Kandungan senyawa aktif akar tuba dan biji bengkuang

dengan baik di daerah tropis dan sub tropis, di Indonesia tanaman Pachyrhizus erosus banyak ditanam pada ketinggian 500-900 mdpl Zanklan, 2003. Klasifikasi dari tanaman bengkuang menurut Setiawati dkk. 2008, yaitu : Divisi : Magnoliophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Fabales Suku : Fabaceae Marga : Pachyrhizus Jenis : Pachyrhizus erosus Urban

C. Kandungan senyawa aktif akar tuba dan biji bengkuang

Akar tuba dan biji bengkuang merupakan bagian tanaman yang sangat berpotensi sebagai pestisida nabati karena keduanya mengandung senyawa aktif flavonoid dan saponin. Mutiah 2013, menyatakan bahwa senyawa flavonoid dan saponin dapat menimbulkan kelayuan pada saraf serta kerusakan pada spirakel yang mengakibatkan serangga tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah Harborne, 1987. Saponin adalah glikosida yang aglikonnya disebut sapogenin GunawandanMulyani, 2004. Berdasarkan struktur dari aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid mudah larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin steroid Zanklan, 2003. Klas s if if ik ikasi dari tanaman bengkuang m m enurut Setiawati dkk. 2008 8, yaitu : Divisi i : Magnoliophyta Su Sub divisi : : A A ng ng io io sp sp er er ma ma e e Ke Ke las : Magno li op sida Ba ng ng sa : Fabale s Su Su ku : Fabace ae Ma rga : Pachyr hi zus Jenis : Pachyr hi zus erosus Ur ban C. C. Kan nd un ga n senyawa ak ti f akar tub a da n biji bengkuang Akar tuba da n biji b engk ua ng m erup ak an b agian tanaman y yang san nga a t be berp r ot t en si sebagai pestisida nab ati karena ked ua ny a me ng andung s en nyaw wa akt k if if flavonoid da n sa sa po po ni ni n n. M M ut ut ia ia h h 2 2 01 013, me me ny nyat at ak ak an an b b ah ah wa wa s s en enyawa flavonoid d d d an an sa a po p nin dapat menimbulkan kelayuan pada saraf serta kerusakan pada s s pi pira ra k kel ya ya ng ng m m en en ga g ki ki b ba tk tkan s s er er an an gg gg a a ti ti da da k bisa b b er er na na fa fa s s da dan n ak ak hi hirnya y mati. i. Sa Sa po po ni ni n n ad ad alah ah g g li liko si si da da trite terp rpena da da n ster r ol ol dan an t t el el ah ah t t er er de de te teks ksi i dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Sap aponin mer erupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat did deteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolis isis sel d darah Harborne, 1987. Saponin adalah glikosida yang aglikonnya disebut sapo po g genin GunawandanMulyani, 2004. tersusun dari suatu aglikon steroid sapogenin yang terikat pada suatu oligosakarida yang biasanya heksosa dan pentosa Farnsworth, 1966. Saponin bersifat sebagai racun pada kutu, larva, kumbang dan berbagai serangga lain. Proses metabolisme membutuhkan banyak energi. Energi yang digunakan untuk detoksifikasi diperoleh dari energi yang seharusnya untuk pertumbuhan dan perkembangan, akibatnya pertumbuhan serangga akan terganggu Mutiah, 2013. Saponin juga dapat digunakan sebagai agen bioaktif pengendali nyamuk. Hasil penelitian Wiesman dan Chapagain 2003 menunjukkan bahwa ekstrak saponin yang diisolasi dari Quillaja saponaria dan Balanites aegyptiaca mampudigunakan sebagai agen pengendali nyamuk Aedes aegypti dan Culex pipiens ,tetapi aman bagi mamalia. Menurut Mutiah 2013, senyawa kimia pertahanan tumbuhan merupakan metabolik sekunder yang dihasilkan pada jaringan tumbuhan, dan dapat bersifat toksik, menurunkan kemampuan serangga dalam mencerna makanan dan pada akhirnya mengganggu pertumbuhan serangga. Senyawa kimia pertahanan tumbuhan meliputi saponin, terpenoid dan flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa yang terdiri atas 15 atom karbon, yang terdiri atas rantai propana C-3 yang terkait pada dua cincin benzena C-6. Golongan flavonoid yang terbesar mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzena Markham, 1988. Flavonoid umumnya merupakan komponen larut air polar. Flavonoid pada tanaman berikatan dengan gula sebagai glikosida dan adapula yang berada dalam Saponin bersifat sebag ag ai ai racun pad d a a ku ku tu, larva, kumbang dan berbagai serangga lain. Prose se s metabolisme membutuhkan ba ny ny ak energi. Energi yang digunakan un untuk detoksifikas i i di di pe pe ro o le le h h da da ri ri energi yang s s eharusnya untuk pertum m b buhan dan pe pe r rkem e bangan, akibatnya a pe pe rt rt u umbuhan sera rangga akan te e r rganggu M M ut ut ia ia h, 201 1 3 3 . Sa Sa po po nin n ju juga d apat digunakan s ebagai agen bi oa kt if if penge e nd nd al al i i nyam muk. Ha Ha si sil l pene e li li ti an Wiesm an dan Chapagain 2003 menunjuk ka a n n bahw hw a a ekstra a k k sa sa po po ni n yang diisolasi dari Quil la ja sapon ar ia dan Balani te e s ae ae gy gy pt pt iaca mampu udig unakan seb ag ai age n peng en da li n yamuk Ae de s aegypt i i dan Cule lex x pi p pien ns ,t etapi aman bagi ma ma li a. Menuru t Mu ti ti ah ah 20 20 13 13 , , senyawa kim m ia ia p p er er ta ta ha ha na n n tu mb uh an n m merupak k an an me m tabolik sekunder yang dihasilkan an pad ad a jaringan tumbuhan, dan dapat ber er si sifa fa t to toks ks ik ik, , menurunkan kemampuan serangga dalam mencerna makanan an dan an p pa ada ak akhi hirn r ya m en gg an n gg ggu u