Metode Pengumpulan Data Analisis Data

39 sengketa pertanahan di Kabupaten Deli Serdang yang datanya ada pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang tersebut. Penelitian ini juga akan membahas masalah cara-cara penyelesaian sengketa pertanahan yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang oleh aparat pemerintah di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang agar sengketa pertanahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen, dengan menggunakan bahan kepustakaan dan melakukan identifikasi dan kualifikasi perkara yang menyangkut sengketa pertanahan yang terjadi di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Kemudian dengan cara wawancara dengan pihak yang memberikan data sehubungan dengan masalah sengketa pertanahan yang terjadi di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang yang dalam hal ini adalah Staff Seksi masalah sengketa tanah Muhammad Ridwan dan Staff seksi masalah perkara bidang pertanahan Muhammad Irsan di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, para pihak yang berperkara dalam sengketa pertanahan yang kesemuanya ini adalah sebagai informan dalam penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan dengan penelitian ini, maka pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan library research yaitu pengumpulan data dengan menelaah bahan kepustakaan yang meliputi : Universitas Sumatera Utara 40 a. Bahan hukum primer yaitu Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960. Sebagai induk dari hukum pertanahan di Indonesia, peraturan perundang- undangan lainnya yang terkait dengan masalah hukum pertanahan, khususnya dalam hal sengketa pertanahan. b. Bahan hukum sekunder seperti hasil-hasil penelitian, laporan-laporan artikel, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah. Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung dengan penelitian lapangan field research guna akurasi terhadap hasil penelitian yang dipaparkan yang dapat berupa wawancara dengan pejabat terkait yang berwenang menangani masalah sengketa pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, para pihak yang mengalami sengketa pertanahan di Kabupaten Deli Serdang, yang dalam penelitian ini memiliki kapasitas sebagai informasi dan narasumber.

5. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara menganalisis data secara kualitatif, yaitu dengan cara meneliti permasalahan sengketa pertanahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang yang meliputi faktor-faktor penyebab terjadinya sengketa pertanahan, upaya-upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan sengketa pertanahan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam menyelesaikan sengketa pertanahan tersebut, dalam hal ini oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, kemudian analisis ini dipaparkan secara sistematis sehingga diperoleh kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan deduktif. Dipilihnya analisis secara Universitas Sumatera Utara 41 deduktif adalah agar gejala-gejala normatif yang diperhatikan dapat dianalisis dari berbagai aspek secara lebih mendalam dan integral antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya, sehingga dengan demikian diharapkan dapat menjawab permasalahan yang diteliti. Universitas Sumatera Utara 42

BAB II FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA

SENGKETA PERTANAHAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

A. Sengketa Pertanahan Sebagai Gejala Sosial

Penyebab utama dari adanya sengketa dapat ditelusuri dari akar-akar ekonomi, politik sengketa di bidang pertanahan dilihat sebagai suatu masalah ekonomi politik dan oleh karena itu upaya-upaya penyelesaiannyapun haruslah mempertimbangkan pada faktor-faktor ekonomi politik 51 . Sengketa hak atas tanah timbul karena adanya pengaduankeberatan dari orangBadan Hukum yang berisi keberatan dan tuntutan terhadap suatu keputusan tata usaha negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional dimana keputusan pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tertentu. 52 Meningkatnya berbagai masalah pertanahan di berbagai daerah saat ini, dapat diamati dari berbagai isi pemberitaan media massa baik surat kabar maupun elektronik yang hampir setiap hari memuat berita tentang sengketa di bidang pertanahan. Dari berbagai permasalahan yang terjadi seputar masalah sengketa pertanahan di masyarakat tersebut, hanya sebahagian kecil saja yang memperoleh penyelesaian secara tuntas selebihnya penyelesaian yang dilakukan hanya bersifat politis bahkan 51 Hadi Mulyo, Mempertimbangkan APR,Kajian Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Elsam, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta, 1997. 52 Ali Achmad Chomzah, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2003, hlm. 29. 29 Universitas Sumatera Utara 43 dengan penyelesaian sifatnya sementara saja, sehingga tetap menjadi atau menyimpan masalah 53 . Pada saat masalah sengketa pertanahan muncul ke permukaan, hukum dituding tidak dapat melindungi hak-hak atas tanah rakyat, dimana seharusnya hukum berpihak kepada golongan ekonomi lemah, sebagaimana dijanjikan dalam Pasal 11 UUPA. Oleh karena itu janji hukum agraria untuk melindungi hak atas tanah rakyat dirasakan jauh dari kenyataan, hanya dapat terwujud dalam impian sebagai penyelesaian masalah sengketa pertanahan di masyarakat yang hanya dalam cita-cita semata. Akhirnya rakyat yang terus mengharapkan penyelesaian yang adil dalam kenyataan yang didambakannya menjadi putus asa untuk memperoleh penyelesaian hukum. Masyarakat menilai penyelesaian sengketa pertanahan selalu berpihak kepada kelompok tertentu yang tak pantas untuk dilindungi. Sedangkan pihak yang tak pantas memperoleh perlindungan hukum tersebut tak pernah iba melihat nasib rakyat yang tertindas hak atas tanahnya dan pada akhirnya rakyat kehilangan kesabaran, dan melakukan tindakan yang berada di luar jalur hukum. Kenyataan ini membuat masyarakat pesimis terhadap penyelesaian sengketa pertanahan yang mereka hadapi secara hukum sehingga akhirnya melahirkan tindakan yang berada di luar jalur hukum yang menimbulkan konflik berkepanjangan di masyarakat. Dampak sosial konflik adalah terjadinya kerenggangan sosial diantara warga masyarakat, termasuk hambatan bagi terciptanya kerjasama diantara warga masyarakat. Dalam hal kontrak terjadi antar instansi pemerintah, hal ini menghambat terjadinya koordinasi kinerja 53 Muhammad Yamin, Abdul Rahim Lubis, Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2004, hlm. 192. Universitas Sumatera Utara 44 publik yang baik. Dapat juga terjadi penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berkenaan pelaksanaan tata ruang. Penyelesaian terhadap kasus-kasus terkait sengketa perdata pada umumnya ditempuh melalui jalur pengadilan dengan dampak sebagaimana diuraikan di atas. Kasus-kasus berkenaan dengan pelanggaran peraturan landreform menunjukkan perlunya peningkatan penegakan hukum di bidang landreform sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang melandasinya. Terhadap kasus-kasus penggarapan rakyat atas tanah-tanah perkebunan, tampaknya penyelesaian yang lebih efektif adalah melalui jalur non pengadilan yang pada umumnya ditempuh melalui cara-cara perlindungan yang dipimpin atau diprakarsai oleh pihak ketiga yang netral atau tidak memihak.

