Motivasi Kerja Menurut Islam Teori Motivasi Kerja

51 Kelima factor eksternal dalam memotivasi pegawai tersebut hendaknya mendapat perhatian dalam birokrasi yang good governance.Kelima factor inilah yang melandasi kerangka pikir program motivasi dalam organisasi. Oelh karena itu, kelima faktor eksternal tersebut harus diadaptasi oleh birokrasi pemerintah supaya mampu menerapkan program-program secara konsisten seperti pemberian peluang yang merupakan muara bagi munculnya semangat berpartisipasi. Pengakuan status dapat meningkatkan kepercayaan diri. Pekerjaan yang variatif pada suatu kondisi tertentu akan menjadi perangsang kerja. Latihan disiplin dan pengendalian diri merupakan manifestasi, dan kepercayaan pemimpin kepada bawahan yang sangat strategis adalah memompa semangat.

3. Motivasi Kerja Menurut Islam

Al- Qur‟an memotivasi setiap muslim bekerja, dalam banyak ayatnya seperti yang diterangkan dalam firman Allah SWT. dalam Al- Qur‟an : - - Artinya : “Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul- Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu 52 diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. QS. At-Taubah, 9 :105 33 - - Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu beruntung.” QS. Al-jumu‟ah, 62:10 34 Islam telah menetapkan kerja bagi seorang muslim sebagai hak sekaligus kewajiban. Islam memerintahkan bekerja dan menganjurkan agar pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW berpesan agar seorang muslim berlaku adil dalam menetapkan gaji dan menepati pembayarannya. Pekerja yang menjalankan tugas dengan baik dihargai dengan gaji yang seimbang. Demikian pula, ia berpesan agar para pemimpin tidak merugikan para pekerja dalam bentuk apapun, termasuk tidak membebani pekerja diluar kemampuannya.

