Pengaruh Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Pemilih Warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan

(1)

PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP

PARTISIPASI PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TESIS

Oleh

YOCTOLIS ALFIAN

127024034/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Judul Tesis : PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH WARGA DESA BANDAR

SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN Nama Mahasiswa : Yoctolis Alfian

Nomor Pokok : 127024034 Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Hatta Ridho, S.Sos, MSP

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan


(3)

Telah diuji pada

Tanggal 29 Januari 2015

PANITIA PENGUJI

KETUA : Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA Anggota : Hatta Ridho, S.Sos, MSP

Dra. Beti Nasution. M.Si

Drs. Tonny P. Situmorang, MA Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH

WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015 Penulis


(5)

PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI

PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP)

Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

YOCTOLIS ALFIAN 127024034 / SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH

WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015 Penulis


(7)

PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI

PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP)

Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

YOCTOLIS ALFIAN 127024034/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(8)

PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

ABSTRAK

Pemilihan umum kepala daerah yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang, di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat membuat partai atau koalisi partai memenangi pemilihan kepala daerah. Pertama, faktor partai dan koalisi partai yang mengusung calon kepala daerah, dengan melihat bahwa komposisi atau koalisi partai pengusung calon memang merupakan partai-partai yang pada pemilu sebelumnya menunjukkan keunggulannya dalam perolehan suara. Partai-partai tersebut biasanya juga merupakan partai besar yang sudah dikenal masyarakat. Kedua,faktor figur calon kepala daerah yang diusung partai,calon kepala daerah yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat mampu mendongkrak kemenangan partai dan pasangan calon dalam pilkada.Ketiga,bergeraknya mesin partai politik, yang mempunyai struktur dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Desa yang dapat bergerak untuk memenangkan calonnya dalam pilkada juga turut menjadi faktor penentu kemenangan. Metode penelitian ini mengunakan format eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi diantara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat sebagai variabel bebas adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat adalah partisiasi politik. Dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang dan mengunakan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara dan observasi. Teknik analisa data mengunakan uji statistik statistik somer’s d mengunakan Product Moment untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik dan besar tingkat signifikasinya data diolah dengan mengunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan andanya pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan pada pemilihan Bupati Deli Serdang tahun 2013. Bedasarkan uji koefisiensi korelasi menunjukkan bahwa tingkat keeratan pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik dalam penelitian ini berada pada interpretasi rendah yaitu 0.333. Uji determinasi menunjukkan 7% tingkat ekonomi mempengaruhi partisipasi pemilih, sedangkan 93% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa partisipasi pemilih responden belum mencapai taraf yang di inginkan. Saran yang disampaikan bagi pemerintahan warga Bandar Setia Kabupaten Deli Serdang ke depannya dengan kandidat yang terpilih diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi sehingga nantinya akan terjadi partisipasi politik dalam pemilihan lansung yang rasional, sehingga untuk ke depannya kandidat yang sudah terpilih benar-benar mendengarkan aspirasi rakyat sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan pembangunan bangsa Indonesia ke depannya bisa berjalan dengan baik.


(9)

ECONOMIC EFFECT OF ELECTOR PARTICIPATION OF THE FAITHFUL PEOPLE VILLAGE BANDAR SETIA DISTRICT PERCUT SEI TUAN

ABSTRACT

Regional head elections held in the province of North Sumatra particularly Deli Serdang, influenced by several factors that can make the party or coalition won local elections. First, the parties and coalitions of parties nominating candidates for the head area, with the view that the composition of the bearer party or coalition candidate is indeed the parties in the previous elections showed its superiority in the vote. These parties usually also a large party already known to the public. Second, the figure head of the prospective factors that brought the party, candidate for the head area, which was already known by the public is able to boost the victory party and candidate pairs in pilkada.third, movement political party machine, which has a structure of district level down to the village which can move for the winning candidate in the elections also be a determining factor of victory. This research method using the format explanatory research that want to see a relationship or correlation between the two variables are independent variables and the dependent variable as the independent variable is the level of the dependent variable is the economic and political partisipation. With a total sample of 100 people and using simple random sampling technique sampling. Data was collected by means of questionnaires, interviews and observation. Data analysis technique using statistical tests Somer's d statistic using Product Moment to determine whether there is a relationship between the level of economic to political participation and great significance level data is processed by using SPSS. The results showed andanya influence between the economic level of the political participation of citizens of the Village District of Bandar Setia Percut Sei Tuan in Deli Serdang regency elections in 2013. Based on correlation coefficient test showed that the level of closeness influence on the economic level of political participation in this study is on the interpretation of low, 0333 . Determination test showed 7% voter participation rate affects the economy, while 93% are influenced by other factors. Observation and interview the researchers did the obtained data that respondents voter participation has not reached the desired level. Suggestions submitted to the government the citizens Bandar Setia Deli Serdang Regency to the front with the selected candidate is expected to provide solutions to problems that occur so that there will be a direct political participation in the election of a rational, so for future candidates already elected completely listen to the aspirations of the people as a good Indonesian citizens and the future development of the Indonesian nation could run well.


(10)

(11)

ECONOMIC EFFECT OF ELECTOR PARTICIPATION OF THE FAITHFUL PEOPLE VILLAGE BANDAR SETIA DISTRICT PERCUT SEI TUAN

ABSTRACT

Regional head elections held in the province of North Sumatra particularly Deli Serdang, influenced factors that can make the party or coalition won the elections daerah. first, factors parties and coalitions of parties nominating candidates for the head area, with the view that the composition or coalition bearer party candidate is indeed the parties in the previous elections showed its superiority in voice. Party acquisition is usually also a large party already known people.seconds, head of the prospective figure factors that brought the party, candidate for the head area, which was already known by the public is able to boost the victory party and candidate pairs in pilkada.third, movement political party machine, which has a structure of district level down to the village to move to win a candidate in the elections also be a determining factor of victory. Political machine driven campaign organized and solid team taking money politics proven to boost the number of votes to win the election.

This research method using the format explanatory research that want to see a relationship or correlation between the two variables are independent variables and the dependent variable as the independent variable is the level of the dependent variable is the economic and political partisipation. With a total sample of 100 people and using simple random sampling technique sampling. Data using questionnaires, interviews and observation. Data analysis technique using statistical Somer's d for using Product Moment the relationship between the level of political participation and economic with great significance level of data processed by using SPSS.

The results showed the presence of influence a relationship between the level of economic to political participation of villagers Bandar Setia District of Percut Sei Tuan in direct local elections in 2013. Correlation coefficient test showed that the level of closeness influence the economic level of participation in this research politic in located on the interpretation of observations low.determination tet showed 7% of the economy is affected by the leve of voter participation. Results and interview the researchers did the data obtained that the political participation of respondents still closed and not transparent it is still the presence of money politics received from the citizens of a particular political party representatives.

Suggestions submitted to the government the citizens Bandar Setia Deli Serdang Regency to the front with the selected candidate is expected to provide solutions to problems that occur so that there will be a direct political participation in the election of a rational, transparent and so for future candidates already selected


(12)

the correct listen to the aspirations of the people as an Indonesian citizen who is good and the future development of the Indonesian nation could run well.


(13)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapakan atas rahmat dan karunia Allah SWT yang memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir (Tesis) dari perkuliahan Program Pascasarjana Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan seberkas sinar kehidupan melalui Al-Qur’an dan Sunnahnya sebagai pedoman hidup kita bersama, serta guna membedakan mana yang hak dan mana yang bathil dalam menjalani hidup ini.

Tesis ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascassarjana Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan studi.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengetahuan penulis yang sangat terbatas. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca yang dapat membantu kesilapan yang terdapat di dalam penulisannya agar Tesis ini lebih bermanfaat bagi kita semua.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril dan materil yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


(14)

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, MSc (CTM).Sp.A (K), sebagai rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku pembimbing I dan ketua Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan arahannya selama penulis berada di bangku perkuliahan hingga menyelesaikan tugas ini. 4. Bapak Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku Sekretaris Program

Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang juga memberikan dorongan kepada penulis untuk cepat menyelesaikan studi ini.

5. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, MSP selaku pembimbing II, atas kesabaran dan keikhlasannya dalam membimbing penulis menyelesaiakan tugas ini.

6. Ibuk Dra. Beti Nasution. M.Si selaku penguji I dan Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, MA selaku penguji II yang telah memberikan masukan-masukan yang konstruktif bagi perbaikan Tesis ini.

7. Ns. Yesi Andriani, S.Kep selaku istri tercinta yang telah membantu dan memberi motivasi kepada pnulis untuk cepat menyelesaikan tugas akhir ini.