B. Jenis-jenis Sengketa Pertanahan di Kabupaten Deli Serdang

Jenis-jenis sengketa pertanahan yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang dapat dikelompokkan menjadi tujuh bagian besar yaitu. 54 1. Tanah warisan 2. Pelepasan hak dan ganti rugi 3. Jual beli 4. Penguasaan penyerobotan tanah 5. Batas-batas tanah 6. Ganti kerugian 7. Pengosongan tanah 1. Tanah warisan 54 Wawancara dengan Muhammad Irsan, Staff Bidang Sengketa Perkara, Kantor Pertanahan Kab. Deli Serdang pada tanggal 25 Juni 2010. Universitas Sumatera Utara 45 Sengketa tanah warisan yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang pokok permasalahan yang disengketakan adalah tentang pemegang hak, tentang pemindahan hak yang dikuasai oleh pihak ketiga, terhadap jual beli tanah warisan yang belum dibagi kepada ahli waris. Pada sengketa ini yang dipersoalkan adalah tentang Penerbitan sertifikat ke atas nama seluruh ahli waris dimana tanah tersebut belum dibagi kepada masing-masing ahli waris masih dalam boedel waris namun telah diterbitkan sertifikat hak milik atas nama salah seorang ahli waris. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku karena harus diterbitkan juga ke atas nama ahli waris yang lain, terkecuali ahli waris tersebut telah melepaskan hak kewarisannya atau menyetujui tanah tersebut diatas namakan kepada salah satu ahli waris saja. Pada sengketa ini, ahli waris bersengketa dengan pihak ketiga mengenai hak kepemilikan atas tanah warisan tersebut. Contoh sengketa tanah warisan adalah tanah dengan Sertifikat No. 51Patumbak Kampung atas nama B yang diterbitkan sekitar bulan Oktober 1988, dimana kepemilikan atas hak tanah tersebut adalah milik para ahli waris yaitu C, D, E dan F. Penerbitan Sertifikat No. 51Patumbak Kampung atas nama B tersebut dipermasalahkan oleh ahli waris yang lain yaitu C, D, E dan F. 2. Pelepasan hak dan ganti rugi Pada sengketa tanah dengan jenis pelepasan hak dengan ganti rugi dan sengketa jual beli, jenis sengketa yang dipermasalahkan adalah tentang pengalihan haknya yang dialihkan kepada pihak pembeli sebelum dilakukan pembagian kepada ahli waris. Pelepasan hak dan ganti rugi lainnya mempersoalkan terhindarnya surat Universitas Sumatera Utara 46 pelepasan hak dan ganti rugi tersebut cacat hukum dan tidak terpenuhinya uang pembayaran ganti rugi pada peralihan hak tersebut atau harga pelepasan hak dan ganti rugi tidak sesuai dengan harga pasaran tanah di daerah tersebut. Pada sengketa mengenai tidak adanya kesesuaian atas harga ganti rugi atas tanah tersebut, biasanya melibatkan kelompok masyarakat dengan badan hukum baik swasta maupun pemerintah. Pada sengketa pelepasan hak dan ganti rugi dengan pokok permasalahan kesesuaian harga ganti rugi para pihak tidak mengindahkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 mengenai pelepasan hak dan ganti rugi atas tanah untuk kepentingan umum. Pada sengketa jenis pelepasan hak dan ganti rugi ini, masyarakat pemilik tanah sering dirugikan dalam hal harga ganti rugi sehingga terjadi perlawanan oleh masyarakat tersebut terhadap badan hukum baik swasta maupun pemerintah. 3. Jual beli Untuk jenis sengketa jual beli yang dipermasalahkan adalah tentang pengalihan haknya kepada pihak ketiga, kemudian mempersoalkan tentang ganti rugi tentang batas-batas tanah yang diperjualbelikan. Pengertian batas-batas tanah yang diperjual belikan disini adalah bahwa pada saat terjadinya jual beli, batas-batas tanah yang diperjualbelikan tersebut kurang jelas, sehingga pada saat telah terjadi jual beli pihak ketiga merasa keberatan karena menganggap tanah yang telah diperjual belikan tersebut melampaui batas-batas hak kepemilikannya. Sengketa jual beli ini juga ada yang mempermasalahkan tentang penguasaan penyerobotan hak dengan cara mendirikan tonggak - tonggak di atas tanah yang telah dijual kepada pembeli. Jenis sengketa jual beli yang paling unik adalah mempersoalkan tentang penerbitan Universitas Sumatera Utara 47 sertifikat mempermasalahkan tentang tumpang tindih hak dan mempersoalkan tentang perjanjian dalam pengikatan jual beli. 4. Penguasaan penyerobotan tanah Jenis sengketa lainnya yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang adalah sengketa penyerobotan tanah. Jenis sengketa ini memperkirakan tentang pengalihan haknya, penyerobotan haknya dengan cara mendirikan bangunan di atas tanah milik orang lain. Selain itu memperkarakan tentang penerbitan sertifikat juga memperkarakan tentang perjanjiannya. 5. Batas-batas tanah Jenis sengketa tanah lainnya yang juga cukup banyak terjadi di Kabupaten Deli Serdang yaitu sengketa mengenai batas-batas tanah. Sengketa jenis ini mempermasalahkan tentang penyerobotan batas-batas tanah ini ada yang mendirikan bangunan di atas batas-batas tanah yang menjadi hak milik orang lain. Sengketa batas tanah juga mempersoalkan tentang penerbitan sertifikat dari batas-batas tanah. Selain itu juga mempersoalkan tentang ganti rugi terhadap batas-batas tanah yang disebabkan dari jual beli. 55 6. Ganti kerugian Sengketa tanah lainnya yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang adalah sengketa mengenai ganti rugi atas tanah. Pada jenis sengketa ini yang menjadi masalah adalah mengenai ganti kerugian yang tidak sesuai dengan perjanjian, ganti 55 Wawancara dengan Muhammad Ridwan Nasution, Staff Bidang Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang Pada Tanggal 23 April 2010. Universitas Sumatera Utara 48 kerugian terhadap batas-batas tanah yang kabur, terhadap batas-batas tanah yang cacat hukum pada pelaksanaannya karena tidak terpenuhinya uang pembayaran. 7. Pengosongan tanah Jenis sengketa pengosongan tanah ini merupakan suatu keputusan dari pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap yang akan dieksekusi oleh aparat yang berwenang dalam pengosongan tanah tersebut. Sengketa yang terjadi pada umumnya adalah pemilik tanah yang akan dikosongkan tetap bertahan menduduki tanah tersebut meskipun ia telah kalah dalam putusan pengadilan dalam hal kepemilikan atas tanah tersebut. Aparat yang berwenang dalam melakukan pengosongan tanah pada umumnya terpaksa melakukan upaya paksa untuk mengeluarkan pihak yang tidak berwenang menduduki tanah tersebut. Sengketa atas pengosongan tanah tersebut sering terjadi diakibatkan oleh kurangnya kesadaran hukum dari masyarakat dalam menerima keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dari beberapa jenis sengketa yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2009 dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sengketa perkara yang paling dominan terjadi di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Adapun jenis sengketa perkara yang dominan terjadi pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2009 adalah seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini : Universitas Sumatera Utara 49 Tabel 1. Sengketa Perkara Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 No Perkara Perdata, PTUN Penggugat Tergugat Tipologi Perkara Objek gugatanlokasi Pokok Gugatan Putusan Keterangan 1 38G2000PTUN-MDN Muchtar bin Yahya dkk 113 orang - Camat LP - Kakantah Deli Serdang - Mirah LT.IV Intervensi Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah Sertifikat Hak Milik No. 213Desa Petapakan Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 213Desa Petapakan a. PNP-Tuan b. PTPT- Tun c. Kasasi Kasasi 2 78G2002PTUN-MDN Dr. H. Agusman Sutan Basya - Kakantah Deli Serdang - M. Yasin Srg Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HM No.730 LP. Pekan Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 730LP. Pekan a.Gugatan ditolak b.Banding ditolak DK 3 46G2004PTUN-MDN Yusni A. Kakantah Deli Serdang PT. Pancing Busines Center Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HGB No. 1782Medan Estate Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGB No. 1782M.Es tate a. Gugatan ditolak b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak Kasasi 4 18G2005PTUN-MDN H. Thamrin Maharaja - Kakantah Deli Serdang - Ahmat Jinat Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HGB No. 498Helvetia Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGB No. 498Helvet ia a.Gugatan dikabulkan b.Banding dikabulkan 5 15G2005PTUN-MDN Budi Suyalino - Makekata Rosana Purba Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HM No. 146 Mulio Regio Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 146Desa Muliorejo a.Gugatan dikabulkan b.Banding dikabulkan c.Kasasi ditolak d.DK ditolak 6 49G.TUN2005PTUN- MDN Tarunijan dkk - Kakantah Deli Serdang - PTPN II Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HGB No110 Sampali Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGB No. 110Desa Sampali a.Gugatan dikabulkan b.Banding dikabulkan Kasasi 7 04G.TUN2005PTUN- MDN Berthe Samosir - PT. Anugrah Sawindo - Kakantah Deli Serdang - PTPN II Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HGU No.115 Bandar Klippa Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGU No. 115Banda a.Gugatan ditolak b Banding ditolak Kasasi Universitas Sumatera Utara 50 No Perkara Perdata, PTUN Penggugat Tergugat Tipologi Perkara Objek gugatanlokasi Pokok Gugatan Putusan Keterangan r Lippa 8 24G.TUN2005PTUN- MDN Ir. Edward Pratogi Rangondian Tampubolon - Kakantah Deli Serdang - MG Kok Sin Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HM No.1486 Desa Sampali Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 1486 Desa Sampali a.Gugatan diterima b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak DK 9 33G.TUN2006PTUN- MDN Rante Kilat Sinulingga dkk - Kakantah Deli Serdang - Mukti Daulay Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HM No.1 Desa Namorambe Julu Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 1Desa Namoram be Julu a. Gugatan ditolak b.Banding dikabulkan c.Kasasi dikabulkan 10 34G.TUN2006PTUN- MDN Nimban Ginting dkk - Kakantah Deli Serdang - Tapi Suhandari Lubis Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HM No.1 Desa Namorambe Julu Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HM No. 1Desa Namoram be Julu a. Gugatan ditolak b.Banding dikabulkan c.Kasasi ditolak Kasasi 11 05G.TUN2008PTUN- MDN Daniel Saragih - PTPN II - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan tuntutan pengembalian tanah garapan masyarakat. Desa Saentis Kec. Percut Sei Tuan Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGU No. 112Saenti s cacat hukum a. Gugatan ditolak b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak Kasasi 12 08G.TUN2008PTUN- MDN Telista Sinulingga dkk Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa prosedur penetapan hak dan pendaftaran tanah HM No. 286 HM No. 288 dan HM No. 289Desa Deli Tua Kec. Namorambe - Fiktif negatif tergugat tidak menjawab surat penggugat No. B. 29BHAP- HIPSI200 7 tgl. 29-9- 2007. - Menyataka n cacat hukum sertifikat HM No. 286, No. 288 dan No. 239 Delitua a. Gugatan tidak dapat diterima b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak Kasasi 13 26G.TUN2008PTUN- MDN Tengku Mira Laura - Amir Simatupang Sengketa prosedur Sertifikat HM No. 76 Patumbak Penggugat memohon a.Gugatan