Gaya Busana Harajaku Di Jepang

(1)

LAMPIRAN

COSPLAY TOKUSATSU

COSPLAY ANIME

COSPLAY GOTHIC

COSPLAY ORIGINAL


(2)

LOLITA FASHION

gosurori

gurori


(3)

Guro Rori atau Horrible Lolita

Sweet Lolita atau Ama Rori

White Lolita

Punk Lolita


(4)

Erotic Lolita atau Ero Rori

Maid Lolita atau Meido

Wa Lolita


(5)

Gothic Lolita :

EGA


(6)

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Pendukung Gaya Busana Harajaku http://id.wikipedia.org/wiki

http://4.bp.blogspot.com


(8)

BAB III

GAYA BUSANA

HARAJUKU

DI JEPANG

Pada bagian ini, gaya busana Harajuku di Jepang dibagi menjadi tiga yaitu cosplay, lolita dan ganguro.

3.1Cosplay

Cosplay berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun. Pelaku cosplay disebut cosplayer, Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai coser.Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia.

Cosplay dibagi menjadi lima jenis yaitu cosplay anime/manga, cosplay original, cosplay tokusatsu, cosplay game dan cosplay gothic.

3.1.1 Cosplay anime/manga

Cosplay yang berasal dari anime maupun manga dan doujinshi. Meskipun hal ini dilakukan di Jepang, akan tetapi banyak juga Cosplay yang menggunakan kostum dari manhwa/komik Korea dan juga komik komik dari Amerika.


(9)

3.1.2 Cosplay Original

Cosplay yang benar-benar original tidak ada di anime, tokusatsu dan lainnya. Atau memiliki dasar yang sama seperti tokoh game Kingdom heart misalnya: Sora dan Riku (Kingdom Heart).

3.1.3 Cosplay Tokusatsu

Cosplay yang berasal atau mengambil karakter di film tokusatsu (istilah dalam bahasa Jepang untuk special effects dan seringkali digunakan untuk menyebut film sci-fi/fantasi/horor live-action produksi Jepang). Biasanya kostum yang sering digunakan Cosplayer Tokusatsu adalah kostum Kamen Rider.

3.1.4 Cosplay Game

Cosplay yang berlandaskan karakter karakter dari sebuah game, contohnya adalah Cloud (Final Fantasy 7), Dante (Devil My Cry), Jin (Tekken)dan masih banyak lagi yang lainnya.

3.1.5 Cosplay Gothic

Cosplayyang mengambil tema dan karakter yang bernuansa gelap atau Gothic. Biasanya digabung dengan Lolita. Contohnya: Misa Amane (Death Note) dan masih banyak lagi yang lainnya.

Bagi yang menyukai dunia cosplay dan ingin coba-coba atauingin melihat para cosplayer beraksi, kalian bisa mendatangi acara berikut ini:

1. Gelar Jepang

Biasanya sering diselenggarakan di Universitas, Universitas yang saya tahu sering menyelenggarakannya adalah UI dan UNJ

2. Bunkasai

Bunkasai sekarang sering sekali diadakan diSMA, diMall, Universitas dan juga ditempat yang sudah ditentukan.


(10)

3. Hellofest

Tempatnya ditentukan oleh pihak penyelenggara, jadi kalo ingin datang keacara Hellofest harus sering sering cari informasi tentang acara tersebut. 4. Animonster Event

Event yang disponsori oleh Animonster, biasanya ada acara lomba cosplay juga di dalamnya.

3.2Lolita

Publik Jepang mulai mengetahui keberadaan Lolita fashion setelah diputarnya film Kamikaze Girls (Shimotsuma Monogatari) pada tahun 2004. Pemakai busana Lolita meningkat dengan drastis pada dekade 2000-an di kota-kota besar Jepang seperti Tokyo dan Osaka sebagai salah satu bentuk busana jalanan (street fashion). Satu ciri khas Lolita fashion adalah rok menggembung yang amat indah. Penampilan busana Lolita fashion yang amat mencolok dan berlebih-lebihan ini menempatkan busana Lolita pada kedudukan istimewa tersendiri di antara busana jalanan lainnya di Jepang.

Lolita fashion berasal dari mode gaun era Barok, Rokoko, dan Victoria bercampur citra putri raja dari buku cerita dongeng yang dibaca anak gadis ketika mereka masih kecil. Menurut buku Lolita Ishō Dōraku (Ketamakan Kostum Lolita), "Budaya dan agama di Jepang begitu berbeda dari budaya dan agama Eropa-Amerika, sehingga orang Jepang mencampuradukkan mode busana dunia nyata dengan busana dunia fiksi yang melahirkan gaya orisinal fashion Lolita." Didasarkan pada warna putih dan merah jambu, potongan baju Lolita seperti


(11)

potongan baju anak orok, ditambah pemakaian kerut (frill) dan renda secara berlebih-lebihan seperti putri raja dan gadis aristokrat dari era feodalisme Eropa. Meski ada kecenderungan mode pakaian wanita mengikuti penilaian pria yang suka atau tidak suka terhadap mode pakaian tersebut, gadis pemakai busana mode Lolita hanya mau memakai baju yang mereka senangi. Mereka tidak peduli dengan penilaian orang lain, apalagi tren busana mutakhir. Kendati pada dekade 2000-an, Lolita fashion bukanlah sesuatu yang trendi, pada awal dekade 2010-an mulai banyak merek-merek busana yang menjual busana Lolita, dan tersedia banyak pilihan model busana Lolita. Walaupun setiap merek busana Lolita memiliki ciri khas tersendiri, secara keseluruhan mereka melahirkan sebuah "corak mode" (style) yang umum. Beberapa unsur busana Lolita juga telah diserap ke dalam tren busana mutakhir oleh merek-merek busana non-Lolita.

Di dalam buku Lolita Ishō Dōraku diperkenalkan lini busana kasual dari merek-merek busana Lolita, pakaian rumah (pakaian dalam dan pakaian tidur) yang disenangi penggemar busana Lolita. Ada pula lini busana kasual yang diproduksi oleh merek-merek busana Lolita.

Istilah Lolita dalam Lolita fashion diambil dari nama karakter dalam novel Lolita karya Vladimir Nabokov. Novel ini terkenal karena subjeknya yang kontroversial. Protagonis adalah seorang pria setengah baya dosen sastra sekaligus hebefilia bernama Humbert Humbert yang terobsesi oleh gadis berusia 12 tahun bernama Dolores Haze. Setelah menjadi ayah tirinya, Humbert terlibat secara seksual dengan Dolores. "Lolita" adalah panggilan kesayangan untuk Dolores. Dari novel ini juga tercipta istilah Lolita complex yang berarti pria yang memiliki perasaan khusus terhadap gadis muda berusia 10-15 tahun.


(12)

Deskripsi oleh Nabokov sangat mendetail, Lolita adalah gadis berusia 12 tahun dengan penampilan, cara berbicara, dan perilaku bagaikan seorang gadis nakal. Di mata Nabokov, Lolita adalah seorang nymphet, gadis muda yang genit dan suka main cinta. Definisi Lolita di Jepang hampir-hampir bertolak belakang dengan deskripsi Nabokov. Di Jepang, Lolita berarti anak perempuan yang masih murni dari seks, atau wanita yang sebetulnya sudah dewasa, namun berparas kekanak-kanakan dan berperilaku seperti anak-anak. Novala Takemoto berpendapat perlunya pembedaan antara Lolita versi Nabokov dan pengertian Lolita versi Jepang. Menurutnya, pengertian Lolita versi Jepanglah yang dipakai dalam konteks Lolita fashion.

