xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Soal merupakan bagian dari tes karena tes terdiri dari sekumpulan soal yang didalamnya memuat pertanyan-pertanyaan yang digunakan sebagai alat
evaluasi terhadap keberhasilan di bidang pendidikan. Oleh karena itu, evaluasi hasil belajar merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dengan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru beserta para siswanya. Untuk mengetahui suatu tingkat keberhasilan suatu proses belajar mengajar yang telah dilakukan
guru, seorang guru tersebut memerlukan suatu konsep penilaian yang mampu mengukur dari berbagai aspek kemampuan, mampu membedakan siswa dari
tingkat kemampuan yang dikuasainya, serta kekontinuan kemampuan evaluasi untuk mengukur di waktu yang lain dan di tempat yang lain. Bagi siswa
menempuh evaluasi hasil belajar merupakan upaya untuk membuktikan kemampuan mereka dalam melakukan hal-hal seperti dideskripsikan di dalam
rumusan tujuan pengajaran dan seberapa baik mereka melakukannya sebagai hasil belajar.
Dengan penjabaran di atas, membuktikan bahwa setiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang mengerjakan tes.
Keseluruhan tes, yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu, tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari sejumlah
informasi yang dihasilkan oleh soal-soalnya. Oleh karena itu, tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik agar dapat mengulur
kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan sehingga tidak sembarang orang dapat membuat atau menulis butir-butir soal.
Dalam penulisan butir soal, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai penulisan soal yang baik. Pertama, penulis soal harus menentukan
suatu objek yang ditanyakan dengan memperhatikan langkah-langkah seperti: analisis kurikulum, analisis sumber materi pelajaran, menetapkan tujuan tes,
1
xvi menetukan kisi-kisi yang di dalamnya meliputi pokok pembahasan, aspek
intelektual yang diukur, bentuk soal, tingkat kesukaran soal, jumlah dan porsi soal, serta penulisan indikator. Kedua, penulis soal harus memikirkan dan
merenungkan pikiran, gagasan, dan maksudnya dalam bentuk-bentuk pertanyaan soal yang baik dan benar. Dalam hal ini bahasa untuk penulisan soal harus sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia, sehingga orang yang akan menjawab soal tersebut dapat memahami dengan jelas dan tepat seperti yang dimaksudkan oleh
penulis soal. Soal yang tidak jelas dan terlalu bertele-tele akan menyebabkan
interprestasi yang tidak tunggal dan juga membingungkan. Dengan demikian, setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian sehingga jelas yang ditanyakan dan
jelas pula jawaban yang diharapkan. Untuk itu, sudah sewajarnya jika aturan atau kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi salah satu syarat
mutlak bagi setiap penulisan soal atau pembuat soal. Bertolak dari uraian di atas, ternyata masih banyak di antara pelaksana
pembuat butir soal di wilayah Kecamatan Nguter khususnya pada jenjang SD justru kurang atau bahkan belum paham terhadap penerapan kaidah-kaidah
penulisan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Akibatnya, masih sering ditemukan berbagai kesalahan dalam penulisan butir-butir soal yang penting ini.
Kelemahan yang umum terjadi berupa susunan pertanyaan yang tidak lengkap, berbelit-belit, kata-kata dalam pertanyaan soal tidak lengkap, tidak jelas, ejaan
yang digunakan banyak yang salah, pemakaian istilah asing atau terkadang masuknya bahasa daerah yang seharus menjadi tidak perlu, pemakaian huruf
kapital, kata sambung yang tidak tepat, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah, yaitu Ibu
Munasyiroh. Beliau menjabat sebagai kepala sekolah di Sekolah Dasar Pondok I yang terletak di wilayah Kecamatan Nguter. Menurutnya, terdapat dua
kemungkinan mengapa sampai penulisan butir-buitr soal di wilayah tersebut tidak menerapkan kaidah-kaidah bahasa. Pertama, saat membuat soal mereka memang
benar-benar tidak tahu kalau telah melanggar kaidah bahasa. Kedua, karena mereka kurang peduli dengan kaidah-kaidah bahasa yang telah ditentukan. Secara
xvii umum kesalahan-kesalahan yang dilakukan adalah pelanggaran pada kaidah-
kaidah, yang meliputi; kaidah pembentukan kata, pemilihan kata yang tepat, penyusunan gramatika kalimat, pembentukan paragraf, penataan penalaran, serta
kesalahan penerapan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan Permasalahan di atas dapat terjadi karena sebagian besar para penulis
soal guru, menganggap bahwa pemakaian bahasa Indonesia dalam soal sama dengan penggunaan bahasa sehari-hari, sehingga menganggap mudah atau sesuatu
hal yang tidak perlu diperhatikan dalam penulisan soal. Padahal, jika pertanyaan- pertanyaan soal yang disusun penulis soal dapat memberikan informasi yang jelas
dan tepat kepada orang yang menjawab soal tersebut, maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pertanyaan soal tersebut sudah menjalankan fungsinya dengan
baik. Artinya, pertanyaan soal tersebut sudah dianggap jelas dan tidak membingungkan orang yang menjawabnya.
Dengan demikian dapat dibayangkan betapa penulisan soal tidak menaati kaidah penggunaan bahasa dan bersifat ambigu justru membingungkan
atau menghalangi arus informasi, sehingga sering terjadi salah tangkap atau kekacauan dalam menjawabnya. Belum tentu siswa yang tidak dapat menjawab
pertanyaan atau soal yang diberikan disebabkan siswa tersebut bodoh atau siswa tersebut belum belajar, mungkin karena soalnya sendiri kurang atau tidak dapat
dipahami maksudnya berbelit-belit. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk menguraikan
hasil penelusuran yang berkaitan dengan masalah kesalahan berbahasa dalam penulisan butir-butir soal tersebut, terutama pada penulisan butir-butir soal di
wilayah Kecamatan Nguter dan penelitian ini berjudul ”Kesalahan Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Soal Ulangan Umum Akhir Semester I dan II pada Siswa
Kelas VI Sekolah Dasar di Wilayah Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 20082009”.
xviii
B. Rumusan Masalah