PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK.

(1)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS PESERTA DIDIK

(Ekperimen Kuasi pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial

Disusun oleh :

Titin Hayati 1103972

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

ii

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,


(3)

iii

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Oleh Titin Hayati NIM. 1103972

Disetujui dan Disahkan oleh

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Disman, M.S. NIP. 195902091984121001

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Johar Permana, M.A. NIP: 195908141985031004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar SPS UPI

Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd NIP. 196510011998022001


(4)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

ABSTRAK

Titin Hayati (2014), Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Penelitian ini menerapkan metode pembelajaran inkuiri (variabel bebas) pada peserta didik kelas lima (V) SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis (variabel terikat) pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode eksperimen kuasi dan desain Nonequivalent (Pretest dan Posttest) Control Grup Design. Lokasi penelitian di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung, dengan jumlah sampel sebanyak 36 siswa untuk kelas eksperimen dan 36 siswa untuk kelas kontrol. Hasil temuan pertama, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang signifikan pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) dalam pembelajaran IPS. Kedua, tidak terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang signifikan pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) dalam pembelajaran IPS. Ketiga, terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang signifikan dalam pembelajaran IPS antara yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri dengan yang menerapkan metode konvensional. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : metode pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS kelas IV di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung di bandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Rekomendasi dalam penelitian ini diharapkan metode pembelajaran inkuiri dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengembangkan metode pembelajaran di kelas dan sekolah, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Kata Kunci : Pengaruh, Metode Pembelajaran Inkuiri, Konvensional, Berpikir Kritis.


(5)

ii

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

ABSTRACT

Titin Hayati, Effect of Application of Inquiry Learning Method to Enhance Critical Thinking Ability of Students

This research applies the method of inquiry learning (independent variable) on the fifth-grade students (V) Elementary School Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung to improve critical thinking skills (dependent variable) in social studies. This study uses a quantitative approach, the quasi-experimental methods and design Nonequivalent (pretest and posttest) Control Group Design. Location of the study in the Elementary School Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung, with a sample size of 36 students to a class of 36 students for the experimental and control classes. The first results, an increase in critical thinking skills of learners significant experimental class that implements the methods of inquiry learning in the initial measurement (pretest) and final measurement (posttest) in social studies learning. Secondly, there was no increase critical thinking skills students significant control class that implements the conventional method in the initial measurement (pretest) and final measurement (posttest) in social studies learning. Third, there are differences in the ability of students to think critically significant in IPS between the use of learning methods that implement inquiry learning with the conventional method. The conclusions of this research are: methods of inquiry learning can improve students' critical thinking skills in the fourth grade social studies lesson in Elementary School Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung compared with conventional learning method. Recommendation in this research is expected to inquiry learning methods can be used as an alternative in developing teaching methods in the classroom and school, as well as enhance the critical thinking skills of learners.

Keywords : Effects , Methods of Inquiry Learning , Conventional , Critical Thinking .


(6)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR BAGAN ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Definisi Operasional ... 9

1.Metode Pembelajaran Inkuiri ………. ... 9

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Hakekat Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ... 12

1. Konsep Dasar IPS ... 12

2. Hakikat IPS sebagai Program Pendidikan ... 16

3. Definisi Pendidikan IPS ... 18

4. Tujuan Pendidikan IPS ... 20

5. Dimensi Pendidikan IPS ... 23

6. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 27

7. Model Pembelajaran IPS di SD ... 33

B. Teori belajar ... 33

1. Teori Belajar Menurut Brunner ... 33

2. Teori Belajar Menurut Piaget ... 36

3. Teori Belajar Menurut Vygotsky ... 39

C. Metode Pembelajaran Inkuiri ... 43

1. Pengertian Pembelajaran Inkuiri ... 43

2. Tujuan Metode Pembelajaran Inkuiri ... 45

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inkuiri ... 46

4. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Inkuiri ... 47

5. Macam-macam Metode Pembelajaran Inkuiri ... 48

6. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri ... 49

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 53

1. Pengertian Berpikir Kritis ... 53

2. Cara meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... 56

3. Ciri-ciri Berpikir Kritis ... 57

4. Teori Kognitif ... 59

E. Penelitian yang Relevan ... 62


(7)

ii

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 64

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 66

1. Populasi Penelitian ... 66

2. Sampel Penelitian ... 66

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 67

1. Teknik Pengumpulan Data ... 67

2. Teknik Pengolahan Data ... 68

D. Instrumen Penelitian ... 69

1. Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 69

2. Instrumen Tes ... 70

3. Pedoman Observasi ... 70

E. Pengujian Instrumen Penelitian ... 71

1. Pengujian Validasi Tes ... 71

2. Pengujian Reliabilitas ... 73

3. Indeks Kesukaran ... 75

4. Daya Pembeda ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79

1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Kelas Eksperimen yang Menerapkan Metode Pembelajaran Inkuiri ... 79

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Kelas Kontrol yang Menerapkan Metode Pembelajaran Konvensional ... 81

3. Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 82

4. Uji Normalitas Data ... 84

B. Pengujian Hipotesis ... 85

1. Pengujian Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 85

2. Pengujian Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Siswa Kelas Kontrol ... 86

3. Pengujian Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 88

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

1. Pembahasan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen ... 90

2. Pembahasan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Kelas Kontrol ... 93

3. Pembahasan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... 96


(8)

iii

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(9)

iv

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Perkembangan Berpikir menurut Bruner ... 36

2.2 Contoh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Menurut asasdaW. Bechtal ... 51

2.3 Ketrampilan Berpikir Kritis dan Perinciannya ... 55

3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.2 Hasil Uji Validitas Alat Pengumpul Data ... 72

4.1 Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas aaaaaaEksperimen ... 79

4.2 Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas aaaaaaEksperimen ... 81

4.3 Pemahaman Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Gain Kelas asasas Kontrol –Gain Kelas Eksperimen ... 83

4.4 Ringkasan Uji Normalitas Data ... 84

4.5 Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas csasas Eksperimen ... 86

4.6 Hasil Paired-Samples T Test Kemampuan Berpikir Kritis Peserta csasas Didik Eksperimen ... 86

4.7 Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik csasas Kelas Kontrol ... 87