3.2.1 Fashion Gothic Lolita

Fashion Lolita adalah sebuah gaya berpakaian yang cenderung berkesan manis atau lucu. Bagi cewek yang memakai gaya ini akan terlihat sangat manis dan lucu saat memakainya. Lolita awalnya berasal dari judul novel karya Vladmir Nabokov pada tahun 1995, sedangkan orang Jepang sendiri menerjemahkan kata Lolita sebagai boneka atau gadis yang manis, lucu, imut, ceria serta cantik. Style ini sebenanya sudah lama muncul yaitu pada tahun 70-an, tetapi baru populer saat tahun 1990-an dan 2000-an. Dan yang pertama kali mempelopori gaya ini adalah Mana dalam bandnya Malice Mizer. Pelopor Lolita lain yang sangat berpengaruh dalam gaya ini adalah mangaka Kaori Yuki, mangaka Mitsuka.


(13)

Lolita dibagi dalam beberapa genre atau jenis yaitu : 3.2.1.1Gothic Lolita atau Gosurori

Style Lolita ini adalah yang paling terkenal di Jepang. Style ini mengadaptasi dari dua style dari zaman yang berbeda, yaitu Gothic dari zaman-zaman kegelapan eropa dan Lolita periode Rococo dan Victorian. Sesuai namanya Gothic Lolita selalu berkombinasi dengan warna hitam dan putih, disertai kombinasi renda-renda diujung pakaian dan hiasan pita-pita. Kebanyakan dibagian roknya dihiasi dengan crinoline dan petticoat. Dan dilengkapi dengan stocking atau bisa juga pakai kaos kaki hingga lutut, jangan lupa juga sepatu boots Marry Jane. Aksesoris yang biasa dipakai adalah, topi, boneka, bandana, dan aksesorisnya juga terkadang dilengkapi dengan renda berkerut.

Gothic Lolita sendiri dibagi menjadi 2 Sub-Genre 3.2.1.2Guro Rori atau Horrible Lolita

Gothic Lolita jenis ini mengutamakan kesadisan yang tampak pada aksesoris dan aksen-aksen yang mengerikan. Jenis ini sangat digemari banyak anak muda jepang karena aksesoris yang sadis yang menarik perhatian mereka.

3.2.1.3Sweet Lolita atau Ama Rori

Style Lolita dari genre ini pasti sudah mencerminkan gadis kecil yang manis, cantik, lucu serta ceria. Karena kesan dari penampilan Lolita jenis ini haruslah dibuat semanis dan secantik mungkin. Pakaian yang biasa digunakan biasanya baju dengan terusan rok. Dan warna yang biasa dipakai style jenis ini biasanya warna-warna pastel yang cerah, contohnya pink pastel, merah pastel, biru pastel, ungu pastel dan crem. Dalam Sweet Lolita ini ada juga satu sub-genre yaitu White Lolita atau Shiro Rori. Style dari White Lolita tentunya memakai seluruhnya warna putih.


(14)

Sesuai dengan namanya, Punk Lolita adalah campuran dari gaya Punk dan gaya Lolita. gadis yang mengenakan style ini tampak seperti seorang gadis tomboy yang cantik.

3.2.1.4Erotic Lolita atau Ero Rori

Jenis dari gaya Lolita ini lebih mengutamakan keindahan tubuh sang pemakai. Style ini cenderung memperlihatkan bentuk tubuh pemakai. Jika memakai rok, roknya pasti akan lebih pendek dari Lolita biasa, dan biasanya roknya hanya menutupi tubuh bagian atas saja setelah itu kebawahannya memakai celana terusan sepatu yang ketat.

3.2.1.5Maid Lolita atau meido

Style Lolita yang ini pasti siapapun tau. Style ini diadaptasi dari pakain pelayan Perancis. Pakaian dalamnya atau dalaman roknya dirombak seperti korset atau stocking tinggi. Banyak yang percaya jika siapapun yang memakai style ini akan terlihat muda 10 tahun karena saking imutnya.

3.2.1.6Wa Lolita

Style ini terkenal dengan bentuknya yang dipadukan dengan kimono atau yukata, dan seperti yg kita ketahui kimono atau yukata adalah pakaian tradisional Jepang. Panjang pakaian ini biasanya tak lebih selutut.

3.2.1.7Clasic Lolita

Gayanya lebih dewasa dengan aksesoris motif bunga, off white ataupun warna-warna gelap. Potonganya juga menonjolkan kelangsingan tubuh pemakai.


(15)

3.2.1.8Gothic Lolita

Gaya Gothic Lolita adalah perpaduan antara gaya Gothic dan Lolita fashion. Secara umum Gothic adalah nama suatu periode yang berkisar pada abad ke-18 di Eropa, tepatnya di Eropa Utara. Pada era ini, terjadi perkembangan besar-besaran di bidang karya seni, sastra dan arsitektur dimana perkembangan karya-karya tersebut umumnya dipengaruhi oleh tema-tema religius. Sedangkan istilah Lolita sering dipakai untuk merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan anak perempuan di bawah umur.

Gothic Lolita sendiri dipopulerkan oleh Mana dari band Malice Mizer pada tahun 90-an.Malice Mizer sendiri adalah band dengan konsep terindah, bukan hanya dari konsep berpakaian, tetapi juga dari lagu yang benar benar indah. Karena kesuksesanya, Malice Mizer berhasil menarik minat para cosplayer untuk meniru gaya mereka. Selain itu Mana juga merintis sebuah butik yang menyediakan fashion Gothic Lolita yang bernama Moi-Même-Moitié. Moi-Même-Moitié mengedepankan 2 gaya Gothic andalanya yaitu EGA (Elegant Gothic Aristocrat) dan EGL (Elegant Gothic Lolita). EGA menekankan pada gaya androginy dimana pakaiannya tidak terpaku hanya untuk pria atau wanita saja, justru pria dan wanita bisa saling crossing dress. Biasanya baju yang dipakai berwarna hitam atau putih tapi tidak menutup kemungkinan menggunakan warna lain. Kesan yang ditunjukkan EGA adalah elegan yang terinspirasi dari gaya aristocrat abad 18-19. Sedangkan EGL lebih menekankan pada nuansa kekanakan.

Berdasarkan cara berpakaiannya, Gothic Lolita dapat dibagi menjadi tiga yaitu:


(16)

a. Gothic Lolita: merupakan gaya paling umum dan paling populer dari sub-kategori Gothic dalam Lolita fashion. Pakaian yang dikenakan biasanya berwarna khusus hitam dan putih tetapi dapat juga meliputi warna biru-gelap kehitaman (Moitié) ataupun hitam dan merah.

b. Kurololi (Lolita hitam): merupakan Gothic Lolita tetapi terbatas pada warna dengan tema serba hitam.

c. Gurololi: berarti Lolita yang mengerikan atau menakutkan. Gaya ini tidak sekedar dilihat dari kostum saja tetapi harus memakai pakaian yang dilengkapi dengan darah kental, contohnya dengan perban, darah palsu, tutup mata, dan lainnya. Makeup yang digunakan oleh Gothic Lolita biasanya berwarna gelap, hal ini sangat berlawanan dengan aliran Lolita yang menonjolkan makeup warna terang. Raut wajah yang pucat juga digunakan dalam gaya ini, tetapi bukan seperti warna putih pada ’goth’. Selain itu Gothic Lolita menggunakan lipstik berwarna merah untuk pewarnaan bibir, serta eyeliner warna hitam. Dalam dunia visual kei, gothic lolita merupakan salah satu gaya yang cukup diminati. Musisi yang menggunakan gaya ini adalah mana (Malice mizer), Hizaki(Versailles), rame (Vidoll), dan lain-lain.

Berikut istilah yg sering di pakai dalam fashion lolyta :

a. Aristocrat (atau madam) : adalah fashion Jepang yang terinspirasi dari baju-baju eropa kelas bangsawan abad 19.

b. Cross dress : adalah memakai pakaian lawan jenis.

c. Dandy : style pria eropa abad 19 seperti kemeja dengan ruffles di leher atau coat panjang bangsawan perancis.