pertum m bu buha han n se ser rangga. Se Seny ny aw a ki ki i mia pe pe rt rtah ah anan tumb b uh uh an a melip ip ut ut i i saponin, terpen noid dan f flavonoid. Flavonoid merupakan se enyawa yan ng terdiri atas 15 atom karbon, yang terdiri atas rantai propana C-3 yang ter erkait pada dua cincin benzena C-6. Golongan flavonoid yang terbesar m memp punyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu tu dari cincin benzena Markham 1988 aglikon. Aglikon flavonoid bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Flavonoid dapat dikelompokkan menjadi 9 kelas, yaitu anthosianin, proanthosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, chlacone dan aurone, flavanon, serta isoflavon Harborne, 1984. Rotenon adalah salah satu anggota dari senyawa isoflavon, sehingga rotenon termasuk senyawa golongan flavanoida. Salah satu kandungan dari ekstrak akar tuba dan biji bengkuang adalah rotenon dengan nama lain tubotoxin C 23 H 22 O 6 . Tubotoxin merupakan insektisida alami yang kuat, titik lelehnya 163 o C, larut dalam alkohol, karbon tetraclorida, chloroform, dan banyak larutan organik lainnya. Jika terbuka terhadap cahaya dan udara mengalami perubahan warna kuning terang menjadi kuning pekat, orange dan terakhir menjadi hijau tua dan akan diperoleh kristal yang mengandung racun serangga WHO, 1992. Rotenon merupakan racun perut dan racun kontak sehingga serangga yang teracuni sering mati karena kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat – alat mulut dan racun juga dapat masuk melalui kulit dan sistem respirasi. Rotenoid merupakan racun penghambat metabolisme dan sistem syaraf yang bekerja perlahan Kardinan, 2004. Rotenon adalah racun kuat bagi serangga. Menurut Sugianto 1984, akar tuba digunakan untuk menangkap ikan sedangkan akar yang telah dikeringkan digunakan sebagai insektisida. Menurut Hill 1952, rotenon 15 kali lebih 9 toksik dibandingkan nikotin dan 25 kali lebih toksik dibanding potassium ferrosianida. Namun demikian rotenon sedikit atau tidak ada efeknya terhadap manusia atau hewan bedarah panas. Selain itu bahan ini juga mengakibatkan mortalitas tinggi proanthosianidin, flavonol, fl fl av avon, glikoflavo von, n, biflavonil, chlacone dan aurone, flavanon, serta isof f la la v von Harborne, 1984. Rote e no non adalah salah s sat t u u an n gg gg ot ot a a da d ri senyawa i i so soflavon, sehingga rotenon n termasuk sen e ya ya wa w golongan flavanoi oi da da . Sa Sa l lah satu kan n du d ngan dari ek k s strak ak k ar ar t t ub ub a a dan bi bi ji ji b bengk uang a da lah ro teno o n n dengan an n n am am a lain tub ubotoxin C 23 H H 22 22 O O 6 6 . Tub b o otox in me rupakan insektisida alami yang k k ua uat, tit it ik k l lel eleh eh nya 16 1 3 o C, , l larut d d a al am alkohol, ka rbon tet ra cl orida, c hlor oform, d an n ban nya yak k laruta an n or or ga ga nik l la in nya. Jika terbuk a terhad ap cahay a da n udara mengal am ami pe pe ru ru ba ba han warna k ku ning teran g me njadi ku ni ng pek at , or ange dan ter ak hir me nj ad a i hi hij jau tu tua a dan ak k an diperoleh krist al yan g mengan du ng racun serangga WH HO, 19 1992 . Rote no no n merupa ka n n ra ra cu cu n n pe pe rut dan racu u n n ko ko nt nt ak ak sehin gga se ra ran ngga yan an g g te t racuni sering mati karena kelapa a ra ran ya y ng disebabkan oleh kelumpuhan al alat at – – al alat a m m ul u ut dan racun juga dapat masuk melalui kulit dan sistem em res es pi pira ra si. Ro Ro te te noid d m er up k akan an r r ac acun pen n gh gham amba ba t t m metabo li li sm sme e da da n i si t stem sya ya ra ra f f yang beke rj rj a a pe pe rlahan an K Kardinan, 2004 4 . . Rotenon adalah racun ku uat bagi sera angga. Menurut Sugianto 1984, akar tuba digunakan untuk menangkap ap ikan se edangkan akar yang telah dikeringkan digunakan sebagai insektisida. Men u urut H Hill 1952, rotenon 15 kali lebih 9 toksik dibandingkan nikotin dan 25 kali leb i ih toksik dibanding potassium ferrosianida pada ulat kubis dan bersifat toksik terhadap beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Diptera, Hemiptera, Lepidoptera dan Orthoptera Faradita, 2010. Menurut Kardinan 2001, menyatakan bahwa kandungan senyawa rotenone yang terdapat pada bagian akar tumbuhan tuba, yaitu 0,3 – 12. Menurut Sugianto 1984, zat – zat beracun yang terkandung lainnya adalah deguelin, tefrosin dan toksikarol, tetapi daya racunnya lemah atau tidak sekuat rotenon. Rotenone adalah racun kuat bagi serangga. Sedangkan pada bengkuang, semua bagian tanaman kecuali umbi bengandung rotenon. Kandungan rotenone pada batang adalah 0,03, daun 0,11, polong 0,02, dan biji 0,66 Martono dkk., 2004. Kandungan rotenone murni pada biji yang telah masak sekitar 0,5 - 1,0 Faradita dkk., 2010. Hansberry dkk 1947, Pachyrrhizus erosus mengandung gugus rotenon, eroson dan pachyrrizid. Gugus yang mempunyai sifat insektisida adalah rotenon, yang terdapat dalam polong dan biji matangnya. Senyawa rotenon tersebut didapatkan pada tumbuhan dengan cara melakukan ekstraksi. Uji fitokimia merupakan suatu pemeriksaan golongan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu simplisia tumbuhan. Uji tersebut dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan untuk dapat dikaitkan dengan aktivitas biologinya Farnsworth, 1966.