4.8 Hasil Paired-Samples T Test Kemampuan Berpikir Kritis Peserta csasas Didik Kelas Kontrol ... 87

4.9 Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik .... 89

4.10 Hasil Independent-Samples T Test Kemampuan Berpikir Kritis csasas Peserta Didik ... 89


(10)

v

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Struktur Kompetensi IPS SD menurut Kurikulum 2013 ... 3

2.1 Tujuan Pembelajaran Ranah Kognitif Revisi Anderson dan asdsasad csasas Krathwohl ... 60

3.1 Paradigma penelitian Nonequivalent Control Group Design ... 65

3.2 Rumus Realibilitas teknik Spearman-Brown ... 71


(11)

vi

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

DAFTAR BAGAN

Bagan


(12)

vii

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis

aaaaaaaa Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 80 4.2 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis

aaaaaaaa Peserta Didik Kelas Kontrol ... 82 4.3 Rata-Rata Gain Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

asasasasa Kelas Kontrol – Kelas Eksperimen ... 83 4.4 Rata-Rata Pretes dan Postes Tes Uraian Kemampuan Berpikir asasasasa Kritis Peserta Didik pada Kelas Eksperimen ... 91

4.5 Rata-Rata Pretes dan Postes Tes Uraian Kemampuan Berpikir

asasasasa Kritis Peserta Didik pada Kelas Eksperimen ... 94

4.6 Rata-Rata Gain Tes Uraian Kemampuan Berpikir Kritis Peserta


(13)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan secara historis telah ikut menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan juga merupakan variabel yang tidak dapat diabaikan dalam mentransformasi ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai akhlak. Hal tersebut sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003:5).

Suatu keniscayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa melibatkan institusi pendidikan dan lebih khusus pembelajaran. Banyak mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah, salah satunya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi, di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi bahwa mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.


(14)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Farisi (2013:6) terdapat perbedaan antara KTSP dengan kurikulum 2013 yaitu : “pada kelas-kelas rendah (kelas 1-3) status IPS di SD tidak lagi sebagai mata pelajaran yang ”berdiri-sendiri” atau ”otonom” menggunakan label ”mata pelajaran IPS”. Label IPS sebagai mata pelajaran, hanya digunakan di kelas-kelas tinggi (kelas 4-6)”. Namun demikian, baik di kelas-kelas rendah/tinggi, konten maupun kompetensi IPS SD pun tidak dikembangkan secara spesifik untuk tujuan kurikuler IPS atau tujuan-tujuan keilmuan (ilmu-ilmu sosial) yang selama ini telah menjadi sumbernya. Konten IPS SD juga tidak lagi memiliki kaitan struktural-fungsional dengan disiplin ilmu-ilmu sosial, kecuali sebagai kesatuan atau keutuhan tematik dalam rangka pembentukan KI dan KD.

Di kelas-kelas rendah, konten IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seperti PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Seni Budaya, dan di kelas-kelas tinggi, barulah konten IPS tetap terintegrasi secara utuh di dalam mata pelajaran IPS. Namun demikian, di dua jenjang SD tersebut, fungsi IPS berubah. IPS tidak lagi sebagai “sumber konten”, melainkan sebagai ”pengorganisasi konten”, baik dalam bentuk “tema” atau ”kompetensi”. Tema memiliki peran sentral di dalam proses integrasi konten kurikuler. Tema memberikan makna kepada setiap konten yang diintegrasikan, sehingga peserta didik mampu mempelajarinya secara lebih bermakna, karena kontens terkait secara langsung dengan kehidupan nyata. Sementara kompetensi IPS memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya.

Berdasarkan model pengembangan KI dan KD seperti dikemukakan di atas, maka kompetensi-kompetensi IPS di dalam kurikulum SD 2013


(15)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

diorganisasi secara berbeda antara “kelas rendah” (kelas I—III), dan ”kelas tinggi” (kelas IV—VI). Di kelas-kelas rendah, kompetensi-kompetensi IPS diorganisasi ”terintegrasi” ke dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Sementara, di kelas-kelas tinggi, kompetensi-kompetensi IPS diintegrasikan ke dalam berbagai tema seperti gambar dibawah ini :

Gambar 1.1 Struktur Kompetensi IPS SD menurut Kurikulum 2013 (Sumber : Farisi, 2013: 8)

Menyadari pentingnya mata pelajaran IPS dalam kehidupan berbangsa, maka berbagai upaya yang mendukung pembelajaran telah dilakukan, baik oleh pendidikan formal maupun non-formal. Upaya tersebut seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan mutu guru, dan sarana prasarana pendidikan. Perbaikan tersebut masih dalam cakupan eksternal peserta didik, dalam hal ini peserta didik dipersepsi sebagai unsur yang harus dilayani. Idealnya, peserta didik perlu dilihat sebagai unit yang mengandung potensi, yang meliputi pengetahuan, nilai sikap dan dorongan. Menurut Ramainas (Victoria, 2010: 3) upaya guru dalam posisi ini adalah mengaktifkan potensi itu sehingga peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran.


(16)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Pengalaman guru dalam proses pembelajaran, umumnya masih merasakan bahwa produk/proses pembelajaran di bawah harapan. Hasil belajar umumnya masih rendah, perilaku-perilaku peserta didik yang tidak mendukung hasil belajar, seperti : malas, kurang perhatian, kurang motivasi belajar dan tidak disiplin masih banyak di temukan. Suryabrata (Victoria, 2010: 3) mengungkapkan rendahnya hasil belajar disebabkan oleh dua faktor, yakni : (1) faktor dari luar diri peserta didik (external), terdiri atas faktor- faktor sosial dan non-sosial, seperti kualifikasi guru, metode, media, peralatan dan evaluasi; (2) faktor dari dalam diri peserta didik (internal), terdiri atas faktor-faktor fisiologis dan psikologis, seperti intelegensi, minat, bakat, motivasi, persepsi, dan cara belajar.

Berbagai penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut disinyalir timbul dari sistem pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan. Penyebab utama keberhasilan sekaligus ketidakberhasilan suatu proses pembelajaran dalam suatu pendidikan adalah kemampuan guru menerapkan metode pembelajaran yang sesuai. Penerapan metode pembelajaran yang sesuai, diharapkan mampu mengatasi atau menyiasati berbagai hambatan dan keterbatasan baik itu sarana maupun fasilitas kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Berdasarkan temuan Depdiknas (Sudrajat, 2010) tentang permasalahan pembelajaran IPS, menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Hal ini dikarenakan terjadi kebosanan pada siswa saat pembelajaran berlangsung, lemahnya motivasi belajar siswa, rendahnya tingkat partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, iklim pembelajaran masih bersifat teacher centered. Hal tersebut disebabkan karena strategi yang digunakan lebih banyak ceramah, guru kurang kreatif dalam menggunakan strategi pembelajaran yang ada.