(15)

9. Rekan-rekan angkatan XXVI semoga dapat terus membina semangat untuk tetap belajar. Dan juga kepada sekretariat MSP USU penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas bantuan yang telah diberikan selama ini kepada penulis dan berharap penelitian ini bermanfaat bagi seluruh pembaca serta berguna bagi yang membutuhkannya.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Medan, Januari 2015 Penulis,


(16)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : YOCTOLIS ALFIAN, S.Sos 2. Tempat/ tanggal lahir : Medan, 30 Oktober 1986

3. Alamat : Jl. Pengabdian Dusun I Desa Bandar Setia No. 67b 4. Jenis Kelamin : Laki - laki

5. Agama : Islam

6. Status Perkawinan : Menikah

7. Nama istri : Ns. Yesi Andriani, S.Kep 8. Pekerjaan : Wiraswasta

a. SD Negeri Medan Tahun 1998

b. SMP Muhammadiyah 01 Medan Tahun 2001 c. SMA Swasta ERIA Medan Tahun 2005

d. Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMSU Tahun 2011 Demikian Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Januari 2015 Yang membuat


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1.1Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1.2Manfaat Penelitian ... 7

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Batasan Masalah. ... 8

1.6. Penelitian Terdahulu ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Tingkat Ekonomi ... 10

2.1.1 Pengertian Ekonomi Secara Umum ... 10

2.1.2 Stratifikasi sosial dengan ukuran ekonomi/tingkat ekonomi ... 13

2.2. Partisipasi Politik ... 16


(18)

2.2.2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ... 20

2.2.3. Pentingya Partisipasi Politik ... 22

2.2.4. Tingkat Ekonomi dan Partisipasi Politik Masyarakat ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Bentuk dan Jenis Penelitian ... 29

3.2. Defenisi Konsep ... 29

3.3. Defenisi Operasional ... 30

3.4. Populasi ... 32

3.5. Sampel ... 32

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.7 Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV DESKRIPSI LOKASI ... 37

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 37

4.1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis ... 37

4.2. Penyajian Data Jawaban Responden ... 43

4.2.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur ... 43

4.2.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

4.2.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Agama ... 45

4.2.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46


(19)

4.2.6 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi ... 48

4.2.7 Responden Berdasarkan Partisipasi Pemilih ... 59

4.3. Analisa Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y ... 75

4.4. Uji Determinasi ... 81

4.5. Analisis Data Wawancara ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

5.1. Kesimpulan ... 83

5.2. Saran ... 85


(20)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1 Luas Wilayah Desa Bandar Setia ...40

4.2 Sarana dan Prasarana Desa Bandar Setia ...40

4.3 Data Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku ...41

4.4 Data Penduduk Berdasarkan Agama ...41

4.5 Data Penduduk Berdasarkan Pencaharian ...42

4.6 Tingkat Partisipasi Pemilih Desa Bandar Setia ...42

4.7 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur ...43

4.8 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...44

4.9 Klasifikasi Responden Berdasarkan Agama ...45

4.10 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...46

4.11 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan ...47

4.12 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi ...48

4.13 Distribusi tentang Penghasilan Setiap Bulan ...49

4.14 Distribusi tentang Pengeluaran Setiap Bulan ...51

4.15Distribusi tentang Pekerjaan Tambahan ...52

4.16 Distribusi tentang Pemenuhan Kebutuhan dengan Pendapatan ...53

4.17 Distribusi tentang Kepemilikan Tabungan ...54

4.18 Distribusi tentang Status RumahTempatTinggal ...55

4.19 Distribusi tentang Kepunyaan Alat Elektronik ...56

4.20 Distribusi tentang Kebutuhan Setiap Bulan ...56

4.21 Distribusi tentang Kepunyaan Kendaraan Bermesin ...57


(21)

4.24 Distribusi tentang Aktif Mencari Dukungan ...61

4.25 Distribusi tentang Keterlibatan Dalam Kampanye ...62

4.26 Distribusi tentang Pemberian Dana Kepada Tim Sukses ...63

4.27 Distribusi tentang Keterlibatan dan Aktif Dalam Tim Sukses ...64

4.28 Distribusi tentang Kehadiran di Tempat Pemungutan Suara ...65

4.29 Distribusi tentang Membahas Politik dalam Keluarga ...66

4.30 Distribusi tentang Alasan Mengikuti Pemilihan Bupati ...67

4.31 Distribusi tentang Visi Misi Calon Bupati ...69

4.32 Distribusi tentang Figur dan Kharisma Calon ...70

4.33 Distribusi tentang Potensi Calon Bupati Terpilih ...71

4.34 Distribusi tentang Sistem Pelaksanaan Pemilu ...72

4.35 Distribusi tentang Money Politics ...73

4.36 Distribusi tentang Pendorong Partisipasi Warga ...74

4.37 Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Partisipasi ...77

4.38 Uji Signifikan Tingkat Ekonomi terhadap Partisipasi pemilih ...78

4.49 Uji Hubungan Symmetric Measures ...79

4.40 Interpretasi Koefisien Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Warga Desa Bandar Setia ...80


(22)

PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH WARGA DESA BANDAR SETIA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

ABSTRAK

Pemilihan umum kepala daerah yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang, di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat membuat partai atau koalisi partai memenangi pemilihan kepala daerah. Pertama, faktor partai dan koalisi partai yang mengusung calon kepala daerah, dengan melihat bahwa komposisi atau koalisi partai pengusung calon memang merupakan partai-partai yang pada pemilu sebelumnya menunjukkan keunggulannya dalam perolehan suara. Partai-partai tersebut biasanya juga merupakan partai besar yang sudah dikenal masyarakat. Kedua,faktor figur calon kepala daerah yang diusung partai,calon kepala daerah yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat mampu mendongkrak kemenangan partai dan pasangan calon dalam pilkada.Ketiga,bergeraknya mesin partai politik, yang mempunyai struktur dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Desa yang dapat bergerak untuk memenangkan calonnya dalam pilkada juga turut menjadi faktor penentu kemenangan. Metode penelitian ini mengunakan format eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi diantara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat sebagai variabel bebas adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat adalah partisiasi politik. Dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang dan mengunakan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara dan observasi. Teknik analisa data mengunakan uji statistik statistik somer’s d mengunakan Product Moment untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik dan besar tingkat signifikasinya data diolah dengan mengunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan andanya pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan pada pemilihan Bupati Deli Serdang tahun 2013. Bedasarkan uji koefisiensi korelasi menunjukkan bahwa tingkat keeratan pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik dalam penelitian ini berada pada interpretasi rendah yaitu 0.333. Uji determinasi menunjukkan 7% tingkat ekonomi mempengaruhi partisipasi pemilih, sedangkan 93% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa partisipasi pemilih responden belum mencapai taraf yang di inginkan. Saran yang disampaikan bagi pemerintahan warga Bandar Setia Kabupaten Deli Serdang ke depannya dengan kandidat yang terpilih diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi sehingga nantinya akan terjadi partisipasi politik dalam pemilihan lansung yang rasional, sehingga untuk ke depannya kandidat yang sudah terpilih benar-benar mendengarkan aspirasi rakyat sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan pembangunan bangsa Indonesia ke depannya bisa berjalan dengan baik.


(23)

ECONOMIC EFFECT OF ELECTOR PARTICIPATION OF THE FAITHFUL PEOPLE VILLAGE BANDAR SETIA DISTRICT PERCUT SEI TUAN

ABSTRACT

Regional head elections held in the province of North Sumatra particularly Deli Serdang, influenced by several factors that can make the party or coalition won local elections. First, the parties and coalitions of parties nominating candidates for the head area, with the view that the composition of the bearer party or coalition candidate is indeed the parties in the previous elections showed its superiority in the vote. These parties usually also a large party already known to the public. Second, the figure head of the prospective factors that brought the party, candidate for the head area, which was already known by the public is able to boost the victory party and candidate pairs in pilkada.third, movement political party machine, which has a structure of district level down to the village which can move for the winning candidate in the elections also be a determining factor of victory. This research method using the format explanatory research that want to see a relationship or correlation between the two variables are independent variables and the dependent variable as the independent variable is the level of the dependent variable is the economic and political partisipation. With a total sample of 100 people and using simple random sampling technique sampling. Data was collected by means of questionnaires, interviews and observation. Data analysis technique using statistical tests Somer's d statistic using Product Moment to determine whether there is a relationship between the level of economic to political participation and great significance level data is processed by using SPSS. The results showed andanya influence between the economic level of the political participation of citizens of the Village District of Bandar Setia Percut Sei Tuan in Deli Serdang regency elections in 2013. Based on correlation coefficient test showed that the level of closeness influence on the economic level of political participation in this study is on the interpretation of low, 0333 . Determination test showed 7% voter participation rate affects the economy, while 93% are influenced by other factors. Observation and interview the researchers did the obtained data that respondents voter participation has not reached the desired level. Suggestions submitted to the government the citizens Bandar Setia Deli Serdang Regency to the front with the selected candidate is expected to provide solutions to problems that occur so that there will be a direct political participation in the election of a rational, so for future candidates already elected completely listen to the aspirations of the people as a good Indonesian citizens and the future development of the Indonesian nation could run well.