diterima seluruh Kasasi Universitas Sumatera Utara 51 No Perkara Perdata, PTUN Penggugat Tergugat Tipologi Perkara Objek gugatanlokasi Pokok Gugatan Putusan Keterangan - Kakantah Kab. Deli Serdang penguasaan hak dan pendaftaran tanah Kampung kan hak hukumtana h yang dimohonk an telah terbit sertifikat HM No. 74 nya b.Banding dikabul kan c.Kasasi ditolak 14 762008PTUN-MDN Rudy Mulyadi - Kakantah Kab. Deli Serdang - Arifin bin Arjuna - Sengketa prosedur - Kakantah No. 500.3354 92008 tgl. 9- 9-2008 Tanah seluas 10.586 m 2 terletak di Desa Lalang Kec. Sunggal Pembatala n sertifikat HM No. 126 Lalang a. Gugatan ditolak b.Banding dikabul kan Kasasi 15 82G2008PTUN-MDN Drs. Maramonang Siregar - Kakantah Kab. Deli Serdang - Drs. Herbin Hutabarat Sengketa prosedur Sertifikat HM No. 1055 Marindal I Menyataka n cacat hukum penerbitan SHM No. 1055 Marindal I a.Gugatan dikabul kan b.Banding dikabul kan Kasasi 16 07G2009PTUN-MDN T. haris Sabri Sinar, SE Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa prosedur Ex sertifikat HM No. 60rusemuk dipecah menjadi sertifikat HM No. 122regemuk sd HM No. 135Rugemuk. Menyataka n batal dan cacat hukum penerbitan SHM No. 122 Rugemuk sd 135Ruge muk a.Gugatan dikabul kan b.Banding ditolak Kasasi 17 12G2009PTUN-MDN Harun Aminah Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa prosedur Sertifikat HGB No. 3157 Medan Estate Menyataka n cacat hukum penerbitan sertifikat HGB No. 3157 Medan Estate a.Gugatan dikabul kan b.Banding dikabul kan Kasasi 18 17G2009PTUN-MDN Tio Siong Tjiok Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa prosedur Sertifikat HGU No. 103 Paya Bakung Menyataka n tidak sah penerbitan SHGU No. 103 Paya Bakung a.Gugatan ditolak b.Banding ditolak Kasasi 19 26Pdt.G2005PN-LP Ibnu Hafas - AHui - Jasa - T. Bukit - Tan Andoyono - Camat Tj. Beringin - Kades Tj. Beringan - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan dan pemilikan HGB No. 18 Tj. Beringin Menyataka n Sertifikat HGB No. 18 Tj. Beringin tidak mempunya i kekuatan hukum a.Gugatan dikabul kan b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak Kasasi Universitas Sumatera Utara 52 No Perkara Perdata, PTUN Penggugat Tergugat Tipologi Perkara Objek gugatanlokasi Pokok Gugatan Putusan Keterangan 20 17Pdt.G2003PN-LP Saromi, dkk - PTPN II - Gubernur KDH Tk. I Sumut - Kakanwil BPN Prop. SU - Bupati Deli Serdang - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan dan pemilikan HGU No. 1 Bandar Kalipa Menyataka n Sertifikat HGB No. 1 Bandar Kalifa tidak mempunya i kekuatan hukum \a.Gugatan ditolak b.Banding ditolak Kasasi 21 38Pdt.G2003PN-LP Sari, dkk - PT. Sri Rahayu Agung - Kakantah Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan HGU No. 2 Kotarih Menyataka n batal atau tidak sah sertifikat HGU No. 2 Hotari a. Gugatan ditolak b.Banding ditolak Kasasi 22 79Pdt.G2003PN-LP BKMAD - PTPN II - Bulati Deli Serdang - Kakantah Sengketa penguasaan dan kepemilikan tanah ulayat HGU No. 111 Helvetia Menyataka n HGU No. 111 Helvetia tidak mempunya i kekuatan hukum a. Gugatan ditolak b.Banding ditolak Kasasi 23 82Pdt.G2003PN-LP Sabran dkk 281 org - Puskopa d A dan II BB - PT. Poly Kartika Sejahtera - Kakantah Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan HGU No. 1 Sei Tuan Menyataka n sertifikat HGU No. 1 Sei Tuan cacat hukum a. Gugatan ditolak b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak Kasasi 24 34Pdt.G2004PN-LP AM. Situmeang, SH - Pimpro pengendalian Banjir Medan sekitarnya - Bupati Deli Serdang selaku panitia - Kakantah Sengketa penguasaan dan kepemilikan Ganti rugi pengadaan tanah kanal di Desa Marindal 1 Kec. Patumbak Ganti rugi pengadaan tanah kanal Desa Marindal I a. Gugatan ditolak b.Banding ditolak Kasasi 25 44Pdt.G2004PN-LP BKMAD - Bupati Deli Serdang - Kakantah Sengketa penguasaan dan kepemilikan HGU No. 110 Sampali Menyataka n sertifikat HGU No. 110 Sampali cacat a. Gugatan ditolak b.Banding ditolak Kasasi Universitas Sumatera Utara 53 No Perkara Perdata, PTUN Penggugat Tergugat Tipologi Perkara Objek gugatanlokasi Pokok Gugatan Putusan Keterangan hukum 26 74Pdt.G2004PN-LP Susila Efrata Bukit, dkk - Ester Engkeli ni Br. Bukit - Johan Ginting - Kades Ujung Labuhan Camat Namoramb e - PT. Bank Sumut - Nuriljini Ilyas, SH PPAT Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan HGU No. 412 Ujung Labuhan Menyataka n batal demi hukum HM No. 412 Ujung Labuhan a.Gugatan dikabul kan b.Banding ditolak c.Kasasi ditolak Kasasi 27 89Pdt.G2004PN-LP Drs. Tengku Azan Khan Zuriat sebagai ahli waris Alm. Sultan Maimum Al Rasyid perkara Alamsyah Sultan Negeri Deli - PTPN II - Bupati Deli Serdang - Kakantah Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan HGU No. 111 Helvetia Menyataka n sertifikat HGU No. 111 Helvetia a. Gugatan dalam konvensi tidak dapat diterima b.Banding diterima Kasasi 28 90Pdt.G2004PN-LP Drs. Tengku Azan Khan Zuriat sebagai ahli waris Alm. Sultan Maimum Al Rasyid perkara Alamsyah Sultan Negeri Deli - PTPN II - Bupati Deli Serdang - Kakantah Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan sengketa tanah ulayat HGU No. 111 Helvetia, seluas 183,56 Ha Desa Manunggal Menyataka n sertifikat HGU No. 111 Helvetia a. Gugatan dalam konvensi tidak dapat diterima b.Banding diterima Kasasi 29 91Pdt.G2004PN-LP Drs. Tengku Azan Khan Zuriat sebagai ahli waris Alm. Sultan Maimum Al Rasyid perkara Alamsyah Sultan Negeri Deli - PTPN II - Bupati Deli Serdang - Kakantah Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan tanah ulayat masyarakat Deli HGU No. 111 Helvetia, seluas 183,56 Ha Desa Manunggal Menyataka n sertifikat HGU No. 111 Helvetia a. Gugatan dalam konvensi tidak dapat diterima b.Banding diterima Kasasi 30 89Pdt.G2007PN-LP Datuk Ahmad Neil - Tengku Khairul Amar dkk - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan perjanjian kuasa waris HM No. 245 sd No. 252 dan 222, No. 244 dan 187 Desa Kelambir V Menyataka n para tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum a. Gugatan ditolak b.Banding dikabul kan Kasasi Universitas Sumatera Utara 54 No Perkara Perdata, PTUN Penggugat Tergugat Tipologi Perkara Objek gugatanlokasi Pokok Gugatan Putusan Keterangan 31 94Pdt.G2007PN-LP Usman Sayang, dkk - Menteri Pekerjaan Umum RI - PTPN II - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan tanah garapan Desa Klumpang Kampung Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Menyataka n sertifikat HGU No. 1 Klumpang tidak sah karena cacat hukum a. Gugatan ditolak Banding 32 11Pdt.G2008PN-LP Aja Sakila - Tengku Khair Amar - Tony Wijaya - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan penetapan dan pendaftaran hak kuasa waris HM No. 176Klambir lima, HM No. 177Klambir Lima Menyataka n penggugat sah sebagai pemilik HM No. 176 dan HM No. 177 Desa Klambir Lima a. Gugatan ditolak Banding 33 12Pdt.G2008PN-LP Ridwan Amir Nst - PTPN II - Ahli waris Saniman - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan penetapan hak dan pendaftaran hak Desa Bandar Klipa Kecamatan Percut Sei Tuan Menyataka n penggugat adalah satu- satunya pemegang hak yang sah selaku pembeli yang beritikad baik a.Gugatan dikabul kan Banding 34 19Pdt.G2008PN-LP H. Isnanto dkk - Amirudin dkk - PTPN II - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan kepemilikan dan penetapan hak dan pendaftaran hak kepemilikan tanah, objek tanah perkebunan Sertifikat Ex HGU No.1Bangun SariSertifikat HGU No. 9 Bangun Sari an PTPN II. Menyataka n penggugat adalah yang sah dari tanah objek gugatan. a.Gugatan dikabul kan Banding 35 35Pdt.G2008PN-LP Sutikno Wongso - Kakantah Kab. Deli Serdang - Sukamto Wongso dkk Sengketa penguasaan dan kepemilikan HM No. 704 Purwodadi Pengembal ian aset perusahaa n dan tanah sertifikat HM No. 704 Purwodadi a.Gugatan dikabul kan Banding 36 49Pdt.GRLW2008 PN-LP Ny. Ramini dkk - Kakantah Kab. Deli Serdang - Hj. Nursiah dkk Sengketa penguasaan dan kepemilikan HM No. 183 Punden Rejo Pencabut penetapan No. 09Eks20 0899 dtg2004P N-LP a.Menolak perlawanan dari para perlawanan Banding Universitas Sumatera Utara 55 No Perkara Perdata, PTUN Penggugat Tergugat Tipologi Perkara Objek gugatanlokasi Pokok Gugatan Putusan Keterangan 37 51Pdt.G2008PN-LP Suprapto - Kakantah Kab. Deli Serdang - Hj. Nursiah dkk Sengketa penguasaan dan kepemilikan HM No. 156 Puji Mulyo HM No. 70 Puji Mulyo Perjanjian hutang piutang wanprestas i a. Gugatan tidak dapat diterima b. Banding ditolak Kasasi 38 112Pdt.G2008PN-LP Rohani Simanungkalit - Kakantah Kab. Deli Serdang - Hj. Nursiah dkk Sengketa penguasaan dan kepemilikan Tanah seluas + 90 m 2 terletak di Kel. Kenanga Baru Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Peralihan hak atas rumah KPR over kredit a.Gugatan dikabul kan - 39 94Pdt.G2008PN-LP Sri Hastuti Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan dan kepemilikan Tanah seluas + 3.912,60 m 2 terletak di Desa Bandar Kalipa Kec Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang - a.Gugatan ditolak Banding 40 117Pdt.G2008PN-LP Wibowo Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa kepemilikan Sertifikat HM No. 184 Purwodadi Menghadir i para tergugat mengemba likan sertifikat HM No. 184 Purwodadi kepada penggugat Surat kuasa Banding 41 29Pdt.G2009PN-LP Togal disebut juga T. Simatupang - Kakantah Kab. Deli Serdang - Bank BTN Sengketa kepemilikan Rumah yang terletak di Perumnas Mandala Kel. Kenangan Kec. Percut Sei Tuan Menyataka n sah dan berkekuata n hukum peralihan over kredit atas satu pintu rumah di Perumnas Mandala a.Gugatan dikabul kan Banding 42 14Pdt.G2009PN-LP Nurmansyah Sembiring Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa kepemilikan Sertifikat HM No. 24 Pertumbukan Menyataka n batal dan tidak berkakuata n hukum penerbitan sertifikat HM No. 24pertum bukan. a.Gugatan ditolak Banding 43 40Pdt.G2009PN-LP Tugas Tarigan Muhajirin Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa kepemilikan HGU No. 2 Namo Mbein Menyatak an sertifikat HGB No. 2Namo Mblein tidak sahcacat hukum a. Gugatanditolak Banding 44 51Pdt.G2009PN-LP Tiramsa Sinaga - Kakantah Kab. Deli Serdang Sengketa penguasaan dan Rumah yang terletak di Perumnas Mandala Permasala han kredit kepemilika a.Gugatan dikabul kan Banding Universitas Sumatera Utara 56 No Perkara Perdata, PTUN Penggugat Tergugat Tipologi Perkara Objek gugatanlokasi Pokok Gugatan Putusan Keterangan - Bank BTN kepemilikan penyelesaian peralihan over kredit KPR BTN yang telah lunas Kel. Kenangan Kec. Percut Sei Tuan n rumah 45 53Pdt.G2009PN-LP Delvi Situmorang - Kakantah Kab. Deli Serdang - Bank BTN Sengketa penguasaan dan kepemilikan penyelesaian peralihan over kredit KPR BTN yang telah lunas Rumah yang terletak di Perumnas Mandala Kel. Kenangan Kec. Percut Sei Tuan Permasala han kredit kepemilika n rumah a.Gugatan dikabul kan Banding 46 81Pdt.G2009PN-LP PT. Jui Shin Indonesia Kakantah Kab. Deli Serdang turut terlawan dua Sengketa penguasaan dan kepemilikan HGB No. 307, 357, 397, 449, 590, 591Saentis. Menyataka n perlawana n adalah pemilik yang sah atau tanah sesuai HGB No. 307, 357, 397, 449, 590, 591Saenti s. - Banding Universitas Sumatera Utara 57