4. Teori Motivasi Kerja

Motivasi dapat bermanfaat bagi kehidupan dan kelangsungan hidup lembaga dan diri seorang pegawai, hal tersebut dapat dikaitkan dengan dua factor, yaitu : 1 kesediaan motivasi bagi setiap pegawai untuk bekerja dan menimbulkan upaya dan 2 kemampuan untuk melaksanakan motivasi itu sendiri. 33 Departemen Agama, Al- Qur’an dan Terjemahnya,Bandung : Toha Putra, 1998 h. 274 34 Ibid. h. 811 53 Lebih lajut Maslow dalam Handoko menyatakan, bahwa motivasi kerja didasarkan pada konsep hierarki kebutuhan dengan dua prinsip, yakni : 1 kebutuhan-kebutuhan manusia dapat disusun dalam suatu hierarki dan kebutuhan yang terendah sampai yang tertinggi, dan 2 kebutuhan yang telah terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari pelaku. Menurut maslow, manusia akan didorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan mengikuti suatu hierarki. Lebih lanjut dikatakan, dalam diri setiap orang ada hierarki dari lima kebutuhan, yaitu : 1 Kebutuhan akan fisiologis physiological needs, yakni kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, seperti makan, minum, pakaian, istirahat, dan lain-lain, 2 kebutuhan rasa aman safety and security needs, yakni aman dari ancaman bahaya secara phisik dan psikis, seperti melindungi dari bahaya penyakit dan secara psikis berusaha menghormati norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, 3 kebutuhan sosial social needs, yakni rasa ingin berhubungan dengan lingkungan atau masyarakat sekitarnya, secara individu dengan individu dan individu dengan kelompok, artinya individu berusaha masuk dalam kelompok, 4 kebutuhan penghargaan esteem needs, yakni keinginan untuk dihargai atau dihormati oleh orang lain, dan ingin mempertahankan presticenya, 5 kebutuhan akan 54 aktualisasi diri self actualization needs, yakni. keinginan untuk membuktikan bahwa dirinya yang terbaik dan utuh. 35 Mengenai teori Maslow di atas, Kinard berpendapat bahwa teori tersebut dapat diterapkan di dalam pekerjaan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : Kebutuhan Aktualisasi diri : 1. Gunakan berbagai metode dalam pekerjaan untuk membuat pekerjaan lebih menantang. 2. Menetapkan program jalur karir untuk para pegawai, memberikan kesempatan pada mereka untuk mencapai potensi mereka secara penuh. 3. Berikan dukungan pada para pegawai untuk menyelesaikan masalah melalui berbagai program. Kebutuhan akan penghargaan : 1. Gunakan simbol status memperlihatkan rangking dan status. 2. Kenali kinerja pegawai yang luar biasa secara formal. 3. Berikan penghargaan pada para pegawai berupa promosi dan kenaikan gaji. 4. Mengijinkan para pegawai memikul tanggung jawab yang lebih besar. 5. Mendukung para pegawai untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan keputusan. 35 T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta:BPFE, 2003, Edisi 2,h.256 55 6. Menyediakan pelatihan khusus untuk mengajar para pegawai keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang baru. Kebutuhan Sosial : 1. Memberikan wadah untuk interaksi sosial melalui aktivitas luar seperti tim bowling organisasi, piknik tahunan, atau pesta hari besar 2. Tata ruang kerja dan pekerjaan memberikan tempat untuk berinteraksi. 3. Mengadakan pertemuan-pertemuan informal departemen dan memberikan dorongan dalam interaksi social. Kebutuhan Keamanan : 1. Membuat sistem masa jabatan kerja 2. Memakai rencana gaji tahunan yang terjamin. Kebutuhan fisiologis : 1. Memberikan imbalan yang sesuai. 36 Pendapat dari Kinard tersebut menunjukan bagaimana hirarki kebutuhan dari Maslow dapat dipandang sebagai pedoman umum bagi pemimpin untuk digunakan dalam memotivasi kerja pegawainya, paling tidak untuk dua hal yakni : 1 memperjelas dan memperkirakan tidak hanya prilaku individual saja, tetapi juga prilaku kelompok dengan melihat rata-rata kebutuhan yang menjadi motivasi mereka, 2 bila tingkat kebutuhan terendah relative terpuaskan, factor tersebut 36 Kinard,Management D.C Health and Company, Lexington, Massachusetts, Toronto : 1998, h.270 56 akan berhenti menjadi motivator penting bagi prilaku tetapi dapat menjadi sangat penting bila mereka menghadapi situasi khusus, seperti disingkirkan, diancam atau dibuang atau. Artinya, tingkatan-tingkatan kebutuhan manusia akan meningkat menurut herarki kepentingannya, apabila kebutuhan dasar yakni kebutuhan fisik telah terpenuhi maka kebutuah rasa aman akan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan prilaku. Kebutuhan rasa aman harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan social menjadi penting, demikian seterusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Baron, bahwa “ Maslow describes physicological, safety and needs as deficiency need: they are the basicand must be satisfied before higer level of motivation, and of personality, can emerge” 37 Kebutuhan fisik berada pada dasar susunan herarki mengandung pengertian bahwa kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan paling mendasar diantara kebutuhan lainnya.Hal ini di maklumi bahwa awalnya mayoritas kegiatan manusia adalah memenuhi kebutuhan fisik.Dan ketika aktifitas kebutuhan dasar ini menurun atau telah terpenuhi, maka muncul kebutuhan yang lebih tinggi yaitu rasa aman.Demikian seterusnya sampai pada puncak kebutuhan yaitu kebutuahan aktualisasi diri. Sedangkan Herzberg mengajukan teori dua factor Herzberg’s Two Factor Theory yang menyatakan, bahwa kepuasan para pekerja ditentukan oleh dua factor, yaitu factor higiene dan motivator. 37 Robert A. Baron, Psyhology, Needham Heights: Ally and Bacon, 1992, h.366 57 Motivator adalah factor-faktor yang meningkatkan kepuasan, sedangkan hygiene adalah factor-faktor yang menyebabkan ketidak puasan. 38 Faktor Motivator berhubungan langsung dengan pekerjaan yang meliputi : pekerjaan itu sendiri, pencapaian prestasi, tanggung jawab, kemajuan, kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Factor- faktor ini semua terkait erat dengan muatan pekerjaan dan tanggung jawab kerja. Faktor hygiene antara lain seperti : kebijakan administrasi perusahaan, pengawasan, gaya manajemen, gaya manajemen, tingkat upah dan gaji, hibungan dengan rekan kerja, hubungan dengan bawahan, status dan keamanan. Bila factor-faktor tersebut terpenuhi secara memadai dalam pekerjaan maka akan membuat nyaman pekerja, namun bila tidak memadai maka akan mengakibatkan ketidakpuasan. Factor-faktor ini akan membantu mengurangi ketidakpuasan. Factor hygiene bisa menjadi pendorong semangat pekerja, sehingga akan meningkatkan motivasi. Penyempurnaan factor-faktor ini akan membantu mengurangi ketidakpauasan pekerja sehingga sekaligus juga memhubungani sikap mereka dengan pekerjaan. Bila dibandingkan antara teori Maslow dengan teori Herzberg, maka diantara kedua teori tersebut memang ada relevansinya. Hanya perbedaannya ialah, bahwa teori Maslow berlaku makro yaitu untuk manusia pada umumnya, sedangkan teori Herzberg berlaku mikro yaitu untuk pegawai di dalam instansi di tempat ia bekerja. 