(24)

(25)

ECONOMIC EFFECT OF ELECTOR PARTICIPATION OF THE FAITHFUL PEOPLE VILLAGE BANDAR SETIA DISTRICT PERCUT SEI TUAN

ABSTRACT

Regional head elections held in the province of North Sumatra particularly Deli Serdang, influenced factors that can make the party or coalition won the elections daerah. first, factors parties and coalitions of parties nominating candidates for the head area, with the view that the composition or coalition bearer party candidate is indeed the parties in the previous elections showed its superiority in voice. Party acquisition is usually also a large party already known people.seconds, head of the prospective figure factors that brought the party, candidate for the head area, which was already known by the public is able to boost the victory party and candidate pairs in pilkada.third, movement political party machine, which has a structure of district level down to the village to move to win a candidate in the elections also be a determining factor of victory. Political machine driven campaign organized and solid team taking money politics proven to boost the number of votes to win the election.

This research method using the format explanatory research that want to see a relationship or correlation between the two variables are independent variables and the dependent variable as the independent variable is the level of the dependent variable is the economic and political partisipation. With a total sample of 100 people and using simple random sampling technique sampling. Data using questionnaires, interviews and observation. Data analysis technique using statistical Somer's d for using Product Moment the relationship between the level of political participation and economic with great significance level of data processed by using SPSS.

The results showed the presence of influence a relationship between the level of economic to political participation of villagers Bandar Setia District of Percut Sei Tuan in direct local elections in 2013. Correlation coefficient test showed that the level of closeness influence the economic level of participation in this research politic in located on the interpretation of observations low.determination tet showed 7% of the economy is affected by the leve of voter participation. Results and interview the researchers did the data obtained that the political participation of respondents still closed and not transparent it is still the presence of money politics received from the citizens of a particular political party representatives.

Suggestions submitted to the government the citizens Bandar Setia Deli Serdang Regency to the front with the selected candidate is expected to provide solutions to problems that occur so that there will be a direct political participation in the election of a rational, transparent and so for future candidates already selected


(26)

the correct listen to the aspirations of the people as an Indonesian citizen who is good and the future development of the Indonesian nation could run well.


(27)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan Kepala Daerah Langsung atau disingkat Pilkadasung. Wujud demokratisasi telah sampai pada tataran pemerintahan daerah di Indonesia yaitu dengan dilaksanakannya Pilkadasung di daerah dengan dasar hukum PP No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pelaksanaan pilkada langsung ini sebagai akses dari Pemilihan Presiden Langsung di Indonesia, konteks ini menjadikan proses pencapaian demokratisasi ideal menjadi berdinamika di dalam Negara Republik Indonesia, momen pilkada langsung ini merupakan momen penegakan demokrasi lokal di daerah-daerah (PP No. 6 Tahun 2005).

Kebutuhan penegakan demokrasi di Indonesia paska demokrasi mengalami perkembangan yang sangat pesat sampai pada tatanan pemerintahan lokal (daerah), maka pilkada langsung sebagai jawaban dalam pemenuhan kebutuhan tersebut untuk menegakan demokrasi lansung di dalam pemerintahan lokal sekaligus sebagai solusi dalam rangka mengembalikan supremasi rakyat dalam politik dan legitimasi kekuasaan bagi calon akan semakin kuat yang didasarkan atas kedaulatan rakyat. Ini bisa dilihat dari pelaksanaan dari pemilihan kepala daerah lansung yang telah dimulai di daerah Indonesia.


(28)

Tingkat partisipasi politik pemilih dalam Pemilu di Indonesia pada Pemilu tahun 1955 mencapai 91,4 %, pada Pemilu 1971 tingkat partisipasi politik pemilih 96,6%, Pemilu 1977 dan Pemilu 1982 tingkat partisipasi politik pemilih 96,5%, pada Pemilu 1987 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 96,4%, pada Pemilu 1992 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 95,1%, pada Pemilu 1997 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 93,6%, pada Pemilu 1999 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 92,6%, pada Pemilu Legislatif tahun 2004 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 84,1%, pada Pilpres putaran pertama tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 78,2%, sedangkan pada Pilpres putaran kedua tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 76,6%. Pada Pemilu Legislatif tahun 2009 tingkat partisipasi politik pemilih semakin menurun yaitu hanya mencapai 70,9% dan pada Pilpres 2009 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 71,7%. (Merdeka. Com. 2013)

Partisipasi politik rakyat tentu tak lepas dari kondisi atau sistem politik yang sedang berproses. Sistem kepolitikan bangsa Indonesia hingga dewasa ini telah berkali-kali mengalami perubahan, mulai dari orde baru sampai pada reformasi. Disadari bahwa reformasi sering dimaknai sebagai era yang lebih demokratis. Seiring dengan konstelasi politik di era reformasi penguatan demokrasi yang legitimate sebagai harapan dari akhir transisi demokrasi, semakin dapat dirasakan oleh masyarakat melalui pelaksanaan Pemilu sejak tahun 2004 hingga sekarang. Sebagai konsekuensi logis perubahan atmosfer politik tersebut maka dinamika dan intensitas artikulasi politik pun makin tampak di tengah ranah kehidupan sosial politik. Setidaknya masyarakat diterpa wacana dan partisipasi


(29)

politik tidak hanya lima tahun sekali saat Pemilu saja. Tetapi juga, disemarakkan oleh Pemilu Kepala Daerah baik pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Sebagai proses dari transformasi politik, makna pilkada selain merupakan bagian dari penataan struktur kekuasaan makro agar lebih menjamin berfungsinya mekanisme check and balances di antara lembaga-lembaga politik dari tingkat pusat sampai daerah, masyarakat mengharapkan pula agar pilkada dapat menghasilkan kepala daerah yang akuntabel, berkualitas, legitimate, dan peka terhadap kepentingan masyarakat. Dalam konteks ini Negara memberikan kesempatan kepada masyarakat daerah untuk menentukan sendiri segala bentuk kebijaksanaan yang menyangkut harkat dan martabat rakyat daerah.

Sistem Pemilu Kepala Daerah secara langsung lebih menjanjikan dibandingkan sistem yang telah berlaku sebelumnya. Pilkada langsung diyakini memiliki kapasitas yang memadai untuk memperluas partisipasi politik masyarakat, sehingga masyarakat daerah memiliki kesempatan untuk memilih secara bebas pemimpin daerahnya tanpa suatu tekanan, atau intimidasi, kekerasan politik, maupun penekanan jalur birokrasi. Dapat dikatakan pilkada merupakan momentum yang cukup tepat munculnya berbagai varian preferensi pemilih yang menjadi faktor dominan dalam melakukan tindakan atau perilaku politiknya. Seseorang yang tiada mempunyai pengetahuan atas informasi mengenai suatu masalah politik atau situasi politik mungkin merasa kurang kompeten untuk berpartisipasi dalam sesuatu usaha guna memecahkan masalahnya, atau untuk mengubah situasinya, maka kompetensi politiknya meningkat dengan bertambahnya pengetahuan. Kepribadian yang ramah, suka bergaul, dominan dan memiliki jiwa sosial yang tinggi akan lebih condong melakukan kegiatan politik.


(30)

Faktor utama yang mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial. Dalam studi Milbarth ditemukan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang merasa tereliminasi dari kehidupan politik. Orang yang bersangkutan pun akan menjadi apatis, hal ini tidak terjadi pada orang yang memiliki kemapanan ekonomi. Sejumlah penelitian menemukan bahwa individu yang mempunyai tingkat pendidikan, pendapatan dan pekerjaan yang lebih bergengsi umumnya lebih berpartisipasi dibanding individu yang tidak berpendidikan, berpenghasilan rendah dan pekerja kasar. Ketiga komponen di atas terangkum dalam variabel status sosial ekonomi. Kesimpulannya, status sosial ekonomi atau tingkat ekonomi mempengaruhi partisipasi politik secara positif pada pemilihan kepala daerah.