Lalu bagaimana menyikapi agar peserta didik mau dan menyukai untuk mempelajari IPS? Apakah model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar sangat monoton? Pembelajaran lebih didominasi oleh guru (theacher centered), sehingga membosankan. Padahal melihat dari ruang lingkup dan tujuan dipelajarinya IPS sangatlah penting, tinggal persoalannya


(17)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

bagaimana guru yang bersangkutan dalam menyajikan pelajaran IPS yang menarik dan menyenangkan di kelas.

Mengingat kebutuhan tersebut penting dalam pembelajaran IPS, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah pengembangan dimensi kemampuan khususnya mengenai kemampuan berpikir kritis telah disentuh dan dikembangkan dalam pembelajaran IPS di SD. Untuk keperluan data awal, peneliti telah melakukan observasi ke sekolah yang hendak dijadikan lokasi penelitian. Adapun sekolah yang di pilih ialah SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

Berdasarkan temuan observasi awal, diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran belum mencerminkan tuntutan dan harapan sebagaimana tujuan kurikulum dalam mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Hal tersebut ditunjukan antara lain :

1. Pembelajaran IPS masih bersifat teacher centered, dimana dalam pembelajaran guru masih mendominasi, dengan metode ceramah dan tanya jawab, bahkan hanya cenderung pada pemindahan pengetahuan saja dari guru ke siswa (transfer of knowledge) sementara siswa lebih banyak pasif, hal ini menyebabkab dalam pembelajaran kurang terbuka dalam memotivasi siswa untuk berinovasi sesuai tuntutan kurikulum.

2. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual) baik menggunakan modul atau soal dari guru.

3. Guru hanya memberikan tumpukan informasi kepada siswa, terkait dengan pokok bahasan yang diajarkan sampai saatnya diperlukan, dan lebih menekankan pada aspek hapalan, kurang mengembangkan aspek lainnya seperti keterampilan berfikir, menganalisa, dan bekerjasama, serta pembelajaran hanya terjadi dalam kelas.

4. Penilaian yang dikembangkan oleh guru lebih banyak berorientasi pada aplikasi tes formal dengan konsentrasi pengukuran hanya pada aspek kognitif saja, sehingga siswa hanya dituntut untuk menghafal.

5. Pembelajaran belum mampu menggali dan mengembangkan potensi dasar siswa yang meliputi rasa ingin tahu (sense of curiosity), rasa ingin melihat kenyataan (sense of reality), rasa


(18)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

ingin mencari (sense of inquiry), rasa ingin menemukan (sense of discovery).

Kendala-kendala dalam praktek pembelajaran IPS tersebut di atas, pada gilirannya berdampak terhadap rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini ditunjukan dengan perolehan nilai rata-rata mata pelajaran IPS yang masih di bawah SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yaitu sebesar 63,56% dari 70% SKM yang harus dicapai oleh siswa.

Alternatif solusi yang ditawarkan untuk mengatasi persoalan di atas, peneliti memilih metode pembelajaran Inkuiri. Menurut Sari dan Gunansyah (2010: 3) bahwa pemilihan metode pembelajaran ini didasarkan karena Inkuiri mampu mengembangkan keterampilan kognitif khususnya keterampilan berpikir kritis yang diperlukan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan, diantaranya:

(1) dapat memperoleh informasi baru; (2) menganalisis informasi tersebut dan menggunakannya secara efektif; (3) mengajarkan siswa

tentang konsep dan generalisasi sebagai bekal pengetahuan; (4) membantu siswa untuk memahami “belajar bagaimana belajar”

sehingga siswa kelak menjadi seorang pembelajar seumur hidup; dan (5) siswa mampu memperoleh informasi, menginterpretasi dan memanfaatkan informasi tersebut sebagai sesuatu yang penting bagi dirinya.

Senada dengan pendapat di atas menurut Sanjaya (2009: 167) mengemukakan bahwa :

Dalam stertegi inkuiri siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan strategi inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi”.

Menurut Arends (Trianto, 2007: 66) ‘it is strange that we except students to learn yet seldom teach then about learning, we except student to solve problems yet seldom teach then about problem solving”, yang berarti


(19)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah. Ryder (Sanjaya, 2009:131) “menjelaskan pula tentang pentingnya berpikir kritis di dalam aktivitas-aktivitas harian manusia dan menyatakan bahwa hanya pribadi-pribadi yang cakap yang memiliki kemampuan untuk terus berkembang.” Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rustini (2009) terbukti bahwa model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan aktivitas belajar siswa sehingga proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Oleh karena itu pembelajaran IPS dengan menggunakan model inkuiri terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa sekolah dasar. Hasil penelitian Hendarwati (2013) juga membuktikan bahwa (1) aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar mempunyai kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata - rata aktivitas siswa sebesar 3,11. (2) Hasil belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai sig. sebesar 0,000 < 0,05 dan t hitung (6,2650) < ttabel (1,671).

Berdasarkan uraian latar belakang, terlihat jelas tentang pentingnya metode pembelajaran inkuiri dalam suatu proses belajar mengajar, termasuk dalam pembelajaran IPS agar peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode pembelajaran inkuiri, maka penulis bermaksud mengangkat permasalahan tersebut melalui sebuah penelitian yang berjudul : pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.


(20)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang diteliti, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) ?

2. Apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) ?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan metode konvensional ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest). b. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis pada

kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest).

c. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri dengan


(21)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan metode konvensional.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat teoritis bagi para stakeholder untuk dapat memahami dan mengembangkan lebih lanjut metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar baik di dalam kelas maupun luar kelas.

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi guru SD, hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar terutama pada mata pelajaran IPS. b. Bagi Prodi, dapat menjadi referensi/acuan dalam menerapkan

metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPS di perkuliahan maupun pengembangan keilmuan.

c. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pihak-pihak yang terkait dengan bidang pendidikan mengenai peningkatan kualitas pembelajaran IPS di Sekolah Dasar melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan seperti pendapat Tuckman (Victoria, 2010:14) “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukannya oleh orang lain”. Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur variabel yang mendukung masalah penelitian. Jika penelitian itu terdiri dari serangkaian aktifitas operasional, maka penting sekali memberdayakan variabelnya lebih operasional pula.

