oleh Achmad Ali bahwa kesadaran hukum, ketaatan hukum dan efektivitas perundang-undangan adalah tiga unsur yang saling berhubungan.
21
Agar tujuan hukum perlindungan konsumen ini dapat berjalan sebagaimana seperti yang telah dicita-citakan, hal ini harus diperkuat oleh
kesatuan dari keseluruhan sub sistem yang terkandung dalam undang-undang perlindungan konsumen didukung oleh sarana dan fasilitas yang menunjang.
C. Hak dan Kewajiban Konsumen
Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Ada beberapa cara
perlindungan secara hukum, antara lain sebagai berikut :
22
1 membuat peraturan by giving regulation, yang bertujuan untuk :
a. Memberikan hak dan kewajiban;
b. Menjamin hak-hak para subyek hukum;
2 Menegakkan peraturan by the law enforcement melalui :
a. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah preventif
terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perizinan dan pengawasan;
b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi repressive
setiap pelanggaran terhadap peraturan-undangan, dengan cara mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman;
21
Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Jakarta : Yarsif Watampone, 1998, selanjutnya disebut Achmad Ali II, hal 191.
22
Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar Lampung :Universitas Lampung, 2007 hal 31.
Universitas Sumatera Utara
c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak curative,
recovery, dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian. Istilah “ perlindungan konsumen “ berkaitan dengan perlindungan hukum.
Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekadar fisik, melainkan
terlebih-lebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum
tentang hak-hak konsumen. Sebagaimana disampaikan Munir Fuadi, kehadiran suatu kaedah hukum legal procept, aturan hukum regulayuris, alat hukum
remedium juris dan ketegakan hukum law enforcement yang menatap adalah dambaan masyarakat Indonesia sekarang, sehingga para konsumen, produsen,
bahkan segenap masyarakat akan memetik hasilnya.
23
Secara historis mengenai hak-hak dasar konsumen pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat J.F. Kennedy. J.F Kennedy adalah
Presiden yang pertama kali mengangkat martabat konsumen saat menyampaikan pidato revolusioner di depan kongres US Congress pada tanggal 15 Maret 1962
tentang Hak konsumen. Ia berujar, “Menurut definisi, konsumen adalah kita semua. Mereka adalah kelompok ekonomi paling besar yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh hampir setiap keputusan ekonomi Publik dan swasta, tetapi mereka hanya sekelompok
penting yang suaranya nyaris tak didengar.”
23
Munir Fuadi, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek Buku II, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1994 hal 184.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pesannya kepada Kongres dengan judul A Special Massage of Protection the Consumer Interest, Presiden J.F. Kennedy menjabarkan empat hak
konsumen sebagai berikut: 1. the right to safety hak atas keamanan;
2. the right to choose hak untuk memilih; 3. the right tobe informed hak mendapatkan informasi;
4. the right tobe heard hak untuk didengar pendapatnya. Selanjutnya dalam perkembangannya hak-hak tersebut dituangkan di
dalam Piagam Hak Konsume n yang juga dikenal dengan Kennedy’s Hill of Right.
Kemudian muncul beberapa hak konsumen selain itu, yaitu hak ganti rugi, hak pendidikan konsumen, hak atas pemenuhan kebutuhan dasar dan hak atas
lingkungan yang sehat. Keempat hak tersebut merupakan bagian dari Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia yang dicanangkan PBB pada tanggal 10 Desember 1948,
masing-masing pada Pasal 3, 8, 19, 21 dan Pasal 26, yang oleh Organisasi Konsumen Sedunia International Organization of Consumers Union- IOCU
ditambahkan empat hak dasar konsumen lainnya, hak untuk memperoleh kebutuhan hidup, hak untuk memperoleh ganti rugi, hak untuk memperoleh
pendidikan konsumen, hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Masyarakat Eropa Europese Ekonomische Gemeenschap atau EEG juga menyepakati lima hak dasar konsumen sebagai berikut :
1. hak perlindungan kesehatan dan keamanan recht op bescherming van zijn
gezendheid en veiligheid;
Universitas Sumatera Utara
2. hak perlindungan kepentingan ekonomi recht op bescherming van zijn
economische belangen; 3.