Dari beberapa pilkada yang telah dilaksanaakan di Sumatera Utara khususnya pada Kabupaten Deli Serdang, ada beberapa faktor yang dapat membuat partai atau koalisi partai memenangi pemilihan kepala daerah. Pertama, faktor partai dan koalisi partai yang mengusung calon kepala daerah (image dan

track record). Dengan melihat bahwa komposisi atau koalisi partai pengusung

calon memang merupakan partai-partai yang pada pemilu sebelumnya menunjukkan keunggulannya dalam perolehan suara. Partai-partai tersebut biasanya juga merupakan partai besar yang sudah “dikenal”masyarakat. Kedua, faktor figur calon kepala daerah yang diusung partai (figuritas calon). Calon kepala daerah yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat (pemilih) dinilai mampu mendongkrak kemenangan partai dan pasangan calon dalam pilkada. Faktor ketokohan calon, track record calon dalam dunia politik, dan popularitas calon di mata masyarakat sangat menentukan. Ketiga, bergeraknya mesin partai


(31)

politik, partai politik yang mempunyai struktur dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Desa yang dapat bergerak untuk memenangkan calonnya dalam pilkada juga turut menjadi faktor penentu kemenangan. Mesin politik yang digerakkan secara terorganisir dan tim kampanye yang solid yang memakai money politik terbukti mampu mendongkrak perolehan suara untuk memenangkan pilkada.

Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Indonesia, dengan luas wilayah 2.808,91 km². Jumlah penduduk 1.790.431 jiwa, kabupaten ini memiliki jumlah penduduk dari berbagai macam etnis atau suku,suku asli penghuni Deli Serdang adalah suku Karo, Melayu dan Simalungun. Serta beberapa suku pendatang yang dominan seperti suku Jawa, Batak, Minang, Banjar dan suku lainnya. Deli Serdang memiliki 22 Kecamatan dan 389 Kelurahan. (www.deliserdangkab.go.id.2013).

Desa Bandar Setia adalah salah satu Desa di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penduduk Desa Bandar Setia berjumlah 17.117 jiwa yang terdiri dari laki-laki 8.715 jiwa dan perempuan 8402 dengan jumlah Kepala Keluarga 3.422 KK, penduduk terdiri dari bermacam agama dan suku etnis. Dengan mata pencaharian sebagai petani, wiraswasta, PNS dan pedagang. Tingkat Partisipasi Pemilih Desa Bandar Setia pada pada Pemilukada Bupati Deli Serdang Tahun 2013 adalah jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih sebesar 41%, dan tidak menggunakan hak pilih sebesar 59 %. (PPS Bandar Setia, 2013).

Pemilihan Kepala Daerah langsung Kabupaten Deli Serdang yang telah berlangsung pada tahun 2013, idealnya dijadikan sebagai proses penguatan demokratisasi. Dalam konteks penguatan demokratisasi, masyarakat yang memiliki kesadaran berdemokrasi adalah langkah awal menuju lajur demokrasi


(32)

yang benar. Di Desa Bandar Setia partisipasi politik cendrung di mobilisasi oleh money politik, warga setempat mau menggunakan hak pilihnya jika ada yang memberi uang. Kebanyakan warga yang mau berpartisipasi adalah warga yang tergolong ekonomi menengah ke bawah yang telah diberi uang oleh sekelompok tim sukses pasangan calon Bupati.

Melihat asumsi dari penjelasan diatas bahwa partisipasi politik mempunyai keterkaitan dengan tingkat ekonomi seseorang dimana semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka partisipasi politik dari orang tersebut akan cenderung lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan pembuktian dengan objek yang diteliti adalah warga Desa Bandar Setia yang memiliki tingkat ekonomi yang berbeda. Penulis akan melakukan analisa hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik. Bertitik tolak dari paparan di atas, maka penulis merasa permasalahan di atas adalah sesuatu yang menarik dan perlu untuk diteliti dengan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Pemilih Warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Pada Pemilihan Bupati Deli Serdang Tahun 2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Mengingat penelitian harus dilaksanakan secara visible dan manageable (Usman, 2004:24), yaitu sesuai dengan kondisi, kemampuan dan kapasitas peneliti sendiri, juga menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka dari latar belakang masalah di atas penulis hanya membatasi pada pengaruh tingkat ekonomi warga Desa Bandar Setia terhadap partisipasi pemilih di dalam Pemilihan Bupati Deli Serdang tahun 2013.


(33)

Sehubungan dengan perumusan masalah dari penelitian ini penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Seberapa besar pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi pemilih warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan pada pemilihan Bupati Deli Serdang tahun 2013”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat ekonomi warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Untuk mengetahui partisipasi warga Desa Bandar Setia pada Pemilihan Bupati Deli Serdang tahun 2013.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi pemilih masyarakat warga Desa Bandar Setia pada pemiihan Bupati Deli Serdang tahun 2013.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis penelitian ini bersifat deduktif yang bermanfaat dalam melihat eksistensi dan relevansi teori dengan realitas yang ada di masyarakat.

2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi terhadap partisipasi politik, juga sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian masa yang akan datang dan bagi pemerintahan daerah dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembangunan Kabupaten Deli Sedang.


(34)

3. Secara metodelogis penelitian ini memberikan kontribusi dalam memperkaya Khazanah ilmu pengetahuan dibidang ilmu politik.

1.4 Hipotesis

Hipotesis adalah : “kesimpulan sementara atau preposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih” (Singarimbun, 2006:21). Hipotesis yang baik harus memenuhi dua kriteria, pertama hipotesis harus menggambarkan hubungan di antara variabel-variabel, kedua hipotesis harus memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut”.

Untuk keperluan pengujian hipotesis pada penelitian ini dibutuhkan dua alternatif hipotesis untuk dirumuskan, maka untuk memenuhi syarat pengujian tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ho :µ = 0 (Tidak ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi pemilih warga Kelurahan Desa Bandar Setia)

Ha : µ ≠ 0 (Ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi pemilih warga Kelurahan Desa Bandar Setia).

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dilakukan untuk melihat partisipasi pemilih warga Desa Bandar Setia pada pemilihan kepala daerah langsung di Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan mengingat kebanyakan penduduk di kelurahan ini masyarakat yang memiliki pekerjaan tidak tetap sebagai pedagang, buruh, petani, dan lain-lain, partisipasi pemilih hanya diihat dari aspek ekonomi saja. Aspek ekonomi ini dipilih karena berangkat dari asumsi bahwa warga Desa Bandar Setia mempunyai pekerjaan yang berubah-rubah dengan mengelola ekonominya dengan bisnis yang berskala menengah kebawah. Menurut penulis,


(35)

pentingnya untuk melihat aktivitas ekonomi yang dimiliki oleh warga Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan itu dalam kaitannya dengan partisipasi pemilih mereka.

1.6 Penelitian Terdahulu

Dalam penusuran kepustakaan, penulis menemukan tesis yang berkaitan dengan tema yang penulis ambil, yaitu tesis karya Abd. Azis Angkat (2007), yang berjudul “Tingkat Ekonomi dan Partisipasi Politik Etnis Tionghoa”. Tesis tersebut meneliti tentang adakah hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik kalangan etnis Tionghoa di Kelurahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Dimana metode penelitian ini mengunakan format eksplanasi menggunakan uji statistik somer’d, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik kalangan etnis tionghoa, dengan tingkat keeratan pengaruh tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik berada pada interpretasi kuat yaitu sebesar 0,463. Dan tesis lain yang penulis ambil yaitu hasil penelitian Saiful Huda Tahun 2012 yang berjudul “Partisipasi politik masyarakat dalam Pemilukada 2012 Kabupaten Pati Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Dimana metode penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif dengan empiris analitik dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi politik diantaranya faktor money politik sebesar 76 %.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat Ekonomi

2.1.1 Pengertian Ekonomi Secara Umum

Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat ukuran-ukuran di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih dikenal dengan istilah stratifikasi sosial diantaranya adalah pelapisan yang terjadi karena kekayaan seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat ekonomi. Sebelum beranjak lebih jauh untuk memahami hal tersebut perlu untuk menelaah kembali pengertian dari ekonomi itu sendiri sebagai arti dasar pembentukan tingkatan atau pelapisan yang terjadi di dalam struktur sosial kemasyarakatan tersebut. Ekonomi sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada individu dan masyarakat, secara etimologis dapat diartikan ekonomi terdiri dari dua suku kata bahasa Yunani yaitu oikos dan nomos yang berarti tata laksana rumah tangga (Rosyidi, 2009:5). Dapat dilihat dari namanya maka pada saat pertama kali diperkenalkan ekonomi sendiri mempunyai ruang lingkup kajian dan permasalahan yang sangat terbatas yaitu hanya pada tata laksana rumah tangga dan hanya pada permasalahan mencukupi kebutuhan rumah tangga saja.

