Teknik Pengumpulan Data Kondisi Geografis dan Administrasi

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi BPS kabupaten Banjarnegara. Sumber data yang digunakan yaitu kabupaten Banjarnegara dalam angka 2015BAPPEDA, PDRB kabupaten Banjarnegara 2014, Provinsi Jawa Tengah dalam angka 2016, dan tinjauan PDRB kabupaten kota Jawa Tengah 2014.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Produk Regional Domestik Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga

Konstan Produk Regional Domestik Bruto per kapita atas dasar harga konstan merupakan ukuran dasar kegiatan ekonomi yang diperoleh atas harga yang terjadi pada tahun dasar tertentu untuk melihat pertumbuhan riil dari tahun ke tahun bagi setiap agregat ekonomi kemudian dibagi dengan jumlah penduduk yang mendiami daerah tersebut dan dinilai berdasarkan harga konstan, baik untuk menilai tingkat produksi, biaya pada komponen nilai tambah serta komponen pengeluaran. Instrumen penyusun PDRB yaitu Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri; Listrik, Gas dan Air Bersih; Bangunan; Perdagangan; Angkutan; Bank Lembangan Keuangan dan Jasa-jasa.

2. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan PDB suatu negara dan PDRB untuk suatu wilayahdaerah yang disajikan dalam bentuk presentase. Pertumbuhan ekonomi biasanya dihitung dengan rumus sebagai berikut : Dimana : PDB t = PDB tahun t PDB t-1 = PDB tahun sebelumnya

3. Ketimpangan Regional

Ketimpangan regional merupakan perbedaan pembangunan yang terjadi antara satu daerah dengan daerah lain sehingga terjadi pembangunan yang tidak merata. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan infrastruktur, kegiatan perekonomian, tingkat kemiskinan serta kesejahteraan. Ketidakmerataan ini akan mengakibatkan perbedaan kemampuan suatu daerah untuk maju dan berkembang. Untuk mengukur ketimpangan yang terjadi ditingkat regional biasanya menggunakan Indeks Williamson. √∑ Keterangan : Yi : PDRB per kapita kecamatan i Yr : PDRB per kapita kabupaten Pi : Jumlah penduduk kecamatan i P : Jumlah penduduk kabupaten

E. Metode Analisis Data

1. Typology Klassen

Typology klassen merupakan suatu metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan pada setiap sektor ekonomi. Dalam metode ini klassen membagi daerah menjadi 4 klasifikasi yaitu : a. Daerah maju dan cepat tumbuh merupakan daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih besar dari pada rata-rata wilayahnya. b. Daerah maju tapi tertekan merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dari pada rata-rata wilayahnya namun memiliki pendapatan perkapita yang tinggi. c. Daerah berkembang cepat merupakan daerah yang memilki pendapatan per kapita yang lebih rendah dari rata-rata wilayahnya namun tingkat pertumbuhannya tinggi. d. Daerah relatif tertinggal merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dari pada rata-rata wilayahnya. Y Yi Y Yi Y R Ri R Kuadran I Daerah Maju dan Cepat Tumbuh Kuadran III Daerah Berkembang Cepat Ri R Kuadran II Daerah Maju tapi Tertekan Kuadran IV Daerah Relatif Tertinggal Keterangan : R : Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ri : Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kecamatan Y : Rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Yi : Rata-rata PDRB per kapita Kecamatan