(17)

d. Elegant gothic lolita (EGL) & Elegant gothic aristocrat (EGA) : style yang di populerkan mana lewat brand pakaianya.

e. Gothic & lolita bible : magazine books yang terbit sekali semusim. Berisi fashion tips, foto, cara menjahit, catalog butik, ide mendekorasi kostum lolita, bahkan resep makanan.

f. Gothic lolita & punk brand rock : saingan dari gothic & lolita bible. Isinya hampir sama dengan gothic & lolita bible.

g. Lolita culture : budaya yang berkembang di barat berhubungan dengan style lolita.

h. Moi meme moitie : brand pakaian milik mana.

i. Ouji : karakter anak laki-laki dalam lolita fashion. Terinspirasi dari anak laki-laki yang berpakaian ala Victorian.

j. Super dollfie : boneka yang mirip boneka porcelain.

3.3Ganguro

Ganguro adalah sebuah trend fashion alternatif di kalangan wanita muda Jepang yang mulai pertengahan 1990-an, dibedakan oleh cokelat gelap dan kontras make-up bebas diterapkan oleh fashionista.

Kabupaten Shibuya dan Ikebukuro Tokyo adalah pusat fashion Ganguro; itu dimulai oleh pemuda pemberontak yang bertentangan dengan konsep tradisional Jepang keindahan; kulit pucat, rambut hitam dan nada make-up netral. Ganguro bukannya kecokelatan kulit mereka, dikelantang rambut mereka dan menggunakan banyak warna-warni makeup dengan cara yang tidak biasa.


(18)

Ganguro memiliki koneksi kecerita rakyat Jepang hantu dan setan yang digambarkan dengan penampilan yang sama seperti yang ada dikabuki dan kostum noh. Koneksi ini lebih digaris bawahi oleh yamanba gaya cabang, dinamai penyihir gunung dalam cerita rakyat Jepang.

Kecenderungan Ganguro dimulai pada pertengahan 1990-andan mencapai puncaknya pada paruh kedua dekade ini; itu konon menjadi hampir usang oleh 2000 ketika menggila Bihakumuncul di antara perempuan muda yang ingin meniru tampilan penyanyi populer favorit mereka, khusus Ayumi Hamasaki yang memulai debutnya pada saat itu. Kecenderungan Ganguro memudar setelah itu, meskipun pengaruhnya dapat diamati dalam yamanba dan Manbagaya.

3.3.1 Karakteristik

Ganguro muncul sebagai gaya busana baru di Jepang pada awal 1990-an dan sudah umum disebagian besar kalangan perempuan muda. Dalam mode Ganguro, cokelat mendalam dikombinasikan dengan rambut dicat dalam nuansa oranye untuk pirang, atau abu-abu perak yang dikenal sebagai dikelantang tinggi". Tinta hitam digunakan sebagai mata-kapal dan concealer putih digunakan sebagai lipstik dan eyeshadow. Bulu mata palsu, permata wajah plastik, dan bubuk mutiara sering ditambahkan ke ini. Sepatu platform dan pakaian berwarna cerah melengkapi tampilan Ganguro. Juga khas Ganguro fashiontie-di celup sarung, rok mini, stikerdi wajah, dan banyak gelang, cincin, dan kalung.


(19)

Ganguro jatuh ke dalam subkultur yang lebih besar dari gyaru (dari bahasa Inggris "gal"), istilah slang yang digunakan untuk berbagai kelompok perempuan muda, biasanya mengacu pada perempuan yang terlalu kekanak-kanakan. Para peneliti di bidang studi Jepang percaya bahwa Ganguro merupakan bentuk balas dendam terhadap masyarakat tradisional Jepang karena kebencian kelalaian, isolasi, dan kendala dari masyarakat Jepang. Ini adalah usaha mereka individualitas, ekspresi diri, dan kebebasan, bertentangan terbuka standar dan peraturan sekolah.

Ganguro dapat digunakan untuk menggambarkan gadis-gadis, atau gals, dengantan, meringankan rambut dan beberapa merek pakaian; mereka sering bingung dengan Oneegyaru(kakak Gal) dan Serebu(Celeb), meskipun Oneegyaru biasanya berhubungan dengan merek galmahal dan Serebu berfokus pada mode barat mahal.

Majalah fashion seperti Egg dan Ageha memiliki pengaruh langsung pada Ganguro tersebut. Majalah Ganguro populer lainnya termasuk Popteen dan Ego System.Budaya Ganguro sering dikaitkan dengan parapara, gaya tarian Jepang. Namun, sebagian besar penari para para tidak Ganguro, dan sebagian Ganguro tidak para penari para, meskipun ada banyak yang Ganguro atau gal dan tari parapara.

Salah satu gadis Ganguro awal yang paling terkenal dikenal sebagai Buriteri, dijuluki setelah kecap hitam digunakan untuk membumbuiikan kuning diteriyaki memasak. Telur membuat dia jadi bintang dengan sering menampilkan dirinya dalam halaman-halamannya selama puncak menggila Ganguro. Setelah pemodelan dan iklan untuk salon tanning Shibuya"Blacky", tekanan sosial dan tekan negatif meyakinkan Buriteri untuk pensiun dari gaya hidup Ganguro.


(20)

3.3.2 Yamanba dan Manba

Yamanba dan Manba adalah gaya yang dikembangkan dari Ganguro. Yamanba Old sekolah dan Manba (terutama dikenal sebagai 2004 Manba) unggulan tans gelap dan lipstik putih, mata pastel make-up, logam atau berkilauan perekat kecil di bawah mata, lensa lingkaran berwarna cerah, pakaian Dayglo berwarna plastik, dan aksesoris aneh, seperti sebagai leis Hawaii. Stiker di wajah mati tak lama setelah tahun 2004 dan, untuk sementara waktu, yamanba meninggal. Manba kemudian menjadi lebih ekstrim, dengan rambut warna-warni dan biasanya sintetis. Manba tahun 2008 melihat gelap tan, dan tidak ada stiker wajah. Rambut biasanya neon / warna-warna cerah, dengan merah muda menjadi favorit. Wol meniru gimbal, ekstensi, dan klip yang dipakai untuk membuat rambut tampak lebih panjang. Pakaian tetap sama, meskipun leis yang dipakai lebih jarang.

Yamanba dan Manba yang berbeda satu sama lain. Yamanba melibatkan make-up putih hanya di atas mata, sementara Manba makeup diterapkan di bawah mata juga.Boneka binatang, gelang, lonceng dan bunga kembang sepatu yang dikenakan.Setara laki-laki disebut "pria Pusat ",pun pada nama jalan belanja pejalan kaki populer di dekat Stasiun Shibuya di Tokyo disebut Pusat Gai.

Ganguro sebagai cerminan budaya hiphop di Jepang, Ganguro umumnya dikenal sebagai 'blackface' dengan beberapahiphopyang beredarciri-ciri fisik, telah muncul sebagaigaya busanabaru di antara beberapa gadis-gadis remaja Jepang dibeberapa kota metropolitan di Jepang seperti Tokyo. Karena pengaruh global budaya hiphop, beberapa remaja Jepang menjadi gadis Ganguro untuk


(21)

membuat diri mereka menonjol sebagai yang berbedadari orang laindari generasi yang sama. Mengenakan sepatu dengan solpadatplatform yang lebih dari 10cm tingginya, berwarna cerah ketatrok mini, memiliki pirang atau rambut putih, dan memakai makeup berkilauan adalah fitur khusus dari gadis Ganguro. Beberapa gadis Ganguro bahkan pergi keekstrim dengan memiliki wajah dan leher mereka kecokelatan atau hitam, sering disorot oleh putih makeup. Dengan demikian, mereka membuat diri mereka terlihat mirip dengan wanita kulit hitam. Seperti yang sering diamati di Jepang hari ini, Ganguro bukanlah fenomena sosial yang terisolasi, tapi dampak yang diberikan oleh budaya hip hop pada genera simuda Jepang. Berbeda dengan pengamatan lain di Jepang dan bagian lain dunia, seperti meniru popule rmusik hiphop, lirik, dan gerakan menari, Ganguro terutama tiruan dari hip hop gambar.