Untuk melihat defenisi ekonomi secara utuh Rosyidi (2009:7) mendefinisikannya sebagai berikut :

“ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat


(37)

yang timbul karna perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai kemakmuran”

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa ekonomi secara umum mengkaji mengenai pemenuhan kebutuhan manusia dan kemakmuran manusia, dua hal pokok dari permasalahan ekonomi tersebut yaitu kebutuhan dan pencapaian kemakmuran merupakan salah satu dasar di dalam pelapisan sosial di dalam masyarakat bila dihubungkan dengan permasalahan mikro tingkat ekonomi masyarakat, dengan kata lain semakin makmur seseorang dan semakin mampu untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai tingkatannya maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi seseorang di dalam struktur sosial kemasyarakatan, lebih lanjut kita dapat melihat definisi lain seperti yang diungkap Silk (dalam Rosyidi, 2009:27)

“ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan (Wealth) dan merupakan suatu bagian yang penting daripada studi tentang manusia. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya sehari-hari, serta sumber-sumber material yang mereka dapatkan”.

Dari definisi di atas terdapat satu unsur yaitu kekayaan yang menjadi ukuran di dalam studi tentang ekonomi tersebut dimana unsur kekayaan dan sumber-sumbernya merupakan kunci sukses di dalam pemenuhan tingkatan kebutuhan manusia. Dengan kekayaan maka pemenuhan kebutuhan akan tercapai, dimana semakin kaya seseorang maka akan semakin tinggi kemampuannya untuk memenuhi tingkatan kebutuhannya. Selanjutnya Rosyidi (2009:35) menyatakan: “begitu banyak tujuan hidup seseorang akan tetapi satu hal yang pasti yaitu bahwa setiap orang tentu ingin memiliki pendapatan yang cukup yang akan


(38)

memungkinkan untuk memilih cara hidup yang dipilih dan yang disukainnya, semakin besar pendapatannya akan semakin luas kesempatan yang terbuka baginya untuk memenuhi keinginannya”.

Berdasarkan ungkapan di atas dapat kita lihat manusia selain mempunyai kebutuhan (needs) juga mempunyai keinginan (wants), yang mana peneliti membedakannya sebagai berikut bahwa konsep kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus terpenuhi di dalam kehidupan manusia yang bersifat lahiriah seperti makan, minum, sandang pangan, namun berbeda dengan konsep keinginan yaitu sesuatu yang tidak harus dipenuhi namun menjadi harapan untuk dimiliki dalam kehidupan seseorang. Dari uraian di atas pendapatan seseorang juga terkait dengan ukuran ekonomi seseorang dimana dengan pendapatan yang besar akan menuju kepada kekayaan dan akses terhadap pemenuhan tingkatan kebutuhan akan semakin besar.

Dari semua uraian tentang ekonomi di atas dapat dilihat bahwa ekonomi adalah studi tentang individu dan masyarakat yang mengkaji tentang pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat yang terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan dan keinginan masyarakat, dimana dari konsep di atas menghasikan beberapa unsur utuk mendukung konsep tersebut namun kesemuanya itu apabila ditelaah tetap mengacu kepada satu konsep yaitu kemampuam akses terhadap pemenuhan terhadap pemenuhan tingkatan-tingkatan kebutuhan dan keinginan manusia yang bermuara kepada kemakmuran seseorang, kemampuam akses tersebut diwujudkan melalui pendapatan seseorang dan kekayaannya yang bertujuan untuk pemenuhan berbagai tingkatan kebutuhan dan keinginannya tersebut. Aspek- aspek yang


(39)

mendukung kearah pemenuhan kebutuhan tersebut teergolong dalam unsur indikator penentuan tingkatan ekonomi seseorang di dalam masyarakat.

2.1.2 Stratifikasi sosial dengan ukuran ekonomi / tingkat ekonomi

Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan-tingkatan atau pelapisan status ekonomi seseorang di dalam masyarakat tidak terlepas dari konsep sosiologis tentang terjdinya stratifikasi sosial di dalam masyarakat. Konsep ini diperlukan dalam penelitian ini, dimana konsep ini menjelaskan tentang dasar terjadinya tingkatan-tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam kehidupan masyarakat.

Pengertian stratifikasi sosial menurut (Soekanto, 2006:252) sebagai berikut:

“Socialstratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah kelas rendah yang terdiri dari berbagai dasar bentuk indikator dalam penentuan kelas tinggi dan rendah tersebut”

Stratifikasi sosial selalu terdapat di dalam sebuah masyarakat dimanapun masyarakat itu berada, artinya setiap masyarakat selalu terdiri dari tingkatan atau pelapisan-pelapisan di dalam struktur masyarakat itu sendiri yang menentukan posisi atau kedudukan individu di dalam masyarakat tersebut, yang didasarkan atas adanya sesuatu yang dihargai di masyarakat. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat tersebut itulah yang tentunya sebagai sebab timbulnya sistem yang berlapis-lapis di dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin sesuatu barang, mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam


(40)

agama atau mungkin juga keturunan dari keluarga terhormat. Uraian ini didukung oleh beberapa pendapat ahli diantaranya seperti yang diungkapkan Sorokin (dalam Soekanto, 2006:251) berikut :

“Bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang sangat banyak dianggap masyarakat yang berkedudukan dalm lapisan atas begitu juga sebaliknya”.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk-bentuk dasar di dalam lapisan masyarakat tersebut terlebih dahulu dengan melihat beberapa pendapat ahli berikut, Surbakti (2004:144) menyatakan, “Yang dimaksud status ekonomi ialah kedudukan seseorang di dalam pelapisan masyarakat berdasrkan pemilikan kekayaan”. Dari ungkapan mengenai status ekonomi masyarakat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemilikan kekayaan di dalam masyarakat sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status ekonomi individu di dalam masyarakat. Unsur-unsur yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat pemilikan kekayaan seseorang individu di dalam masyarakat, walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya, dapat dijadikan indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.

Ukuran atau kriteria yang ditawarkan para ahli dalm mengolong-golongkan anggota masyarakat berdasarkan status ekonominya dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai dasar di dalam melihat tinggi rendahnya ukuran kekayaan sesorang. Seperti yang diungkapkan Soekanto (2006:263) “Yang termasuk di dalam ukuran kekayaan dapat dilihat dari bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara mempergunakan pakaian, kebiasaan untuk belanja


(41)

barang-barang mahal”. Kemudian ukuran lain seperti yang diungkapkan Surbakti (2004:144), “Status ekonomi seseorang dapat diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun pemilikan benda-benda berharga dari orang tersebut”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa seseorang itu termasuk dalam status ekonomi tinggi, sedang dan rendah dalam lapisan masyarakat adalah berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat kepadanya dilihat dari kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap pemenuhan tingkatan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut di dalam masyarakat, dengan mengikuti pendapat para ahli di atas dan berdasarkan uraian sebelumnya, maka ukuran yang dipakai dalam penelitian ini untuk melihat tingkat ekonomi seseorang adalah penghasilan, pengeluaran, pemilikan terhadap benda-benda berharga, jabatan pekerjaan/mata pencaharian, pemenuhan tingkatan kebutuhan. Berdasarkan ini ditetapkan seseorang berada dalam kedudukan status ekonomi tinggi, sedang, dan rendah.

Artinya semakin tinggi faktor-faktor di atas dimiliki seseorang, maka semkin tinggi tingkatan status ekonominya dan sebaliknya. Hal ini perlu diketahui untuk bahan analisa selanjutnya setelah penulis nantinya terjun ke lapangan untuk mengadakan penelitian, sebab bagaimanapun juga adanya status ekonomi yang berbeda akan sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam pembentukan sikap politiknya dan tingkah laku politiknya yang tertuang di dalam partisipasi politik yang dilakukan pada pemilihan kepala daerah langsung.