Ada dua variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu metode pembelajaran inkuiri sebagai variabel bebas (independent) dan


(22)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat (dependent). Adapun definisi operasional masing-masing veriabel tersebut sebagai berikut : 1. Metode Pembelajaran Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar, inkuiri juga menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan, kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami oleh karena itu inkuiri menuntut siswa untuk berfikir.

Metode pembelajaran inkuiri dalam konteks penelitian ini melibatkan siswa dalam kegiatan intelektual, menuntut siswa memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk berpikir analisis, sistematis dan kritis.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Proses pembelajaran hendaknya mampu melatih aspek intelektual, emosional dan keterampilan bagi siswa. Salah satu potensi tersebut adalah kemampuan berpikir kritis yang harus dikembangkan oleh guru pada saat pembelajaran. Menurut Sapriya (2012:87) tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide.

Senada dengan pendapat ahli diatas menurut Rakhmat (2004:79) mengartikan bahwa:


(23)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

“Berpikir kritis adalah keterampilan yang menggunakan proses berpikir dasar untuk menganalisis argument, memunculkan wawasan dan interpretasi ke dalam pola penalaran yang logis, memahami asumsi dan bisa yang mendasari setiap posisi, memberikan model persentasi yang ringkas dan meyakinkan”.

Adapun kemampuan berpikir kritis dalam konteks penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui proses membaca dengan kritis, daya analisis, rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan mampu mengungkapkan pendapatnya secara baik dan benar.

E. Struktur Organisasi Tesis

Laporan hasil penelitian pada penelitian ini disampaikan dalam lima bab sebagai berikut: Bab I, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi tesis. Bab II, terdiri atas landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, dan variabel penelitian. Bab III, terdiri atas uraian mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan tesis. Bagian tersebut meliputi metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data, instrumen penelitian, dan pengujian instrumen penelitian. Bab IV, terdiri atas gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang ditemukan dalam penelitian melalui deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V, terdiri atas penafsiran data dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, saran-saran yang berkaitan dengan hasil analisis penelitian tersebut, serta rekomendasi penelitian ini.


(24)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan penelitian merupakan sarana untuk mencari kebenaran. Pada dasarnya penelitian adalah upaya mengumpulkan data yang akan dianalisis. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inkuiri dibandingkan dengan metode konvensional dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

Mencermati hal di atas maka peneliti memilih untuk menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi. Sukmadinata (2006:207) menjelaskan bahwa eksperimen kuasi bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah murni atau biasa disebut dengan eksperimen semu. Pendekatan kuantitatif yang merupakan suatu strategi yang paling efektif untuk menguji suatu metode pendekatan. Hasil dari kegiatan eksperimen ini tentunya akan terlihat jelas, sehingga variabel-variabel yang diselidiki dapat dimanfaatkan atau malah sebaliknya tidak bermanfaat jika diimplementasikan dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini akan menggunakan Desain Kelompok Kontrol Non-Ekivalen atau Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2006:116). Penelitian ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design. Kelompok eksperimen dan kontrol tidak dipilih secara acak tetapi secara berpasangan.

Paradigma penelitian Nonequivalent Control Group Design adalah seperti gambar berikut ini:


(25)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Gambar 3. 1.

Paradigma penelitian Nonequivalent Control Group Design

Keterangan :

O1 = pretest kel eksperimen

O2 = postest kel eksperimen

O3 = pretest kel kontrol

O4 = posttest kel kontrol

X1 = kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran

asasassainkuiri

X2 = kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran biasa di

zzzzzzzzgunakan oleh guru (conventional)

Model disain penelitian ini akan digunakan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inkuiri dibandingkan dengan metode konvensional dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPS siswa kelas IV di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Sebagai bahan pembanding digunakan kelompok kontrol, sehingga penelitian menggunakan dua kelompok subjek. Eksperimen yang akan dilakukan peneliti melalui beberapa tahap sebagai berikut.

Tahap pertama; peneliti menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen peneliti menggunakan kelas IV A, sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas IV B.

Tahap kedua; peneliti melaksanaan pretes untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik.

Tahap ketiga; dalam eksperimen peneliti melaksanakannya dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri di kelompok eksperimen dan menggunakan metode konvensional pada kelompok kontrol, masing-masing sebanyak tiga kali pertemuan yang diakhiri dengan postes.

Kel eksperimen O1 X1 O2


(26)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Tahap keempat; peneliti membandingkan hasil tes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai observer yaitu mengamati penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPS.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung yang memiliki tiga rombongan belajar pada kelas IV (A, B, dan C). Menurut Arikunto (2008:115) “populasi adalah keseluruhan subjek”. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas IV SD Negeri Gunung Rahayu tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas tiga kelas dengan jumlah siswa 102 orang. 2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2008:117) bahwa “Sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel purposive atau sampel bertujuan.

Penentuan sampel diambil secara purposive sampling (Sugiyono, 2006:124). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada waktu pembagian kelas, sekolah telah mengacak siswa tiap kelas berdasarkan nilai kelas III dengan kategori siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah jumlahnya mendekati sama tiap kelas. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan pertimbangan tertentu oleh guru (Sugiyono, 2006:124).

Dalam penelitian ini sampel terdiri dari dua kelompok seluruh siswa kelas IV A dan IV B SD Negeri Gunung Rahayu tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa masing-masing 36 orang, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing kelompok diberikan pretest (O1 dan O3) untuk mengetahui kemampuan awal dari

kedua kelompok dan homogenitas kemampuan awal siswa, apakah ada perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil


(27)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan nilai kelompok kontrol (Sugiyono, 2006:113). Kelompok eksperimen (X1) diberi perlakuan dengan metode

pembelajaran inkuiri, sedangkan kelompok kontrol (X2) diberi perlakuan

dengan metode konvensional. Setelah kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) diberi perlakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang berbeda dan materi yang sama selama tiga kali pertemuan. Maka pada tahap akhir setiap kelompok akan mendapatkan postest (O2 dan O4)

untuk mendapatkan kemampuan akhir setiap kelompok.

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian (Nazir, 2003:328). Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber data Jenis data Teknik

pengumpulan Instrumen 1 Siswa Keterampilan

berpikir kritis peserta didik sebelum

mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan

Pretest dan posttes

Pilihan

Ganda dan uraian

3 Siswa keterlaksanaan

metode pembelajaran inkuiri dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Observasi Pedoman observasi siswa selama pembelajaran


(28)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam kegiatan penelitian untuk mengaplikasi data dalam bentuk simpulan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan software SPSS, teknik analisis statistika deskriptif, digunakan untuk mengolah data yang berkaitan dengan data tentang penerapan metode pembelajaran inkuiri.

Statistika Inferensial, digunakan untuk pengujian data hasil tes. Dalam hal ini digunakan untuk menguji hasil eksperimen tentang pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Untuk melakukan analisis statistik maka data harus normal, sehingga perlu dilakukan uji normalitas (Santoso, 2012:209).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menunjukkan apakah data yang akan diuji statistik itu membentuk kurva normal. Menurut Santoso (2012:209), ada beberapa cara menguji normalitas, yakni: 1) menggunakan histogram dan stem-left, 2) menggunakan rasio skewness dan kurtosis, dan 3) uji kolmogorov-Smirnov. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan uji kolmogorov-Smirnov karena normalitas data akan langsung terlihat.

b. Uji Homogenitas

Menurut Santoso (2012:120), uji homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah data yang diperoleh berasal dari sampel yang homogen. Analisis yang digunakan dengan melihat pola diagram pencar. Jika diagram pencar membentuk pola tertentu secara teratur maka sebaran data X dan Y tidak homogen, tetapi bila pola yang terbentuk tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas dan di bawah titik nol maka sebaran data homogen. Uji homogenitas digunakan untuk menentukan apakah populasi itu homogen. Hal ini merupakan prasyarat untuk dilakukannya uji hipotesis. Uji


(29)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

homogenitas dapat dilakukan dengan uji lavene statistik pada program SPSS.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata. Jika data berdistribusi normal dan dengan kondisi σ tidak diketahui serta asumsi σ1 dan σ2 adalah sama maka statistik yang

akan digunakan dalam pengujian ini adalah uji t namun jika data berdistribusi tidak normal maka penelitian ini akan menggunakan uji F. Uji perbedaan dua rata rata ini akan dilakukan terhadap rata-rata yang dihasilkan :

1) Antara hasil pretes dan postes pada kelompok eksperimen. 2) Antara hasil pretes dan postes pada kelompok kontrol.

3) Antara gain kelompok eksperimen dan gain kelompok kontrol. Pengujian data melalui uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS.

D. Instrumen Penelitian

Salah satu sarana yang sangat penting untuk mengumpulkan data daam penelitian adalah instrumen. Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah rencana pelaksanaan pembelajaran IPS. Data yang diperoleh dari rencana pelaksanaan pembelajaran berupa skenario dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri yang dirumuskan oleh peneliti dan guru. Penyusunan instrumen RPP sesuai dengan PERMENDIKNAS No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses tersebut meliputi:

a. Merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar b. Penentuan topik pembelajaran

c. Penentuan alokasi waktu

d. Penentuan materi pembelajaran dan pengalaman belajar e. Penentuan indikator pembelajaran


(30)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

g. Penentuan penilaian

h. Penentuan sumber, bahan dan alat pembelajaran

Instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri ini tersedia pada lampiran 3.1.

2. Instrumen Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2008:221). Sedangkan Menurut Sudjana (2005:100) “tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan

atau secara perbuatan”. Instrumen tes ini digunakan agar dapat mengukur

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda dan tes uraian dengan desain pretes dan posttes. Pretest atau tes awal diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal. Sedangkan posttest atau tes akhir diberikan untuk melihat kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar siswa. Isi tes dalam penelitian ini disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata pelajaran IPS di SD kelas IV semester pertama dengan Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan Kabupaten/Kota dan Propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya. Instrumen tes ini disusun berdasarkan kisi-kisi yang dapat dilihat pada lampiran 3.2. 3. Pedoman Observasi

Observasi memiliki tujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan di sekelilingnya, sehingga peneliti memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan. Fungsi observasi dalam penelitian menurut yang di kemukakan oleh Sukmadinata (2006:109) bahwa “observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses


(31)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang

sebenarnya maupun dalam situasi buatan”.

Pedoman observasi, yang digunakan berupa lembar skala pengamatan yang dipersiapkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis setelah penerapan metode pembelajaran inkuiri melalui diskusi kelompok dan studi lapangan.

E. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validasi Tes

Pengolahan validitas soal tes bentuk pilihan ganda, peneliti menggunakan uji korelasi menggunakan rumus Product Moment dari Pearson sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2008:76), bahwa “kesejajaran dapat diartikan sebagai korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan teknik korelasi”. Lebih lanjut dikatakan bahwa koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai + 1.00. Bila koefisiennya negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisiennya positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

- Antara 0,801 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi - Antara 0,601 sampai dengan 0,800 : tinggi - Antara 0,401 sampai dengan 0,600 : cukup - Antara 0,201 sampai dengan 0,400 : rendah

- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah (Arikunto, 2008:75)

Dengan demikian interpretasi untuk validitas suatu instrumen menurut tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Sebagaimana dijelaskan pula oleh Sukmadinata (2006:229) bahwa validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid atau tidak valid.