Ada beberapa spekulasi tentang motivasi untuk beberapa gadis-gadis Jepang untuk menjadi Ganguro. (Barnwell, 2004) Beberapa berspekulasi bahwa gadis Ganguro menggunakan hip hop gambar untuk memberontak melawan mengenakan seragam sekolah tradisional untuk mengekspresikan individualitas mereka. Lainnya berspekulasi bahwa gadis Ganguro meniru selebriti seperti NamieAmuro, penyanyi dan model Jepang, yang menjadi substansial populer di Jepang pada 1990-an, ketika ia tampil dengan kulit gelap. Yang lain berspekulasi bahwa beberapa gadis-gadis Jepang, terinspirasi oleh kesejukan yang dirasakan, meniru hip-hop tindakan yang mereka kagumi dan meniru pemain populer seperti Lauryn Bukit dan TLC (Talarowska-Kacprzak).


(22)

Meskipun Ganguro sebagai gaya busana tidak cocok dengan standar sosial tradisional Jepang dan nilai-nilai budaya, menjadi populer di kalangan beberapa gadis yang hanya mendekati masa dewasa. Banyak gadis non-Ganguro dan anak laki-laki siap menerima beberapa elemen Ganguro, dan takut pengecualian, beberapa mungkin sering sesuai dengan gaya karena rekan tekanan.


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG

HARAJUKU

2.1 Sejarah Harajuku

Jepang adalah tempat dimana setiap orang bersifat individu tapi suka berada dalam kelompok. Jika kita mengunjungi taman pada jam tertentu di setiap hari sabtu, kita akan melihat ratusan anak laki-laki berpakaian seperti penyanyi rock dan skater, menari dengan alunan musik rock and roll, mereka sangat serius. Jadi tidak mengherankan juga jika anak perempuan ingin menampilkan mode inovatif yang tidak ada atau belum pernah terlihat sebelumnya, mereka ingin melakukannya di tempat yang sama, pada waktu yang sama dan tempat itu adalah distrik.

Ada sebuah tempat yang sangat populer di sekitar stasiun JR, Distrik Shibuya Tokyo. Lokasinya mencakup sekitar Kuil Meiji, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita, department store Laforet dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Sekitar tahun 1980-an, merupakan tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku yaitu lokasi dimana anak-anak muda berdandan atau berbusana aneh dan menari-nari di jalanan.

Kelompok remaja ataupun anak muda berbusana bisa dijumpai di kawasan ini. Selain itu, anak-anak sekolah dari berbagai pelosok di Jepang sering menjadikan sebagai tujuan studi wisata saat berkunjung ke Tokyo.


(24)

Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan bagi orang yang bepergian melalui rute jalan utama Kamakura. Tokugawa leyasu menghadiahkan sebuah tanah kosong kepada ninja yang membantu melarikan diri dari Sakai setelah terjadi insiden Honji. Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di tanah itu untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis yaitu di bagian selatan jalan utama Keshi.

Di zaman Meiji, tanah kosong itu dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906 stasiun JR dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api, setelah itu OMOTESANDO (jalan utama menuju ke kuil) di bangun pada tahun 1919, setelah kuil Meiji didirikan dibuka beberapa department store pada tahun 1970 dan menjadi terkenal diseluruh Jepang setelah diliput majalah fashion ANAN dan NON-NO. Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut anon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan dan gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah anan dan non-no. Setelah makin ramai banyak butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal dan mulai berkembang di OMOTESANDO tahun 1990-an, Omotesando adalah jalan yang sangat panjang dengan kafe dan butik fashion kelas atas dan sangat populer bagi penduduk sekitar dan turis. Berjalan kaki di hari minggu dan merupakan tempat yang sempurna untuk bertemu, memutar musik dan memamerkan diri.


(25)

2.2 Perkembangan Gaya Busana Harajuku

Street Fashion di Jepang Fashion selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan, karena fashion selalu bersifat dinamis merepresentasikan suatu zaman dan masyarakat yang hidup di masa tersebut. Fashion juga bisa merepresentasikan identitas seseorang; hal pertama yang dinilai oleh orang lain sebelum mengenal kita lebih jauh, mau tak mau, adalah gaya penampilan kita. Fashion dapat kita bedakan menjadi high fashion dan street fashion. High fashion pola penyebarannya dari atas ke bawah, atau dari desainer fashion profesional ke media lalu ke masyarakat; sedangkan street fashion justru kebalikannya, polanya dari bawah ke atas; artinya yang memperkenalkan idenya adalah orang awam (masyarakat), diangkat oleh media lalu disempurnakan idenya oleh desainer fashion profesional. Beberapa negara lebih dikenal akan high fashionnya, sebut saja Inggris, Perancis ataupun Itali. Ada juga yang dikenal akan high fashion maupun street fashionnya seperti Amerika, namun di Jepang uniknya masyarakat dunia justru lebih familiar dengan gaya street fashionnya ketimbang high fashionnya, terutama gaya atau style. Hal ini bisa terjadi karena ruang publik di Jepang sudah sangat baik dan dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat khususnya anak muda untuk memanfaatkan ruang publik sebagai wadah yang menampung kreatifitas mereka, jalanan pun dapat dijadikan sebagai “catwalk” atau “panggung” eksplorasi hobi bersama komunitas masing-masing. Jadilah Tokyo sebagai pusatnya street style, tidak hanya untuk Jepang, tapi juga untuk dunia. Surga street style di Tokyo sebenarnya tidak hanya,tapi Shibuya dan Akihabara pun menawarkan keunikan gaya tersendiri.


(26)

Gaya , Shibuya, dan Akihabara adalah nama sebuah area distrik di Tokyo, lokasinya berada di antara Shibuya, Aoyama, dan Shinjuku. Sejak tahun 1960-an, telah menjadi pusat fashion di Jepang. Area tersebut terkenal akan banyaknya toko-toko yang menjual pakaian, tas, alat make-up dan aksesoris dan toko-toko-toko-toko keren lainnya. Style sangat beragam dan banyak gaya yang berbeda secara ekstrim, mulai dari gaya inosen Lolita, gaya cool-casual Ura-Hara Kei hingga penampilan dark-punk-androginy Visual Kei. menjadi lebih terkenal lagi di era 1980-an, hal ini dikarenakan maraknya aksi street performance dan kostum yang menarik hasil imajinasi para anak muda Jepang yang berkumpul bersama disana setiap hari minggu, saat jalanan dengan butik fashion dan kafe-kafe papan atas di Omotesando ditutup dari lalu lintas kendaraan. Salah satu ciri style yang paling menonjol adalah merancang dan/atau re-modifikasi pakaian sesuai karakter diri si pemakainya. Mereka bisa memodifikasi pakaian lama dengan sesuatu yang unik sehingga menjadi gaya baru, misalnya dengan menambahkan aksesoris atau mendekorasi pakaian sesuka imajinasi dan kreatifitas mereka. Dari segi dandanan, jika dibandingkan dengan Shibuya, riasan wajah anak muda di biasanya lebih natural, kawaii (manis) dan tidak berkesan seksi. Shibuya merupakan lokasi street style terkenal di Tokyo setelah . Jika lebih didominasi oleh remaja berusia belasan tahun, Shibuya lebih didominasi oleh wanita dan pria muda berusia 20-an. Kelompok wanita muda yang eksis di Shibuya dengan evolusi gaya dan penampilannya disebut Gals atau Gyaru sedangkan yang prianya disebut Gyaruo. Dari zaman ke zaman para Gyaru berevolusi dengan gaya busana yang ekstrim berbeda.


(27)

Di tahun1990-an gaya Gyaru yang fenomenal adalah Kogyaru yang inosen namunseksi dengan seragam sekolahnya, namun di tahun 2000-an gaya Gyaru yang fenomenal justru gaya slebornya Ganguro gals yang melabrak konsep cantik di masyarakat Jepang, sedangkan untuk saat ini gaya Gyaru yang sedang trend adalahOnee Gyaru yang terkesan dewasa dan mempesona dengan keglamorannya. Ciri khas gaya Shibuya yang paling menonjol adalah riasan wajah dan tubuh mereka yang nyaris sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki, mereka tak segan menggunakan wig, bulu mata palsu, nail arts atau kuku palsu hias, dan alat kosmetik yang selalu lengkap di dalam tas mereka.