D. Kromatografi gas spektrometri massa GC-MS

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Akar Tuba (Derris eliptica (Roxb.) Benth) Terhadap Hama Penggulung Daun Kedelai (Lamprosema indicata F) Di Lapangan

1 71 56

Daya Racun Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica (Roxb.) Benth) terhadap Rayap Tanah (Coptotermes curvignatus Holmgren)

1 74 47

EFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG

0 7 14

EFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG

0 6 6

Efektivitas Komposisi Pestisida Nabati Terhadap Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg) Pada Tanaman Padi Di Lapang

0 4 14

SKRIPSI EFEKTIVITAS EKSTRAK AKAR TUBA (Derris eliptica Benth) DAN BIJI BENGKUANG (Pachyrrhyzus erosus Urban) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA TERHADAP SERANGGA WALANG SANGIT (Leptocorisa accuta Thunberg).

1 10 13

I. PENDAHULUAN EFEKTIVITAS EKSTRAK AKAR TUBA (Derris eliptica Benth) DAN BIJI BENGKUANG (Pachyrrhyzus erosus Urban) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA TERHADAP SERANGGA WALANG SANGIT (Leptocorisa accuta Thunberg).

0 7 6

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan EFEKTIVITAS EKSTRAK AKAR TUBA (Derris eliptica Benth) DAN BIJI BENGKUANG (Pachyrrhyzus erosus Urban) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA TERHADAP SERANGGA WALANG SANGIT (Leptocorisa accuta Thunberg).

0 10 14

II. TINJAUAN PUSTAKA EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH MAJA (Aegle marmelos) TERHADAP MORTALITAS WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta) PADA TANAMAN PADI.

3 11 7

Efektivitas ekstrak akar tuba (derris elliptica) sebagai pestisida nabati terhadap mortalitas hama walang sangit (leptocorisa acuta thunberg) pada tanaman padi sawah - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 18