hak mendapat ganti rugi recht op schadevergoeding; 4.
hak atas penerangan recht op voorlichting en vorming; 5.
hak untuk didengar recht om te worden gehord. Dua dekade kemudian setelah Kennedy menyampaikan pidato, pada
tanggal 15 Maret 1983, maka Hari Hak Konsumen dirayakan untuk pertama kali, dan setelah perjalanan panjang gerakan konsumen sejak pidatonya, hak konsumen
akhirnya diterima secara prinsip oleh pemerintah seluruh dunia dalam Sidang Majelis Umum PBB UN General Assembly. Pengakuan hak konsumen
dilakukan melalui adopsi UN Guidelines for Consumers Protection. Di dalam pedoman Perlindungan Bagi Konsumen yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa -
Bangsa UN-Guidelines for Consumer Protection melalui Resolusi PBB No. 39248 pada tanggal 9 April 1985, pada Bagian II tentang Prinsip-Prinsip Umum,
Nomor 3 dikemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan konsumen yang diharapkan dapat dilindungi oleh setiap Negara di dunia adalah :
1. Perlindungan dari barang-barang yang berbahaya bagi kesehatan dan
keamanan konsumen; 2.
Perlindungan kepentingan-kepentingan ekonomis konsumen; 3.
Hak konsumen untuk mendapatkan informasi sehingga mereka dapat memilih sesuatu yang sesuai dengan kebutuhannya;
4. Pendidikan konsumen;
5. Tersedianya ganti rugi bagi konsumen;
Universitas Sumatera Utara
6. Kebebasan dalam membentuk lembaga konsumen atau lembaga lain yang
sejenis dan memberikan kesempatan bagi lembaga-lembaga tersebut untuk mengemukakan pandangan mereka dalam proses pengambilan keputusan.
Resolusi ini lahir berkat perjuangan panjang selama kurang lebih sepuluh tahun dari lembaga-lembaga konsumen di seluruh dunia yang dipimpin oleh
International Organization of Consumers Union IOCU. Usai Presiden Amerika Serikat John .F. Kennedy sesudah itu, L.B. Johnson, menambahkan perlu
dikembangkan konsep product warranty dan product liability. Dan sementara itu, RRC, hak-hak konsumen diakui sebagai hak-hak:
1. To select commodities and service of their own will;
2. To know the real circumstances of the price, quality, Weight- easurement,
function, ect., of commodities and service; 3.
To have guarantees of quality, weigths and measures, price, safety, and hygienes as stipulated by law;
4. To request receipts for payment in purcahsing commodities and services;
5. To request repairing, replacing, or returning commodities or service
because of unstatisfactory quality according to the standard provided by law agreed by the parties, to request compensation when persobal or
property damage is caused thereof; 6.
To have other rights as stipulated law. Lahirnya gerakan perlindungan konsumen di Negara-negara maju, adalah
bukti adanya hak-hak konsumen dijunjung tinggi dan dihargai, demikian juga dalam perkembangannya di Indonesia. Era globalisasi yang ditandai dengan
Universitas Sumatera Utara
membanjirnya aneka macam produk barang danatau jasa di pasaran, telah menuntut pula dilindunginya pihak konsumen sebagai pemakai produk tersebut.
24
Hak konsumen di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 UUPK adalah sebagai berikut :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang danatau jasa; Hak ini mengandung arti bahwa konsumen dalam penggunaan, pemakaian
dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi, mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatannya secara jasnmani maupun rohani. Hak
untuk memperoleh keamanan ini penting ditempatkan pada kedudukan utama karena berabad-abad berkembang suatu falsafah berpikir bahwa konsumen
terutama pembeli adalah pihak yang wajib berhati-hati, bukan pelaku usaha. Falsafah yang disebut caveat emptor let the buyer beware ini mencapai
puncaknya pada abad 19 seiring dengan berkembangnya paham rasional di Amerika Serikat. Dalam perkembangannya kemudian prinsip yang merugikan
konsumen ini telah ditinggalkan. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa keamanan dan keselamatan merupakan hal yang utama bagi manusia. Hanya saja
disadari atau tidak, penghargaan orang terhadap hal itu berbeda-beda. Hal ini tergantung pada tingkat pendapatan dan kepedulian konsumen itu sendiri. Dan
secara khusus konsumen di negara Dunia Ketiga termasuk Indonesia karena mayoritas dalam kondisi rentan, maka arti penting dari hak tersebut masih banyak
diabaikan.