38 Richard Pettinger, Introduction To Organizational Behavior, London : Me Millian Press Ltd,1996, h. 105 58 Selain itu dinyatakan oleh Campbell dalam Soedjadi : “An individual’s motivation has todo with : 1 the derection of his behavior, or with what he chooses to do when presented with a number of possible alternatives; 2 the amplitude, or strength, of the response I,e,effort omce of the choise is made, and 3 thepersistence of the behavior, or how long he stickswith it. The term motivation conveniently subsumes a number of the variables such as drive, need, insentive, reward expectancy, etc’ 39 Motivasi individu harus dilakukan dengan : 1 tujuan dari prilakunya, yaitu apa yang dipilih untuk dikerjaan yang dapat dilihat dengan sejumlah alternative yang lain; 2 amplitude atau kekuatan dari respon, seperti : usaha pada saat pilihan dibuat; 3 ketekunan dari prilaku atau beberapa lama ia bertahan, biasanya diartikan dengan sejumlah variable seperti : usaha, kebutuhan, perangsang imbalan, harapan, dan lain-lain. Dari teory tersebut tampak, bahwa motivasi adalah sebagai hasrat atau dorongan yang secara wajar timbul dari dalam diri atau sanubari manusia inner state, intrinsic yang memberikan dayakekuatan pada prilakunya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Motivasi juga dapat timbul karena adanya usaha-usaha yang secara sadar dilakukan.Untuk menimbulkan daya kekuatandorongan untuk melakukan perbuatan- perbuatan tertentu prilaku bagi tercapainya tujuan organisasi ditempat individu bekerja. Usaha-usaha tersebut sebagai 39 FX. Soedjadi, Analisis Manajemen Modern, Kerangka Pikir dan beberapa Pokok Aplikasinya, Jakarta : CV Haji Agung, 1979, h. 50 59 faktorextrinsic yang mendorong manusia bekerja dengan baik bagi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan , dan sekaligus terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan manusia sebagai anggota organisasi. Kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut mencangkup kebutuhan fisik contohnya : gajiupah yang cukup, tunjangan jabatan, tunjangan perumahan, tunjangan keluarga, dsb, dan non fisik contohnya : rasa aman, pengembangan karier, pemberian pujian, penghargaan, dan sebagainya. Dengan demikian, alternatif-alternatif prilaku yang dipilih seseorang ditentukan oleh bagaimana atau seberapa jauh motivasi intrisik dan ekstrinsik memhubungani dirinya. Seberapa jauh kebutuahan need, perangsang insentive, penghargaan reward, harapan expectancy dan sebagainya akan terpenuhi dalam instansi tempat pegawai tersebut bekerja, serta seberapa jauh pula daya tarik hasil yang diperoleh organisasi memberikan manfaat bagi para pegawainya valence of outcome. Sejauh manakah semuanya itu dapat terpenuhi secara positif bagi pegawai, maka sejauh itu pulalah dorongandaya Inovasinya untuk bekerja bagi tercapainya tujuan organisasi.Dari segi organisasi tentang terpenuhinya kebutuhan pegawai tersebut, tergantung pada batas-batas kemampuan organisasi itu sendiri. Merujuk pada pendapat tersebut di atas, dapat digambarkan betapa pentingnya motivasi bagi individu maupun kelompok untuk mencapai kinerja yang optimal dalam organisasi.Dengan adanya motivasi, 60 membantu mewujudkan keberhasilan organisasi dalam pencapaian tujuan dan saran-saran yang telah di tepakan. Al- Qur‟an menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu sosialisasi ini akan melahirkan berbagai dorongan dan kebutuhan tertentu, seperti afiliasi, aktualisasi, kompetisi, yang akan berhubungan positif dalam peningkatan etos kerja karyawan. Pengabaian dengan kebutuhan ini, terutama pada masyarakat tertentu, akan berakibat fatal bagi manajemen. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT.dalam Al- Qur‟an berikut ini : Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 40 Berdasarkan uraian teori motivasi kerja diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi kerja adalah suatu dorongan yang datang baik dari dalam intrinsic maupundari extrinsic diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan didukung keahlian yang dimiliki, yang ditandai oleh perubahan tingkah laku dengan tujuan 40 Departemen Agama, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : Toha Putra, 1998 h. 748 61 untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan, dengan indikasi : 1 economic rewards, imbalan secara ekonomi, yakni : gaji meningkat, keamanan kerja dan pimpinan yang bijaksana, 2 Intrisic satisfaction, kepuasan dari dalam diri yakni : penghargaan, keberhasilan melaksanakan pekerjaan, menerima tanggung jawab yang lebih besar, 3 Social relationships, hubungan social, yakni : hubungan dengan pimpinanatasan, kerjasama kelompok.

C. Kinerja Guru 1.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK, MOTIVASI KERJA, DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN SIDOMULYO KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 5 91

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kinerja Karyawan.

0 6 18

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA, MOTIVASI DAN KOMITMEN NORMATIF DENGAN KINERJA GURU SMPN 1 RANTAU SELATAN - LABUHAN BATU.

0 5 14

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN Hubungan Antara Motivasi Kerja Dengan Profesionalisme Guru.

0 1 16

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Iklim Kerja, Motivasi Kerja dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Lampung Selatan

10 33 267

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Iklim Kerja, Motivasi Kerja dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Hubungan Antara Budaya Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru di MTs N 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 25

BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Kerja - Hubungan Antara Budaya Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru di MTs N 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 57

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian - Hubungan Antara Budaya Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru di MTs N 1 Lampung Selatan Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 56

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU DI MTs NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 2 97