15
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi non farmakologis dari hipertensi meliputi penurunan berat badan, olahraga secara teratur, diet rendah garam dan lemak, serta terapi komplementer Yuliarti,
2011 dalam Ramadi, 2012. Terapi komplementer bersifat terapi pengobatan alamiah, diataranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,
meditasi, terapi tawa, akupuntur, aromaterapi, dan refleksologi Sustrani, 2007 dalam Ramadi, 2012.
Terapi dengan tanaman herbal adalah terapi komplementer nonfarmakologi yang termasuk dalam Biological Based Therapy BTT yang telah dikembangkan dan
dipergunakan secara luas di seluruh dunia. Tanaman herbal sering disebut dengan obat tradisional. Terapi komplementer dengan terapi herbal dapat dilakukan
selama satu minggu pada penderita bersangkutan. Setelah satu minggu kemudian diamati kembali apakah terjadi perubahan-perubahan yang diinginkan Tusilawati,
2010. Tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk terapi herbal dalam pengobatan
hipertensi diataranya adalah bawang putih, seledri, bunga rosella, belimbing wuluh, dan daun alpukat. Bawang putih dan seledri kurang disukai oleh
masyarakat karena rasanya kurang enak untuk dijadikan obat. Sedangkan bunga rosella dan belimbing wuluh memiliki rasa asam yang pada umumnya kurang
disukai oleh masyarakat Rachdian, 2011 dalam Ramadi, 2012.
16
2.2 Daun Alpukat
2.2.1 Jenis Alpukat
Alpukat adalah jenis pohon tropis yang selalu hijau sepanjang tahun dan dapat tumbuh antara
40−80 meter. Tanaman ini memiliki daun yang lebar, bertekstur kasar, warna hijau tua dengan serat daun yang lebih pucat. Terdapat tiga ras
alpukat, yaitu Guatemalan Persea nubigena var. guatamalensis L. Wms, Mexican P. americana var. drymifolia Blake, dan West Indian P. americana
Mill. var. americana Nesbitt, Stein Kamas, 2010. Tanaman alpukat yang tumbuh di Indonesia berasal dari Amerika Tengah yang beriklim tropis, yaitu ras
Persea americana Mill. Karakteristik tanaman ini adalah daunnya yang tidak berbau, warna daunnya lebih terang dibandingkan kedua ras lain, buahnya
berukuran besar dengan berat antara 400−2.300 gram, buah bertangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal Warung Informasi Teknologi RI, 2006. Pohon
alpukat yang tumbuh di Indonesia ditampilkan pada gambar 1.
Gambar 1. Daun Alpukat Persea americana Mill.
17
2.2.2 Taksonomi Tanaman Alpukat
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae Infrakingdom : Streptophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Infradivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea Mill.
Species : Persea americana Mill.
Sumber: http:www.itis.gov
2.2.3 Kandungan Kimia Daun Alpukat
Arukwe et al. 2012 telah meneliti kandungan kimia dalam daun, buah dan biji alpukat Persea americana Mill.. Daun yang diuji adalah daun yang segar.
Kandungan kimia daun alpukat disajikan dalam tabel 2 dan tabel 3.
Tabel 2. Kandungan Kimia Daun Alpukat Persea americana Mill. mg100 g
Saponin 1.29 ± 0.08 mg
Tanin 0.68 ± 0.06 mg
Flavonoid 8.11 ± 0.14 mg
Cyanogenic glycosides Tidak terdeteksi
Alkaloid 0.51 ± 0.21 mg
Fenol 3.41 ± 0.64 mg
Steroid 1.21 ± 0.14 mg
Sumber: Arukwe et al 2012