada minat peserta didik dengan mengangkat isu-isu yang sedang hangat di masyarakat dan menciptakan peserta didik berpikir kritis dan sistematis (Wena, 2009:71). Melalui pemusatan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri ini diharapkan siswa dapat meningkat motivasi belajarnya dan lebih berprestasi sehingga mampu memecahkan masalah atau isu-isu yang sedang hangat dalam lingkungan sekolah atau masyarakat secara relevan.


(26)

Penerapan metode inkuiri diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kompetensi dasar peserta didik di dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Alasan rasional penggunaan metode inkuiri adalah bahwa peserta didik akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai suatu bidang ilmu dan akan lebih tertarik terhadap bidang ilmu itu jika mereka dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Investigasi yang dilakukan oleh peserta didik merupakan tulang punggung metode inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep suatu bidang ilmu dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut. (Blosser, 1990).

Latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, makapeneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul, “PEMANFAATAN LINGKUNGAN

SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG)”.

1.2. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka dirumuskan beberapa sub masalah sebagai berikut :

a. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis pada peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen melalui metode inkuiri ? b. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada

kemampuan berpikir kritis peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah?

c. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode


(27)

inkuiri dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode ceramah?

d. Bagaimana respon peserta didik setelah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode inkuiri dan apa saja kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui perbedaan pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode inkuiri.

b. Mengetahui perbedaan pretest dan posttest kemampuan berpikir peserta didik yang tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah.

c. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dengan yang tidak memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan menggunakan metode ceramah?

d. Mengetahui respon peserta didik setelah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode inkuiri dan kendala apa saja yang dihadapi guru dalam meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran IPS, khususnya dalam topik yang membahas siklus hidrologi, sebagai upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kepedulian peserta didik terhadap masalah-masalah lingkungan.


(28)

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran pemenfaatan lingkungan sekitar dengan mempergunakan metode inkuiri. c. Terhadap peserta didik untuk membantu lebih memahami mengenai

kemampuan berpikir kritis dan dapat menumbuhkan kemampuan menemukan masalah, memecahkan masalah, memupuk kerjasama dan mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik.

1.5. Struktur Organisasi Tesis

BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta struktur organisasi tesis.

BAB II: Kajian Pustaka, berisi konsep-konsep atau teori-teori mengenai pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, prinsip penggunaan sumber belajar, jenis lingkungan belajar, tujuan dan hakekat pembelajaran IPS, berpikir kritis, metode inkuiri, metode ceramah, penelitian terdahulu yang relevan serta kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III: Metodologi Penelitian, berisi metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validasi instrumen dan teknik analisa data.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi deskripsi umum mengenai subjek penelitian, keadaan kelas VII dan deskripsi hasil penelitian. Uji prasyarat analisis menguraikan uji normalitas dan homogenitas kelas eksperimen serta uji normalitas dan homogenitas kelas kontrol. Uji hipotesis menguraikan hasil pretest dan posttest peserta didik kelas eksperimen, hasil pretest dan posttest peserta didik kelas kontrol, serta hasil pretest dan posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Yang terakhir adalah pembahasan yang akan menguraikan temuan di dalam penelitian yang dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas pada bab II.


(29)

Bab V: Kesimpulan dan saran,kesimpulan berisi mengenai jawaban pertanyaan penelitian atau rumusan masalah sedangkan saran sebagai follow up untuk pengguna hasil penelitian.


(30)

BAB III

1

METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen.Menurut Samsul (2011:219), metode eksperimen merupakan prosedur statistik yang didesain untuk mengestimasi ukuran (besaran) dan distribusi dampak program atau proyek dengan pengendalian secara statistik pada pengaruh faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil program atau proyek.

Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan satu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Margono (2004:110), mengemukakan bahwa subjek penelitian eksperimen dibagi ke dalam dua kelompok sasaran penelitian. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada satu keadaan yang pengaruhnva dijadikan sebagai suatu pembanding, yang disebut kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenakan perlakuan dengan metode inkuiri, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.

1.2. Disain Penelitian

Disain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent (pretest and posttest control group design), kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksisecara random, kedua kelompok memperoleh pretest dan posttest dan hanya kelompok eksperimen yang menerima perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.1 di halaman berikutnya.