C. Faktor-Faktor Dominan Timbulnya Sengketa Pertanahan di Kabupaten Deli

Serdang Terjadinya sengketa pertanahan di Kabupaten Deli Serdang disebabkan oleh faktor-faktor yang merupakan penyebab utama timbulnya sengketa pertanahan tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya sengketa pertanahan di Kabupaten Deli Serdang tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis sengketa yang terjadi. Pada jenis sengketa pengalihan hak yang merupakan jenis sengketa yang paling banyak terjadi di Kabupaten Deli Serdang disebabkan oleh faktor beragamnya jumlah penduduk di Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari berbagai jenis etnis suku bangsa, kurangnya pengetahuan hukum sebagian besar masyarakat khususnya peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan mental intelektual dan penyuluhan hukum kepada masyarakat di Kabupaten Deli Serdang khususnya dibidang peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang pertanahan. Pada jenis sengketa pengalihan hak yang timbul dari tindakan hukum jual beli dan pelepasan hak dengan ganti rugi, faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya sengketa adalah adanya unsur penipuan dari pihak pembeli, wanprestasi ingkar janji, yaitu dalam hal pembayaran harga tanah yang belum lunas dilakukan oleh pembeli. Pembayaran harga tanah yang belum lunas tersebut dijanjikan oleh pihak pembeli dalam waktu beberapa minggu kemudian setelah penandatanganan akta jual beli dilaksanakan. Pada kenyataannya pihak pembeli melakukan wanprestasi Universitas Sumatera Utara 58 ingkar janji dalam hal pelunasan sisa pembayaran harga tanah tersebut dan tidak memiliki itikad baik dalam melunasi sisa pembayaran harga tanah tersebut. Pihak pembeli juga melakukan pengalihan hak tanah tersebut kepada pihak ketiga meskipun harga tanah tersebut belum dibayar lunas oleh pembeli. Disinilah terjadi unsur penipuan dari pihak pembeli terhadap penjual tanah tersebut yaitu dengan sengaja dan beritikad buruk tidak melunasi sisa pembayaran tanah tersebut. Namun melakukan tindakan hukum terhadap tanah yang telah dibelinya tersebut. Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya sengketa pengalihan hak ini adalah tertundanya surat pengalihan hak tersebut, akibat dari proses yang dilakukan oleh pejabat instansi pemerintah. Pada jenis sengketa penyerobotan tanah faktor penyebab yang menonjol dalam menimbulkan sengketa tersebut adalah karena adanya unsur melawan hukum dan penyimpangan prilaku hukum dari pihak penyerobot. Selain itu karena adanya kesempatan dan peluang bagi penyerobot yang ditimbulkan dari lamanya tanah ditinggalkan. Jenis sengketa ini juga disebabkan faktor pengosongan tanah yang juga disebabkan oleh unsur ingin menyerobot tanah milik orang lain. Sengketa timbul disebabkan karena faktor itikad tidak baik buruk dari pihak tergugat sebagai pihak pembeli yang tercermati dari adanya unsur ingin menguasai tanah milik orang lain. Jenis sengketa pelepasan hak tanah faktor-faktor yang menyebabkannya adalah tidak adanya memuat : 1 letak dan batas-batas tanah yang dimohonkannya, 2 dalam berita cara pemeriksaan dilapangan oleh pegawai tergugat tidak ada memuat letak dan batas-batas tanah, nama pejabat dan beserta stempelnya oleh pejabat Universitas Sumatera Utara 59 berwenang yang mengetahui, 3 dalam surat keterangan Kepala Desa Patumbak Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang No. 59260PronaDPKIX1987 tidak ada memuat letak dan batas-batas tanah, nama pejabat dan beserta stempelnya oleh pejabat berwenang yang mengetahui. Khusus pada sengketa penerbitan sertifikat faktor penyebab yang lebih dominan adalah tumpang tindih hak, tidak konsisten dan tidak konsekwen dari pejabat instansi pemerintah dalam menerapkan peraturan yang ada dan juga disebabkan oleh karena tumpang tindihnya peraturan dimana Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah masih tumpang tindih pemberlakuannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, selain itu ketentuan hukum adat tanah yang masih memberlakukan peralihan hak atas tanah tanpa melalui PPAT. Jenis sengketa penyerobotan hak atas tanah faktor penyebabnya adalah batas- batas tanah yang diperjual belikan oleh pihak yang bersengketa, kabur atau tidak jelas. Kemudian faktor penyebab lainnya adalah karena tidak terpenuhinya uang pembayaran atas jual beli tanah tersebut. Selain itu juga mempermasalahkan tentang uang ganti kerugian yang telah diperjanjikan, dalam hal ini adanya unsur ingkar janji wanprestasi dari pihak pembeli mengenai sengketa tanah dibidang penguasaan hak. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya sengketa pertanahan di Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat yang antara lain meliputi : Universitas Sumatera Utara 60 a. Ingin menguasai tanah orang lain atau penyerobotan yang merupakan penyimpangan perilaku hukum dari masyarakat di Kabupaten Deli Serdang. b. Melakukan wanprestasi atau ingkar janji. c. Melakukan penipuan terhadap jual beli atas tanah baik dari segi administratif kelengkapan maupun dari segi batas-batas tanah. 2. Kurangnya pengetahuan hukum masyarakat antara lain meliputi : a. Tidak teliti ceroboh dalam melakukan pembelian atas tanah b. Tidak mengindahkan adanya dokumentasi atas tanah secara umum dan juga dokumentasi bebas silang sengketa pada saat pembelian atas tanah. c. Menelantarkan atau meninggalkan tanah yang dimilikinya sehingga mengakibatkan terjadinya penyerobotan atas tanah tersebut. Terbatasnya pengetahuan teknis serta terjadinya kekeliruan dalam menerapkan peraturan dan kebijaksanaan yang ada dapat ditinjau dari beberapa aspek antara lain yaitu : 1 Pihak instansi kantor pertanahan Kabupaten Deli Serdang tidak menjalankan peraturan perundang-undangan dengan ketentuan yang ada dalam hal : a. Penerbitan surat sertifikat hak milik yang tidak sesuai dengan surat pelepasan hak atas tanah dengan ganti rugi. b. Terlambat menerbitkan surat sertifikat hak milik 2 Pihak yang bersengketa mengalami kelemahan dalam pengetahuan teknis dan pemahaman hukum dalam bidang pertanahan. Universitas Sumatera Utara 61 Terbatasnya pengetahuan teknis dalam hukum pertanahan serta terjadinya kekeliruan dalam menerapkan kebijaksanaan yang ada adalah merupakan salah satu faktor penyebab yang paling dominan dalam kajian jenis sengketa pertanahan yang ditemukan di Kabupaten Deli Serdang. Dari tiap-tiap jenis sengketa yang diteliti untuk dianalisis yang mewakili faktor ini, rata-rata ditemukan dalam setiap jenis sengketa juga ditemukan beragam faktor penyebab yang menimbulkan sengketa tersebut. Di samping itu peraturan dan kebijaksanaan yang ada di bidang pertanahan sering salah ditafsirkan oleh para pihak yang bersengketa dalam penerapannya di lapangan, sehingga sengketa tidak dapat dihindari. Penyelesaian dengan jalan musyawarah telah dicoba dan dilakukan, namun pihak yang bersengketa tidak berhasil diajak untuk berdamai karena tidak merasa puas dengan hasil yang dimufakatkan dalam perdamaian tersebut, sehingga sengketa tersebut menjadi berlarut-larut dan harus diselesaikan melalui jalur pengadilan litigasi. Mengenai terjadinya sengketa di bidang pertanahan yang disebabkan oleh faktor penyimpangan prilaku hukum dari pihak yang bersengketa dapat diuraikan penjelasannya yaitu bahwa perilaku yang menyimpang adalah suatu tingkah laku yang tunduk kepada kontrol sosial. Kontrol sosial yang dimaksudkan disini adalah kontrol sosial yang mendefinisikan apa yang dimaksud dengan yang menyimpang. Semakin banyak kontrol sosial kemana tingkah laku itu harus tunduk, semakin Universitas Sumatera Utara 62 banyak menyimpang tingkah laku itu 56 . Dalam pengertian penyimpangan prilaku hukum tersebut di atas keseriusan dari prilaku yang menyimpang itu dibatasi oleh kuantitas kontrol sosial yang juga mendefinisikan kadar dari prilaku yang menyimpang itu. Gaya kontrol sosial bahkan mendefinisikan gaya dari prilaku yang menyimpang apakah itu suatu kejahatan yang harus dihukum, suatu hutang yang harus dibayar, suatu keadaan yang membutuhkan perlakuan atau suatu perebutan kekuasaan kepemilikan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan singkat, prilaku yang menyimpang adalah suatu segi dari kontrol sosial. Sedangkan hukum adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang tiap-tiap orang atau masyarakat wajib mentaatinya, dan bagi pihak yang melanggarnya akan mendapatkan sanksi. Penyimpangan prilaku hukum dalam kasus ini ada dua jenis penyebabnya yaitu : 57 a. Faktor adanya pihak yang tidak mematuhi kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum yang sedang berjalan. b. Faktor meningkatnya jumlah penduduk yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ekonomi. 56 Ediwarman, Perlindungan Hukum Bagi Korban Kasus-kasus Pertanahan di Sumatera Utara, 2001, Disertai, hlm. 182. 57 Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-masalah Sosial, Citra Aditya Bakti Bandung, 1989, hlm. 55. Universitas Sumatera Utara 63