2. Location Quetient

Analisis Location Quetient adalah suatu metode analisis untuk mengukur tingkat kontribusi suatu kegiatan industri dalam perekonomian suatu daerah dengan cara membandingkan jumlah proporsinya dalam perekonomian daerah dengan proporsinya pada perekonomian nasional dalam hal kegiatan industri yang sejenis Lincolin Arsyad, 1999. Keterangan : Vi merupakan pendapatan sektor i secara regionalnasional vi merupakan pendapatan pada sektor i di suatu daerah Vt merupakan pendapatan regionalnasioanal vt merupakan total pendapatan suatu daerah Dari perhitungan maka dapat diintrepetasikan sebagai berikut : LQ 1 : daerah yang diteliti tidak memiliki spesialisasi pada sektor yang bersangkutan. Keadaan ini berarti sektor yang bersangkutan bukan merupakan sektor ungggulan dari daerah tersebut atau menjadi sektor non basis. LQ = 1 : peranan industri pada daerah yang diteliti adalah sama dengan perekonomian nasional. LQ 1 : daerah yang diteliti memiliki spesialisasi pada sektor yang bersangkutan dibandingkan tingkat wilayah tersebut. Keadaain ini berarti sektor yang bersangkutan memiliki keunggulan komperatif dan menjadi sektor basis pada daerah tersebut. Dengan asumsi penduduk dari setiap daerah memilki kecenderungan pola permintaan dan pola pengeluaran yang sama dengan pola yang ada pada tingkat nasional, memiliki tingkat produktifitas yang sama dan setiap industri menghasilkan barang dengan ciri homogen pada setiap sektor.

3. Indeks Williamson

Indeks Williamson merupakan salah satu alat analisi untuk mengetahui tingkat ketimpangan dalam lingkup regional. Indeks Williamson biasanya digunakan untuk mendiskripsikan ketimpangan suatu wilayah menggunakan PDRB per kapita dan jumlah penduduk. Ketimpangan pembangunan menjadi salah satu masalah yang sering muncul dalam proses pembangunan di suatu wilayah. √∑ Keterangan : WI : Indeks Williamson Yi : PDRB per kapita kecamatan i Yr : PDRB per kapita kabupaten Pi : Jumlah penduduk kecamatan i P : Jumlah penduduk kabupaten Jika Indeks Williamson yang diperoleh mendekati titik 0 maka tingkat distribusi pendapatan antar daerah tersebut rendah, namun jika hasil yang diperoleh mendekati titik 1 maka terjadi ketimpangan dalam distribusi pendapatan antar daerah tersebut. 41 BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha terletak antara 7 o 12‘ sampai 7 o 31‘ Lintang Selatan dan 109 o 20‘ sampai 109 o 45‘ Bujur Timur. Pada umumnya memiliki ketinggian antara 40 – 2.300 meter diatas permukaan laut. Keadaan iklim kabupaten Banjarnegara yaitu tropis dengan suhu rata – rata 20 – 26 derajat celcius. Berbatasan dengan kabupaten Wonosobo disebelah timur, kabupaten Kebumen di sebelah selatan, kabupaten Banyumas dan kabupaten Purbalingga di sebelah barat serta kabupaten Pekalongan dan kabupaten Batang disebelah utara. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Banjarnegara Sumber : BPS Banjarnegara Secara administratif kabupaten Banjarnegara terdiri dari 20 kecamatan yang meliputi 266 desa dan 12 kelurahan, 970 dusun, 1.316 rukun warga dan 5.451 rukun tangga. Besarnya dana pembangunan desakelurahan di kabupaten Banjarnegara pada tahun 2014 sebesar 16,39 milyar rupiah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tk II dan Swadaya. Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan No Nama Kecamatan Jumlah Desa Kelurahan Luas Ha Prosentase Terhadap Luas Kabupaten 1 Susukan 15 5.266 4,92 2 Purworejo Klampok 8 2.187 2,04 3 Mandiraja 16 5.262 4,92 4 Purwanegara 13 7.387 6,90 5 Bawang 18 5.521 5,16 6 Pagedongan 13 2.624 2,45 7 Banjarnegara 9 8.055 7,53 8 Sigaluh 15 3.956 3,70 9 Madukara 20 4.820 4,51 10 Banjarmangu 17 4.636 4,33 11 Wanadadi 11 2.827 2,64 12 Rakit 11 3.245 3,03 13 Punggelan 17 10.284 9,61 14 Karangkobar 13 3.907 3,65 15 Pagentan 16 4.619 4,32 16 Pejawaran 17 5.225 4,88 17 Batur 8 4.717 4,41 18 Wanayasa 17 8.201 7,67 19 Kalibening 16 8.378 7,83 20 Pandanarum 8 5.856 5,47 Jumlah 278 106.971 100 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka

B. Kependudukan