(31)

Tabel 3.1 Disain Penelitian

Grup Pretest Treatment Posttest

A O 1X O 2

O 3O 4 B

Sumber : Sukmadinata (2010:27) Keterangan :

A : Kelompok eksperimen B : Kelompok kontrol

X : Dikenakan treatment atau perlakuan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri : Tidak dikenakan treatment atau perlakuan dengan

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar O1 : Pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen O2 : Posttest (setelah perlakuan dengan memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri) O3 : Pretest (sebelum perlakuan ) pada kelas kontrol

O4 : Posttest (sesudah perlakuan tanpa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar) pada kelas kontrol

Penelitian dilakukan dalam tiga kali pertemuan pembelajaran, dengan satu kali pretest dan satu kali posttest, yang dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012 -2013. Setiap pertemuan menggunakan waktu 2 x 40 menit.

Satu kali pertemuan akan dilaksanakan di luar sekolah melalui pengamatan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar yaitu kawasan Punclut, sedangkan dua kali pertemuan dilaksanakan di dalam kelas untuk mendiskusikan hasil pengamatan lingkungan sebagai sumber belajar.

1.3. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiono (2011:80), “Wilayah generalisasi yang terdiri atasobjek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.


(32)

Sugiyono (2011:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Penggambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample. Tujuan dari pengambilan sampel dengan teknik purposive adalah pengambilan sampel dari populasi yang memiliki kesamaan dengan populasinya atau dapat mewakili populasi (sample representatif).

1.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 52 Bandung tahun pelajaran 2012-2013, yang terdiri dari 10 kelas.

Tabel 3.2

Sebaran Populasi Penelitian

Sumber : Buku KTSP SMPN 52 Bandung

1.3.2 Sampel

Prosedur penggambilan sampel adalah sebagai berikut :

a. Peserta didik kelas 7 terdiri dari 10 kelas yaitu: 7-1, 7-2, 7-3, 7-4, 7-5, 7-6, 7-7, 7-8, 7-9, dan 7-10.

b. Diambil 2 kelas sampel yaitu kelas 7-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas 7-2 sebagai kelas kontrol , pemilihan kedua kelas berdasarkan asumsi:

1. Guru mata pelajaran IPS di kedua kelas itu sama.

Kelas Jumlah siswa

VII – 1 36

VII – 2 36

VII – 3 35

VII – 4 34

VII – 5 36

VII – 6 35

VII – 7 34

VII –8 33

VII – 9 36

VII – 10 36


(33)

2. Jumlah peserta didik pada masing-masing kelas sama, yaitu 36 orang. 3. Kedua kelas tersebut belum mendapatkan materi siklus hidrologi. 4. Kedua kelas mempunyai nilai akademi hampir sama, dengan

rata-ratanilai kelas 60-70 (dilihat dari dokumentasi penilaian guru mata pelajaran yang bersangkutan).

5. Aktivitas kedua kelas mempunyai aktivitas yang menunjukkan sama. 6. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang sama, yakni kurang

dari 70 untuk mata pelajaran IPS.

1.4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pemanfaatan lingkungan sebagai variabel bebasatau independent variable (x), dan kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat atau dependent variable (y). Berikut ini adalah penjelasan variabel beserta indikatornya, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Variabel Konsep teoritis Indikator

Pemanfaatan lingkungan (Kawasan Punclut sebagai daerah catchment area/Daerah

Tangkapan Hujan )

Segala sesuatu yang berada di sekitar yang berbentuk benda hidup maupun yang mati yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

- Vegetasi.

- Pola penggunaan lahan. - Kemiringan lereng

- Kedalaman air tanah (sumur gali)

Berpikir kritis Pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk

memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.

- Fase 1 : orientasi peserta didik pada masalah.

- Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk

belajar/meneliti.

- Fase 3 : pemecahan masalah - Fase 4 : mengembangkan dan

menyajikan hasil pemecahan masalah.


(34)

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

1.5. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan interpretasi, penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini :

1) Pemanfaatan Lingkungan sebagai sumber belajar

Dalam hal ini, penelitian difokuskan dengan memanfaatkan lingkungan alam yang berada di sekitar sekolah yaitu kawasan Punclut. Kawasan Punclut merupakan sebidang lahan di Bandung Utara dengan luas 268 Ha dan merupakan bagian dari Cekungan Bandung yang memiliki kondisi alam dan keterkaitan ekosistem yang sangat penting untuk menjadi kawasan lindung. Kawasan Punclut merupakan bukit tertinggi di Kota Bandung yang memiliki potensi alam untuk menjadi salah satu generator utama iklim mikro Kota Bandung, selain itu penataan di kawasan ini menjadi sangat penting karena akan merupakan entry point bagi penataan Kawasan Bandung Utara secara keseluruhan.