D. Pelanggaran Hukum Karena Adanya Kesempatan dan Peluang

Penyimpangan prilaku hukum yang disebabkan oleh faktor hukum itu sendiri dapat diuraikan yaitu semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin memungkinkan penegakannya, sebaliknya semakin buruk suatu peraturan hukum akan semakin sulit penegakannya. Bagaimana peraturan hukum yang baik terhadap kepemilikan tanah ? Dalam hal ini tentunya peraturan di bidang kepemilikan tanah tersebut dapat ditegakkan kepada semua unsur masyarakat. Secara umum peraturan yang baik itu yaitu peraturan yang berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis. Peraturan hukum secara yuridis ini menurut Hans Kelsen apabila peraturan hukum tersebut penentuannya berdasarkan kaedah yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berhubungan dengan teori “stufenbau” dari Hans Kelsen. Dalam hal ini perlu diperhatikan apa yang dimaksud dengan berlakunya kaedah hukum, oleh karena efektivitas merupakan fakta 58 . Stufenbau teori ini sesuai dengan tata tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan peraturan-peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, dimana dinyatakan setiap peraturan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berarti bahwa setiap peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan peraturan hukum yang lebih tinggi derajatnya. 59 Teori Stufenbau dari Hans Kelsen tersebut memiliki keterkaitan yang erat sekali dengan kepastian hukum rechtzekerheid terhadap setiap peraturan yang berlaku atas tanah. Peraturan yang berlaku atas tanah 58 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah-kaedah Hukum, Alumni Bandung, 1978, hlm. 114. 59 Mohammad Kusnadi dan Hormaily Ibrahim, Hukum dan Tata Negara Indonesia, Fakultas Hukum UI, Jakarta, hlm. 50, jo. Ridwan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 205. Universitas Sumatera Utara 64 tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang berada di atasnya sesuai dengan hirarki peraturan tersebut. Sehingga peraturan mengenai tanah yang menjadi peraturan pelaksana merupakan peraturan yang menguatkan dari peraturan yang berada di atasnya sehingga menimbulkan suatu kepastian hukum terhadap pengaturan dibidang pertanahan. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah diterbitkan untuk penerbitan hukum agraria Hukum pertanahan, karena di dalam peraturan ini telah dilengkapi dan disempurnakan dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang bertujuan untuk kepastian dan ketertiban hukum. Pengertian pendaftaran dan peralihan hak atas tanah harus disesuaikan dengan hukum adat yang berlaku dengan cara yang paling sederhana dan dapat dipahami oleh rakyat yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 pada pelaksanaannya di lapangan ditafsirkan keliru dan berbenturan dengan ketentuan yang dijelaskan di dalam Pasal 37 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 bahwa peralihan hak atas tanah hanya dapat didaftarkan jika dapat dibuktikan dengan akta PPAT yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perbuatan peralihan hak atas tanah yang dimaksud yaitu harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi yang memenuhi syarat sebagai saksi PPAT wajib membacakan dan menjelaskan isi dan maksud dari akta PPAT tersebut Pasal 38 ayat 1 PP No. 24 tahun 1997. Universitas Sumatera Utara 65 Selain itu Pasal 2 Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah menjelaskan tentang kewenangan membuat akta otentik dalam hal mutasi, pemberian hak dan pemberian kuasa dengan hak tanggungan adalah wewenang PPAT sebagai pejabat umum yang berwewenang membuat akta otentik. Dimaksud dengan akta otentik disini apabila ada masalah pada akta PPAT, maka Pengadilan tidak perlu memeriksa kebenaran isi dari akta tanah tersebut, ataupun tanggal ditandatanganinya dan demikian pula keabsahan dari tanda tangan dari pihak-pihak, asal saja tidak dapat dibuktikan adanya pemalsuan, penipuan, maupun lain-lain kemungkinan akta tanah tersebut dapat dinyatakan batal ataupun harus dibatalkan. Dihubungkan dengan pendapat pakar hukum Hans Kelsen dalam “Stufenbau” teori ketidak efektifnya peraturan ini pada pelaksanaannya dikaitkan dengan kasus tentang instruksi bagi para Pejabat Pembuat Akta Tanah dan juga kewenangan dan keontetikan dari akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, dikarenakan tumpang tindih hak atas kepemilikan tanah dan tumpang tindih peraturan yang dijalankan. Peraturan yang lebih rendah lama masih diberlakukan. Namun kaedah hukum yang tegas dapat diterapkan oleh Majelis Hakim dengan memenangkan perkara kepada pihak yang menerapkan ketentuan yang lebih tinggi. Dalam perkara ini terbukti bahwa pendapat Hans Kelsen sering dipakai oleh majelis hakim dalam pandangan juridis hukum. Selanjutnya W. Zevenbergen menyatakan bahwa suatu peraturan hukum mempunyai kekuatan berlaku juridis jika peraturan hukum tersebut terbentuk menurut Universitas Sumatera Utara 66 cara yang telah ditetapkan. 60 Misalnya UUPA Nomor 5 Tahun 1960 terbentuk oleh presiden dengan persetujuan DPR Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 5 ayat 1. Kemudian suatu peraturan hukum berlaku secara sosiologis bilamana peraturan tersebut diakui atau diterima oleh masyarakat kepada siapa peraturan hukum tersebut ditujukandiberlakukan, demikian menurut “Anerkennungs theorie”, “The recognition theory”. Teori ini bertolak belakang dengan Muchttheorie, Power theory yang menyatakan bahwa peraturan hukum mempunyai kelakuan sosiologis apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa, diterima ataupun tidak oleh masyarakat. 61 Teori yang disebutkan di atas lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia. Suatu hukum berlaku secara filosofis apabila peraturan hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum rechts idee sebagai nilai positif yang tertinggi. Di Indonesia cita-cita hukum positif tertinggi adalah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan khusus yang menyangkut peralihan hak dan kepemilikan hak belum ada undang-undang sendiri, namun pengaturannya terlalu banyak sehingga pada pelaksanaannya sering ditafsirkan yang keliru. Substansi Badan Pertanahan Nasional maupun Substansi Pemerintah Camat dan Kepala Desa dalam pelaksanaan teknis tidak terkoordinasi sehingga timbul banyak Surat Kepemilikan dalam satu data fisik dan satu data yuridis dalam satu bidang tanah dan yang menyangkut hubungan hukum dalam bidang tanah tersebut. Dengan kejadian seperti ini timbul sengketa pertanahan. 60 Purnadi Purba Caraka dan Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm. 114. 61 Ibid, hlm. 117. Universitas Sumatera Utara 67