Perhitungan validitas yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor Soal ganjil dengan soal genap dari hasil ujicoba soal (tersedia pada


(32)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

lampiran 3.3), berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut:

XY = 2621 N = 30

X = 289 Y = 263

 2

X = 2967 2

Y = 2513

 2

) X

( = 83521  2

) Y

( = 69169

r

xy =

 



 2 2 2 2 ) ( ) ( ) ).( ( Y Y N X X N Y X XY N =

2



2

) 263 ( ) 2513 )( 30 ( ) 289 ( ) 2967 )( 30 ( )] 263 )( 289 [( ) 21 6 2 ( 30    = 221 6 489 5 76007 78630 x  = 5844 2623 = 0.449

Koefisien korelasi di atas di uji tingkat signifikansinya dengan rumus

t = 2 1 2 r n r   maka t = 2 ) 449 . 0 ( 1 2 30 0.449   t = 2.976

Dari hasil perhitungan data hasil ujicoba alat pengumpul data dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan kemudian diuji tingakat signifikansinya, sehingga diperoleh data pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Alat Pengumpul Data

r Kriteria t-hitung t-tabel Keterangan


(33)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Koefisien korelasi r = 0.449 diperoleh dari hasil perhitungan korelasi antara jumlah skor benar soal ganjil dengan skor benar soal genap dari alat pengumpul data pada saat ujicoba, maka berdasarkan kriteria koefisien korelasi r = 0.499 berada pada korelasi cukup. Berdasarkan hasil uji signifikansi yang menggunakan uji-t dengan uji pihak kanan t > t1 - α, diperoleh th itu n g 2.976 dan ttab eldengan df (n-1) dengan α = 0.05 (5%) adalah 1.699. Alat pengumpul data dikatakan memiliki validitas jika thitung > t tabel (0.499 > 1.699). Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa uji signifikansi alat pengumpul data adalah validitasnya cukup.

2. Pengujian Reliabilitas

Selain uji validitas, tes juga memerlukam uji reliabilitas. Sebagaimana Anderson dkk (Arikunto, 2008:87) menyatakan bahwa “persyaratan bagi sebuah tes yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Validitas ini penting dan reliabilitas itu perlu karena menyokong terbentuknya vaiditas. Lebih lanjut dikatakan bahwa sebuah tes yang valid biasanya reliabel.”

Menurut Sukmadinata (2006:229) menyatakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran”. Hal sama dikatakan oleh Arikunto (2008:86) bahwa” reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen itu digunakan mengukur aspek yang diukur tentunya ditandai dengan ketetapan hasil.

Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah metode belah dua atau split-half method . Dikatakan oleh Sukmadinata dengan istilah metode paruh (Arikunto, 2008:230). Peneliti hanya melakukan uji coba sekali, dilanjutkan dengan menskor nomor-nomor butir soal ganjil dikorelasikan dengan skor dari


(34)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

butir-butir soal genap. Sebagaimana dikatakan oleh Arikunto (2008:92) bahwa “dalam menggunakan metode pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Salah satu cara yang digunakan dalam metode ini adalah membelah item-item genap dan item-item ganjil yang disebut dengan ganjil genap”.

Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes dengan metode belah dua peneliti menggunakan teknik Spearman-Brown sebagai berikut :

Gambar 3.2

Rumus Realibilitas teknik Spearman-Brown

Keterangan:

r½½ = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

r11 =

) 1 ( 2 2 / 21 / 1 2 / 21 / 1 r xr

r11 =

) 0.449 1 ( 0.449 2  x

r11 =

449 . 1 898 . 0

r11 = 0.620

Hasil ujicoba reliabilitas dengan menggunakan split half dari spearman - brown diperoleh indeks sebesar 0.620. Alat pengumpul data dikatakan reliable jika rhitung > rtabel pada taraf signifikasi 0,05 dengan dk = n-2. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dilihat bahwa rhitung > rtabel (0.620>0.361) maka, berdasarkan kriteria tersebut dapat dikatakan bahwa item yang digunakan reliabel.

Untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek maka perlu diadakan analisis butir soal. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2008:206-207) bahwa “analisis soal antara lain bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang

2 r½½

r11 =


(35)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

baik dan soal yang jelek”. Dengan analisis butir soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Lebih lanjut dikatakan bahwa “ada tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal/distraktor” (Arikunto, 2008:207).

3. Indeks Kesukaran

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar dapat diketahui melalui analisis terhadap tingkat kesukaran atau taraf kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item tes tersebut. Tingkat kesukaran setiap item tes adalah pernyataan tentang seberapa mudah atau seberapa sukar sebuah butir tes itu bagi testee atau siswa terkait yang menjawab soal tes tersebut.

Menurut Arikunto (2008:207) “indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal yang besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukan soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran 1,0

menunjukkan soal terlalu mudah”. Soal yang baik adalah soal yang tidak

terlalu mudah atau tidak terlalu sukar, soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha siswa untuk memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya”. Di lain pihak Arikunto (2008:210)

mengatakan bahwa “soal-soal yang terlalu mudah dan atau terlalu sukar

bukan berarti tidak boleh digunakan”. Lebih lanjut dikatakan bahwa soal

-soal yang terlalu mudah akan membangkitkan semangat kepada siswa yang lemah sementara soal yang sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang pandai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal-soal dengan tingkat kesukaran mudah dan sukar dapat digunakan. Menurut Arikunto (2008:207) menjelaskan bahwa “bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).


(36)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.”

Indeks kesukaran dalam penilaian ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari “proporsi”. Rumus yang digunakan untuk mencari indeks kesukaran atau rumus mencari P adalah:

Gambar 3.3

Rumus Indeks Kesukaran (Arikunto, 2008:210) Di mana :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul N = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2008:210), indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,29 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,30 sampai 0,69 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan hasil pengujian indeks kesukaran dapat diketahui bahwa dari 30 item soal yang diuji 47% termasuk soal - soal dengan indeks kesukaran sedang karena mempunyai indeks kesukaran antara 0,25 sampai dengan 0,75 dan 40% masuk dalam ketegori soal mudah dengan rentang 0,75sampai 1,00, serta sebanyak 13% termasuk dalam kategori sukar untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.4. 4. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2008: 211) menyatakan bahwa “daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang (berkemampuan rendah). Lebih lanjut dijelaskan bahwa angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang

N

B


(37)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

disingkat D (d besar). Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Berikut adalah rumus untuk menentukan indeks diskriminasi (D): BA BB

D = = PA PB

JA JB

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab

soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang

menjawab soal itu dengan benar

PA = BA = proporsi peserta kelompok atas yang

menjawab benar = JA

PB = BB = proposi peserta kelompok bawah yang

menjawab benar = JB

Untuk menentukan berapa persen siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah, maka peneliti menggunakan rambu-rambu menurut Nitko dan Hanna (Suryanto, 2012:5.25) sebagai berikut :

a. Jika jumlah siswa 20 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 50%.

b. Jika jumlah siswa 21-40 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 33,3%.

c. Jika jumlah siswa ≥ 41 maka jumlah kelompok atas dan

kelompok bawah masing-masing 27%.