Kawasan Punclut merupakan cacthment area atau daerah tangkapan air hujan, kaitannya dengan penelitian yang menggambil materi kelas 7 semester 2 mengenai siklus hidrologi dan bagiannya, dimana dengan memanfaatkan daerah punclut sebagai cacthment area atau daerah tangkapan hujan, peserta didik dapat lebih memahami siklus hidrologi tidak saja dikaitkan dengan proses-proses hidrologi akan tetapi bisa dilihat dari vegetasi, kemiringan lereng, pola penggunaan lahan dan kedalaman air tanah (sumur gali), sehingga pemanfaatan sumber belajar dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah yaitu kawasan Punclut dapat memberikan wawasan keilmuan peserta didik agar menghargai lingkungan sekitarnya.

2) Berpikir kritis

Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen sehingga pola berfikir ini menghasilkan sesuatu pengertian dan interpretasi tertentu. Tujuan berpikir kritis pada hakikatnya adalah untuk menguji


(35)

suatu pendapat atau ide, termasuk di dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

Melalui berpikir kritis diharapkan peserta didik dapat mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang baru. Pengajaran kemampuan berpikir kritis adakalanya dikaitkan dengan keterampilan berpikir kreatif. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator sekaligus motivator bagi peserta didik, dan mempunyai kewajiban untuk menolong peserta didik mengembangkan kecerdasan dan kemampuan berpikir kritisnya.

Ada beberapa indikator sebagai landasan kemampuan untuk berpikir kritis, seperti yang diungkapkan olehGlaser (1941:6), yaitu sebagai berikut :

a) Mengenal masalah.

b) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu.

c) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. d) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan. e) Memahami dan menggunakan bahasa yang yang tepat, jelas dan khas. f) Menganalisis data.

g) Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

h) Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah.

i) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan.

j) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil.

k) Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang luas.

l) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun batasan indikator yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :

Fase 1 : orientasi siswa pada masalah.

Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk belajar/meneliti. Fase 3 : pemecahan masalah.


(36)

Fase 5 : menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3) Metode Inkuiri

Berdasarkan pendapat Sagala (2004), metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri peserta didik, sehingga dalam proses pembelajaran ini peserta didik lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar ditempatkan sebagai subjek belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh peserta didik. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi peserta didik dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan peserta didik dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Adapun tahap-tahap dalam metode inkuiri; (1) orientasi kasus atau masalah; (2) identifikasi masalah; (3) Penggambilan posisi atau pendapat; (4) menyelidiki cara berpendirian atau pola argumentasi; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah;dan (6) melakukan pengujian asumsi-asumsi terhadap posisi atau pendapatnya.

a) Kelompok eksperimen adalah suatu kelompok yang dikenakan perlakuan, dan dalam hal ini penggunaan pemanfaatan lingkungan sekitar dan metode inkuiri. Peneliti mengambil kelas VII -1 di SMP Negeri 52 sebagai kelompok eksperimen.

b) Kelompok kontrol adalah suatu kelompok pembanding terhadap kelompok eksperimen yang juga mendapat pengamatan dan menggunakan metode ekspositori (ceramah) dalam proses pembelajaran. Kelas yang dijadikan kelompok kontrol adalah kelas VII -2 di SMP Negeri 52 Bandung.


(37)

1.6. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang harus ditempuh yaitu studi pendahuluan, persiapan, pelaksanaan dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.

a) Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran beserta permasalahan-permasalahan dalam proses belajar mengajar di SMPN 52 Bandung. Selain itu dilakukan studi penelitian sebelumnya, studi literatur mengenai pemanfaatan lingkungan sekitar dan kemampuan berpikir kritis melalui metode inkuiri.