Akihabara telah lama dikenal sebagai daerah pusat elektronik berkelas dunia yang berada di Tokyo, Jepang. Dari barang elektronik baru hingga bekas pakai dengan kualitas yang masih baik, ada disini. Tak heran jika para pecinta anime dan video game pun kerap berkumpul dan berburu koleksiannya disini. Budaya manga tidak hanya menghadirkan budaya turunan anime dan video games saja, sejak tahun 1983 sebenarnya sudah terbentuk budaya turunan lainnya yang disebut dengan Kosupure atau Cosplay singkatan dari kata “Costume” dan “Role-play.” Cosplay baru dikenal dunia internasional sebagai salah satu budaya populer Jepang sekitar tahun 2000-an seiring perkembangan internet dan gambar digital. Cosplay memang bukan nama sebuah fashion style, namun di dalam budaya tersebut ada kombinasi antara unsur bermain peran (penjiwaan peran sebagai karakter dari manga/anime/videogames) dengan proses kreatifitas mendesain, menciptakan dan mengenakan sebuah kostum yang dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai karakter yang terdapat di dunia dua dimensi tersebut. Seiring


(28)

bertambah banyaknya komunitas Cosplayer maupun Otaku, Akihabara pun menjadi salah satu kawasan street style yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri yaitu berkarakter dan memberikan kesan utopia baik itu dalam kostum Uniform-Cosplay (Uni-Cos), Character Cosplay (Chara-Cos) maupun Cosplay Doller (Animegao). Tokyo Street Fashion dan Cosplay di Indonesia Konsep “kawaii-fashion” yang diusung oleh gaya street fashion Jepang pada umumnya, sudah mulai memberikan pengaruh yang cukup kuat pada gaya berdandan dan berbusana anak muda di Indonesia. Terbukti dengan makin menjamurnya beberapa toko aksesoris yang kawaii seperti yang terdapat di dan Shibuya juga toko-toko kostum bergaya Jepang seperti yang terdapat di Akihabara yang kini dapat ditemui di kota-kota besar di Indonesia seperti di Bandung dan Jakarta, bahkan di kota pinggiran Jakarta seperti Depok. Komunitas pecinta street fashion Jepang dan juga Cosplay pun kini tidak hanya ada di Jakarta, Bandung, atau Jogja. Di salah satu acara kreatifitas kampus di daerah Sulawesi juga pernah terlihat booth Cosplayers meramaikan suasana. Saat acara peluncuran buku HARA-SHIBU-BARA, Tokyo Street Fashion Paradise di toko buku Gramedia Depok 12 Mei 2012 bersama Gramedia Publishers, Gramedia Depok dan Japan Foundation, saya dibantu oleh teman-teman dari komunitas Makumuro yang berasal dari Bogor. Enam orang dari mereka yaitu Yudha Aditya (Kaoren), Dimas Denica (Hiroyuki), M.Agum (Sora), Serena Celline, Eka Priyanti (Igocha), dan Vincentius Handry Winata, masing-masing menunjukkan penampilan kostum yang menarik; Uni-cos, Chara-cos, juga gaya Visual Kei yang merepresentasikan gaya di dan Akihabara, sedangkan saya sendiri mengenakan dandanan ala Moru


(29)

(Mori Gyaru) yang merepresentasikan gayayang sudah diadopsi oleh komunitas Gyaru di Shibuya. Anak-anak Makumuro tersebut melakukan performance yang membuat para pengunjung merasakan sensasi utopia dunia fantasi Jepang yang biasanya hanya mereka saksikan dalam dunia dua dimensi. Salah satu perwakilan mereka yang juga seorang magician, yaitu Vincent, ikut bersama saya dan Ms. Hashimoto Ayumi dari Japan Foundation di dalam talk show untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kami mengenai budaya pop Jepang khususnya tentang street fashion Jepang baik di Jepang maupun di Indonesia.

Di Indonesia, gaya street fashion Jepang yang paling sering di tampilkan saat ada acara-acara bertemakan budaya Jepang adalah gaya Lolita khususnya Gosurori, Visual Kei, Decora, dan kostum Cosplay baik Uni-cos maupun Characos. Sejauh ini saya belum pernah melihat ada Cosplay Doller di Indonesia. Sedangkan dalam kesehariannya, anak muda Indonesia kebanyakan bergaya street fashion Jepang yang cenderung kasual misalnya dengan memakai topi fedora, kaca mata berbingkai tebal ataupun sunglasses, T-shirt dipadu dengan vest atau jaket, jeans dan aksesoris yang sederhana namun tetap gaya seperti pashmina atau scarf berlogo merk-merk terkenal (Gucci, Fendi, LV, dan sebagainya) mirip dengan gaya di Ura-atau Ura-Hara Kei. Ada juga remaja putri yang berani berpenampilan kawaii,terlebih yang mengidolakan girlband Indonesia seperti Cherrybelle dan JKT48, sehari-hari mereka bisa berdandan kasual yang manis dengan paduan rok pendek mengembang atau celana pendek yang dipadukan dengan legging atau kaus kaki panjang selutut, menggunakan baju berenda atau berpita dan menghias rambut dengan bandana warna-warna pastel seperti ungu


(30)

muda dan baby pink mirip gaya-gaya Fairy Kei di . Saat ditanya oleh pengunjung mengenai perbedaan Cosplay di Jepang dan di Indonesia, Vincent sepakat dengan saya bahwa Cosplay di Jepang dan di Indonesia hampir sama, namun tidak seperti di kompetisi Cosplay di Jepang yang membatasi karakter cosplay (hanya boleh dari manga/anime/games Jepang), di Indonesia kreatifitas Cosplayers lebih memiliki ruang gerak yang luas dalam berimajinasi dan mengkreasikan karakter baru yang orisinal, di dalam kompetisi Cosplay, kreasi ini dimasukkan ke dalam kategori Original Characters. Vincent memberikan contoh karakter Wayangbliz Legends yang dikreasikan oleh komunitas Skoater Akademi, karakter imajinasi tersebut memadukan ciri khas wayang Indonesia dengan gaya robot ala Jepang; sedangkan saya sendiri pernah bertemu cosplay tokusatsu dengan karakter Gatot-Gundam (paduan robot Gatot-Gundam dan wayang Gatot Kaca) di sebuah festival budaya Jepang di salah satu mall di Depok, inilah yang membuat cosplay di Indonesia semakin berwarna dan dapat menjadi wadah kreatifitas anak muda Indonesia.

Tidak semua komunitas cosplayer merupakan komunitas yang berorientasi mengikuti berbagai kompetisi, ada komunitas yang dibentuk hanya untuk bersenang-senang dengan hobi yang sama yaitu berkreasi dan bereksplorasi dengan kostum bernuansa Jepang. Menurut Adit, Makumuro --berasal dari kata “Makmur Jaya” yang ‘diplesetkan’ menjadi ke-jepang-jepang-an--merupakan komunitas cosplayers/pecinta budaya pop Jepang yang dibentuk untuk bergaul dan bersenang-senang. Mereka rata-rata sudah familiar dengan budaya pop Jepang sejak masih SD lewat manga dan anime, lalu mulai tertarik untuk terlibat aktif di