(42)

2.2 Partisipasi Politik

2.2.1 Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik merupakan sebuah aspek penting di dalam sebuah Negara demokrasi, juga sebagai sebuah tolak ukur tingkat demokratisasi di dalam sebuah Negara. Untuk mendefinisikan dan memahami konsep partisipasi politik, maka terlebih dahulu perlu untuk mendefinisikan apa itu partisipasi. Menurut Rahman (2002:128) sebagai berikut:

“Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggung jawaban bersama”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah menyangkut masalah keterlibatan individu untuk berperan serta dalam organisasi dan pencapaian tujuannya yang bermua pada kesadaran dan adanya rasa pertanggun jawaban terhadap organisasi tersebut. Kemudian dari pengertian tersebut dapat dilanjutkan kepada pengertian partisipasi politik, seperti yang diungkapkan Huttington dan nelson (2003: 6), “partisipasi politik adalah sebagai suatu kegiatan warga Negara yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah”. Pada pengertian ini partisipasi politik dapat diartikan dalam ruang lingkup yang terbatas dan masih membutuhkan kejelasan bentuk konsep untuk memahaminya, secara lanjut dapat dilihat pengertian partisipasi politik menurut ahli lain seperti yang diungkapkan Surbakti (2004:1) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah”. Pada pengertian ini partisipasi politik dapat diartikan dalam ruang lingkup yang terbatas


(43)

dan masih membutuhkan kejelasan bentuk konsep untuk memahaminya, secara lanjut dapat dilihat pengertian partisipasi politik menurut ahli lain seperti yang diungkapkan Surbakti (2004:140), “Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau memengaruhi hidupnya”, dari kedua konsep diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa partisipasi politik diartikan sebagai sebuah kegiatan yang berupa keikutsertaan warga Negara biasa di dalam mempengaruhi proses politik.

Sebagai bahan perbandingan kita dapat melihat definisi lain tentang partisipasi politik seperti yang diungkapkan Budiardjo (2008:183) “partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (publik policy)”. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya. Dari definisi ini terdapat cakupan yang lebih luas di dalam memaknai konsep mengenai partisipasi politik dimana partisipasi politik dipandang sebagai kegiatan yang bisa dilakukan secara kolektif dan individual yang berperan serta dalam kehidupan poitik. Dengan bentuk memilih pimpinan Negara secara lansung maupun tidak lansung ataupun mempengaruhi kebijakan umum (public policy). Untuk melengkapi pemahaman mengenai partisipasi politik penulis merasa perlu untuk menguraikan pendapat ahli lain yang akan melengkapi pengertian partisipasi politik tersebut.


(44)

Mc Closcy (dalam Budiardjo,2008:2) berpendapat “partisipasi adalah kegiatan secara pribadi dan sukarela dari warga masyarakat melalui dimana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara lansung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum”. Dari pengertian ini kegiatan atau partisipasi politik seseorang seharusnya dilaksanakna tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun yang dilakukan secara sukarela.

Inti dari pengertian yang diungkapkan Mc Closcy di atas adalah sama dengan teori yang telah diuraikan sebelumnya namun ada penambahan yaitu bahwa keikutsertaan masyarakat biasa tersebut secara individual maupun kolektif di dalam proses politik dilakukan bersifat sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun dam pemilihan yang dilakukan oleh warga Negara biasa tidak terbatasi hanya kepada pemilihan kepala Negara seperti uraian teori sebeumnya namun dikatakan proses pemilihan penguas, yang bisa saja bersifat loka maupun nasional. Maksud peminpin bukan brarti hanya seorang peminpin Negara namun di dalam sebuah Negara terdiri dari beberapa wilayah-wilayah yang membentuk pemerintahan local yang tetep terjalin di dalam suprastruktur Negara tetapi memiliki pemerintahan lokal di masing-masing daerah dalam kontek Indonesia lebih dikenal dengan istilah pemerintahan daerah. Pemimpin daerah tersebut merupakan penguasa didaerah yang dipilih rakyat baik secara langsung maupun secara tidak langsung

Di Amerika Serikat perkembangan teori partisipasi politik bersamaan dengan perkembangan sosiologi dan psokologi perkembangan ini berjalan dengan cepat dapat diliat dengan didirikanya American Political Science Association pada


(45)

Dari semua pengertian diatas dapat dipahami bahwa partisipasi politik secara substansial adalah keterlibatan atau keikutsertaan seseorang atau sekelompok seorang dalam proses poitik yang termanifestasikan dalam kegiatan-kegiatan yang bersift sukarela tanpa ada paksan dari pihak manapun. Kegiatan partisipasi politik ini juga dilakukan oleh warga Negara biasa yang tidak memiliki kewenangan untuk memerintah, institusi yang menjadi sasaran atau objek politik dari partisipasi politik tersebut yaitu pemerintah sebagai pemegang otoritas.partisipasi politik juga memiliki tujuan terhadap segala aktivitas-aktivitas pemerintahan termasuk pemilihan penguasa (pemimpin) ditingkat pusat maupun lokal.

Karena terlalu wujud partisipasi di dalam proses dinamika politik disebuah Negara maka dari itu untuk kebutuhan penelitian ini penulis membatasi dan memilih teori yang relevan untuk pelaksanaan penelitian ini mengingat momen dari penelitian ini adalah pemilihan kepala daerah lansung maka partisipasi politik yang diteliti berorientasi kepada partisipasi politik pada pemilihan kepala daerah secara lansung saja maka dari itu pengertian yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut yaitu kegiatan, keterlibatan atau keikutsertaan seseorang warga Negara bisa secara sukarela yang dilakukan secara legal di dalam proses atau momen politik tertentu yang diantaranya bertujuan untuk melakukan pemilihan terhadap penguasa atau pejabat pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah (lokal) secara lansung maupun tidak lansung dan sekaligus juga bertujuan mempengaruhi tindakan-tindakan yang mereka (penguasa) ambil.


(46)

2.2.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Menurut Milbrath Goel (dalam Surbakti, 2004:191) ada tujuh bentuk partisipasi politik individual dalam sebuah Negara yaitu:

1. Aphatetic inactives: tidak beraktifitas yang partisipatif, tidak pernah memilih

2. Passive supporters: memilih secara reguler/teratur, menghadiri parade

patriotik membayar seluruh pajak

3. Contact socialist: pejabat penghubung lokal (daerah), provinsi dan

nasional dalam masalah-masalah tertentu

4. Communicators: mengikuti informasi-informasi politik, terlibat dalam

diskusi-diskusi, menulis surat pada editor surat kabar, mengirim pesan-pesan dukungan dan protes terhadap pemimpin-pemimpin politik

5. Party and campaign workes: bekerja untuk partai politik atau kandidat,

meyakinkan orang lain temtang bagaimana memilih menghadiri pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai politik atau kandidat, bergabung dan mendukung partai politik

6. Community activists: bekerja dengan orang lain berkaitan dengan

masalah-masalah local, membentuk kelompok untuk menangani problem-problem lokal, keanggotaan aktif dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan, melakukan kontak terhadap pejabat-pejabat berkenaan dengan isu-isu sosial

7. Protesters: bergabung dengan demonstrasi-demonstrasi publik dijalanan, melakukan kerusuhan bila perlu, melakukan protes keras bila pemerintah


(47)

melakukan sesuatu yang salah, menghadapi pertemuan-pertemuan protes, menolak mematuhi aturan-aturan.

Partisipasi menurut Surbakti (2004:142), dibedakan menjadi partisipasi aktif dan pasif yang termasuk di dalam kategori partisipasi aktif adalah kegiatan yang berorientasi pada proses input dan output politik, sedangkan partisipasi pasif merupakan kegiatan yang berorientasi pada proses output saja. Bentuk dari partisipasi pasif ini adalah berupa kegiatan yang menaati pemerintah, menerima dan melakukan saja setiap keputusan pemerintah. Jika terdapat anggota masyarakat yang tidak termasuk dalam kategori keduanya ini dinamakan apatis atau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah golput (golongan putih).

Menurut Almond (dalam Rahman, 2002:131), bentuk-bentuk partisipasi yang terjadi di berbagai Negara dan waktu dapat dibedakan menjadi kegiatan politik dalam bentuk konvensional. Partisipasi konvensional yaitu:

1. Pemberian suara 2. Diskusi publik 3. Kegiatan kampanye

4. Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan 5. Komunikasi individual dengan pejabat politik administrative Partisipasi non konvensional:

1. Berdemonstrasi 2. Konfrontasi 3. Mogok


(48)

5. Tindakan kekerasan politik terhadap manusia, penculikan pembunuhan Dari uraian di atas dapa dilihat bahwa partisipasi yang berbentuk konvensional dilakukan sesuai dengan mekanisme (legal) sedangkan yang non konvensional penuh kekerasan terkadang tidak sesuai dengan mekanisme (ilegal).