BAB III UPAYA – UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN

YANG DILAKUKAN KANTOR PERTANAHAN DELI SERDANG

A. Asas Musyawarah dan Mufakat sebagai Budaya Bangsa Indonesia

Dalam rumusan Pasal 5 UUPA Nomor 5 Tahun 1960 tersebut di atas, jelaslah bahwa hukum adat yang berlaku atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah : 62 1. Pro kepada kepentingan nasional, atau adanya prinsip nasionalitas artinya hukum adat itu menyatakan dengan tegas bahwa hanya warga negara Indonesia saja yang mempunyai hak sepenuhnya atas bumi, air dan ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan dalam semua lembaga hak-hak atas agraria tersebut setiap hari akan menonjol, seperti siapa yang boleh mempunyai hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha. Pasal 9 UUPA, jelas-jelas memantapkan statemen tersebut dengan kalimat “Hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai hubungan dengan bumi, air dan ruang angkasa dalam batas-batas ketentuan Pasal 1 dan 2 UUPA Nomor 5 Tahun 1960. 2. Pro kepada kepentingan negara, dalam pengertian keluar, negara tidak akan mengadakan suatu kompromi atau toleransi yang akan meniadakan hak-hak bangsa Indonesia, terutama prinsip nasionalitas tersebut, dan ke dalam 62 AP. Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, 1998, hlm.57. 54 Universitas Sumatera Utara 68 kepentingan negara di atas segala-galanya sehingga kepentingan perorangan harus mengalah, jika kepentingan negara menghendakinya. 3. Pro kepada persatuan bangsa, artinya hukum adat menurut versi UUPA itu menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia dimanapun dia berada di wilayah tanah air, memiliki hak yang sama untuk memiliki hak-hak agraria. 4. Pro kepada sosialisme Indonesia, artinya disini bahwa pengertian sosialisme Indonesia tersebut sebagai Pancasila TAP MPRS XXXVIII1968. 5. Bahwa seterusnya hak-hak adat itu tunduk kepada ketentuan umum yang diatur oleh UUPA maupun oleh peraturan sejenis yang lebih tinggi berarti UUPA atau peraturan lain yang diterbitkan akan merupakan hukum yang umum, sedangkan hak-hak adat itu akan tunduk kepada perubahan atau penetapan dari hak-hak agraria yang akan dituangkan dalam Undang-Undang atau Peraturan pemerintah lainnya, sehingga akan menyesuaikan kepada hukum umum yang diatur oleh pemerintah dan tidak boleh menyimpang dan bertentangan dengan hukum umum yang disengaja diadakan untuk itu. 6. Bahwa sebagai ciri khusus dari UUPA, lembaga hukum agama Islam sudah merupakan bagian dari hukum adat menurut versi UUPA tersebut, artinya sudah diresipir dalam lembaga hukum adat, khususnya lembaga wakaf. Universitas Sumatera Utara 69 Wewenang yang dipunyai oleh pemegang hak atas tanah terhadap tanahnya dibagi menjadi dua yaitu : 63 1. Wewenang yang bersifat umum, yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya, termasuk juga bumi dan air serta ruang angkasa yang ada di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi Pasal 4 ayat 2 UUPA. 2. Wewenang yang bersifat khusus, yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya, sesuai dengan macam hak atas tanahnya, misalnya wewenang pada tanah hak milik adalah dapat untuk kepentingan pertanian dan atau mendirikan bangunan, wewenang pada tanah Hak Guna Bangunan, yaitu menggunakan tanah hanya untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan miliknya, wewenang pada tanah Hak Guna Usaha adalah menggunakan tanah hanya untuk kepentingan perusahaan dibidang pertanian, perikanan, peternakan atau perkebunan. Pancasila dijadikan dasar peninjauan dalam politik hukum agraria karena ia merupakan asas kerohanian negara Indonesia. Asas kerohanian itu meliputi seluruh tertib negara, artinya seluruh tertib hukum sebagai kesatuan dan masyarakat bersangkutan serta harus hidup di dalam masyarakatnya. 63 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 87 Universitas Sumatera Utara 70 Asas kerohanian itu ditentukan pada waktu negara dibentuk, dan ia akan lenyap pada waktu dibentuk negara baru, sehingga jika keberadaansejarah negara itu tidak terputus oleh keadaan yang bagaimanapun juga, tidak ada pergantian negara baru, maka tidak mungkin asas kerohanian itu diubah. 64 Pancasila basisnya Ketuhanan Yang Maha Esa, sesudah itu perikemanusiaan, sesudah itu lagi keadilan sosial, dan ini merupakan satu kesatuan. Ini berarti Ketuhanan itu juga Ketuhanan yang mengandung perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. 65 Dengan demikian, Hukum AgrariaHukum Tanah Nasional pada hakekatnya berdasarkan Pancasila, sehingga : 1. Berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa bagi masyarakat Indonesia, hubungan antara manusia Indonesia dengan tanah mempunyai sifat kodrat, artinya tidak dapat dihilangkan oleh siapapun juga termasuk oleh negara. 2. Sila kemanusiaan, memungkinkan didapatkannya pedoman, bahwa hubungan antara manusia Indonesia dengan tanah mempunyai sifat perorangan dan kolektif sebagai dwitunggal. 3. Sila Kebangsaan dapat dirumuskan pedoman bahwa : a. Hanya orang Indonesia yang dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan tanah di daerah Indonesia. 64 Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, Sofi Media, Medan, 2009, hlm. 33. 65 Notonagoro, Politik Hukum dan Pembangunan Agraria di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1984, hlm. 73. Universitas Sumatera Utara 71 b. Dengan menggabungkan sila kebangsaan dengan sila perikemanusiaan yang mempunyai unsur mahkluk sosial dan juga mengandung unsur hidup bersama internasional, maka orang asing dapat diberi kekuasaan terhadap tanah di Indonesia, seberapa dibutuhkan oleh orang Indonesia terhadap orang asing itu. Jadi tidak sebaliknya, tidak diberikan hubungan dengan tanah karena berdasarkan kepentingan mereka. 4. Menurut sila kerakyatan, tiap-tiap orang Indonesia dalam hubungannya dengan tanah, mempunyai hak dan kesempatan yang sama, sehingga pedoman ini mengenai hubungan hak dan kekuasaan. 5. Berdasarkan sila keadilan sosial, tiap-tiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama menerima bagian dari manfaat tanah, menurut kepentingan hak hidupnya, bagi diri sendiri dan bagi keluarganya. Perhubungan hak hidup manusia itu ada dua macam yaitu : a. Untuk mempertahankan jenis, agar manusia itu dapat berlanjut adanya; b. Untuk mempertahankan individu, jadi dirinya sendiri. Pedoman yang didasarkan keadilan ini, tidak menurut kekuatan atau kekuasaan haknya, tetapi mengenai hak, tetapi mengenai hasil tanah. 66 Menyimak uraian terdahulu yang mengharuskan Pancasila sebagai pedoman- pedoman yang menjadi pegangan dalam menyusun hukum agraria, maka : 1. Hubungan manusia Indonesia dengan tanah di wilayah Indonesia bersifat kodrat. 2. Hubungan dengan tanah itu mempunyai sifat privat dan kolektif. 66 Ibid, hlm. 78-80. Universitas Sumatera Utara 72 3. Hanya orang Indonesialah yang mempunyai hubungan yang terkuat dengan tanah di Indonesia, dengan tetap memberi kesempatan pada orang asing untuk mempunyai hubungan dengan tanah di Indonesia asal hubungan itu tidak merugikan bangsa Indonesia. 4. Setiap orang Indonesia mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mempunyai hubungan dengan tanah. 5. Setiap orang Indonesia mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menikmati hasil bumi Indonesia. 67 Pengejewantahan sila-sila Pancasila dalam UUPA dapat diuraikan sebagai berikut : 68 1. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa Pedoman yang diambil dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu bahwa hubungan manusia Indonesia dengan tanah di wilayah Indonesia bersifat kodrat, dapat ditemukan dalam Pasal 1 ayat 2 UUPA dihubungkan dengan ayat 3-nya. Menyimak ketentuan Pasal 1 ayat 2 dan 3 UUPA tersebut, dapat dijelaskan bahwa sebagai suatu bangsa yang berKetuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia mengakui bahwa seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya di wilayah Republik Indonesia, adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Karunia Tuhan ini tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia sebagai bangsa yang 67 Iman Soetiknjo, Op.cit, hlm. 35. 68 Boedi Harsono, Op.cit, hlm. 218-225, Iman Soetiknjo, hlm. 35-43. Universitas Sumatera Utara 73 menerimanya, hubungan bangsa Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang ada di dalamnya mempunyai sifat kodrat, dan karena itu bersifat abadi. Ketentuan Pasal 1 ayat 2 dan 3 UUPA mengandung makna yang sangat mendalam, ia menghantarkan kita ke dalam suasana keagamaan Hukum Tanah Nasional, yang juga merupakan kekhasan hukum adat. Konsepsi kumunalistik- religius, yang mendasari Hukum Tanah Nasional, Wawasan Kebangsaan, Wawasan Nusantara, semangat persatuan dan kesatuan tampak jelas tersurat dan tersirat di dalamnya, yang semuanya mempengaruhi serta terwujud dalam isi rumusan pasal-pasal UUPA. Suasana keagamaan yang terwujud penjelmaannya dalam Pasal 14 dan Pasal 49 UUPA, yang mengharuskan pemerintah harus membuat rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainnya sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, kemudian Pasal 49 UUPA, mengakui dan melindungi hak milik tanah badan- badan keagamaan. Mengenai perwakafan tanah milik diatur lebih lanjut dalam PP No. 281977 tentang perwakafan Tanah Milik. 2. Dasar Persatuan Indonesia Dasar Persatuan Indonesia atau wawasan kebangsaan dalam Penjelasan Umum UUPA disebut dasar kenasionalan. Pedoman yang diambil dari sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu bahwa hubungan manusia dengan tanah mempunyai sifat kolektif maupun sifat privat sebagai dwitunggal. Sifatnya yang kolektif dapat Universitas Sumatera Utara 74 ditemukan dalam Pasal 1 ayat 1 UUPA yang menyebutkan : “Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia”. Hubungan manusia dengan tanah di Indonesia yang mengenal sifat kolektif yaitu hak menguasai dari Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat atas bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dan mengenal juga sifat privat, yaitu hak milik atas tanah sebagai hak turun temurun yang terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang, didasarkan pada sifat hakekat kodrat manusia sebagai individu dan mahkluk sosial. Untuk mengurus kekayaan bersama bangsa Indonesia hak kolektif yang bersatu sebagai bangsa Indonesia, dapat disimak dari Pasal 2 ayat 1 UUPA. Pasal 2 ayat 1 UUPA ini berkaitan untuk melancarkan pengurusan, penggunaan dan sebagainya. Kekayaan nasional kekayaan rakyat bersama diserahkan pada Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat untuk dikuasai namun kekuasaan itu digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya, berdasarkan sila kedua Pancasila, terdapat hubungan manusia dengan tanah di Indonesia yang bersifat privat. Sifat yang privat ini dapat ditemukan dalam Pasal 2 ayat 2 b UUPA dan Pasal 4 UUPA. Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan tanah yang bersifat privat, sudah menjadi kepastian. Dan hak yang bersifat privat ini dirinci dalam pasal 16 UUPA. Sesuai dengan dasar Persatuan Indonesia Wawasan Kebangsaan sebagaimana tersebut dalam pasal 1 UUPA, maka berdasarkan pasal 9 ayat 1 UUPA Universitas Sumatera Utara 75 dinyatakan, bahwa hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air, dan ruang angkasa, dalam batas-batas ketentuan Pasal 1 dan Pasal 2, kemudian Pasal 21 ayat 1 UUPA menegaskan hanya warga negara Indonesia dapat menguasai hak milik. Orang asing dan badan-badan hukum pada dasarnya tidak dapat menguasai tanah dengan hak milik. Pembatasan hak-hak orang asing atas tanah, menurut Andreas H. Roth, sebagaimana dikutip oleh Sudargo Gautama 69 didasarkan kepada kesepakatan universal, bahwa suatu negara diperbolehkan tidak mengijinkan orang-orang lain selain warga negaranya sendiri untuk memperoleh benda-benda tetap di wilayah kekuasaannya, sebagaimana yang dirumuskan “Rule number 6”. Supaya tanah itu tetap dalam kekuasaan negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, kemungkinan orang asing juga mempunyai hak terhadap tanah di Indonesia, akan tetapi seberapa jauh yang diperlukan oleh kepentingan Indonesia, bukan sebaliknya oleh kepentingan orang asing saja 70 . 3. Dasar Demokrasi atau Kerakyatan Ketentuan Pasal 9 UUPA, menyebutkan : 1 Hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angksa, dalam batas-batas ketentuan Pasal 1 dan Pasal 2. 69 Boedi Harsono, Op.cit, hlm. 220 70 Notonagoro, Op.cit, hlm. 126 Universitas Sumatera Utara 76 2 Tiap-tiap warganegara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi sendiri maupun keluarganya.” Ini menunjukkan dasar demokrasi atau kerakyatan serta konsepsi Komunalistik Hukum Tanah Nasional. Oleh karena para warga negara Indonesia masing- masing mempunyai hak yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas sebagian dari tanah bersama semua tanah di seluruh wilayah Indonesia, dan penguasaan tanah tidak diadakan pembedaan antara laki-laki dan perempuan, serta mengutamakan kepentingan rakyat banyak, khususnya kaum ekonomi lemah petani 71 . 4. Asas Musyawarah Asas musyawarah merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Berkaitan dengan masalah pertanahan, asas musyawarah ini dapat dilihat dalam pengaturan tata cara memperoleh tanah kepunyaan rakyat yang diperlukan bagi kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum 72 . Musyawarah merupakan proses atau kegiatan saling mendengar, sikap saling menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kerelaan antara pihak 71 Pasal 11, 15 dan 26 ayat 1 UUPA. 72 Kepres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang memperhatikan peran tanah dalam kehidupan manusia dan prinsip penghormatan terhadap hak-hak atas tanah serta dilakukan melalui musyawarah. Universitas Sumatera Utara 77 pemegang hak atas tanah dengan pihak yang memerlukan tanah, untuk memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi yang layak. 5. Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab Perwujudan dari dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat disimak dari ketentuan Pasal 10 UUPA yang menegaskan dicegahnya cara-cara pemerasan, Pasal 11 ayat 1 UUPA yang menegaskan diaturnya hubungan hukum dengan tanah dicegah jangan sampai terjadi penguasaan atas kehidupan dan pekerjaan orang lain yang melampaui batas. Selanjutnya, Penjelasan Umum II angka 7 UUPA menegaskan untuk dicegah hubungan-hubungan hukum yang bersifat menindas si lemah oleh si kuat, dipertimbangkannya rasa keadilan dan dicegahnya cara-cara pemerasan “exploitation de I’homme par I’homme”. 6. Dasar keadilan sosial Pengejewantahan dasar keadilan sosial dalam UUPA menyangkut perlindungan bagi golongan lemah dan landreform yang bertujuan untuk meningkatkan dan meratakan kemakmuran dengan meratakan pemilikan dan penguasaan tanah serta melakukan perbaikan persyaratan-persyaratan dalam penguasaan tanah kepunyaan pihak lain oleh penggarap tanah. Perwujudan dasar keadilan sosial dalam UUPA diatur dalam pasal 11 ayat 2, 13 dan 15 serta Penjelasan Umum angka 114, sedangkan yang mengatur landreform tercantum dalam pasal 7, 10, 17 dan 53 serta Penjelasan Umum II7 UUPA. Universitas Sumatera Utara 78 Bidang hukum yang mengatur pertanahan memperhatikan kepentingan nasional. Perbedaan keadaan masyarakat dan keperluan golongan rakyat diperhatikan, namun menjamin perlindungan bagi kepentingan golongan yang ekonomi lemah. Pemerintah harus berupaya memajukan kepastian dan jaminan sosial, termasuk bidang perburuhan di dalam usaha-usaha di lapangan agraria. Untuk meningkatkan dan meratakan kemakmuran rakyat, melaksanakan landreform merupakan salah satu upaya dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menyimak uraian di atas, UUPA berhasil menjelmakan tiap-tiap sifat dari Pancasila dalam pasal-pasalnya yang penting, sehingga UUPA tersebut : 1 Tidak menganut sistem hak privat saja seperti halnya negara-negara blok barat individualistik kapitalistis. 2 Tidak menganut sistem hak kolektif saja seperti halnya negara-negara blok timur negara komunis, akan tetapi mendasarkan diri pada sifat dan hakekat kodrat manusia sebagai individu dan mahkluk sosial, oleh karena itu mengenai hak-hak privat maupun kolektif dalam mengatur hubungan manusia dengan tanah, mementingkan kerjasama, koperasi, gotong royong, mencegah pemerasan dan melindungi golongan ekonomi lemah. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka suku, bahasa, adat istiadat, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Keanekaragaman ini telah terpatri dalam semboyan bangsa kita yang “Bhinneka Tunggal Ika”. Keanekaragaman Universitas Sumatera Utara 79 tersebut juga menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia yang terpelihara dengan baik dan diarahkan untuk memajukan budaya bangsa Indonesia. Kenyataan keanekaragaman tersebut kalau ditelaah secara seksama selain sebagai kekayaan budaya bangsa, juga akan dapat menjadi sumber atas telah terjadinya pertentangankonflik diantara sesama warga masyarakat. Konflik tersebut dapat terjadi antara lain karena perbedaan kepentingan, perbedaan kebutuhan maupun perbedaan pandangan terhadap berbagai persoalan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun kita sempat bersyukur kepada sang pencipta dan para pemimpin bangsa kita, sebab keanekaragaman tersebut tidak menjadi celah untuk timbulnya suatu perpecahan, karena kita secara keseluruhan telah menyadari bahwa persatuan dan kesatuan adalah hal yang sama dalam hidup bangsa Indonesia. Dalam aplikasinya maka perwujudan persatuan dan kesatuan bangsa adalah sikap dan budaya untuk selalu menerapkan asas musyawarah dan mufakat dalam mengambil setiap keputusan atau kebijaksanaan terutama yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Musyawarah dan mufakat bukanlah sesuatu yang baru bagi bangsa Indonesia, karena kristalisasi nilai-nilai asas musyawarah dan mufakat tersebut telah lama tercermin dalam setiap pola kehidupan masyarakat Indonesia. 73 Kabupaten Deli Serdang, yang merupakan Kabupaten dengan luas wilayah terbesar di Sumatera Utara, juga memiliki keanekaragaman penduduk dan lembaga suku dan etnis. Dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar penduduk di Kabupaten 73 Hasim Purba, dkk, Sengketa Pertanahan dan Alternatif Pemecahan, Cahaya Ilmu, Medan, 2006, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara 80 Deli Serdang memiliki keterikatan kebutuhan dengan tanah untuk menafkahi hidupnya dan keluarganya. Oleh karena itu tanah merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi masyarakat di Kabupaten Deli Serdang sebagai sumber utama pencahariannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Disebabkan pentingnya tanah sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat di Kabupaten Deli Serdang, maka dalam kehidupan dalam masyarakat tak jarang terjadi konflik dalam memperebutkan hak kepemilikan atas tanah antara sesama anggota masyarakat atau antara masyarakat dengan badan-badan hukum yang juga membutuhkan tanah sebagai lahan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 74 Sengketa dibidang pertanahan yang disampaikan ke Kantor Pertanahan Deli Serdang untuk dimohonkan penyelesaian permasalahannya, apabila bisa dipertemukan pihak-pihak yang bersengketa, maka pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang lebih memprioritaskan penyelesaian sengketa pertanahan melalui cara musyawarah dan mufakat. Kantor Pertanahan Deli Serdang bertindak sebagai mediator di dalam menyelesaikan sengketa pertanahan tersebut dengan lebih mengutamakan prinsip win-win solution dan dilakukan dengan cara yang damai dan saling menghormati pihak-pihak yang bersengketa apakah terjadi penyelesaian secara musyawarah dan mufakat, maka para pihak yang bersengketa dan pihak kantor pertanahan Kabupaten Deli Serdang membuat suatu bukti tertulis yang berisikan telah terjadi perdamaian atas permasalahan sengketa pertanahan tersebut dan para pihak 74 M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 46. Universitas Sumatera Utara 81 yang bersengketa telah menerima kesepakatan perdamaian yang ditawarkan dalam pelaksanaan musyawarah dan mufakat tersebut. Bukti tertulis telah terjadi kesepakatan para pihak yang bersengketa untuk berdamai tersebut dituangkan dalam akta perdamaian yang pada umumnya dibuat oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang dan ditandatangani oleh para pihak yang bersengketa dan juga pihak kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang yang mematuhi pelaksanaan musyawarah dan mufakat tersebut. Apabila akta perdamaian tersebut telah ditandatangani oleh para pihak yang bersengketa dan disaksikan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, maka sejak saat penandatanganan tersebut maka para pihak yang bersengketa wajib mematuhi dan mentaati butir-butir kesepakatan yang telah dituangkan ke dalam akta perdamaian tersebut. Pelaksanaan akta perdamaian yang telah dicapai melalui jalan musyawarah dan mufakat tersebut, diawasi oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang dalam pelaksanaan perdamaiannya di lapangan. Hal ini bertujuan agar para pihak yang bersengketa dapat melakukan kesepakatan perdamaian tersebut dengan sebaik-baiknya tanpa melanggar hak-hak dan kewajibannya masing-masing. 75 Apabila pelaksanaan perdamaian tersebut dilanggar oleh salah satu pihak maka pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang akan memanggil pihak yang melanggar kesepakatan perdamaian tersebut mengingatkannya bahwa perbuatan tersebut telah melanggar kesepakatan perdamaian tersebut. Apabila penyelesaian 75 Wawancara dengan Muhammad Ridwan Nasution, Staf Administrasi Bagian Sengketa Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang tanggal 23 April 2010 di Ruang Kerjanya. Universitas Sumatera Utara 82 melalui musyawarah dan mufakat diantara para pihak yang bersengketa tidak tercapai, maka penyelesaiannya pada umumnya akan ditempuh oleh para pihak melalui jalur litigasi pengadilan. Penyelesaian sengketa bidang pertanahan di Kabupaten Deli Serdang melalui jalur musyawarah dan mufakat dapat terlaksana bila kedua belah pihak yang bersengketa setuju dengan menggunakan cara tersebut. Penyelesaian secara mediasi ini adalah penyelesaian yang berada diluar pengadilan. Dengan demikian maka pihak Kantor Pertanahan Deli Serdang yang menangani sengketa pertanahan melalui jalur mediasi tidak bertentangan dengan PMNA Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 126, karena di dalam Pasal 126 tersebut yang dimaksud dengan penghapusan atas hak yang telah dicatat dalam buku tanah adalah dalam konteks terjadi sengketa di Pengadilan bukan dalam konteks penyelesaian sengketa mediasi sebagaimana yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Deli Serdang. Pilihan jalur penyelesaian sengketa bidang pertanahan di Kabupaten Deli Serdang ini memang sepenuhnya tergantung pada kehendak para pihak yang jalur melalui mediasi dapat ditempuh apabila kedua belah pihak yang bersengketa menyetujui penyelesaian tersebut dengan segala konsekuensinya. Apabila diantara para pihak tidak tercapai persetujuan dan kesepakatan dalam penyelesaian sengketa dengan cara mediasi maka pelaksanaan mediasi tidak dapat dilakukan. Pada umumnya bila jalur musyawarah dan mufakat dan mediasi tidak berhasil dilaksanakan maka satu-satunya cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan jalan litigasi Pengadilan. Universitas Sumatera Utara 83