(31)

acara-acara yang bertemakan Jepang saat SMU, seperti Eka yang awal ketertarikannya bercosplay karena punya teman yang kenalannya seorang cosplay costume-maker, atau Serena yang dikenalkan oleh Vincent ke komunitas Makumuro, dan mengaku baru mencoba bercosplay saat di acara peluncuran buku HARA-SHIBU-BARA, dan langsung merasa ketagihan. Vincent sendiri tergabung juga di komunitas Cosplayer yang lebih “serius” mengikuti kejuaraan-kejuaraan Cosplay bernama Machipot Indonesia. Gaya Gyaru Shibuya masih sulit ditemukan di Indonesia, namun beberapa artis di Indonesia ada yang gayanya menyerupai gaya gyaru terkini yang berkesan glamour, manis dan seksi, misalnya Pinkan Mambo dandanannya mirip gaya Agejo yang seksi dengan rambut panjang berwarna pirang, atau Syahrini yang selalu bermake-up sempurna dengan bulu mata palsu, rambut ikal panjang, dan aksesoris yang “blink-blink” mirip gaya Onee-gyaru di Shibuya


(32)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang pulaunya berjumlah kira-kira 4.000 buah pulau besar dan kecil, luas wilayahnya sekitar 370.000 km. Jepang memiliki kemajuan di bidang fashion style (gaya berbusana). Hal ini ditandai dengan semakin luasnya fenomena gaya berbusana mereka baik di negara-negara Asia maupun di negara-negara lain. Penggelut dunia fashion sering mengibaratkan Tokyo yakni ibu kota Jepang sebagai Paris kedua yang berada di

Asia. Baik dari tatanan rambut, tata rias wajah (make up), sampai busana yang berasal dari negara matahari terbit ini disukai hampir dari seluruh anak muda Asia termasuk Indonesia. Salah satu alasan mengapa Jepang dianggap sebagai Parisnya Asia adalah populernya gaya busana yang kini sedang menjadi sorotan dunia bagi negara Jepang yang disebut dengan Fashion Street. Istilah fashion street diberikan karena gaya-gaya berbusana ini disebut-sebut merupakan hasil kreatifitas berbusana orang-orang yang memakainya dan tentu saja dipamerkan di kawasan.Memang terkenal sebagai tempat "nongkrong" orang-orang yang stylish dan fashionable.Gayasendiri merupakan semacam street fashion atau fashion jalanan yang tidak mengenal peraturan. Tampilan yang bertabrakan antara warna, corak, motif, ukuran, sampai jenis pakaian yang dipakai merupakan ciri khas fashion style yang satu ini.


(33)

Di Indonesia sendiri, banyak remaja-remaja yang sudah melekat dengan busana. Hal yang paling nyata terlihat yaitu sebagai contoh di kota Medan. Banyak remaja-remaja yang tergabung dalam komunitas trend. Di Fakultas Ilmu Budaya sendiri sudah tidak heran melihat mahasiswa banyak yang menggunakan

fashionsebagai style dalam berbusana. Tidak hanya mahasiswa perempuan, laki-lakinya pun menggunakan tren.

Tidak hanya itu, di daerah ini juga banyak terdapat butik-butik yang menjual berbagai pakaian dan berbagai pernak-pernik yang sedang trend di Jepang juga berbagai macam restoran yang membuat tempat ini menjadi salah satu tujuan pariwisata yang menarik bagi para wisatawan asing

Semangat dandan yang memuliakan kebebasan berkreasi, kemerdekaanekspresi dari kaum muda Jepang berkembang dijalanan disekitar kawasan, Tokyo.Berkembang menjadi semacam subkultur kaum muda Jepang yang produknya berupa gaya dandanan yang belakangan telah menyebar ke berbagai negara.Melabrak pakem, tatanan, standar dan segala kredo busana berikut tata rambut dan rias wajah. Hal ini ternyata merupakan bentuk dari pemberontakan dan pelarian atas keseharian mereka ketika berada di bawah kekuasaan bos atau atasan. Tekanan bos dan orang tua yang menuntut standar tinggi untuk sementara dialihkan dengan mengubah diri menjadi tokoh-tokoh imajinatif dan mencari makna baru. Bahkan di Indonesia sendiri, trendstyle ini dipopulerkan oleh para artis-artis penyanyi. Tidak hanya di Indonesia saja, penyanyi-penyanyi yang berasal dari Amerika juga mengakui adanya trend tersebut di dalam kalangan artis-artis terkenal di negaranya.


(34)

Berdasarkan pada uraian di atas tersebut, maka penulis tertarik untuk

membahas tentang maraknya trend mode pada remaja-remaja Jepang dengan judul “Gaya Busana Harajukudi Jepang”

1.2Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk lebih mengenal gaya busana yang ada di Jepang.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan setiap pembaca dan penulis tentang gaya busana yang ada di Jepang.

3. Untuk menjadi salah satu acuan bagi remaja Indonesia mengenal gaya busana yang ada di Jepang.

1.3Pembatasan Masalah

Dalamkertas karya ini penulis membahas mengenai gambaran umum tentang sejarah Harajuku, perkembangan gaya busana Harajuku di Jepang.

1.4Metode Penulisan

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yaitu metode mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku, serta

menggunakan internet. Selanjutnya data dibahas dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke dalam kertas karya ini.


(35)

ABSTRAK

Harajuku adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Meiji Jingū, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), departement store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Di sana akan dijumpai berbagai macam gaya, mulai dari tokoh kartun, gaya seorang punk rock dengan segala pernak-pernik besi sebagai asesoris, gothic dengan ciri khas pakaian dan make up yang serba hitam dan juga yang sedang trend saat ini adalah gaya lolita yang terinspirasi oleh gaya berbusana anak-anak di zaman Victoria. Para pemuda yang memakai gaya Harajuku tersebut berkisar dua puluh lima tahun. Anak-anak muda tersebut menari dengan koreografi yang sangat bagus, yang biasanya dilakukan antara pria dengan pria dan wanita dengan wanita. Semua itu dilakukan sebagai sikap pemberontakan mereka yang jenuh dengan sistem yang berlangsung statis dalam kehidupannya. Berbagai gaya berpakaian ala harajuku yang sangat fenomenal ini terdiri dari gaya Cosplay antara lain gaya tokoh fiksi dan gaya rocker Jepang, bermacam gaya lolita, dan juga gaya decora. Kostum-kostum yang bergaya tokoh fiksi dapat berupa gaya anime atau kartun jepang, maupun tokoh-tokoh film dan video game. Diantara bermacam gaya berpakaian ala Harajuku, gaya lolita memiliki banyak tipe. Pada umumnya, gaya berpakian Harajuku ada yang disadur dari luar maupun hasil kekreatifitasan anak-anak muda Jepang.

Gaya busana atau fashion di Jepang selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan, karena fashion selalu bersifat dinamis merepresentasikan suatu zaman dan masyarakat yang hidup di masa tersebut. Fashion juga bisa merepresentasikan identitas seseorang; hal pertama yang dinilai oleh orang lain sebelum mengenal kita lebih jauh, mau tak mau, adalah gaya penampilan kita.

Beberapa gaya busana yang menyadur dari budaya luar namun juga dimodifikasikan hingga menjadi gaya busana baru, antara lain pada gaya ; Gothic, Gothic Lolita, Punk, Retro, Fetish, Mediterranean, Glam, Groom Boom. Lalu gaya busana visual kei yang merupakan hasil kekreatifitasan yang orisinil dari band-band Jepang antara lain pada gaya : Oriental, Fairy Tale, Cyber, Angelic. Seperti pada gaya visual kei, pada beberapa gaya lolita juga terdapat hasil adaptasi dari budaya luar antara lain : Gothic Lolita, Punk Lolita, Qi Lolita, Pirete Lolita, Classical Lolita, Dandy, Kurololi, Gurololi, Sweet Lolita. Selain itu ada juga yang merupakan hasil kekreatifitasan anak-anak muda Jepang, antara lain adalah gaya Wa Lolita. Yang terakhir adalah gaya decora dan kawaii. Kedua gaya ini juga memiliki keunikan tersendiri. Khususnya pada decora yang banyak memasukkan aksesoris berupa jepit rambut, cincin, anting dan lainnya sebagai pelengkap pakiannya yang semua aksesorisnya merupakan hasil karya mereka sendiri. Tetapi kawaii adalah gaya yang hampir mirip dengan Cosplay tokoh fiksi. Tetapi mereka juga banyak mengenakan aksesoris yang mirip dengan gaya decora yang tidak dijumpai pada Cosplay tokoh fiksi. Hal yang paling unik dari gaya mereka berpakain di area Harajuku adalah mereka tidak hanya memakai kostum dan memamerkannya kepada orang lain, jika mereka memakai kostum layaknya


(36)

tokoh super hero, mereka juga akan meniru gerak-gerik tokoh fiksi yang ada di dalam film tersebut. Begitupun dengan anak-anak muda yang bergaya layaknya band-band Visual kei, mereka juga berlagak seolah-olah mereka adalah band tersebut dan tidak jarang juga yang memainkan musik di sana. Semua gaya berpakaian yang ada di Harajuku merupakan hasil kekreatifitasan dari anak-anak muda Jepang yang tidak pernah ingin dibatasi dalam hal berpakaian. Jadi, selayaknya fesyen lainya, seiring berjalannya waktu, fesyen harajuku juga pasti akan mengalami perkembangan dan muncul gaya-gaya pakaian baru yang pastinya akan sangat dinantikan oleh pecinta fesyen harajuku.


