JARINGAN LUNAK MULUT SALIVA : PETA MUKOSA DAN JARINGAN LUNAK SKOR INDEKS PERIODONTAL Halitosis

C. LEMBAR PEMERIKSAAN 1. ODONTOGRAM

2. JARINGAN LUNAK MULUT

Universitas Sumatera Utara

3. SALIVA :

Normal Ada kelainan ........................

4. PETA MUKOSA DAN JARINGAN LUNAK

5. SKOR INDEKS PERIODONTAL

16 21 24 44 41 36 Universitas Sumatera Utara Kriteria pemberian skor dengan indeks periodonotal Kode Kriteria Negatif Tidak ada kerusakan jaringan periodontal, tidak ada kehilangan fungsi akibat kerusakan jaringan pendukung 1 Gingivitis ringan Ada daerah yang mengalami peradangan pada tepi gingiva bebas tetapi tidak mengelilingi gigi 2 Gingivitis sedang Peradangan mengelilingi gigi, tetapi perlekatan epitel masih utuh 6 Gingivitis disertai pembentukan saku periodontal Perlekatan epitel terputus, adanya saku periodontal, fungsi pengunyahan normal, gigi masih utuh pada soketnya dan tidak tilting 8 Kerusakan periodontal yang berat dan kehilangan fungsi pengunyahan Gigi goyang, tilting, bunyinya tumpul pada waktu dilakukan perkusi dengan logam atau gigi terlihat tidak stabil berada dalam soket Skor periodontal indeks = Total skor penilaian pemeriksaan pada gigi Jumlah gigi yang diperiksa = ………………………………………. ……………………………………….. = ……………. Universitas Sumatera Utara Skor PI Kondisi Klinis 0 – 0,2 Normal 0,3 – 0,9 Gingivitis ringan 0,7 – 1,9 Kerusakan jaringan periodontal ringan 1,6 – 5,0 Kerusakan jaringan periodontal berat 3,8 – 8,0 Stadium lanjut penyakit periodontal