Dari berberbagai aktivitas ini, kita bisa melihat keberagaman aktivitas dalam partisipasi politik. Dari hal yang paling sederhana hingga yang kompleks, dari bentuk-bentuk mengutamakan kondisi damai sampai tindakan kekerasan, namun pada umumnya partisipasi politik hanya mencakup kegiatan yang bersifat positif, akan tetapi ada juga pendapat ahli seperti Huttington dan Nelson yang menganggap bahwa kegiatan yang ada unsur destruktifnya atau bersifat non konvensional yang ilegal, seperti pengerusakan, teror, pembunuhan politik dan lainnya dapat merupakan suatu bentuk partisipasi. Penulis membatasi bentuk partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada partisipasi dalam tindakan-tindakan yang bersifat legal.

2.2.3 Pentingnya Partisipasi Politik

Partisipasi warga Negara (private citizen) bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif (Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, 2003:3). Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam demokrasi karena:


(49)

•Keputusan politik yang diambil oleh pemerintah akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Karena itu masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.

• Untuk tidak dilanggarnya hak-hak sebagai warga negara dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

2.2.4 Tingkat Ekonomi dan Partisipasi Politik Mayarakat

Di dalam kontek nasional (makro) sebuah Negara, tingkat demokratisasi yang tinggi menjadi sebuah harapan untuk dapat diwujudkan pada Negara tersebut tentunya hal ini dapat terwujud dengan meningkatkan partisipasi politik warga Negara tersebut.

Pada kenyataanya kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi pada Negara-negara di dunia, Negara-negara dunia ketiga lebih banyak mengalami permasalahan penegakan demokrasi dibanding dengan Negara maju lainnya. Dari berbagai penelitian yang dilaksanakan di Negara dunia ketiga banyak terdapat permasalahan rendahnya wujud demokratisasi di Negara dunia ketiga tersebut. Sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa Negara dunia ketiga adalah sebuah kelompok Negara-negara yana pertumbuhan ekonomi atau tingkat ekonomi Negaranya cenderung terbelakang dibanding Negara maju, maka dari fakta ini sebenarnya ada keterkaitan antara tingkat ekonomi atau pertumbuhan ekonomi sebuah Negara dengan wujud penegakan demokrasi di Negara tersebut, dengan kata lain perwujudan demokrasi disebuah Negara ditentukan oleh bagaimana kondisi ekonomi dari Negara tersebut.


(50)

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemakmuran sebuah Negara mengindikasikan sebuah korelasi yang positif dengan terwujudnya demokrasi yang ideal dan didukung oleh pendapat beberapa ahli seperti yang diungkapkan Liser & lerner (dalam Huntington dan Nelson 2003:27): “adanya hubungan yang positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik”. Selain itu ditegaskan juga oeh Azyumardi (2002:13) sebagai berikut: “setidaknya salah satu prasyarat yang dapat membuat pertumbuhan demokrasi menjadi harapan yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan, semakin sejahtera ekonomi sebuah bangsa maka semakin besar peluangnya untuk mengembangkan dan mempertahankan demokrasi”.

Dengan kata lain dalam kontek makro, sebuah Negara yang makmur tentunya perwujudan demokrasi dinegara tersebut akan cenderung lebih baik selain itu demokrasi juga dipahami dan diyakini mempunyai kebutuhan akan sumber-sumber daya di dalam eksistensi perwujudannya, Surbakti (2004:231) mengungkapkan, demokrasi menghendaki konstitusi, dan demokrasi menghendaki sumber-sumber ekonomi yang relatif cukup di distribusikan kepada masyarakat” dari ungkapan ini dapat diketahui bahwa penegakan demokrasi mempunyai kebutuhan akan sumber-sumber daya ekonomi masyarakat, di dalam rangka meningkatkan demokratisasi di dalam sebuah Negara.

Dari ungkapan dan uraian di atas tidak dipungkiri lagi bahwa ekonomi suatu Negara menjadi faktor atau variabel penentu di dalam mewujudkan sebuah Negara yang demokratis, dalam kontek mikro perwujudan demokrasi di dalam


(51)

pemerintahan di sebuah Negara, hal ini mengacu kepada partisipasi politik dari masyarakat, di mana semakin tinggi partisipasi politik masyarakat maka akan semakin baik wujud demokratisasi dinegara tersebut.

Dari uraian di atas pengaruh tingkat ekonomi individu di dalam masyarakat sebagai unsur pembentukan partisipasi politik individu tersebut dalam kontek mikro tergambar bahwa adanya korelasi diantara keduanya dan didukung kembali oleh pendapat ahli, seperti yang diungkapkan Surbakti (2004:144):’’ Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah”. Artinya tingkat ekonomi dari seseorang mempunyai korelasi positif terhadap partisipasi orang tersebut di dalam politik dan pemerintahan, hal ini ditegaskan kembali oleh Surbakti (2004:232): “Masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya yang akan menyebabkan timbulnya frustasi dan keresahan yang pada giliranya melumpuhkan demokrasi”

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemiskinan sebagai salah satu faktor penghambat kesadaran individu, yang membentuk masyarakat untuk dapat terlibat di dalam politik dan pemerintahan, yang mana menimbulkan akses lumpuhnya demokratisasi di dalam sebuah Negara. Dari uraian tersebut dapa dikatakan bahwa tingkat ekonomi seseorang (konteks mikro) berkorelasi dan sebagai salah satu variabel pokok dalam mewujudkan partisipasi politik seseorang tersebut di dalam proses politik.


(52)

Begitu banyak pendapat para ahli yang menyatakan bahwa ekonomi sebagai sebuah aspek di dalam wujud demokratisasi disebuah Negara, bahkan ada yang fanatik mengatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah salah satu keharusan di dalam menegakan sebuah Negara demokrasi, seperti ungkapan Lipset dan Deutsch (dalam Gaffar, 2005:22) berikut: “terdapat suatu kayakinan bahwa demokrasi baru akan berjalan dengan baik kalau ditopang oleh kondisi sosio ekonomi yang kuat. Terutama dilihat dari besar kecilnya pendapatan perkapita masyarakat”. Ungkapan ini berderifasi dari penelitian yang dilakukan Lipsit dan Deutsch di Amerika Serikat dengan kajian perilaku warga Negara dalam pemilihan umum dimana dari penelitian yang dilakukan tersebut ditemukan suatu pola bahwa pendapatan, pendidikan, dan status sosial merupakan faktor penting dalam proses partisipasi atau dengan kata lain yang pendapatanya tinggi, yang pendidikanya tinggi dan yang berstatus sosial tinggi, cendrung untuk lebih banyak berpartisipasi dari orang yang berpendapatan serta pendidikanya rendah (Budiardjo, 2008:9).

Sebagai acuan dan arahan di dalam pelaksanaan penelitian ini maka penelitian yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan status sosial ekonomi dan perwujudan partisipasi rakyat di dalam proses politik sebagai dasar dalam pemerintahan demokrasi, dipaparkan lebih lanjut oleh peneliti.

Hasil penelitian yang dilkukan Prewitt dan Verba pada tahun 2003 menunjukkan, ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam politik. Hal yang paling pokok adalah, (1) tingkat pendidikan, (2) income (penghasilan), (3) ras dan etnisitas, (4) jenis kelamin, dan (5) usia


(53)

pokok di dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam politik adalah pendapatan (income) yaitu salah satu elemen dasar dari ekonomi. Kemudian penelitian lainnya yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan status ekonomi dan partisipasi politik diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sidney Verba dan Norman H. Nie yang meneliti mengenai keadaan di Amerika Serikat, penelitian tersebut bertema Political Participation in Amerika di mana hasil dari penelitian ini melihat bahwa orang-orang kota lebih banyak memberikan suara daripada orang-orang desa dan orang-orang yang berpendapatan tinggi cenderung untuk lebih banyak berpartisipasi dari orang yang berpendapatan rendah. Hasil penelitian ini kemudian diperkuat, ditindak lanjuti dan dianalisis lagi oleh Deustch dalam penelitiannya yang berjudul Politics and Government, ia mengambil kesimpulan bahwa di Amerika Serikat sepertiga dari kelompok warga negara yang paling tinggi status serta pendapatannya, mengadakan partisipasi enam kali lebih banyak daripada sepertiga kelompok warga negara yang paling rendah dan memperoleh dua kali lebih banyak tanggapan positif dari pemerintah (Budiardjo,2008:9).