b) Tahap Persiapan

Pada tahap ini yang harus dilakukan guru adalah merencanakan pembelajaran dengan menyiapkan silabus, dan RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran) mengenai siklus hidrologi yang di dalamnya memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar mengenai siklus hidrologi dan dampaknya terhadap lingkungan, alokasi waktu, metode pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan yang terakhir sumber belajar yang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah dalam hal ini kawasan Punclut. Kemudian menyusun instrument penelitian yang berkaitan dengan siklus hidrologi dan berpikir kritis dan data obeservasi untuk pengamatan di lapangan yang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah serta lembar pertanyaan untuk peserta didik dan guru pengajar.

c) Tahap Pelaksanaan

Melakukan tes awal (pretest) untuk memperoleh data kemampuan siswa dari masing-masing kelompok baik eksperimen maupun kelas kontrol sebelum di beri perlakuan. Melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode inkuiri untuk


(38)

60

Isye Ramawati, 2014

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan metode kovensional pada kelas kontrol. Melakukan tes akhir (posttest) untuk mengetahui perbedaan cara berpikir kritis peserta didik pada masing-masing kelas setelah mendapatkan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

d) Tahap Analisis dan Penyusunan laporan

Menghitung gain yang dinormalisasi (���� ) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, melakukan uji validitas, melakukan uji realibilitas, melakukan uji Hipotesis, serta melakukan analisis data ,observasi dan wawancara. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013.

Persiapan

- Penyusunan Proposal - Studi Pendahuluan

- Kajian teoritis tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pembelajaran, berpikir kritis dan metode inkuiri

Menyusun rancangan pembelajaran tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri

Penyusunan instrument penelitian

Uji Instrument

Validasi Instrument

Penerapan pembelajaran dengan Pretest


(39)

Gambar 3.1. Bagan Prosedur dan Alur Penelitian

1.7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2009:203), adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan keterangan keberkaitan dengan penelitian sehingga memperoleh data yang diperlukan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran dengan alat pengumpul data berupa test hasil belajar. Dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Kegiatan pendahuluan yang melakukan koordinasi ke sekolah yang di jadikan lokasi penelitian.

b. Persiapan penelitian

1) Telaah terhadap kurikulum pembelajaran IPS kelas VII untuk menentukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan disampaikan

2) Membuat rancangan media pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar

3) Penyusunan instrument penelitian 4) Uji coba instrument penelitian 5) Observasi

6) Wawancara

Analisis Data

Observasi di lapangan dan


(40)

7) Dokumentasi

c. Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada kelas VII d. Melakukan tes awal (pretest) untuk memperoleh data kemampuan peserta

didik dari masing-masing kelompok baik eksperimen maupun kelas kontrol sebelum di beri perlakuan

e. Melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan menggunakan metode kovensional/ceramah pada kelas kontrol.

f. Melakukan tes akhir (postest) untuk mengetahui perbedaan cara berpikir kritis peserta didik pada masing-masing kelas setelah mendapatkan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional/ceramah pada kelas kontrol. g. Pengolahan dan analisis data

h. Penyusunan laporan penelitian

1.8. Instrument Penelitian

Sukardi (2009:75), mengatakan bahwa instrument penelitian dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Adapun instrument yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

a. Tes

Menurut Arikunto (2008: 36), tes merupakan alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang sesuatu dengan cara boleh dikatakan tepat dan cepat. Tes berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda dan uraian. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan guru, yang disusun berdasarkan indikator, standar kompetensi dan kompetensi dasar pada mata pelajaran IPS kelas 7 Semester 2, untuk mengukur sejauh mana peserta didik menguasai materi dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, dan juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.


(41)

b. Lembaran Observasi

Observasi dengan menggunakan format observasi, dimaksudkan untuk melihat keefektifan cara berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran di kelas yang telah disesuaikan dengan langkah-langkah penggunaannya, dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Format observasi dibuat dengan menyesuaikan dengan indikator yang akan diukur melalui rentang 1 sebagai nilai terendah sampai 5 sebagai nilai tertinggi. Format observasi yang dibuat berdasarkan indikator yang dikemukan Glasser (Fisher, 2009: 7),yaitu sebagai berikut :

1) Mengenal masalah

2) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu.

3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. 4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan. 5) Memahami dan menggunakan bahasa yang yang tepat, jelas dan khas. 6) Menganalisis data.

7) Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

8) Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah.

9) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan. 10) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang

ambil.

11) Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang luas.

12) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun batasan indikator yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :

Fase 1 : orientasi siswa pada masalah.

Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk belajar/meneliti. Fase 3 : pemecahan masalah.