Berdasarkan kelas ujicoba yang digunakan peneliti berjumlah 30 siswa, maka menggunakan untuk jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing sebanyak 33,3%.

Menurut Fernandes (Suryanto, 2012:5.24) hasil penghitungan daya pembeda diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini:

D ≥ 0,40 = sangat baik 0,30 D < 0,40 = baik


(38)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

0,20 D < 0,30 = sedang D < 0,20 = tidak baik

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda maka dari 30 item soal yang diuji ternyata 13,3% (4 soal) memiliki daya pembeda sedang, 16,7% (5 soal) memiliki daya pembeda baik, dan mayoritas 70% (21 soal) memiliki daya pembeda sangat baik, untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.5.


(39)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan penerapan metode pembelajaran inkuiri di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung terlihat adanya pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik yang lebih tinggi pada mata pelajaran IPS. Metode pembelajaran inkuiri dapat menjadikan iklim pembelajaran bersifat Student Centered Learning (SCL), peserta didik mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Maka peneliti menarik beberapa kesimpulan yang didasarkan pada rumusan permasalahan pada penelitian ini. Kesimpulan yang dapat dipaparkan dalam penelitian saat ini adalah :

Pertama, pada kelas eksperimen setelah diterapkan metode pembelajaran inkuiri terjadi peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hal ini didasari atas perkembangan nilai pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) dalam pembelajaran IPS dan hasil uji hipotesis yang dilakukan peneliti. Maka peneliti berkesimpulan bahwa metode pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS kelas IV di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

Kedua, pada kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran konvensional tidak terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik. Hal ini didasari atas perkembangan nilai pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest) dalam pembelajaran IPS yang masih dibawah KKM dan hasil uji hipotesis yang dilakukan peneliti. Maka peneliti berkesimpulan bahwa metode pembelajaran konvensional tidak mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta


(40)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

didik dalam pembelajaran IPS kelas IV di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

Ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional, dimana hasil akhir kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kompetensi dasar mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan Kabupaten/Kota dan Propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya, untuk kelas eksperimen yang menggunakan menerapkan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari hasil akhir kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka perlu diajukan beberapa saran yang dapat menunjang terhadap menerapkan metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPS yang dikembangkan khususnya, juga proses pembelajaran yang dilaksanakan pada umumnya, saran ini disampaikan kepada pihak prodi, pihak sekolah, dan peneliti berikutnya.

Pertama, bagi program studi Pendidikan Dasar terutama pada konsentrasi IPS, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi disiplin ilmu Pendidikan Dasar khususnya dalam pengembangan metode pembelajaran dan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengembangkan metode pembelajaran IPS di kelas.

Kedua, bagi pihak guru, metode pembelajaran inkuiri untuk menjelaskan materi pada mata pelajaran IPS SD dapat dipergunakan sebagai suatu alternatif penggunaan metode pembelajaran inkuiri bagi guru diharapkan dapat memberikan motivasi kepada guru dalam mengembangkan kreatifitas mereka dalam menyusun dan merancang metode pembelajaran.


(41)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Ketiga, bagi penelitian lebih lanjut, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk memahami metode pembelajaran inkuiri dengan melibatkan variabel lain dan pengambilan populasi dengan skala lebih besar.

C. Rekomendasi

Rekomendasi dalam penelitian ini diharapkan metode pembelajaran inkuiri dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengembangkan metode pembelajaran di kelas dan sekolah, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.


(42)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Banks, J. A. (1990). Teaching Strategis for the Social Studies: Inquiry, Valuing, and Decision Making, Reading: Addison-Wesley Publising.

Barr, R. D, Barth, J. L, Shermis, s. S. (1977). Defining the Social Studies, Virginia: National Council for The Social Studies 1978. The Nature of the Social Studies, Palm Spring: An ETS Pablication.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Djahiri. (1995). Membina PIPS/PPS yang Menjawab Tantangan Hari Esok Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial I/1993. Bandung: Forum Komunikasi FPIPS/IPS Indonesia.

Eni, K. Dkk. (2013). Implementasi Metode Inkuiri Dalam Peningkatan Aktivitas Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Tersedia online :

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1444.

Farisi, M. I. (2013). Status dan Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Kurikulum Sekolah Dasar 2013. Surabaya : UPBJJ-UT Surabaya.

Gunawan, R. (2011). Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Hasan, S. H. (1996). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial: Buku Satu Jiwa Pendidikan Sejarah, FPIPS. IKIP Bandung.

Hendarwati, E. (2013). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Melalui Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa SDN I sribit Delanggu Pada Pelajaran IPS. Tersedia Online :

http://journal.umsida.ac.id/files/EndahV2.1.pdf [19 Oktober 2013]

Jarolimek, J. dan Parker, W.C. (1993). Social Studies in Elementary Education (9 th

Edition). New York Mac Millan. Publishing co.ltd.


(43)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Kamarga, H. (2001). Manajemen E-Learning: Mengelola Pengetahuan sebagai Komoditas. Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan, No.3 Tahun XX 2001.

Maryani, E. dan Sjamsuddin. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meniningkatkan Kompetensi Ketrampilan Sosial. Jurnal Penelitian Vol. 9 No. 1. April 2011.

Mutakin, A. (2004). Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Bandung: Bina Siswa.

Najimudin. (2004). Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Sosiologi, di SMU Negeri 7 Kotamadya Cirebon, Tesis: Program Pascasarjana UPI).

NCSS. (2004). Curriculum Standar for Social Studies: Expectations of Exellens Washington DC: NCSS.

PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar ISI.

PERMENDIKNAS No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

Rachmawati, Y dan Kurniati, E. (2011). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta: Erlangga.

Rakhmat, J. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rusman. Dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Rajawali Pers.

Rustini, T. (2009). Penerapan Model Inkuiri Dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar. Tersedia online :

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomo r_11-April_2009.


(44)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santoso, S. (2012) Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 20. Jakarta: Gramedia.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda.

Sari, W. A. dan Gunansyah, G. (2010). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran PROBLEM BASED INSTRUCTION Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 SD NEGERI

JOGOROGO 4 NGAWI. Online. Tersedia :

http:blog.unnesa.ac.id/Gunansyah/ (diakses pada tanggal 8 Maret 2013).

Soemantri. (2001). Menggagas Pembaharuan Penddikan IPS. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sudrajat. (2010). Menyoal Pengajaran IPS. Online. Tersedia :

http:blog.uny.ac.id/sudrajat/menyoal-pengajaran-ips (diakses pada tanggal 7 januari 2013).