B. Penyelesaian Sengketa Pertanahan Melalui Jalur Mediasi

Mediasi adalah salah satu proses alternatif penyelesaian masalah dengan bantuan pihak ketiga mediator dan prosedurnya disepakati oleh para pihak dimana mediator memperselisihkan untuk dapat terjadi suatu solusi perdamaian, yang saling menguntungkan para pihak. 76 Pilihan penyelesaian sengketa melalui cara perundinganmediasi ini mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan berperkara di muka pengadilan yang tidak menguntungkan dilihat dari segi waktu, biaya, dan pikirantenaga, disamping itu kurangnya kepercayaan atas kemandirian lembaga peradilan dan kendala administratif yang melingkupinya membuat pengadilan merupakan pilihan terakhir untuk penyelesaian sengketa, mediasi memberikan kepada para pihak perasaan kesamaaan kedudukan dan upaya penentuan hasil akhir perundingan dicapai menurut kesepakatan bersama tanpa tekanan atau paksaan. Dengan demikian solusi yang dihasilkan mengarahkan kepada win-win solution. Upaya untuk mencapai win-win solution itu ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : 77 1. Proses pendekatan yang obyektif terhadap sumber sengketa dapat diterima oleh pihak-pihak dan memberikan hasil yang sangat menguntungkan, dengan catatan bahwa pendekatan itu harus memiliki berat dan kepada kepentingan yang menyadari sumber konflik dan bukan pada posisi atau kedudukan para pihak. 76 Petunjuk Teknis Badan Pertanahan Nasional Nomor 05JuknisD.V2007 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi Angka Romawi II Butir 1. 77 Maria SW, Sumardjono, Mediasi Sengketa Tanah, Kompas, Jakarta, 2008, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara 84 Apabila kepentingan yang menjadi fokusnya, pihak-pihak akan lebih terbuka untuk berbagi kepentingan, sebaliknya jika tekanannya pada kedudukan, para pihak akan lebih menutup diri karena hal itu menyangkut harga diri mereka. 2. Kemampuan yang seimbang dalam proses negosiasi atau untuk musyawarah. Perbedaan kemampuan tawar-menawar akan menyebabkan adanya penekanan oleh pihak yang satu terhadap pihak lainnya. Bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Deli Serdang pada khususnya penyelesaian sengketa pertanahan dengan cara mediasi dengan memperoleh dukungan akan Budaya yang hidup dan dihormati dalam lalu lintas pergaulan sosial. Hanya saja pertimbangan penyelesaian sengketa dilingkungan masyarakat tradisional terdapat keanekaragaman yaitu melalui mediasi dan arbitrase, dalam kasus tertentu terutama terhadap kasus-kasus penggarapan rakyat atas tanah perkebunan, kehutanan dan lain-lain, ternyata lebih efektif dengan penyelesaian melalui cara musyawarah mufakat, mediasi atau arbitrase. Di bidang sengketa pertanahan belum ada suatu peraturan perundang- undangan yang secara resmi dan eksplisit memberikan dasar hukum penerapan penyelesaian sengketa melalui mediasi. Namun demikian, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak menumbuh kembangkan penyelesaian sengketa dibidang pertanahan melalui mediasi tersebut berdasarkan dua alasan yaitu : 78 78 Adrian Sutedi, Tinjauan Hukum Pertanahan, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, hlm. 38. Universitas Sumatera Utara 85 1. Di dalam setiap sengketa perdata bidang pertahanan yang diajukan ke pengadilan, hakim selalu mengusulkan untuk penyelesaian secara damai oleh para pihak Pasal 130 HIR, Pasal 154 Rbg. 2. Secara eksklusif cara penyelesaian masalah berkenaan dengan bentuk dan besarnya ganti rugi dalam pengadaan tanah mengupayakan melalui musyawarah mufakat. Peraturan Presiden nomor 65 tahun 2006 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dan peraturan kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 yang merupakan peraturan pelaksanaannya mengatur tentang tata cara melakukan musyawarah secara cukup terinci. Penyelesaian sengketa bidang pertahanan melalui cara mediasi dianggap paling sesuai sebagai solusi untuk permasalahan sengketa bidang pertanahan yang terjadi pada seluruh wilayah Indonesia termasuk di Kabupaten Deli Serdang. Dengan berjalannya waktu dan semakin pentingnya cara mediasi dalam penyelesaian masalah sengketa dibidang pertanahan tersebut maka BPN menentukan petunjuk tertulis juknis penanganan dan penyelesaian sengketa pertanahan melalui keputusan kepala BPN RI Nomor 342007, dalam menjalankan tugasnya menangani sengketa pertanahan, BPN melakukan upaya antara lain melalui mediasi. Di dalam Bab II tentang penggolongan pada Pasal 1 Keputusan Kepala BPN RI No. 342007 tentang penanganan dan penyelesaian sengketa dibidang pertanahan dikatakan bahwa masalah pertanahan meliputi permasalahan teknis, sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang memerlukan pemecahan atau penyelesaian Pasal 2 Universitas Sumatera Utara 86 Keputusan Kepala BPN RI No. 342007 menyatakan bahwa permasalahan teknis adalah permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan atau BPN RI di pusat maupun didaerah berkaitan dengan sistem perundang-undangan administrasi pertanahan yang belum sempurna. Pasal 3 menyatakan bahwa sengketa adalah perbedaaan nilai, kepentingan pendapat dan atau persepsi antara orang perorangan danatau badan hukum privat atau publik mengenai status penguasaan dan atau status kepemilikan dan atau status penggunaan atau pemanfaatan atas bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu atau status keputusan tata usaha negara yang menyangkut penguasaan, kepemilikan dan penggunaan atau pemanfaatan atas bidang tanah tertentu. Pasal 4 menyatakan bahwa konflik adalah perbedaaan mulai, kepentingan, pendapat dan atau persepsi antara warga atau kelompok masyarakat dengan badan hukum privat atau publik, masyarakat dengan masyarakat mengenai status penguasaan dan atau status kepemilikan dan atau status penggunaan atau pemanfaatan atas bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu, atau status keputusan tata usaha negara menyangkut penguasaan kepemilikan dan penggunaan atau pemanfaatan atas bidang tanah tertentu, serta mengandung aspek ekonomi dan sosial budaya. Pasal 5 keputusan kepala BPN RI No 34 tahun 2007 menyatakan bahwa perkara adalah sengketa dan atau konflik pertanahan dan penyelesaiannya melalui Badan Peradilan. Karena dipandang semakin pentingnya peran mediasi dalam penyelesaian sengketa pertanahan di Indonesia, maka Badan Pertanahan nasional mengeluarkan petunjuk teknis juknis Nomor 05JuknisD.V2007 tentang mekanisme pelaksanaan Universitas Sumatera Utara 87 mediasi dimana dalam pertimbangan umumnya pada butir a dikatakan, “bahwa selain penyelesaian sengketa melalui pengadilanlitigasi, di dalam sistem hukum nasional dikenal penyelesaian sengketa melalui lembaga di luar pengadilannon litigasi, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa pada butir 6 dikatakan bahwa salah satu alternatif penyelesaian sengketa diselesaikan melalui proses mediasi yang merupakan proses penyelesaian berdasarkan prinsip win-win solution yang diharapkan penyelesaiannya secara memuaskan dan diterima semua pihak. Dari pertimbangan di atas dapat diketahui bahwa mediasi adalah salah satu solusi penyelesaian sengketa pertanahan di luar lembaga pengadilan yang diharapkan mampu menjawab permasalahan sengketa pertanahan di Kabupaten Deli Serdang yang kian hari kian meningkat jumlahnya. Petunjuk teknis mekanisme pelaksanaan mediasi tersebut dimaksudkan sebagai pedoman bagi mediator yang ditunjuk oleh kantor pertanahan, kantor wilayah Badan Pertanahan nasional Republik Indonesia dalam menangani proses mediasi. Tujuan dari penunjuk teknis tersebut adalah agar terdapat keseragaman, kesatuan pemahaman dan ataupun standarisasi bagi mediator yang dihunjuk dalam proses mediasi. Petunjuk teknis ini meliputi mekanisme pelaksanaan mediasi dan formalisasi penyelesaian permasalahannya berupa berita acara bagi mediator dalam melakukan mediasi. Mediasi adalah salah satu proses alternatif penyelesaian masalah dengan bantuan pihak ketiga mediator dan prosedur yang disepakati oleh para pihak dimana mediator memfasilitasi untuk dapat tercapai suatu solusi perdamaian yang saling Universitas Sumatera Utara 88 menguntungkan para pihak. Mediator adalah orang atau pejabat yang ditunjuk dari jajaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang disepakati oleh para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan permasalahannya. Mediator mempunyai beberapa tipe diantaranya adalah : 79 1. Mediator jaringan sosial social network mediator seperti tokoh-tokoh masyarakatinformal misalnya ulama, tokoh adat, tokoh pemuda yang biasanya mempunyai pengaruh besar di masyarakat. Penyelesaian sengketa didasari nilai- nilai sosial yang berlaku, nilai keagamaanreligi, adat kebiasaan, sopan santun, moral dan sebagainya. 2. Mediator sebagai pejabat yang berwenang authoritative mediator seperti misalnya tokoh formal, pejabat-pejabat yang mempunyai kewenangan di bidang sengketa yang ditangani. Disyaratkan orang yang mempunyai pengetahuan dengan sengketa yang ditangani. 3. Mediator independen independent mediator yaitu mediator profesional, orang yang berprofesi sebagai mediator, mempunyai legitimasi untuk melakukan negosiasi-negosiasi dalam proses mediasi seperti contohnya konsultan hukum, pengacara, arbiter. Dalam menyelesaikan sengketa tanah di Kabupaten Deli Serdang, melalui jalur mediasi ini, kantor pertanahan Kabupaten Deli Serdang mengikuti petunjuk teknis juknis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 79 Indonesia Legal Center Publishing, Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Tanah, Karya Gemilang, Jakarta, 2009, hlm. 65 Universitas Sumatera Utara 89 05JuknisD.V2007 tentang mekanisme pelaksanaan mediasi, khususnya terhadap sengketa tanah dengan permasalahan ganti rugi. Sengketa tanah dengan permasalahan ganti rugi tersebut yang diselesaikan dengan cara mediasi tersebut adalah sengketa tanah seluas 135 hektar antara masyarakat Desa Cimahi Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang melawan PT. Karya Havea Indonesia. Permasalahan pokok dari sengketa tanah ini adalah masalah ganti rugi yang tidak layak yang dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap tanah garapan masyarakat yang diambil dengan upaya paksa. 80 Pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang diminta oleh kedua belah pihak yang bersengketa untuk menjadi mediator. Perundingan dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang dengan dihadiri oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Perundingan kedua belah pihak yang bersengketa tersebut berlangsung cukup menegangkan dan masing-masing pihak bertahan pada pendapatnya. PT. Karya Havea Indonesia tetap bertahan dengan besar ganti rugi yang ditetapkan adalah Rp. 1.200 seribu duaratus rupiah per meter bujur sangkar sedangkan pihak masyarakat desa Cimahi Kecamatan Bangun Purba, menetapkan harga Rp. 3.500 tiga ribu lima ratus rupiah per meter bujur sangkar. Pada tahap perundingan di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang para pihak yang bersengketa gagal didamaikan oleh mediator melalui jalur mediasi. Setelah beberapa kali terjadi perundingan antara pihak masyarakat desa Cimahi dan pihak PT. Karya Havea Indonesia yang berjalan cukup panjang tersebut akhirnya mediator tidak dapat 80 Wawancara dengan Muhammad Ridwan Nasution, Staf Administrasi Bagian Sengketa Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 10 Mei 2010 di Ruang Kerjanya. Universitas Sumatera Utara 90 menyatukan kepentingan dan maksud kedua belah pihak sehingga akhirnya perundingan menemui jalan buntu. Karena perundingan tersebut mengalami kegagalan maka sengketa tanah tersebut akhirnya sampai ke pengadilan. Gugatan dimasukkan oleh pihak masyarakat desa Cimahi yang menganggap besar ganti rugi atas tanah mereka tidak layak. Sengketa tanah lainnya yang diselesaikan dengan jalur mediasi adalah sengketa antara Hans Daniel Lengkong Marhasak Hendriko Marpaung. Pokok permasalahan dari sengketa tanah tersebut di atas adalah permohonan blokir atas Sertifikat Hak Milik SHM No. 119Medan Krio seluas 13.639 m 2 tiga belas ribu enam ratus tiga puluh sembilan meter persegi terdaftar atas nama Hans Daniel Lengkong, terletak di desa Medan Krio Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang terkait tindakan wanprestasi atas perikatan yang telah disepakati atas objek SHM No. 119Medan Krio dimaksud penyelesaian sengketa tanah ini yang dilakukan oleh pihak kantor pertanahan Kabupaten Deli Serdang adalah diupayakan diselesaikan melalui jalur mediasi sebagaimana termuat dalam surat undangan rapat Kepala Kantor Pertanahan Deli Serdang No. 570.868032009 tanggal 3-3-2009, namun pada rapat yang dijadwalkan pada 11 Maret 2009, para pihak tidak hadir. Bahwa atas SHM No. 119Mdn Krio tersebut sebelumnya telah berubah menjadi sertifikat HGB No. 564Medan Krio dan saat ini telah dipecah sempurna menjadi sertifikat HGB No. 565 sampai dengan 677 Medan Krio. Sengketa pertanahan lainnya adalah antara masyarakat Kecamatan STM Hilir dengan PTPN II. Pokok masalahnya adalah tuntutan atas tanah garapan yang diklaim Universitas Sumatera Utara 91 masyarakat Dusun Bintang Meriah, Desa Limau Mungkur dan Dusun Namo Serit Desa Sumbul dan Desa Tadukan Raga Kecamatan STM Hilir Kab. Deli Serdang telah diokupasi oleh PTPN II atas tanah garapan masyarakat yang terletak di Dusun Bintang Meriah, Desa Limau Mungkur dan Dusun Namo Serit Desa Sumbul serta Desa Tadukan Raga Kecamatan STM Hilir seluas kira-kira 320 Hektar dengan dasar sengketa bahwa tanah tersebut dilindungi oleh Undang-Undang darurat Nomor 8 tahun 1954. Penyelesaian terhadap sengketa tanah tersebut di atas telah ditangani oleh panitia B Plus dalam rangka penangananpenyelesaian tuntutan garapan dan permohonan masyarakat di atas areal HGU. Apabila tanah PTPN II Persero yang tidak diperpanjang HGUnya maka untuk penyelesaiannya dilimpahkan kepada Gubernur setelah mendapat ijin pelepasan aset dari Menteri BUMN. Dari beberapa masalah sengketa tanah yang telah diuraikan di atas, Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang bila ada sengketa dan pengaduan masyarakat, akan memanggil para pihak yang bersengketa dan memfasilitasi para pihak yang bersengketa melalui jalur mediasi. Apabila hasil mediasi belum disepakati oleh para pihak yang bersengketa, maka disarankan kepada para pihak untuk menempuh jalur hukum melalui lembaga peradilan. Apabila ada sengketa melalui lembaga peradilan berarti sudah masuk ke dalam permasalahan perkara tanah bukan sengketa tanah. Universitas Sumatera Utara 92