6. PEMERIKSAAN BREATH CHECKER

Skor pengukuran dengan breath checker : Skor Kriteria Tidak ada bau mulut 1 Adanya sedikit bau mulut 2 Adanya bau mulut yan terdeteksi sedang 3 Adanya bau mulut terdeteksi jelas 4 Adanya bau mulut terdeteksi kuat 5 Adanya bau mulut yang sangat tajam Universitas Sumatera Utara Lampiran 4 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA 1. Kukkamalla MA, Cornelio SM, Bhat KM, Avadhani M, Goyal R. Halitosis – a social malady. Journal of Dental and Medical Sciences. 2014; 13: 55-61. 2. Hughes FJ, McNab R. Oral malodour – a review. Archives Of Oral Biology 53. 2008; 1 Suppl: 1-7. 3. Scully C. Oral and maxillofacial medicine. Wright. 2004; 109-111. 4. Ghapanchi J, Darvishi M, Mardani M, Sharifian N. Prevalence and cause’s of bad breath in patients attended Shiraz dentistry school a cross sectional study. Elixir Human Physio. 2012; 53: 12051-4. 5. Arora L, Sharma A. A study to find out the dental and associated psychosocial factors in patients of halitosis. Delhi Psychiatry. Journal 2012; 15: 122-9. 6. Scully C, Greenman J. Halitosis breath odor. Periodontology 2000. 2008; 48: 66-75. 7. Sing M.P, Bansal P, Kaur S. The association of periodontal disease with oral malodor before and after antibiotic rinse using FITSCAN Breath Checker : a clinical study. Journal of The International Clinical Dental Research Organization. July-December 2014; 62: 103-106. 8. Putri N.N. Manfaat mengonsumis campuran larutan madu dan bubuk kayu manis terhadap penurunan tingkat halitosis. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. 2014. 9. Sanz M, Roldan S, Herrera D. Fundamentals of breath malodour. J Contemp Dent Pract. 2001 Nov 15; 24: 1-17. 10. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeriksaan. USU Press 2012; 49-61. 11. Vandana K.L, Sridhar A. Oral malodor: a review. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2008 Apr; 22: 768-773. 12. Patil H S, Kulloli A, Kella M. Unmasking oral malodor : a review. People’s Journal of Scientific Research. 2012; 51: 61-7. Universitas Sumatera Utara 13. Attia E L, Marshall K G. Scientific section review article. CMA Journal. 1982 Jun; 126: 1281-5. 14. Porter S R, Scully C. Clinical review oral malodour halitosis. 2006; 333: 632-5. 15. Ettikan S. Bad breath. Journal of Dental and Medical Sciences. 2014 Jun; 13; 44-9. 16. Scully C, Felix D H. Oral medicine : update for the practioner oral malodour. British Dental Journal. 2005; 199: 498-500. 17. Bollen C M L, Beikler T. Halitosis: the multidisciplinary approach. International Journal of Oral Science. 2012; 4: 55-63. 18. Oeding M. Halitosis: a clinical review. The academy of dental learning OSHA training. 2012; 9-11. 19. Widagdo Y, Suntya K. Volatile sulfur compounds sebagai penyebab halitosis. Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Mahasaraswati Denpasar. 20. Scully C. Medical problem in dentistry 6 th edition. 2012; 82. 21. Marawar P P. Sodhi N K A. Pawar B R. Mani A M. Halitosis: a silent affliction. Chronicles of Young Scientists. 2012 Dec; 34: 251-7. 22. Yeagaki K, Coil J M. Examination, classification, and treatment of halitosis: clinical perspectives. J Can Dent Assoc. 2000; 665: 257-261. 23. Ongole R, Shenoy N. Halitosis: much beyond oral malodor. Kathmandu University Medical Journal. 2010; 82: 269-275. 24. Rosing C K, Loesche W. Halitosis: an overview of epidemiology, etiology and clinical management. Braz Oral Res. 2011; 255: 466-71. 25. Beharvand M, Maleki Z, Mohammadi S, Alavi K, Meghaddam E J. Assessment of oral malodor: a comparasion of the organoleptic method with sulfide monitoring. The Journal of Contemporary Dentl Practice. 2008; 95: 1-7. 26. American Dental Assosiation. Oral malodor association report. JADA. 2003 Feb; 134: 209-25. Universitas Sumatera Utara 27. Agarwal V, Kumar P, Gupta G, Khatri M, Kumar A. Diagnosis of oral malodor: a review of the literature. Indian Journal of Dental Science. 2013; 53: 89-91. 28. Oliveira-Neto J M, Sato S, Pedrazzi V. How to deal with morning bad breath: a randomized, crossover clinical trial. Journal of Indian Society of Periodontology. 2013; 176: 757-59. 29. Tanita Corp. Manual book of Tanita breath alert. http:www.pdfmanualy.com ttanitatanita-um-076-manual.pdf November 08.2014. 30. Tanita Corp.Tanita Breath Checker. http:www.tetrobreath.euenbreathtester tanita-breath-checker.html November 10.2014. 31. Tanita Corp. Instruction manual Tanita breath checker. http:www.tanita.com en.downloadsdownload?file=855638166langenUS November 08.2014. 32. Tanita Corp. Tanita breath checker. http:news.medicalexpo.compresstanita breathcheckerhtml November 10.2014. 33. Aylikci B U, Colak H. Halitosis: from diagnosis to management. Journal of Natural Science, Biology and Medicine. 2013; 41: 14-20. 34. BANA tes. http:m.indiamart.combvm-meditechdental.html Juni 23. 2013 35. Puscasu C G, Dumitriu A S, Dumitriu H T. The significance of BANA test in diagnosis of certain forms of periodontal disease. OHDMBSC. 2006; 53: 31- 5. 36. Supardi S, Surahman. Metodologi penelitian untuk mahasiswa farmasi. Trans Info Media. Jakarta. 2014; 51-69. 37. Elfindri, Hasnita E, Abidin Z, Machmud R, Elmiyasna. Metodologi penelitian kesehatan. Baduose Media. Jakarta. 2012; 163. 38. Sibarani M R. Karies: etiologi, karakteristik klinis dan tatalaksana. Departemen Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Majalah Kedokteran UKI. 2014; 301: 14-22. 39. Kidd E A M. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. EGC. 1991; 1,48. Universitas Sumatera Utara 40. Langlais R P, Miller C S. Color atlas of common oral diseases. Lippincott Williams Wilkins. 1998; 56-7. 41. Sultana N, Sham M E. Xerostomia: an overview. Internation Journal of Dental Clinics. 2011; 32: 58-61. 42. Suyono S, Waspadji S, Soegondo S, Soewondo P, Subekti I, dkk. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Balai Penerbit FK UI. 2009; 12. 43. Posumah H A, Ali H R, Loho E. Gambaran foto waters pada penderita dengan dugaan klinis sinusitis maksilaris di bagian radiologi FK UNSRAT. Jurnal e- Biomedik. 2013; 1:129-134. 44. Silviani D, Adityawarman, Dwianasari L. Hubungan lama periode hemodialisis dengan status albumin penderita gagal ginjal kronik di unit hemodialisis. Mandala of Health. 2011; 5: 1-3. 45. Eldarrat A, Alkhabuli J, Malik A. The prevalence of self-reported halitosis and oral hygiene practices among Lybian students and office workers. Lybian J Med. 2008; 1-7. 46. Krishna K V, Arunkumar S, Arunkumar J S, Shakuntala G K, Koti S V. International journal of medical and health sciences. Int J Med Health Sci. 2015; 41: 116-123. 47. Kusuma A R P. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. Majalah Universitas Islam Sultan Agung. 2014; 1-8. 48. Gunardi I, Wimardhani S Y. Oral probiotik: pendekatan baru terhadap halitosis. Indonesian Journal of Dentistry. 2009; 161: 64-71. 49. Agtini M D. Pola status kesehatan gigi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada tahun 1990-2007. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2009; 193: 144-153. 50. Tangerman A, Winkel E G. Extra oral halitosis : an overview. Journal of Breath Research. 2010: 4: 1-6. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas pasien RSGM Universitas Sumatera Utara dan variabel terikat halitosis dikumpulkan dalam waktu bersamaan untuk mendapatkan gambaran dan prevalensi halitosis pada pasien RSGM Universitas Sumatera Utara menurut faktor penyebab halitosis. 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang skrining Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara karena rumah sakit ini merupakan salah satu tempat rujukan pasien gigi dan mulut di Sumatera Utara khususnya kota Medan dan juga memiliki sarana dan rekam medis yang lengkap sehingga dipertimbangkan akan membantu peneliti menemukan subyek penelitian baik dengan keluhan bau mulut ataupun tidak. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2015. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.

3.3.2 Sampel

Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan teknik non probability sampling yaitu setiap subyek dalam populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat terpilih atau tidak terpilih sebagai subyek penelitian. Teknik yang Universitas Sumatera Utara digunakan adalah purposive sampling, dimana subyek yang dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. 36,37

3.3.2.1 Besar Sampel

Pada penelitian ini untuk mendapatkan besar sampel, peneliti menggunakan persentase halitosis dari penelitian yang dilakukan oleh Ghapanchi yaitu sebesar 94. Perhitungan besar sampel menggunakan rumus : 4 n = Z α 2 . P . Q d 2 Dengan keterangan : N : jumlah sampel Zα : tingkat kemaknaan nilai Zα yang dipakai adalah 1,96 P : proposi = 0,94 Q : 1-P = 1-0,94 = 0,06 d : presisi = 0,05 Sehingga perhitungan yang didapatkan adalah : N = 1,96 2 . 0,94 . 1 – 0,94 0,05 2 = 86,6 = 87 orang Maka jumlah minimal subyek yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebanyak 87 orang. 3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi 1. Pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara. 2. Bersedia menjadi subyek penelitian. Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Pasien yang tidak dapat diperiksa rongga mulutnya atau tidak dapat membuka mulutnya. 2. Pasien yang makan dan minum kopi, teh atau jus dan melakukan kebersihan mulut 4 jam sebelum pengukuran. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Bebas Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.

3.5.2 Variabel Terikat

Halitosis.

3.5.3 Definisi Operasional 1. Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara

Pasien RSGM USU adalah pasien yang berkunjung dan mendaftar sebagai pasien RSGM. Cara pengukuran melihat buku rekam medis pasien RSGM USU dan dicatat pada lembar pemeriksaan. Hasil pengukuran yang didapatkan yaitu dalam skala ukur kategorik. Pada pasien yang berkunjung ke RSGM USU dilihat faktor penyebab halitosis fisiologis dan patologis yaitu : a. Faktor penyebab fisiologis yaitu penyebab halitosis yang bersifat sementara seperti morning halitosis, merokok dan makanan yang berbau khas seperti bawang dan durian. 9,16 Pengukuran dilakukan melalui kuesioner dengan pertanyaan- pertanyaan yang diadopsi dari Journal Canadian Dental Association, pemeriksaan rongga mulut dan pengukuran menggunakan Breath Chceker. 22 Hasil pengukuran yang didapatkan akan menunjukkan halitosis fisiologis apabila pasien menjawab memiliki faktor penyebab fisiologis, pemeriksaan klinis rongga mulut normal dan pengukuran dengan Breath Checker tidak menunjukkan skor ≥ 2. 7,29 Hasil yang didapatkan dalam skala ukur kategorik. Universitas Sumatera Utara b. Faktor penyebab patologis yaitu penyebab halitosis yang permanen dan tidak dapat dihilangkan dengan metode pembersihan mulut biasa. 10 Pengukuran dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut dan pengukuran menggunakan Breath Checker. Hasil yang didapatkan dalam skala ukur kategorik. Halitosis patologis dapat disebabkan oleh faktor penyebab intra oral dan ekstra oral. 1 Intra Oral yaitu faktor penyebab halitosis yang berasal dari dalam rongga mulut. 10 Yaitu : i. Karies: proses demineralisasi struktur gigi disebabkan oleh asam yang dihasilkan oleh mikro-organisme dan ditandai dengan terbentuknya kavitas pada permukaan email, dentin atau sementum. 38 Cara pengukuran dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut menggunakan kaca mulut dan sonde yang tajam sampai terasa menyangkut. 39 Hasil pengukuran karies yang didapatkan yaitu dalam skala ukur kategorik dan dicatat dalam lembar pemeriksaan. ii. Penyakit periodontal: merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami peradangan. 10 Cara pengukuran dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut menggunakan indeks periodontal Russel dan Ramfjord yaitu pemeriksaan rongga mulut dengan menggunakan kaca mulut dan probe pada bagian interproksimal, fasial, bukal, lingual dari 6 gigi 16, 21, 24, 44, 41, 36. Hasil pemeriksaan dapat di nilai dengan skor dari indeks periodontal yaitu 0 negatif = tidak ada kerusakan jaringan periodontal, 1 gingivitis ringan = ada daerah yang mengalami peradangan pada margin gingiva bebas tetapi tidak mengelilingi gigi, 2 gingivitis sedang= peradangan mengelilingi gigi, tetapi perlekatan epitel masih utuh, 6 gingivitis disertai pembentukan poket periodontal = perlekatan epitel terputus, adanya poket periodontal, fungsi pengunyahan normal, gigi masih utuh pada soketnya dan tidak tilting, dan 8 kerusakan periodontal yang berat dan kehilangan fungsi pengunyahan= gigi goyang, tilting, bunyinya tumpul pada waktu dilakukan perkusi dengan logam atau gigi terlihat tidak stabil berada dalam soket. 10 Skor periodontal diperoleh dari total skor dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Hasil pengukuran yang didapatkan yaitu dalam skala ukur kategorik dicatat dalam lembar pemeriksaan. Universitas Sumatera Utara iii. Coated tongue: permukaan dorsal lidah yang ditutupi oleh debris dan keratinisasi papilla filiform yang berlebihan. Secara klinis, tekstur lidah seperti berbulu dan terlihat ada bercak berwarna putih kekuningan yang dapat terhapus. 40 Cara pengukuran dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut menggunakan kaca mulut atau spatel. Apabila pada saat kaca mulut atau spatel di swap pada permukaan lidah, maka bercak putih kekuningan tersebut akan terhapus. Hasil ukur yang di dapat yaitu dalam skala ukur kategorik dan dicatat dalam lembar pemeriksaan. iv. Xerostomia: suatu kondisi klinis dari mulut kering yang disebabkan oleh penurunan produksi saliva. 41 Cara pengukuran dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut menggunakan kaca mulut. Apabila pada saat kaca mulut ditempelkan pada mukosa terasa lengket atau saliva terlihat kental, maka dapat dikatakan xerostomia. Hasil pengukuran xerostomia yang didapatkan yaitu dalam skala ukur kategorik dicatat dalam lembar pemeriksaan. 2 Ekstra Oral yaitu faktor penyebab yang berasal dari luar rongga mulut seperti saluran pencernaan atau adanya gangguan sistemik, seperti: 10 i. Diabetes mellitus: adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. 42 Cara pengukuran dilakukan melalui pertanyaan dalam kuesioner yang diadopsi dari Journal Canadian Dental Association. 22 Hasil ukur yang didapat dalam skala ukur kategorik. ii. Sinusitis: suatu peradangan membran mukosa yang dapat mengenai satu ataupun beberapa sinus paranasal. 43 Cara pengukuran dilakukan melalui pertanyaan dalam kuesioner yang diadopsi dari Journal Canadian Dental Association. 22 Hasil ukur yang didapat dalam skala ukur kategorik. iii. Gagal ginjal: penurunan fungsi ginjal yang irreversible yang biasanya pada keadaan tertentu memerlukan terapi hemodialisis. 44 Cara pengukuran dilakukan melalui pertanyaan dalam kuesioner yang diadopsi dari Journal Canadian Dental Association. 22 Hasil ukur yang di dapat dalam skala ukur kategorik.. iv. Sirosis hati: merupakan sirosis yang ditandai dengan nekrosis sel hati dan peradangan yang diikuti dengan perubahan fungsi normal hati dengan jaringan fibrosis dan regenerasi nodul hepatosit dan kekacauan pembuluh darah. 20 Cara Universitas Sumatera Utara pengukuran dilakukan melalui pertanyaan dalam kuesioner yang diadopsi dari Journal Canadian Dental Association. 22 Hasil ukur yang di dapat dalam skala ukur kategorik.

2. Halitosis

Halitosis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan bau nafas yang tidak sedap yang berasal dari dalam maupun luar rongga mulut dan dapat melibatkan kesehatan dan kehidupan sosial seseorang. 9,10 Cara pengukuran halitosis dapat ditentukan dari pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang diadopsi dari Journal Canadian Dental Association dan pengukuran tingkat halitosis menggunakan Breath Checker, dimana apabila alat ini menunjukkan skor ≥ 2 pasien dinyatakan memilki halitosis. 21,29 Hasil ukur yang didapatkan dalam skala kategorik dan dicatat dalam lembar pemeriksaan. 3.6 Sarana Penelitian 3.6.1 Alat a. Tanita Breath Checker b. Sonde c. Probe d. Kaca mulut e. Pinset f. Kapas g. Lampu senter unit h. Kantong sampah i. Lembar pemeriksaan

3.6.2 Bahan

a. Masker b. Sarung tangan c. Larutan Sterilisasi Universitas Sumatera Utara

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara, subyek diberikan lembar penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Apabila subyek bersedia berpastisipasi dalam penelitian, maka subyek penelitian menandatangani lembar informed concent. Identitas pasien diperoleh dari wawancara dengan pasien. Halitosis diketahui dengan cara pengisian kuesioner, pemeriksaan rongga mulut dan pengukuran dengan menggunakan Breath Checker. Pada saat dilakukan pengukuran menggunakan Breath Checker, pasien diminta untuk menghembuskan nafas tepat didepan sensor Breath Checker selama kurang lebih 4 detik. 31 Pada saat pengisian lembar pemeriksaan, pemeriksaan rongga mulut, dan pengukuran menggunakan Breath Checker, satu orang asisten berada disamping pemeriksa bertugas untuk mengisi lembar pemeriksaan yang dijumpai pada subyek penderita. Selanjutnya alat disterilkan, lalu dilakukan hal yang sama pada subyek lain.

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan komputerisasi. Analisis data menggunakan analisis univariat dan dihitung dalam bentuk persentase. Data univariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi : 1. Distribusi dan frekuensi pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin. 2. Distribusi dan frekuensi pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara berdasarkan usia. 3. Distribusi dan frekuensi keluhan halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara. 4. Distribusi dan frekuensi faktor penyebab halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara. 5. Distribusi dan frekuensi faktor penyebab fisiologis halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 6. Distribusi dan frekuensi faktor penyebab intra oral halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara. 7. Distribusi dan frekuensi faktor penyebab ekstra oral halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara. 8. Distribusi dan frekuensi halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup :

1. Lembar persetujuan Informed Consent