(37)

GAYA BUSANA

HARAJAKU

DI JEPANG

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O L E H

Nama : Elisa Simanjuntak NIM : 112203022

DEPARTEMEN D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(38)

GAYA BUSANA

HARAJAKU

DI JEPANG

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Program Studi Bahasa Jepang

Dikerjakan Oleh :

ELISA SIMANJUNTAK NIM: 112203022

Pembimbing Pembaca

Muhammad.Pujiono S.S., M.Hum Zulnaidi, S.S., M.Hum NIP. 196910112002121001 NIP. 196708072005011001

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(39)

PENGESAHAN

Diterima oleh

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Program Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 195110131976031001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( ) 2. Muhammad Pujiono, S.S., M.Hum ( )


(40)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D-III BahasaJepang Ketua Program Studi

Zulnaidi,S.S,M.Hum

NIP. 1967080720050110011


(41)

ABSTRAK

Harajuku adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Meiji Jingū, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), departement store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Di sana akan dijumpai berbagai macam gaya, mulai dari tokoh kartun, gaya seorang punk rock dengan segala pernak-pernik besi sebagai asesoris, gothic dengan ciri khas pakaian dan make up yang serba hitam dan juga yang sedang trend saat ini adalah gaya lolita yang terinspirasi oleh gaya berbusana anak-anak di zaman Victoria. Para pemuda yang memakai gaya Harajuku tersebut berkisar dua puluh lima tahun. Anak-anak muda tersebut menari dengan koreografi yang sangat bagus, yang biasanya dilakukan antara pria dengan pria dan wanita dengan wanita. Semua itu dilakukan sebagai sikap pemberontakan mereka yang jenuh dengan sistem yang berlangsung statis dalam kehidupannya. Berbagai gaya berpakaian ala harajuku yang sangat fenomenal ini terdiri dari gaya Cosplay antara lain gaya tokoh fiksi dan gaya rocker Jepang, bermacam gaya lolita, dan juga gaya decora. Kostum-kostum yang bergaya tokoh fiksi dapat berupa gaya anime atau kartun jepang, maupun tokoh-tokoh film dan video game. Diantara bermacam gaya berpakaian ala Harajuku, gaya lolita memiliki banyak tipe. Pada umumnya, gaya berpakian Harajuku ada yang disadur dari luar maupun hasil kekreatifitasan anak-anak muda Jepang.

Gaya busana atau fashion di Jepang selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan, karena fashion selalu bersifat dinamis merepresentasikan suatu zaman dan masyarakat yang hidup di masa tersebut. Fashion juga bisa merepresentasikan identitas seseorang; hal pertama yang dinilai oleh orang lain sebelum mengenal kita lebih jauh, mau tak mau, adalah gaya penampilan kita.

Beberapa gaya busana yang menyadur dari budaya luar namun juga dimodifikasikan hingga menjadi gaya busana baru, antara lain pada gaya ; Gothic, Gothic Lolita, Punk, Retro, Fetish, Mediterranean, Glam, Groom Boom. Lalu gaya busana visual kei yang merupakan hasil kekreatifitasan yang orisinil dari band-band Jepang antara lain pada gaya : Oriental, Fairy Tale, Cyber, Angelic. Seperti pada gaya visual kei, pada beberapa gaya lolita juga terdapat hasil adaptasi dari budaya luar antara lain : Gothic Lolita, Punk Lolita, Qi Lolita, Pirete Lolita, Classical Lolita, Dandy, Kurololi, Gurololi, Sweet Lolita. Selain itu ada juga yang merupakan hasil kekreatifitasan anak-anak muda Jepang, antara lain adalah gaya Wa Lolita. Yang terakhir adalah gaya decora dan kawaii. Kedua gaya ini juga memiliki keunikan tersendiri. Khususnya pada decora yang banyak memasukkan aksesoris berupa jepit rambut, cincin, anting dan lainnya sebagai pelengkap pakiannya yang semua aksesorisnya merupakan hasil karya mereka sendiri. Tetapi kawaii adalah gaya yang hampir mirip dengan Cosplay tokoh fiksi. Tetapi mereka juga banyak mengenakan aksesoris yang mirip dengan gaya decora yang tidak dijumpai pada Cosplay tokoh fiksi. Hal yang paling unik dari gaya mereka berpakain di area Harajuku adalah mereka tidak hanya memakai kostum dan memamerkannya kepada orang lain, jika mereka memakai kostum layaknya


(42)

tokoh super hero, mereka juga akan meniru gerak-gerik tokoh fiksi yang ada di dalam film tersebut. Begitupun dengan anak-anak muda yang bergaya layaknya band-band Visual kei, mereka juga berlagak seolah-olah mereka adalah band tersebut dan tidak jarang juga yang memainkan musik di sana. Semua gaya berpakaian yang ada di Harajuku merupakan hasil kekreatifitasan dari anak-anak muda Jepang yang tidak pernah ingin dibatasi dalam hal berpakaian. Jadi, selayaknya fesyen lainya, seiring berjalannya waktu, fesyen harajuku juga pasti akan mengalami perkembangan dan muncul gaya-gaya pakaian baru yang pastinya akan sangat dinantikan oleh pecinta fesyen harajuku.


(43)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul “GAYA BUSANA HARAJUKU DI JEPANG”.

Penulis menyadari bahwa apa yang tertulis dalam kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca untuk ke arah perbaikan.

Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak M. Pujiono, S.S, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum., selaku Dosen Pembaca yang telah cukup sabar membantu dan mengoreksi penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.


(44)

5. Dari semuanya, yang teristimewa buat Alm. Papa saya Mangarancang Simanjuntak dan Mama saya Donna Gunawan Hutabarat yang selalu memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang yang sangat besar meskipun Papa tidak memberikan semangatnya sampai akhir saya menyelesaikan tugas akhir ini, terima kasih besar Papa, salam dan peluk hangat erat buat Papa.

6. Buat Opung, Tante Melva, Maktua Bintang dan adik-adik saya Erwin, Esron, Enci dan Elkandi Simanjuntak yang selalu menyemangati penulis.

7. Buat keluarga kedua saya yang ada di kampus, terima kasih besar untuk semua anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Gemapala).

8. Buat kawan-kawan seperjuangan saya di Program Studi Bahasa Jepang 2011, kalian adalah kawan terbaik yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan kertas karya ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa kertas karya ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta sumbangan pemikiran yang bersifat membangun, agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.

Besar harapan penulis bahwa kertas karya ini nantinya dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan pengetahuan kita semua.