24
C. Tantri D. Sulastri, Gerakan Organisasi Konsumen, Jakarta : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1995 hal 18.
Universitas Sumatera Utara
Berangkat dari kondisi konsumen yang masih rentan, baik secara ekonomi maupun sosial, maka Undang-Undang Perlindungan Konsumen memandang perlu
menggariskan etika dan peraturan yang mewajibkan pelaku usaha untuk menjamin kemanan dan keselamatan. Untuk implementasinya, selanjutnya diperlukan
peranan dari berbagai pihak, khususnya Pemerintah, secara intensif dalam menyusun suatu peraturan maupun kontrol atas penerapan peraturan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah dapat dilihat bahwa hak atas keamanan dan keselamatan masih diabaikan. Kekurang mampuan produk -produk
negeri kita menembus pasar internasional adalah suatu bukti dimana produk dari para produsen dalam negeri relatif masih kurang baik. Dan pasar internasional
dimana tingkat kompetisinya cukup tinggi, jelas akan menyingkirkan produk - produk yang tidak mempertimbangkan keamanan dan keselamatan konsumen.
Dengan demikian, pada dasarnya kepedulian produsen terhadap keamanan dan keselamatan konsumen, justru akan menguntungkan semua pihak. Sementara
kepedulian konsumen akan haknya juga akan menjadi pendorong bagi kebijakan- kebijakan baik pelaku usaha maupun pemerintah, sehingga menjadi lebih
sempurna. Baik langsung maupun tidak, hal ini akan membantu penggalangan cinta produksi dalam negeri, serta pemasukan devisa melalui ekspor ke luar
negeri. b.
hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
Universitas Sumatera Utara
Mengkonsumsi suatu barang atau jasa harus berangkat dari kebutuhan dan kecocokan konsumen. Bagi konsumen golongan menengah ke atas yang memiliki
kekuatan materi, mungkin saja tidak mempunyai masalah dengan hak pilih. Namun bagi konsumen golongan bawah, dimana kemampuan daya belinya
relative rendah, maka hal ini menjadi masalah. Ketidakberdayaan konsumen golongan ini umumnya terletak pada pengetahuan mutu suatu barang dan atau
jasa. Sekalipun mereka mengetahui adanya ancaman yang terselip dari barang yang dikonsumsi tersebut, tetap saja konsumen golongan ini akan mengkonsumsi
barang jasa tersebut karena sesuai dengan daya belinya. Disamping itu hak konsumen dalam memilih barang atau jasa tidak akan
ada artinya bila pengadaan barang atau jasa dimaksud dilakukan secara monopoli. Untuk kasus seperti ini, lagi-lagi golongan konsumen menengah ke atas tetap
dapat mempraktekkan hak pilihnya, misalnya dengan mencari alternatif pilihan barang atau jasa yang lain tanpa mempersoalkan harganya. Namun bagi golongan
konsumen dengan penghasilan rendahlah yang akan mengalami tekanan cukup parah dalam merealisasikan hak pilihnya. Oleh sebab itu dalam menembus
pembatasan akan hak pilih ini, sudah saatnya konsumen menggalang kekuatan dengan meningkatkan rasa solidaritas. Karena dengan cara penggalangan
kekuatan itulah kekuatan konsumen akan dapat terwujud. c.
hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa;
Informasi yang benar serta lengkap dari suatu produk barang jasa harus disertakan oleh produsen. Hal ini sangat penting, karena kelangkaan ataupun
Universitas Sumatera Utara
kekeliruan memberikan informasi akan memberikan gambaran yang salah dan membahayakan bagi konsumen. Banyak ragam dan cara pelaku usaha dalam
menyampaikan informasi. Antara lain dapat dilakukan melalui: a. disampaikan secara langsung; b. melalui media komunikasi, seperti iklan; c. dicantumkan
dalam label barang atau jasa. Dengan demikian tujuan informasi dari suatu produk, baik disampaikan secara langsung atau melalui iklan dan label, bukan
semata untuk perluasan pasar saja, tetapi juga menyangkut masalah informasi secara keseluruhan menyangkut kelebihan dan kekurangan atas produk tersebut,
terutama dalam hal keamanan dan keselamatan konsumen. Pemberian batas kadaluarsa, kandungan bahan serta sejumlah peringatan
dan aturan penggunaan lainnya harus disertakan dan diberikan informasi secara benar pada konsumen. Namun apabila hal-hal tersebut tidak dapat diberikan oleh
produsen pedagang, maka konsumen berhak untuk menuntutnya. Terhadap hak atas informasi ini, konsumen perlu waspada mengingat seringnya pihak produsen
pedagang melakukan penyampaian informasi secara berlebihan. Sehingga, dalam banyak hal, pihak produsen pedagang tanpa tersadari sering mendorong
konsumen untuk bertindak tidak lagi rasionil. Untuk itu konsumen perlu selektif terhadap informasi yang diberikan dan berusaha mencocokkan dengan kenyataan
yang ada pada produk tersebut. Tak kalah pentingnya, konsumen pun harus jeli dalam membedakan mana rayuan, mana promosi dan mana kenyataannya. Hal itu
merupakan tindakan yang bijak daripada mengalami kerugian di belakang hari.
Universitas Sumatera Utara
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang
digunakan; Keselamatan dan keamanan yang terancam, serta wujud yang tidak
memenuhi atau tidak sesuai dengan kenyataan produk yang dijajakan, cukup banyak terjadi. Hal ini meresahkan serta merugikan konsumen. Untuk semua itu,
konsumen berhak mengeluh dan menyampaikan masalah tersebut pada pelaku usaha bersangkutan.
Sebaliknya, pelaku usaha juga harus bersedia mendengar, menampung dan menyelesaikan perihal yang telah dikeluhkan oleh konsumen tadi. Pada hal yang
sama, hak ini dimaksudkan sebagai jaminan bahwa kepentingan, pendapat, serta keluhan konsumen harus diperhatikan baik oleh pemerintah, produsen maupun
pedagang. Hak untuk didengar dapat diungkapkan oleh konsumen dengan cara mengadu kepada produsen penjual instansi yang terkait. Dan konsumen perlu
memanfaatkan hak untuk didengarnya dengan baik serta optimal. Hal ini dirasa perlu, karena dari pengalaman sehari-hari terlihat, bahwa hak untuk didengar ini
belum dimanfaatkan. e.
hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
Bahwasanya di dalam memberikan perlindungan hukum bagi konsumen tercakup juga kewajiban untuk melakukan upaya-upaya peningkatan kesadaran,
pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri sendiri, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan harkat dan
martabat konsumen, sekaligus menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha untuk
Universitas Sumatera Utara
berlaku jujur dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pemberian perlindungan hukum bagi konsumen hendaknya tanpa merugikan pelaku usaha yang memang
berperilaku baik dan jujur. Seyogyanya, antara konsumen dengan pelaku usaha menjadi mitra sejajar dan saling membutuhkan.
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; Konsumen berhak untuk mendapatkan pendidikan dan ketrampilan,
terutama yang menyangkut mutu barang dan layanan agar peluang seorang konsumen untuk ditipu atau tertipu semakin kecil. Untuk meningkatkan hasil guna
dan daya guna dari pendidikan ini, konsumen memang dituntut aktif, seperti membiasakan untuk membaca label. Dan sebaliknya, sangat diharapkan peran
serta pemerintah dan produsen untuk mendistribusikan materi yang diperlukan konsumen.
