d. Medan Utara
Basis-basis pasukan-pasukan di Medan Utara ialah daerah Hamparan Perak dan Sampali. Terpenting untuk daerah ini ialah pengamanan 2 km kiri kana
korodor, atau Jalan Raya Medan-Belawan. Maka kubu-kubu yang dibangun terdapat di Helvetia, Glugur, Pulau Brayan, Kota Bangun, Paya Pasir, Paya Mabar
dan Labuhan. Satuan-satuan Kavaleri betugas mengawasi sepanjang siang hari.
Jika diperhatikan jarak garis-garis pertahanannya yang terdepan dengan tepi-tepi kota Medan berdasarkan daerah administrative Gemeente, rata-rata ialah
6 km kearah Tanjung Morawa, Pancur Batu dan arah ke Binjai, sedangkan di Medan Area hamper 4 km.
Selain pengamanan garis-garis logistiknya, pertahanannya disepanjang jalan Raya Medan-Belawan merupakan jalan pendekat pula ke Sampali-Sentis
dibelahan Timur, dan Kampung Rantau Betul-Kampung Terjun-Hamparan Perak- Klambir Lima-Klumpang dibelahan Baratnya. Begitulah pembentukan dan
eksistensi pertananan “Z” Brigade di Medan Area.
Sejalan dengan itu, berdasarkan wawancara dengan Pak Huddan pada tanggal 20 Juni mengatakan bahwa :
“Fungsi dari garis demarkasi itu ialah untuk memisahkan dimana wilayah antar Negara yang berperang, seperti Indosesia dengan Belanda. Itu dilakukan
agar masing-masing Negara yang bertikai tidak banyak menimbulkan korban jiwa. Kemudian titik garis demarkasi itu merupakan batas-batas wilayah yang
menuju ke Sumatera Timur pada waktu itu. Sehingga batas yang mengarah Tanjung Morawa pasukan kita berada di wilayah Amplas dan sekitarnya untuk
menjaga daerah tersebut dari sekutu yang ingin merebut wilayah kekuasaan lebih
luas lagi.”
D. Dampak Garis Demarkasi Perang Medan Area
Garis demarkasi merupakan garis perbatasan antara dua daerah yang dikuasai oleh tentara pasukan yang sedang bermusuhan atau berperang. Garis
demarkasi juga bisa disebut sebagai garis pembatas wilayah. Dengan demikian garis demarkasi merupakan genjatan senjata berupa
sebuah garis yang ditetapkan secara geografis dari yang bersengketa atau bermusuhan pasukan melepaskan diri dan menarik diri ke sisi masing-masing
setelah gencatan senjata. Menurut Kolonel Arifin Pulungan S.H, 1979:50
Garis demarkasi Medan Area ini ditetapkan setelah melalui perundingan- perundingan selama berbulan-bulan lamanya, baik resmi maupun tidak, dengan
menggunakan segala keahlian di bidang diplomasi, dan kalu perlu main gertak segala, ditanda tanganilah persetujuan Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947
bertempat di istana Rijswijk Jakarta. Dengan demikian, garis demarkasi Medan Area merupakan garis
perbatasan yang berasal dari perundingan Linggarjati yang dilakukan antara pihak Sekutu dengan Indonesia.