Fase 4 : mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah. Fase 5 : menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Untuk di lapangan dipergunakan format observasi lapangan untuk mengamati lingkungan di sekitar sekolah, dibuat berdasarkan indikator-indikator


(42)

dalam pemanfaatan lingkungan. Data observasi lapangan berisi 4 kriteria yang mendukung kawasan Punclut sebagai daerah tabngkapan air hujan (cacthment area), yaitu sebagai berikut :

1. Vegetasi (banyaknya vegetasi dan jenis vegetasi yang tumbuh di kawasan Punclut akan mempengaruhi resapan air hujan (infiltrasi), yang merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi.

2. Pola penggunaan lahan (dilihat secara umum penggunaan lahan di sekitar kawasan Punclut, dipergunakan untuk kebun, tegalan, pemukiman atau dibiarkan begitu saja sehingga ada kaitannya dengan resapan air hujan).

3. Kemiringan lereng(dilihat secara visual, kemiringan lereng antara 150-450, semakin miring lereng semakin cepat aliran air hujan yang jatuh apalagi bila diatas lereng dipenuhi dengan pemukiman dan tidak bervegetasi).

4. Kedalaman air tanah (dalam hal ini tolok ukurnya adalah kedalaman air sumur yang dipergunakan warga sekitar 10 – 20 meter, ini menunjukkan bahwa semakin dangkal kedalaman air sumur maka kandungan air tanah biasanya akan tersedia, disamping itu pembuatan sumur resapan di pemukiman penduduk membantu juga untuk memelihara ketersediaan cadangan air tanah).

c. Pedoman wawancara

Menurut Arikunto (2008:37), wawancara adalah metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Pedoman wawancara dilakukan dalam penelitian dengan dua orang peserta didik kelas eksperimen dan dua orang guru IPS di sekolah tempat penelitian. Pedoman wawancara dengan peserta didik digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai perasaan dan sikap peserta didik kelompok eksperimen terhadap pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Sedangkan wawancara dengan guru digunakan untuk memgetahui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar apakah sudah diaplikasikan


(43)

kepada kegiatan belajar mengajar,selain itu kendala-kendala, pendapat dan saran mengenai pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dengan menggunakan metode inkuiri.

1.9. Validasi Instrumen

1.9.1 Uji Validitas

Validasi berkenaan dengan tingkat kesahihan suatu instrument sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2008:72). Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunujukkan apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen ukur tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan pengukuran tersebut. Jika peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian, maka butir-butir yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat ukur yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.

Uji coba untuk mengetahui validitas instrumen dianalisis dengan menggunakan metoda korelasi product moment, dengan formulasi berikut ini:

 

 

Y 2 2 2 2                   

NY

N X X N Y X XY rxy

(Sumber: Arikunto, 2002:124)

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y


(44)

Y : Jumlah variabel kedua

XY : Jumlah product moment dari hasil kali kedua variabel X2 : Jumlah variabel pertama yang dikuadratkan

Y2 : Jumlah variabel kedua yang dikuadratkan N : Jumlah responden (populasi yang diteliti)

Uji Validitas, dilakukan dengan tahap-tahap berikut: a. Menentukan hipotesis untuk hasil uji coba

1) Ho = Skor butir indikator berkorelasi positif dengan skor faktor (total) 2) H1 = Skor butir indikator tidak berkorelasi positif dengan skor faktor

(total)

b. Menentukan r tabel dengan tingkat signifikan 5% atau 1%. c. Mencari r hitung

d. Membandingkan r hitung dan r hitung tabel

1) Jika r hitung  r tabel maka H0 diterima dan HI ditolak, artinya skor butir indikator berkorelasi positif dengan skor faktor (total)

2) Jika r hitung  r tabel, maka Ho ditolak dan HI diterima, skor butir indikator tidak berkorelasi positif dengan skor faktor (total)

e. Mengambil keputusan, yakni sebagai berikut :

1) Jika r hitung positif dan  r tabel, maka butir tersebut valid.

2) Jika r hitung negatif dan atau  r tabel, maka butir tersebut tidak valid.

Tabel 3.4

Klasifikasi Besaran Koefisien Korelasi Validitas

Besarnya Nilai Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup


(45)

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah Sumber: Arikunto (2002:245)

Berdasarkan jumlah soal yang diuji sebanyak 25 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) N= 36, maka didapat nilai rtabel sebesar 0,329.Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software komputer SPSS.16 menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan dengan rtabel yang bernilai 0,329. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.


