BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ternak Sapi Potong
Yasin 2013, menyatakan bahwa keberadaan ternak ruminansia Sapi, Kerbau, Domba dan Kambing sangat strategis sebagai komponen dalam
pengembangan kawasan karena ternak ini selain berfungsi sebagai ternak pedaging dan susu perah juga dapat dimanfaatkan tenaganya untuk mengolah
lahan pertanian serta sebagai sumber pupuk organik. Disamping itu pemeliharaannya sangat mudah karena hampir 100 sumber pakannya bersumber
dari rerumputan. Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok
ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha menguntungkan. Sapi potong telah
lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola
usaha ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit dan penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman
pangan maupun tanaman perkebunan. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif
untuk meningkatkan keuntungan peternak Suryana, 2009. Menurut Saragih dalam Mersyah 2005, ada beberapa pertimbangan
perlunya mengembangkan usaha ternak sapi potong, yaitu : 1 budi daya ternak sapi potong relatif tidak tergantung pada ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang
Universitas Sumatera Utara
berkualitas tinggi, 2 memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes, 3 produksi sapi potong memiliki nilai elastisitas terhadap perubahan
pendapatan yang tinggi, dan dapat membuka lapangan pekerjaan. Pemeliharaan ternak sapi umumnya akan disesuaikan dengan tujuan para
peternak dalam usaha yang dilakukan. Apabila tujuan pemeliharaan akan disesuaikan dengan dua hasil atau lebih, maka dipilih ternak sapi tipe dwi guna.
Sebagai contoh, untuk mengkombinasikan sumber protein hewani maka tujuan menghasilkan susu dan daging sekaligus dapat diperoleh melalui pemeliharaan
sapi tipe dwi guna Santosa, 2003.
2.2 Peranan Usaha Peternakan