Medan, Oktober 2014 Penulis

Elisa Simanjuntak NIM : 112203022


(45)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penulisan ... 3

BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG HARAJUKU ... 4

2.1 Sejarah Harajuku ... 4

2.2 Perkembangan Gaya Busana Harajuku ... 6

BAB III : GAYA BUSANA HARAJUKU DI JEPANG ... 13

3.1 Cosplay ... 13

3.1.1 Cosplay Anime/Manga ... 13

3.1.2 Cosplay Original ... 14

3.1.3 Cosplay Tokusatsu ... 14

3.1.4 Cosplay Game ... 14

3.1.5 Cosplay Gothic ... 14

3.2 Lolita ... 15

3.2.1 Fashion Gothic Lolita ... 17

3.2.1.1 Gothic lolita atau Gosurori ... 18


(46)

3.2.1.3 Sweet Lolita Atau Ama Rori ... 18

3.2.1.4 Erotic Lolita Atau Ero Rori ... 19

3.2.1.5 Maid Lolita atau Maido ... 19

3.2.1.6 Wa Lolita ... 19

3.2.1.7 Clasic Lolita ... 19

3.2.1.8 Gothic Lolita ... 20

3.3 Ganguro ... 22

3.3.1 Karakteristik ... 23

3.3.2 Yamanba dan Manba ... 25

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 28

4.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA………... 30 LAMPIRAN


(1)

ABSTRAK

Harajuku adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR

Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Meiji Jingū, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), departement store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Di sana akan dijumpai berbagai macam gaya, mulai dari tokoh kartun, gaya seorang punk rock dengan segala pernak-pernik besi sebagai asesoris, gothic dengan ciri khas pakaian dan make up yang serba hitam dan juga yang sedang trend saat ini adalah gaya lolita yang terinspirasi oleh gaya berbusana anak-anak di zaman Victoria. Para pemuda yang memakai gaya

Harajuku tersebut berkisar dua puluh lima tahun. Anak-anak muda tersebut menari dengan koreografi yang sangat bagus, yang biasanya dilakukan antara pria dengan pria dan wanita dengan wanita. Semua itu dilakukan sebagai sikap pemberontakan mereka yang jenuh dengan sistem yang berlangsung statis dalam kehidupannya. Berbagai gaya berpakaian ala harajuku yang sangat fenomenal ini terdiri dari gaya Cosplay antara lain gaya tokoh fiksi dan gaya rocker Jepang, bermacam gaya lolita, dan juga gaya decora. Kostum-kostum yang bergaya tokoh fiksi dapat berupa gaya anime atau kartun jepang, maupun tokoh-tokoh film dan video game. Diantara bermacam gaya berpakaian ala Harajuku, gaya lolita memiliki banyak tipe. Pada umumnya, gaya berpakian Harajuku ada yang disadur dari luar maupun hasil kekreatifitasan anak-anak muda Jepang.

Gaya busana atau fashion di Jepang selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan, karena fashion selalu bersifat dinamis merepresentasikan suatu zaman dan masyarakat yang hidup di masa tersebut. Fashion juga bisa merepresentasikan identitas seseorang; hal pertama yang dinilai oleh orang lain sebelum mengenal kita lebih jauh, mau tak mau, adalah gaya penampilan kita.

Beberapa gaya busana yang menyadur dari budaya luar namun juga dimodifikasikan hingga menjadi gaya busana baru, antara lain pada gaya ; Gothic, Gothic Lolita, Punk, Retro, Fetish, Mediterranean, Glam, Groom Boom. Lalu gaya busana visual kei yang merupakan hasil kekreatifitasan yang orisinil dari band-band Jepang antara lain pada gaya : Oriental, Fairy Tale, Cyber, Angelic. Seperti pada gaya visual kei, pada beberapa gaya lolita juga terdapat hasil adaptasi dari budaya luar antara lain : Gothic Lolita, Punk Lolita, Qi Lolita, Pirete Lolita, Classical Lolita, Dandy, Kurololi, Gurololi, Sweet Lolita. Selain itu ada juga yang merupakan hasil kekreatifitasan anak-anak muda Jepang, antara lain adalah gaya Wa Lolita. Yang terakhir adalah gaya decora dan kawaii. Kedua gaya ini juga memiliki keunikan tersendiri. Khususnya pada decora yang banyak memasukkan aksesoris berupa jepit rambut, cincin, anting dan lainnya sebagai pelengkap pakiannya yang semua aksesorisnya merupakan hasil karya mereka sendiri. Tetapi kawaii adalah gaya yang hampir mirip dengan Cosplay tokoh fiksi. Tetapi mereka juga banyak mengenakan aksesoris yang mirip dengan gaya decora yang tidak dijumpai pada Cosplay tokoh fiksi. Hal yang paling unik dari gaya mereka berpakain di area Harajuku adalah mereka tidak hanya memakai kostum dan memamerkannya kepada orang lain, jika mereka memakai kostum layaknya


(2)

tokoh super hero, mereka juga akan meniru gerak-gerik tokoh fiksi yang ada di dalam film tersebut. Begitupun dengan anak-anak muda yang bergaya layaknya band-band Visual kei, mereka juga berlagak seolah-olah mereka adalah band tersebut dan tidak jarang juga yang memainkan musik di sana. Semua gaya berpakaian yang ada di Harajuku merupakan hasil kekreatifitasan dari anak-anak muda Jepang yang tidak pernah ingin dibatasi dalam hal berpakaian. Jadi, selayaknya fesyen lainya, seiring berjalannya waktu, fesyen harajuku juga pasti akan mengalami perkembangan dan muncul gaya-gaya pakaian baru yang pastinya akan sangat dinantikan oleh pecinta fesyen harajuku.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul “GAYA BUSANA HARAJUKU DI JEPANG”.

Penulis menyadari bahwa apa yang tertulis dalam kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca untuk ke arah perbaikan.

Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak M. Pujiono, S.S, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum., selaku Dosen Pembaca yang telah cukup sabar membantu dan mengoreksi penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.


(4)

5. Dari semuanya, yang teristimewa buat Alm. Papa saya Mangarancang Simanjuntak dan Mama saya Donna Gunawan Hutabarat yang selalu memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang yang sangat besar meskipun Papa tidak memberikan semangatnya sampai akhir saya menyelesaikan tugas akhir ini, terima kasih besar Papa, salam dan peluk hangat erat buat Papa.

6. Buat Opung, Tante Melva, Maktua Bintang dan adik-adik saya Erwin, Esron, Enci dan Elkandi Simanjuntak yang selalu menyemangati penulis.

7. Buat keluarga kedua saya yang ada di kampus, terima kasih besar untuk semua anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Gemapala).

8. Buat kawan-kawan seperjuangan saya di Program Studi Bahasa Jepang 2011, kalian adalah kawan terbaik yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan kertas karya ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa kertas karya ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta sumbangan pemikiran yang bersifat membangun, agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.

Besar harapan penulis bahwa kertas karya ini nantinya dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan pengetahuan kita semua.

Medan, Oktober 2014 Penulis

Elisa Simanjuntak NIM : 112203022


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penulisan ... 3

BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG HARAJUKU ... 4

2.1 Sejarah Harajuku ... 4

2.2 Perkembangan Gaya Busana Harajuku ... 6

BAB III : GAYA BUSANA HARAJUKU DI JEPANG ... 13

3.1Cosplay ... 13

3.1.1 Cosplay Anime/Manga ... 13

3.1.2 Cosplay Original ... 14

3.1.3 Cosplay Tokusatsu ... 14

3.1.4 Cosplay Game ... 14

3.1.5 Cosplay Gothic ... 14

3.2Lolita ... 15

3.2.1 Fashion Gothic Lolita ... 17

3.2.1.1 Gothic lolita atau Gosurori ... 18


(6)

3.2.1.3 Sweet Lolita Atau Ama Rori ... 18

3.2.1.4 Erotic Lolita Atau Ero Rori ... 19

3.2.1.5 Maid Lolita atau Maido ... 19

3.2.1.6 Wa Lolita ... 19

3.2.1.7 Clasic Lolita ... 19

3.2.1.8 Gothic Lolita ... 20

3.3Ganguro ... 22

3.3.1 Karakteristik ... 23

3.3.2 Yamanba dan Manba ... 25

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 28

4.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA………... 30 LAMPIRAN