1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai Glycine max L. Merril merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang banyak dibutuhkan di Indonesia selain padi dan jagung. Kedelai juga
merupakan salah satu sumber gizi yang tinggi yaitu dengan kandungan35 g protein, 53 g karbohidrat, 18 g lemak dan 8 g air dalam 100 g bahan makanan,
untuk varietas unggul tertentu, kandungan proteinnya bisa mencapai 40-43 g Suprapto, 2004.
Kedelai tidak hanya sebagai bahan pangan, namun juga dikenal sebagai bahan pakan ternak dan industri Adisarwanto dan Widyastuti, 2000. Bahan
makanan yang dapat diolah dari bahan kedelai seperti dalam bentuk tahu, tempe, tauco, kecap, dan tauge, bungkilnya juga dapat digunakan untuk campuran pakan
ternak Samsudin dan Djakamiharja, 1985. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi makanan yang berprotein nabati
mengakibatkan permintaan produk ini meningkat dipasaran, namun peningkatan permintaan pasar akan bahan pangan tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi kedelai. Produksi kedelai di Indonesia masih tergolong rendah dan belum dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia maka konsumsi dan permintaan kedelai juga mengalami peningkatan
seperti yang terjadi dari tahun 2010-2014 Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2010. Data BPS 2014 menunjukan bahwa produksi kedelai di Indonesia dari
tahun 2009-2013 mengalami penurunan dalam kurun waktu lima tahun. Tahun
2009 produksi kedelai di Indonesia mencapai 974.512 ton sedangkan pada tahun 2013 produksi kedelai hanya mencapai 779.992 ton. Rendahnya produksi kedelai menyebabkan belum mampu
untuk memenuhi kebutuhan kedelai di Indonesia. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri menyebabkan tingginya volume kedelai impor. Besarnya ketergantungan
terhadap kedelai impor tersebut menyebabkan harga kedelai di pasar cenderung fluktuatif dan sulit untuk dikendalikan oleh instansi terkait serta bisa menjadi ancaman serius bagi ketahanan
pangan di Indonesia Rante, 2013. Rendahnya produksi kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor
penyebabnya adalah cara budidaya yang kurang tepat serta penggunaan dosis pupuk kimia yang sering digunakan berlebihan akan berdampak buruk terhadap lingkungan, oleh sebab itu masih
perlu adanya usaha-usaha untuk peningkatan budidaya yang mampu meningkatkan hasil kedelai tanpa harus merusak lingkungan atau ekosistem lainnya. Salah satu upayanya yaitu dengan
aplikasi teknologi alternatif yang murah, mudah dan ramah lingkungan yakni dengan aplikasi mikroba rhizosfer yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman atau mikroba yang
berperan sebagai pemacu pertumbuhan yang disebut Plant Growth Promoting Rhizobacteria PGPR.
PGPR Plant Growth Promoting Rhizobacteria, yaitu bakteri yang hidup di daerah perakaran rhizospher dan berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dengan
kemampuannya membentuk koloni di sekitar akar secara cepat dan dapat menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu fungsinya antara lain untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman,
mempermudah penyerapan hara bagi tanaman, membantu dekomposisi bahan organik, menyediakan lingkungan rhizospher yang lebih baik sehingga pada akhirnya dapat mendukung
pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman.
Hasil penelitian yang telah berhasil dikembangkan dalam memanfaatkan bakteri PGPR yang mampu berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi serta
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen Khalimi dan Susanta, 2009. Berdasarkan penelitian Giorgieva dan Georgiev 2003, didapatkan bahwa perendaman benih
mentimun dengan suspensi Enterobacter cloacae mampu meningkatkan hasil sebesar 25,25. Berdasarkan penelitian Fernando et. al., 2005, bahwa dengan memanfaatkan rhizobakteria E.
cloacae mampu menghasilkan atau mengubah konsentrasi hormon tanaman seperti asam indolasetat IAA, asam giberelat, sitokinin dan etilen di dalam tanaman, mampu memfiksasi N
2,
memberi efek antagonis terhadap patogen tanaman melalui beberapa cara yaitu produksi antibiotik dan menginduksi ketahanan tanaman secara sistemik.
Berdasakan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan uji dari beberapa jenis bakteri yang diisolasi dari beberapa rhizosfer tanaman yang sehat dan mampu berperan sebagai bakteri
PGPR untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
1.2 Rumusan Masalah