(46)

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Objektif

No Butir Soal rhitung rtabel Keterangan

1 1 1,000 0,329 Valid

2 2 0,886 0,329 Valid

3 3 0,398 0,329 Valid

4 4 1,000 0,329 Valid

5 5 0,886 0,329 Valid

6 6 0,398 0,329 Valid

7 7 0,398 0,329 Valid

8 8 1,000 0,329 Valid

9 9 0,398 0,329 Valid

10 10 0,416 0,329 Valid

11 11 0,944 0,329 Valid

12 12 0,371 0,329 Valid

13 13 0,398 0,329 Valid

14 14 0,886 0,329 Valid

15 15 1,000 0,329 Valid

16 16 0,398 0,329 Valid

17 17 0,398 0,329 Valid

18 18 0,398 0,329 Valid

19 19 0,329 0,329 Valid

20 20 0,329 0,329 Valid

21 21 0,398 0,329 Valid

22 22 0,886 0,329 Valid

23 23 0,398 0,329 Valid

24 24 0,329 0,329 Valid

25 25 0,329 0,329 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uraian

No Butir Soal rhitung rtabel Keterangan

1 1 1,000 0,329 Valid

2 2 0,467 0,329 Valid

3 3 0,748 0,329 Valid

4 4 0,408 0,329 Valid

5 5 0,469 0,329 Valid


(47)

1.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah menunjukan suatu pengertian bahwa suatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukan tingkat keterandalan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006:247). Pengujian reliabilitas instrumen dengan rentang skor antara 1-5 menggunakan rumus Cronbach alpha, yaitu sebagai berikut :

r

             

2

2 11 1 1 t b k k   Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

2 t

= Varians total

2

b

 = Jumlah varian butir

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrumen diketahui bahwa semua butir soal reliabel, hal ini disebabkan nilai rhitung lebih besar dibandingkan dengan nilai rtabel yang bernilai 0,329. Agar lebih terperinci dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel Rhitung Rtabel Keterangan

1. Tes Objektif 0.960 0.329 Reliabel

2. Tes Uraian 0.874 0.329 Reliabel


(48)

Untuk koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Ruseffendi, 2005:160), seperti pada tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Intrepretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90 < 11 < 1,00 Sangat tinggi 0,70 < 11 < 0,90 Tinggi 0,40 < 11 < 0,70 Cukup 0,20 < 11 < 0,40 Rendah

11 < 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas melalui bantuan SPSS versi 16, diperoleh hasil seperti yang terlihat pada tabel 3.9 berikut :

Tabel 3.9

Ringkasan Uji Reliabilitas

No Jenis Soal Cronbach’s Alpha N of items

1 Pilihan Ganda .960 25

2 Uraian .874 5

Sumber : Hasil pengolahan data 2013

Dari tabel di atas terlihat nilai cronbach’s alpha sebesar 0,960 dan 0,874, maka dapat disimpulkan data mempunyai reliabilitas yang baik, karena nilai tersebut lebih besar dari 0,7.

1.10. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, dilakukan pengolahan data terhadap skor posttest, dan nilai hasil dari observasi selama tiga kali pertemuan. Pengolahan data terhadap skor posttest dimaksudkan umtuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dari hasil analisis posttest, dan analisis hasil observasi dimaksudkan untuk mengamati secara sistematik nilai berpikir kritis siswa dalam setiap pertemuan saat pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam mengolah data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.


(49)

a. Penskoran

Untuk soal pilihan ganda penskoran dengan nilai 1 untuk yang benar, dan untuk soal uraian dilakukan dengan menggunakan skala 1- 5. Skor setiap peserta didik ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar yang diperoleh oleh setiap peserta didik yang sudah ditentukan pada kisi-kisi instrument penelitian.

b. Uji hipotesis

Untuk menguji tingkat signifikasi perbandingan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan menggunakan uji t. Sebelum uji t dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Untuk memudahkan analisis data dipergunakan bantuan program SPSS. Kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis dari uji statistik yang dilakukan salah satunya dengan melihat tingkat signifikasinya, sedangkan untuk mengukur tingkat perubahan cara berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan uji gain. Perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-gain) dengan rumus Hake :