Upaya pendidikan konsumen tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat melewati media massa dan kegiatan lembaga
swadaya masyarakat. Dalam banyak hal, pelaku usaha terikat untuk memperhatikan hak
konsumen untuk mendapatkan “pendidikan konsumen“ ini. Pengertian“ pendidikan “ tidak harus diartikan sebagai proses formal yang dilembagakan. Pada
prinsipnya, makin kompleks teknologi yang diterapkan dalam menghasilkan suatu produk menuntut pula makin banyak informasi yang harus disampaikan kepada
konsumen. Bentuk informasi yang lebih komprehensif dengan tidak semata-mata menonjolkan unsur komersialisasi, sebenarnya sudah merupakan bagian dari
pendidikan konsumen. Produsen mobil misalnya dalam memasarkan produk dapat
Universitas Sumatera Utara
menyisipkan program-program pendidikan konsumen yang memiliki kegunaan praktis, seperti tata cara perawatan mesin, pemeliharaan ban, atau penggunaan
sabuk pengaman. f.
hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
Dalam praktek sehari-hari masih banyak dijumpai adanya pelaku usaha yang suka membeda-bedakan pelayanan terhadap seoarang konsumen dengan
konsumen lainnya, antara lain dengan memilah-milah status konsumen. Contohnya, seorang pejabat tidak perlu antri tiket seperti konsumen lainnya,
karena pelaku usaha memberikan perlakuan khusus. Begitu pula halnya ketika tiket kereta api hendak dibeli konsumen dengan harga sebagaiman tarif, oleh si
penjual dikatakan telah habis, sementara bagi konsumen yang berani membelinya diatas tarif, maka tiket tersebut akan dengan mudahnya diperoleh.
Kesemuanya ini telah diantisipasi oleh UUPK, dimana konsumen dibekali hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif oleh pelaku usaha. g.
hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya; Ketika UUPK ini dirancang, para perumus RUUPK sangat memperhatikan
dasar-dasar acuan untuk mewujudkan perlindungan konsumen, yaitu pertama, hubungan hukum antara penjual dengan konsumen secara jujur, kedua hubungan
kontrak penjual dan konsumen dirumuskan dengan jelas, ketiga konsumen sebagai
Universitas Sumatera Utara
pelaku perekonomian, keempat, konsumen yang menderita kerugian akibat yang cacat mendapat ganti rugi yang memadai, kelima, diberikannya pilihan
penyelesaian sengketa kepada para pihak. Dasar-dasar tersebut telah menekankan pada pentingnya pemberian hak
kepada konsumen untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan atau penggantian, apabila ternyata tidak sesuai dengan yang diperjanjikan mamupun
tidak dalam
kondisi sebagaimana
mestinya. Terlepas
adanya unsur
ketidaksengajaan dari pihak penjual yang mengakibatkan terjadinya cacat barang yang tersembunyi dan sekalipun telah yakin terhadap kejujuran penjual tersebut,
maka pada contoh kasus ini telah melekat hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi. Ganti rugi dimaksud bisa saja dalam bentuk pengembalian pembayaran,
mengganti dengan barang baru yang sama, ataupun bentuk kompensasi lainnya sesuai hasil penyelesaian masalah sengketa
h. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Termasuk kedalam hak konsumen yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, berupa :
1 Hak Untuk Mendapatkan Lingkungan Hidup Yang Baik dan Sehat Hak
konsumen atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak yang diterima sebagai salah satu hak dasar konsumen oleh berbagai organisasi
konsumen di dunia. Lingkungan hidup yang baik dan sehat berarti sangat luas, dan setiap makhluk hidup adalah konsumen atas lingkungan
hidupnya. Lingkungan hidup meliputi lingkungan hidup dalam arti fisik dan lingkungan non fisik. Dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 36 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2009 tentang Kesehatan dan Pasal 5 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, hak untuk
mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat ini dinyatakan secara tegas. Desakan pemenuhan hak konsumen atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat makin mengemuka akhir-akhir ini. Misalnya munculnya gerakan konsumerisme hijau green consumerism yang sangat peduli pada
kelestarian lingkungan. Sementara itu, mulai tahun 2000 semua perusahaan yang berkaitan dengan hasil hutan, baru dapat menjual
produknya di Negara-negara yang tergabung dalam The International Tropical Timber Organization ITTO, juga telah memperoleh ecolabeling
certificate. Ketentuan demikian sangat penting artinya, khususnya bagi produsen hasil hutan tropis, seperti Indonesia karena praktis pangsa pasar
terbesarnya adalah Negara-negara anggota ITTO. Untuk itu lembaga Ecolabeling Indonesia LEI pada tahun 1998 mulai melakukan audit atas
sejumlah perusahaan perkayuan Indonesia agar dapat diberikan sertifikat ekolabeling yang disebut SNI 5000.