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Sumaatmadja, N. (1980). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni.

Supriatna, N. (2007). Mengajarkan Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa Era Global, JPIS No 19.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Sinar Grafika Offset.

Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003.

Victoria, M. (2010). Pengembangan Media CD Interaktif CBI Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta


(45)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Didik Level Novice Di SMK Kabupaten Sintang. Tesis Sekolah Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(1)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

perpustakaan.upi.edu

didik dalam pembelajaran IPS kelas IV di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung.

Ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional, dimana hasil akhir kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kompetensi dasar mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan Kabupaten/Kota dan Propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya, untuk kelas eksperimen yang menggunakan menerapkan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari hasil akhir kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka perlu diajukan beberapa saran yang dapat menunjang terhadap menerapkan metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPS yang dikembangkan khususnya, juga proses pembelajaran yang dilaksanakan pada umumnya, saran ini disampaikan kepada pihak prodi, pihak sekolah, dan peneliti berikutnya.

Pertama, bagi program studi Pendidikan Dasar terutama pada konsentrasi IPS, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi disiplin ilmu Pendidikan Dasar khususnya dalam pengembangan metode pembelajaran dan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengembangkan metode pembelajaran IPS di kelas.

Kedua, bagi pihak guru, metode pembelajaran inkuiri untuk menjelaskan materi pada mata pelajaran IPS SD dapat dipergunakan sebagai suatu alternatif penggunaan metode pembelajaran inkuiri bagi guru diharapkan dapat memberikan motivasi kepada guru dalam mengembangkan kreatifitas mereka dalam menyusun dan merancang metode pembelajaran.


(2)

Ketiga, bagi penelitian lebih lanjut, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk memahami metode pembelajaran inkuiri dengan melibatkan variabel lain dan pengambilan populasi dengan skala lebih besar.

C. Rekomendasi

Rekomendasi dalam penelitian ini diharapkan metode pembelajaran inkuiri dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengembangkan metode pembelajaran di kelas dan sekolah, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.


(3)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Banks, J. A. (1990). Teaching Strategis for the Social Studies: Inquiry, Valuing,

and Decision Making, Reading: Addison-Wesley Publising.

Barr, R. D, Barth, J. L, Shermis, s. S. (1977). Defining the Social Studies,

Virginia: National Council for The Social Studies 1978. The Nature of the Social Studies, Palm Spring: An ETS Pablication.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Djahiri. (1995). Membina PIPS/PPS yang Menjawab Tantangan Hari Esok Jurnal

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial I/1993. Bandung: Forum Komunikasi

FPIPS/IPS Indonesia.

Eni, K. Dkk. (2013). Implementasi Metode Inkuiri Dalam Peningkatan Aktivitas

Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Tersedia online :

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1444.

Farisi, M. I. (2013). Status dan Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam

Kurikulum Sekolah Dasar 2013. Surabaya : UPBJJ-UT Surabaya.

Gunawan, R. (2011). Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Hasan, S. H. (1996). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial: Buku Satu Jiwa Pendidikan

Sejarah, FPIPS. IKIP Bandung.

Hendarwati, E. (2013). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Melalui Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa SDN I sribit Delanggu Pada Pelajaran IPS. Tersedia Online :

http://journal.umsida.ac.id/files/EndahV2.1.pdf [19 Oktober 2013]

Jarolimek, J. dan Parker, W.C. (1993). Social Studies in Elementary Education (9

th

Edition). New York Mac Millan. Publishing co.ltd.


(4)

Kamarga, H. (2001). Manajemen E-Learning: Mengelola Pengetahuan sebagai

Komoditas. Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan, No.3 Tahun XX

2001.

Maryani, E. dan Sjamsuddin. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS

untuk Meniningkatkan Kompetensi Ketrampilan Sosial. Jurnal Penelitian

Vol. 9 No. 1. April 2011.

Mutakin, A. (2004). Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS

di Sekolah Dasar. Bandung: Bina Siswa.

Najimudin. (2004). Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa (Penelitian Tindakan Kelas

pada Pembelajaran Sosiologi, di SMU Negeri 7 Kotamadya Cirebon, Tesis: Program Pascasarjana UPI).

NCSS. (2004). Curriculum Standar for Social Studies: Expectations of Exellens Washington DC: NCSS.

PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar ISI.

PERMENDIKNAS No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

Rachmawati, Y dan Kurniati, E. (2011). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak. Jakarta: Erlangga.

Rakhmat, J. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rusman. Dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Bandung : Rajawali Pers.

Rustini, T. (2009). Penerapan Model Inkuiri Dalam Meningkatkan Pembelajaran

IPS di Kelas IV Sekolah Dasar. Tersedia online :

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomo

r_11-April_2009.


(5)

Titin Hayati, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santoso, S. (2012) Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 20. Jakarta: Gramedia.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda.

Sari, W. A. dan Gunansyah, G. (2010). Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran PROBLEM BASED INSTRUCTION Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 SD NEGERI

JOGOROGO 4 NGAWI. Online. Tersedia :

http:blog.unnesa.ac.id/Gunansyah/ (diakses pada tanggal 8 Maret 2013). Soemantri. (2001). Menggagas Pembaharuan Penddikan IPS. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sudrajat. (2010). Menyoal Pengajaran IPS. Online. Tersedia : http:blog.uny.ac.id/sudrajat/menyoal-pengajaran-ips (diakses pada tanggal 7 januari 2013).

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Sumaatmadja, N. (1980). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alumni.

Supriatna, N. (2007). Mengajarkan Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa

Era Global, JPIS No 19.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta : Sinar Grafika Offset.

Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003.

Victoria, M. (2010). Pengembangan Media CD Interaktif CBI Dalam


(6)

Didik Level Novice Di SMK Kabupaten Sintang. Tesis Sekolah Pascasarjana

UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 6 Kota Cirebon.

0 2 63

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 6 Kota Cirebon.

1 3 63

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS : STUDI KUASI EKSPERIMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMPN 52 BANDUNG.

1 2 61

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

1 2 50

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 0 50

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA SD

0 0 10

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik

0 3 11

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 26 Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 114

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI MIPA 3 SMAN 6 Surakarta - UNS Institutional Repository

0 1 17

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL ISTAD DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

1 1 22