C. Mekanisme Mediasi yang Dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten

Deli Serdang dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang dalam melaksanakan mediasi penanganan masalah sengketa tanah memiliki mekanisme mediasi yang dilaksanakan secara bertahap dan terkoordinir. Pertama-tama bila Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang menerima laporan pengaduan penyelesaian masalah sengketa tanah dengan menggunakan cara mediasi maka Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang melaksanakan persiapan untuk mempertemukan kedua belah pihak yang bersengketa. Di dalam persiapan untuk mempertemukan kedua belah pihak yang bersengketa tersebut, Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang harus terlebih dahulu menguasai pokok-pokok permasalahan yang akan di musyawarahkan antara lain : 81 1. Mengetahui pokok masalah dan duduk masalah yang sebenarnya 2. Apakah masalah tersebut dapat diselesaikan melalui mediasi atau tidak 3. Kantor pertanahan Kabupaten Deli Serdang membentuk tim penanganan sengketa tentatif, tidak keharusan, ada halangan pejabat struktural yang berwenang dapat langsung menyelenggarakan mediasi. 4. Penyiapan bahan selain persiapan prosedur disiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan mediasi terhadap pokok sengketa, resume telaahan. Agar mediator sudah menguasai substansi masalah, meluruskan persoalan, saran bahkan peringatan jika kesepakatan yang diupayakan akan cenderung melanggar peraturan di bidang pertanahan misalnya melanggar kepentingan pemegang hak 81 Wawancara dengan Muhammad Ridwan Nasution, Staff Bagian Sengketa Pertanahan Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 11 Mei 2010 di Ruang Kerjanya. Universitas Sumatera Utara 93 tanggungan, kepentingan ahli waris lain, melanggar hakekat pemberian haknya berkaitan dengan tanah redistribusi. 5. Menentukan waktu dan tempat mediasi Setelah melakukan tahap persiapan dalam mempertemukan kedua belah pihak yang bersengketa tersebut sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka pada tahap kedua Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang akan memberikan undangan kepada para pihak yang bersengketa, instansi yang terkait apabila dipandang perlu untuk mengadakan musyawarah penyelesaian sengketa yang dimaksud dan diminta untuk membawa serta datainformasi yang diperlukan. Penataan struktur pertemuan dengan posisi tempat duduk huruf “U” atau lingkaran. Tahap ketiga yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang adalah melaksanakan kegiatan mediasi yang dilaksanakan diantaranya mencakup hal-hal : 1. Mengatasi hambatan hubungan antara pihak hubungan personal antar pihak. 2. Mencarikan suasana diantara kedua belah pihak yang bersengketa suasana yang kondusif, akrab dan tidak kaku. 3. Memberikan penjelasan yang konkrit dan tegas tentang peran mediator sebagai pihak ketiga yang tidak memihak kemudian penjelasan tentang kehendak para pihak yang akan disampaikan dalam kegiatan mediasi dan kunci dari kegiatan pelaksanaan mediasi ini adalah penegasan mengenai kesediaan para pihak untuk Universitas Sumatera Utara 94 menyelesaikan sengketa melalui mediasi dan oleh mediator Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Dalam hal-hal tertentu berdasarkan kewenangannya authoritas mediator autoritatif mediator dapat melakukan intervensicampur tangan dalam proses mencari kesepakatan dari persoalan yang disengketakan bukan memihak untuk menempatkan kesepakatan yang hendak dicapai sesuai dengan hukum pertanahan. Kegiatan lainnya dalam pelaksanaan mediasi yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang sebagai mediator adalah melakukan klarifikasi terhadap para pihak yang terlibat sengketa. Di dalam klarifikasi para pihak tersebut mencakup antara lain : 1. Kedudukan dari para pihak yang bersengketa 2. Dikondisikan tidak ada rasa apriori pada salah satu pihakkedua belah pihak dengan objektivitas penyelesaian sengketa kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam pelaksanaan mediasi. 3. Masing-masing berhak memberikan dan memperoleh informasidata yang disampaikan lawan. 4. Para pihak yang membantah atau meminta klarifikasi dari lawan dan wajib menghormati pihak lainnya. 5. Pengaturan pelaksanaan mediasi 6. Dari permulaan mediasi telah disampaikan aturan-aturan mediasi yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam mediasi. Universitas Sumatera Utara 95 7. Aturan-aturan tersebut inisiatif dari mediator atau disusun baru kesepakatan para pihak, penyimpangan tersebut dapat dilakukan dengan persetujuan para pihak. 8. Aturan-aturan tersebut antara lain bertujuan untuk menentukan : a. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan mediator b. Aturan tata tertib diskusi dan negosiasi c. Pemanfaatan dari kaukus hak yang dimiliki oleh mediator untuk melaksanakan sesi pribadi terhadap masing-masing pihak secara terpisah apabila terjadi jalan buntu d. Pemberian waktu untuk berfikir Perumusan aturan tersebut mungkin akan mengundang perdebatan yang panjang, namun bagi mediator yang sudah berpengalaman melakukan tugasnya tidak sulit mengatasinya. 9. Menyamakan pemahaman dan menetapkan agenda musyawarah yang meliputi : a. Para pihak diminta untuk menyampaikan permasalahannya serta opsi-opsi alternatif penyelesaian yang ditawarkan, sehingga dititik benang merah permasalahannya agar proses negosiasi selalu terfokus pada persoalan isu tersebut. Disini dapat terjadi kesalahpahaman baik mengenai permasalahannya, pengertian yang terkait dengan sengketa atau hal yang terkait dengan pengertian status sengketanya atau hal yang terkait dengan pengertian status tanah negara dan individualisasi. Perlu upaya kesepakatan untuk menyamakan pemahaman mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan upaya penyelesaian masalah sengketa tanah tersebut. MediatorKantor Universitas Sumatera Utara 96 Pertanahan Kabupaten Deli Serdang harus memberi koreksi jika pengertian- pengertian persoalan yang disepakati tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan agar tidak terjadi kesalahan. b. Menetapkan agenda musyawarah setting agenda, setelah persoalan yang dapat menimbulkan kesalahan pemahaman diatasi, kemudian ditentukan agenda yang perlu dibahas setelah diketahui persoalan yang melingkupi sengketa. Agenda musyawarah dimaksudkan agar proses musyawarah, diskusi, negosiasi dapat terarah dan tidak melebarkeluar dan fokus persoalan, mediator harus menjaga momen pembicaraan sehingga tidak terpancing atau terbawa larut oleh pembicaraan para pihak. Mediator menyusun acaraagenda diskusi yang mencakup substansi permasalahan, alokasi waktu, jadwal pertemuan berikutnya yang perlu memperoleh persetujuan para pihak. c. Identifikasi kepentingan untuk menentukan pokok masalah sebenarnya, serta relevansi sebagai bahan untuk negosiasi. Pokok masalah harus selalu menjadi fokus proses mediasi selanjutnya. Jika terdapat penyimpangan, mediator harus mengingatkan agar pembicaraan harus kembali pada fokus permasalahan. Kepentingan yang menjadi fokus mediasi dapat menentukan kesepakatan penyelesaiannya, kepentingan disini tidak harus dilihat dari aspek hukum saja, tapi dapat juga dilihat dari aspek lain sepanjang memungkinkan dilakukan negosiasi dan hasilnya tidak melanggar hukum. Pengumpulan opsi-opsi sebagai alternatif yang diminta, kemudian dilakukan generalisasi alternatif tersebut sehingga terdapat hubungan antar alternatif dengan permasalahannya. Universitas Sumatera Utara 97 Dengan generalisasi terdapat kelompok opsi yang tidak dibedakan dari siapa, tetapi bagaimana cara menyelesaikan opsi tersebut melalui negosiasi lebih mudah. Opsi adalah sejumlah tuntutan dan alternatif penyelesaian terhadap sengketa dalam suatu proses mediasi. Kedua belah pihak dapat mengajukan opsi-opsi penyelesaian yang diinginkan. Dalam mediasi autoritatif mediator juga dapat menyampaikan opsi atau alternatif yang lain. Contoh : generalisasi apa yang dipilih misalnya, batas tanah tetap dibiarkan namun tanah tetap dikuasai secara nyata oleh pihak yang seharusnya berhak meminta ganti rugi. Tawar menawar opsi dapat bertanggungjawab dan tertutup dan kemungkinan dapat mengalami jalan buntu dead lock. Pada saat negosiasi mengalami jalan buntu, mediator harus menggunakan sesi pribadi periode session atau cancus . Negosiasi adalah tahap paling penting dalam pelaksanaan mediasi. Cara tawar menawar terhadap opsi-opsi yang telah ditetapkan dapat menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan. Mediator harus mengingatkan maksud dan tujuan serta fokus permasalahan yang dihadapi sesi pribadi sesi berbicara secara pribadi dengan salah satu pihak yang harus sepengetahuan dan persetujuan pihak lawan. Pihak lawan harus diberikan kesempatan menggunakan sesi pribadi yang sama. Proses negosiasi seringkali harus dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang berbeda. Hasil dari tahap negosiasi ini adalah serangkaian daftar opsi yang dapat dijadikan alternatif penyelesaian sengketa yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 98 Penentuan opsi yang dipilih mencakup antara lain : 82 1. Ada daftar opsi yang dipilih, 2. Pengkajian opsi-opsi tersebut oleh masing-masing pihak, 3. menentukan menerima atau menolak opsi tersebut, 4. menentukan keputusan menghitung untung rugi bagi masing-masing pihak, 5. Para pihak dapat konsultasi pada pihak ketiga, misalnya pengacara, para ahli mengenai opsi-opsi tersebut, 6. Mediator harus mampu mempengaruhi para pihak untuk tidak menggunakan kesempatan guna menekan pihak lawan. Disini dibutuhkan perhitungan dengan pertimbangan logis, rasional dan obyektif untuk merealisasikan kesepakatan terhadap opsi yang dipilih tersebut, 7. Kemampuan mediator akan diuji dalam sesi ini, 8. hasil dari kegiatan ini berupa putusan mengenai opsi yang diterima kedua belah pihak, namun belum final harus dibicarakan lebih lanjut.

D. Negosiasi Akhir dari Para Pihak

Ketegasan mengenai opsi-opsi yang telah disepakati bagi penyelesaian sengketa yang dimaksud. Hasil dari tahap negosiasi akhir ini adalah putusan penyelesaian sengketa yang merupakan kesepakatan para pihak yang bersengketa, kesepakatan tersebut pada pokoknya berisi opsi yang diterima berupa hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa. Kemudian dilakukan klarifikasi kesepakatan kepada para pihak yang bersengketa. Klarifikasi ini diperlukan agar para pihak tidak ragu-ragu lagi akan pilihannya untuk menyelesaikan sengketa tersebut dan sukarela dalam melaksanakan hasil dari kesepakatan tersebut. 82 Indonesia Legal Center Publishing, Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan, CV. Karya Gemilang, Jakarta, 2009, hlm. 69. Universitas Sumatera Utara 99

E. Formulasi Kesepakatan Penyelesaian Sengketa

Dirumuskan dalam bentuk kesepakatan atau agreement perjanjian. Dengan kesepakatan tersebut secara substansi mediasi telah selesai, sementara tindak lanjut pelaksanaannya menjadi kewenangan pejabat Tata Usaha Negara setiap kegiatan mediasi hendaknya dituangkan dalam berita acara mediasi. Hasil mediasi dilaporkan kepada pejabat yang berwenang untuk ditindak lanjuti sesuai dengan peraturan yang berlaku. Formalisasi kesepakatan secara tertulis dengan menggunakan format perjanjian. Dalam setiap mediasi perlu dibuat laporan hasil mediasi yang berlangsung. Agar mempunyai kekuatan mengikat berita acara tersebut ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Contoh Berita Acara Mediasi yang merupakan formulasi kesepakatan secara tertulis dengan menggunakan format perjanjian adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 100 BERITA ACARA MEDIASI Nomor : BAM………..Bulan200….PPSKP. Pada hari ini……………, tanggal………….dengan huruf bulan……….dengan huruf tahun dua ribu……………., yang bertandatangan di bawah ini saya : Nama, …………NIPPangkat…………..jabatan……………………………………… Sebagai Ketua dalam Tim bersama-sama : Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik IndonesiaKepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan NasionalKepala Kantor Pertanahan Tanggal……..Nomor…….telah melakukan mediasi terhadap permasalahan tanah terletak di……..letak obyek tanah masalah Jalan, Desa Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten Kota Kotamadya, Provinsi dengan hasil mediasi sebagai berikut : ……………………………………………………………… - Status Dan Letak Tanah Yang Dipermasalahkan………………………………... - Riwayat Tanah Yang Dipermasalahkan…………………………………………. - Uraian Permasalahan…………………………………………………………….. - Kenyataan Penguasaan dan Atau Penggunaan Tanah…………………………… - Hal-hal yang disepakati oleh pihak-pihak yang bersengketa……………………. Demikian Berita Acara Mediasi ini dibuat dengan sebenar-benarnya, mengingat sumpah jabatan, ditutup dan ditandatangani di Medan pada tanggal…….bulan…….tahun dua ribu……. PARA PIHAK NOTULIS : PIHAK I ……………………………….. PIHAK II Menyetujui, MEDIATOR …………………………. Universitas Sumatera Utara 101 Di samping berita acara mediasi juga ada yang disebut dengan laporan hasil mediasi. Adapun contoh laporan hasil mediasi itu adalah sebagai berikut : LAPORAN HASIL MEDIASI Nomor : …………………….. KASUS : Permasalahan Tanah………………..terletak di……………………. I. DASAR A. Laporan Pengaduan Nomor………tentang……… B. Dst. C. Dst. D. Undangan Rapat Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan NasionalKepala Kantor Pertanahan……………..Tanggal……… Nomor……………. II. PELAKSANAAN MEDIASI A. Waktu, Pimpinan dan Peserta 1. Waktu Mediasi : …………………………………………………………… 2. Pimpinan Mediasi : ………………………………………………………… 3. Peserta Mediasi sesuai dengan Daftar Hadir : a. ………………………………….. b. ………………………………….. dst B. Kasus PosisiUraian Singkat Riwayat Tanah. C. Analisis Masalah. 1. Subyek dan Pihak-pihak yang Bersengketa 2. Tipologi Sengketa 3. Pokok Masalah 4. Akar Masalah 5. Analisa Yuridis III. KESIMPULAN MEDIASI 1. ………………………….. 2. ………………………….. dst IV. TINDAK LANJUT MEDIASI 1. ………………………….. 2. ………………………….. …………., …………………. Mediator Tim Mediasi ……………………………… NIP. ……………………….. Universitas Sumatera Utara 102

BAB IV HAMBATAN – HAMBATAN YANG DIALAMI KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN DELI SERDANG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN DI DAERAHNYA

A. Ketentuan-ketentuan Bidang Pertanahan yang Dapat Mencegah dan

Mengantisipasi Sengketa Pertanahan Peraturan untuk mencegah dan mengantisipasi sengketa pertanahan yaitu :

1. Ketentuan Tata Cara Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak Atas Tanah