2 Hak Untuk Dilindungi Dari Akibat Negatif Persaingan Curang Persaingan
curang atau dalam Undang- Undang No. 5 Tahun 1999 disebut dengan “
persaingan usaha tidak sehat” dapat terjadi jika seorang pengusaha berusaha menarik langganan atau klien pengusaha lain untuk memajukan
usahanya atau memperluas penjualan atau pemasarannya dengan menggunakan alat atau sarana yang bertentangan dengan itikad baik dan
kejujuran dalam pergaulan perekonomian. Walaupun persaingan terjadi
Universitas Sumatera Utara
antara pelaku usaha, namun dampak dari persaingan itu selalu dirasakan oleh konsumen. Jika persaingan
sehat, konsumen memperoleh
keuntungan. Sebaliknya jika persaingan curang konsumen pula yang dirugikan. Kerugian itu boleh jadi tidak dirasakan dalam jangka pendek
tetapi cepat atau lambat pasti terjadi. Contoh bentuk yang kerap terjadi dalam persaingan curang adalah permainan harga dumping. Satu
produsen yang kuat mencoba mendesak produsen saingannya yang lebih lemah dengan cara membanting harga produk. Tujuannya untuk merebut
pasar, dan produsen saingannya akan berhenti berproduksi. Pada kesempatan berikutnya, dalam pasar yang monopolistik itulah harga
kembali dikendalikan oleh si produsen curang ini. Dalam posisi demikian, konsumen pula yang dirugikan. Hak konsumen untuk dihindari dari akibat
negatif persaingan curang dapat dikatakan sebagai upaya pre-emptive yang harus dilakukan, khususnya oleh Pemerintah guna mencegah munculnya
akibat-akibat langsung yang merugikan konsumen. Itulah sebabnya, gerakan konsumen sudah selayaknya menaruh perhatian terhadap
keberadaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak ini, seperti yang ada saat ini, yaitu UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam UU No. 5 Tahun 1999 disebutkan adanya 1 perjanjian yang dilarang, dan 2
kegiatan yang dilarang, antara lain dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24. Termasuk dalam bentuk perjanjian yang dilarang adalah ologopoli,
penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust,
Universitas Sumatera Utara
oligopsoni, integrasi vertical, perjanjian tertutup, dan perjanjian dengan pihak luar negeri yang mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
danatau persaingan tidak sehat. Jika dibandingkan antara hak-hak konsumen sebagaimana dimuat dalam
UUPK dengan Resolusi PBB, tampaknya tidak ada perbedaan mendasar. Penyebabnya, antara lain adalah bahwa hak-hak konsumen yang disebut di dalam
Resolusi PBB itu adalah rumusan tentang hak-hak konsumen yang diperjuangkan oleh lembaga-lembaga konsumen di dunia, dan telah sejak lama diperjuangkan di
negaranya masing-masing. Hal ini menunjukkan pula bahwa hak-hak konsumen bersifat universal.
Lawan dari hak adalah kewajiban. Mengenai kewajiban konsumen dijelaskan dalam Pasal 5 UUPK, yakni :
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b.
beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa; c.
membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d.
mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
D. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha