3.3.2 Yamanba dan Manba
Yamanba dan Manba adalah gaya yang dikembangkan dari Ganguro. Yamanba Old sekolah dan Manba terutama dikenal sebagai 2004 Manba
unggulan tans gelap dan lipstik putih, mata pastel make-up, logam atau berkilauan perekat kecil di bawah mata, lensa lingkaran berwarna cerah, pakaian Dayglo
berwarna plastik, dan aksesoris aneh, seperti sebagai leis Hawaii. Stiker di wajah mati tak lama setelah tahun 2004 dan, untuk sementara waktu, yamanba
meninggal. Manba kemudian menjadi lebih ekstrim, dengan rambut warna-warni dan biasanya sintetis. Manba tahun 2008 melihat gelap tan, dan tidak ada stiker
wajah. Rambut biasanya neon warna-warna cerah, dengan merah muda menjadi favorit. Wol meniru gimbal, ekstensi, dan klip yang dipakai untuk membuat
rambut tampak lebih panjang. Pakaian tetap sama, meskipun leis yang dipakai lebih jarang.
Yamanba dan Manba yang berbeda satu sama lain. Yamanba melibatkan make-up putih hanya di atas mata, sementara Manba makeup diterapkan di bawah
mata juga.Boneka binatang, gelang, lonceng dan bunga kembang sepatu yang dikenakan.Setara laki-laki disebut pria Pusat ,pun pada nama jalan belanja
pejalan kaki populer di dekat Stasiun Shibuya di Tokyo disebut Pusat Gai. Ganguro sebagai cerminan budaya hiphop di Jepang, Ganguro umumnya
dikenal sebagai blackface dengan beberapahiphopyang beredarciri-ciri fisik, telah muncul sebagaigaya busanabaru di antara beberapa gadis-gadis remaja
Jepang dibeberapa kota metropolitan di Jepang seperti Tokyo. Karena pengaruh global budaya hiphop, beberapa remaja Jepang menjadi gadis Ganguro untuk
Universitas Sumatera Utara
membuat diri mereka menonjol sebagai yang berbedadari orang laindari generasi yang sama. Mengenakan sepatu dengan solpadatplatform yang lebih dari 10cm
tingginya, berwarna cerah ketatrok mini, memiliki pirang atau rambut putih, dan memakai makeup berkilauan adalah fitur khusus dari gadis Ganguro. Beberapa
gadis Ganguro bahkan pergi keekstrim dengan memiliki wajah dan leher mereka kecokelatan atau hitam, sering disorot oleh putih makeup. Dengan demikian,
mereka membuat diri mereka terlihat mirip dengan wanita kulit hitam. Seperti yang sering diamati di Jepang hari ini, Ganguro bukanlah fenomena sosial yang
terisolasi, tapi dampak yang diberikan oleh budaya hip hop pada genera simuda Jepang. Berbeda dengan pengamatan lain di Jepang dan bagian lain dunia, seperti
meniru popule rmusik hiphop, lirik, dan gerakan menari, Ganguro terutama tiruan dari hip hop gambar.
Ada beberapa spekulasi tentang motivasi untuk beberapa gadis-gadis Jepang untuk menjadi Ganguro. Barnwell, 2004 Beberapa berspekulasi bahwa
gadis Ganguro menggunakan hip hop gambar untuk memberontak melawan mengenakan seragam sekolah tradisional untuk mengekspresikan individualitas
mereka. Lainnya berspekulasi bahwa gadis Ganguro meniru selebriti seperti NamieAmuro, penyanyi dan model Jepang, yang menjadi substansial populer di
Jepang pada 1990-an, ketika ia tampil dengan kulit gelap. Yang lain berspekulasi bahwa beberapa gadis-gadis Jepang, terinspirasi oleh kesejukan yang dirasakan,
meniru hip-hop tindakan yang mereka kagumi dan meniru pemain populer seperti Lauryn Bukit dan TLC Talarowska-Kacprzak.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun Ganguro sebagai gaya busana tidak cocok dengan standar sosial tradisional Jepang dan nilai-nilai budaya, menjadi populer di kalangan beberapa
gadis yang hanya mendekati masa dewasa. Banyak gadis non-Ganguro dan anak laki-laki siap menerima beberapa elemen Ganguro, dan takut pengecualian,
beberapa mungkin sering sesuai dengan gaya karena rekan tekanan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG
HARAJUKU
2.1 Sejarah Harajuku
Jepang adalah tempat dimana setiap orang bersifat individu tapi suka berada dalam kelompok. Jika kita mengunjungi taman pada jam tertentu di setiap
hari sabtu, kita akan melihat ratusan anak laki-laki berpakaian seperti penyanyi rock dan skater, menari dengan alunan musik rock and roll, mereka sangat serius.
Jadi tidak mengherankan juga jika anak perempuan ingin menampilkan mode inovatif yang tidak ada atau belum pernah terlihat sebelumnya, mereka ingin
melakukannya di tempat yang sama, pada waktu yang sama dan tempat itu adalah distrik.
Ada sebuah tempat yang sangat populer di sekitar stasiun JR, Distrik Shibuya Tokyo. Lokasinya mencakup sekitar Kuil Meiji, Taman Yoyogi,
pusat perbelanjaan Jalan Takeshita, department store Laforet dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Sekitar tahun 1980-an, merupakan tempat berkembangnya
subkultur Takenoko-zoku yaitu lokasi dimana anak-anak muda berdandan atau berbusana aneh dan menari-nari di jalanan.
Kelompok remaja ataupun anak muda berbusana bisa dijumpai di kawasan ini. Selain itu, anak-anak sekolah dari berbagai pelosok di Jepang sering menjadikan
sebagai tujuan studi wisata saat berkunjung ke Tokyo.
Universitas Sumatera Utara