� = � – � � � �� − � � Keterangan :

Spost : Skor tes akhir Spre : Skor tes awal Smaks : Skor maksimal

Kriteria tingkat gain adalah sebagai berikut : Tabel 3. 10 Kategoti Tingkat Gain

Batasan Kategori

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g < 0,70 Sedang


(50)

(51)

c. Analisis Hasil Observasi

Analisis hasil observasi terbagi menjadi dua yaitu; (1) analisis hasil observasi lapangan, dengan gabungan bentuk pilihan ganda dan pertanyaan terbuka, dan (2) hasil observasi terstrukturdi kelas mengenai kemampuanberpikir kritis dalam setiap pertemuan pada pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar melalui metode inkuiri. Hasil observasi baik di dalam dan di luar kelas dengan mempergunakan statistik deskriptif yang menurut Sugiyono (2011: 147) , yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, sedangkan wawancara menggunakan pedoman wawancara dengan gabunganbentuk pilihan ganda dan tidak berstruktur. Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang orang lain. Orang-orang yang diwawancarai adalah beberapa peserta didik, teman sejawat, kepala sekolah, dan lain-lain (Hopkins 1993). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang pendapat peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitardan kendala yang dihadapi guru dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini terhadap guru mitra dan beberapa orang peserta didik.

Analisis hasil wawancara terbagi ke dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut :

1) Reduksi Data

Menurut Miles and Huberman (1994:10), reduksi data mengacu pada proses pemilihan, fokus, menyederhanakan, abstrak, dan transformasi data yang muncul dalam tulisan catatan lapangan atau transkripsi. Reduksi data terjadi terus-menerus sepanjang penelitian.

Sebagai hasil pengumpulan data, episode lebih lanjut dari reduksi data terjadi (menulis, ringkasan, koding, menggoda keluar tema, membuat cluster, membuat partisi,menulis memo). Pengurangan data/proses transformasi berlanjut selama di lapangan, sampai laporan akhir selesai.


(1)

123 Isye Ramawati, 2014

1.2.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dapat dikemukakan beberapa saran berkaitan dengan pelaksanaan pemanfataan lingkungan sebagai sumber belajar.

1. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan materi yang akan diberikan kepada peserta didik.

2. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri dapat membantu mengembangkan daya nalar dan cara berpikir kritis peserta didik, karena mereka dihadapkan pada permasalahan langsung di lapangan sehingga dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang menyenangkan.

3. Agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, dibutuhkan kepiawaian guru untuk dapat merancang perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dengan banyaknya kendala-kendala yang dihadapi, seorang guru harus berusaha meningkatkan wawasan keilmuan dan pengetahuan serta keterampilan sehingga pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat benar-benar diaplikasikan dengan baik dalam proses pembelajaran.

4. Hendaknya peserta didik disiapkan untuk menambah wawasan keilmuan dengan banyak membaca buku sumber, literatur yang mendukung sebagai dasar berpikir kritis, dan di dalam metode inkuiri keterlibatan aktif peserta didik merupakan suatu keharusan, melalui diskusi peserta didik belajar untuk berkomunikasi dengan peserta didik lainnya dalam kelompok sehingga nantinya pesereta didik diharapkan mampu mengungkapkan, memahami dan memecahkan masalah yang ada di sekelilingnya.


(2)

124

5. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan perbandingan dengan model pembelajaran yang berbeda, yang berkaitan dengan peningkatan berpikir kritis pada peserta didik serta dapat diimplementasikan pada kurikulum 2013.

6. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran antara kepala sekolah dan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekitar untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS. Selain itu hasil penelitian ini menjadi masukkan bagi sekolah untuk lebih mengiatkan penelitian-penelitian sejenis, khususnya penelitian di dalam kelas sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan profesional dan kompetensi guru.


(3)

Isye Ramawati, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Al-Muchtar, Suarma. (2005). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung : PPS UPI. Arcaro, J.S. (1997). Quality In Education, an Implementation Handbook. New

Delhi: Vanity Books International.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Batuah, Sjafi R (penterjemah). (1956). Saran-saran Tentang Pengajaran Ilmu

Bumi. Jakarta : Balai Pustaka.

Beyer, B.K. (1985), Practical Strategies For The Direct Teaching Of Thinking Skills, dalam Costa, A.L, (1985). Developing minds: a resource book for teacher thinking. Virginia, USA: ASCD.

Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. (1990). Selecting Procedures for Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED325303) Budiningsih, Asri, C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka

Cipta.

Chances, P. (1986). Thinking in The Classroom ( A Survey of Programs). New York: Teachers College Columbia University.

Creswell, John W. (2012). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif,dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional, (2007). Kebijakan Kurikulum IPS. Jakarta : Balitbang Kurikulum.

Ennis, R.H. (1985). Goals For A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A Resource Book For teaching Thinking. Virginia: Association for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).

Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Gage, N.L. & Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company.

Gagne, Ellen, D. (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company.


(4)

Garton, Janetta. (2005). Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy.

Hadi, Samsul. (2011). Metode Riset Evaluasi. Yogyakarta : Lakbang Grafika. Haury, L. David. (1993). Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH:

ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048)

Huitt, W. (1997). Socioemotional development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.

Joyce, Bruce. (2009). Models Of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Konstektual (Konsep dan Aplikasi). Bandung: PT Refika Aditama.

Majid, Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran:Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Maryani, Enok. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Muchyidin, Ase. ( 1997). Perpustakaan Sebagai Laboratorium. Bandung: FIP IKIP.

Roestiyah, N. (1991). Srategi Belajar Mengajar, Bandung: Rineka Cipta. Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani, Ahmad. (2004). Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sagala, Syaiful. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Semiawan, Conny dkk. (1989). Pendekatan Keterampilan Proses:Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : PT Gramedia.

Soemartono, G. (1991). Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Soerjani, Moh :Ahmad, Rofig ; dan Munir Rozt. (1987). Lingkungan, Sumberdaya alam dan kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta : UI Press.


(5)

Isye Ramawati, 2014

Sudjana, Nana; Rivai, Ahmad. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algensindo.

Sudjana, Nana; Rivai, Ahmad. (2011). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (1999). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Sulaiman, Amir Hamzah. (1981). Media Audio Visual:Untuk Pengajaran Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta : PT Gramedia.

Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar: Dasar dan teknik Metodologi Pengajaran. Bandung : Tarsito.

Sumatmadja, Nursid. (1984). Metodologi Pengajaran IPS. Bandung: Alumni. Sumaatmadja, Nursid. (1998). Studi Lingkungan Hidup. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja, Nursid. (2010). Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya Dan Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Bahan Ajar IPS SMP/MTs. Bandung: tidak diterbikan.

Walker, Paul & Finney, Nicholas. (1999). Skill Development and Critical Thinking in Higher Education, (Higher Education Researct and Development Unit). London: University College: London

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:Bumi Aksara.

Wortman, Camille., Loftus, Elizabeth. & Weaver, Charles.( 2004). Psychology,

5th Ed. Boston, McGraw-Hill


(6)

Ennis, R.H. (1962). A Concept of Critical Thinking. Harvard Educational Review. Volume 32 (1).

Mortes. (1991). Thinking and Writing, Middle School Journal 22.

Sumber Karya Ilmiah :

Istianti, Tuti. (2004). Peningkatan Pembelajaran Pendidikan IPS Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Maksum, Arifin. (2007). Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suhud, Ahmad. (2006). Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Dalam pembelajaran Pendidikan IPS Geografi di SMP (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ernata. (2011). Penggunaan Strategi Bertanya Guru Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Marsudi. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Lingkungan Terhadap Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi kelas IX SMA Negeri I Lembang (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumber Internet :

Leonard, Nancy, H., Beauvais, Laura Lynn., & Scholl Richard, W. (1995). “A Self Concept-Based Model of Work Motivation”. In The Annual Meeting of the

Academy of Management (URL: http://chiron.valdosta.edu/wh…).

Sudrajat, Ahmad. (2008). Definisi Model, Pendekatan, Metode, Strategi, Teknik. Dapat diakses melalui http://www.google.com search defenisi pembelajaran.[online].


Dokumen yang terkait

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

0 9 56

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 6 Kota Cirebon.

0 2 63

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MATERI AJAR IPS : Studi Eksperimen Kuasi di SD Plus Al-Ghifari Kota Bandung.

0 2 9

Penerapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kraetif Peserta Didik : Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung.

0 0 56

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 6 Kota Cirebon.

1 3 63

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK.

0 2 45

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR PESERTA DIDIK : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung.

11 40 59

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIKPROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK: Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung T

0 4 52