Dari paparan di atas yang terdiri dari beberapa hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa memang terdapat korelasi positif diantara status sosial ekonomi dengan partisipasi politik masyarakat, di mana faktor perwujudan dari penegakan demokrasi di dalam sebuah Negara sangat didukung oleh tingkat atau status ekonomi dari warga Negaranya.

Namun ada juga pendapat ahli yang tidak sepenuhnya mendukung dari konsep atau kesimpulan di atas, dari penelitian yang diakukan oleh Huntington dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Partisipasi Politik di Negara


(54)

Berkembang, di mana penelitian ini menyoroti hubungan antara pembangunan ekonomi di sebuah Negara berkembang dengan tingkat partisipasi politik masyarakatnya. Salah satu penjelasan dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa tingkat pembangunan sosio ekonomi yang lebih tinggi di sebuah Negara, memang mengakibatkan tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi. Tetapi hal itu tidak selama benar banyak faktor lain sebagai penentu di dalam menentukan tinggi rendahnya partisipasi politik, bahkan akan sangat mungkin pembangunan sosio ekonomi yang tinggi akan mengakibatkan sebuah partisipasi politik yang dimobilisasi yang sebenarnya adalah semu yang menjurus kepada partisipasi politik yang rendah, dan buruk seperti yang banyak terjadi pada Negara-negara berkembang (Huntington dan Nelson, 2003:59).


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan format penelitian eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi diantara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Bungin, 2001:51), sebagai variabel bebas adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat adalah partisipasi pemilih yang kemudian diuji melalui statistik.

3.2 Definisi Konsep

Penjelasan dari konsep-konsep yang ada pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Status Ekonomi atau Tingkat Ekonomi

Tingkatan Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada penghargaan kepada seseorang di dalam masyarakat dilihat dari kekayaan seseorang tersebut sebagai kunci akses terhadap pemenuhan tingkatan-tingkatan kebutuhan dan keinginan manusia yang dipandang di dalam masyarakat, artinya semakin tinggi penghargaan masyarakat terhadap seseorang dilihat dari kekayaan seseorang tersebut, maka akan semakin tinggi pula tingkat ekonomi atau status ekonominya di dalam masyarakat tersebut (Soekanto, 2006:251).


(56)

2. Partisipasi pemilih

Kegiatan, keterlibatan atau keikutsertaan seseorang warga Negara biasa secara sukarela yang di lakukan secara legal di dalam proses momen politik tertentu yang diantaranya bertujuan untuk melakukan pemilihan terhadap penguasa atau pejabat pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah (lokal) secara langsung maupun tidak langsung (Surbakti, 2004:140)

3.3 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, untuk mengetahui baik buruknya pengukuran dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi definisi operasional adalah :

a. Variabel x (variabel bebas). Tingkat ekonomi adalah tingkatan pelapisan sosial seseorang di dalam masyarakat yang didasarkan pada kekayaan seseorang tersebut yang merupakan akses terhadap pemenuhan tingkatan-tingkatan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut (Soekanto, 2006:251)).

Indikator-indikatornya bisa diukur dari : 1. Penghasilan :

a. Dibawah 1 juta rupiah termasuk kategori tingkat ekonomi rendah, seperti buruh, petani, dan pedagang kaki.

b. 1 juta rupiah s/d 4 juta rupiah termasuk kategori tingkat ekonomi menengah, seperti karyawan swaswa, dan PNS golongan rendah.


(57)

c. Di atas 4 juta rupiah termasuk golongan kategori tingkat ekonomi atas, seperti, pengusaha, PNS golongan tinggi. 2. Pengeluaran, seperti pengeluaran rutin, misalnya kebutuhan akan

sandang pangan, biaya anak sekolah, biaya transport untuk melakukan aktivitas ekonomi.

3. Pemilikan terhadap benda-benda berharga, seperti tanah, mobil pribadi

4. Jabatan pekerjaan/mata pencaharian, dapat diihat berdasarkan pemilikan kekayaan yang disertai dengan tingkat pendidikan yang berbeda.

5. Pemenuhan tingkatan kebutuhan sosial, dapat dilihat dari kepuasan batin seseorang dalam melakukan rekreasi

b. Variabel y (variabel terikat). Partisipasi pemilih adalah kegiatan, keterlibatan atau keikutsertaan seseorang warga Negara biasa (yang tidak mempunyai wewenang di pemerintahan) secara sukarela yang dilakukan secara legal di dalam proses momen politik tertentu dalam hal ini adalah pemilihan kepala daerah langsung yang bertujuan untuk melakukan pemilihan terhadap penguasa atau pemerintahan ditingkat daerah (lokal) secara langsung (Surbakti, 2004:144)

Indikator-indikatornya bisa diukur dari :

a. Dukungan terhadap kandidat Bupati, dalam bentuk diskusi politik. b. Keterlibatan di dalam proses Pilkadasung, terdapat dalam bentuk


(58)

c. Keterlibatan di dalam kegiatan kampanye, terdapat dalam bentuk masyarakat yang ikut mendengarkan tentang visi dam misi calon Bupati.

d. Keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat Bupati, terdapat dalam bentuk mempromosikan visi dan misi calon kandidat dengan cara sering mendiskusikan tentang figur calon Bupati di dalam keluarga

e. Ikut memilih kandidat Bupati di dalam Pilkada, terdapat dalam bentuk ikut memilih calon Bupati dengan datang ketempat TPS setempat.

3.4 Populasi

Menurut Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Bandar Setia yang telah memiliki hak pilih dalam terdaftar pemilih tetap (DPT) Kabupaten Deli Serdang 2013 yang berjumlah 13.549 pemilih.

3.5 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan sampel random sampling yaitu responden menjadi sampel diambil secara acak (Notoadmojo, 2010:115).


(59)

n= �

1+�(�) dimana :

n = ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

Dari rumus diatas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah

n= 13549

1+13549(1%)atau n=

13549 135,5

n= 99,992 dibulatkan menjadi 100 3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

yaitu diperoleh melalui kegiatan langsung kelokasi penelitian, guna mendapatkan data yang lengkap yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Kegiatan dilakukan dengan cara :

1. Pengamatan (observasi), yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk mengamati secara dekat masalah yang dihadapi.


(60)

2. Angket (quisioner), yaitu denga cara menyebarkan angket pada responden yang dijadikan sampel penelitian. Dimana responden dapat memilih salah satu jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap daftar pertanyaan.

Tabel 3.1 Bobot Kuesioner untuk Masing-Masing Pilihan Jawaban

Pernyataan Bobot

Jawaban A 1

Jawaban B 2

Jawaban C 3

Jawaban D 4

b. Data Sekunder

yaitu melakukan studi kepustakaan di mana dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dengan membahas buku-buku yang berkaitan dengan masalah ini.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara analisis data kuantitatif, yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan perhitungan statistik. mengunakan komputerisasi program SPSS (Statistical Product Service Solution)

Penelitian ini bersifat eksplanasi yakni ingin melihat hubungan antara variabel yang diteliti, peneliti dalam hal ini mengunakan analisa dengan alat uji statistik somer’s d, karena data yang akan dianalisis adalah data ordinal (two level


(1)

Pemberian dana

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering sekali 1 1.0 1.0 1.0

cukup sering 1 1.0 1.0 2.0

kadang-kadang 2 2.0 2.0 4.0

tidak pernah 96 96.0 96.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

keterlibatan dalam tim sukses

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid terlibat aktif 4 4.0 4.0 4.0

terlibat tapi tidak begitu aktif 17 17.0 17.0 21.0

terlibat tapi tidak aktif 33 33.0 33.0 54.0

tidak terlibat 46 46.0 46.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Datang ke TPS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 81 81.0 81.0 81.0

ada halangan 3 3.0 3.0 84.0

sakit 6 6.0 6.0 90.0

golput 10 10.0 10.0 100.0


(2)

Membahas Politik di keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering 6 6.0 6.0 6.0

cukup sering 14 14.0 14.0 20.0

kadang-kadang 49 49.0 49.0 69.0

tidak pernah 31 31.0 31.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Alasan pemiu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid perbaikan 14 14.0 14.0 14.0

hak suara 32 32.0 32.0 46.0

diarahkan parpol 23 23.0 23.0 69.0

diberi uang 31 31.0 31.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pengaruh visimisi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat pengaruh 18 18.0 18.0 18.0

cukup pengaruh 14 14.0 14.0 32.0

kurang pengaruh 27 27.0 27.0 59.0

tidak pengaruh 41 41.0 41.0 100.0


(3)

figur calon bupati

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat berperan 9 9.0 9.0 9.0

biasa 35 35.0 35.0 44.0

kurang berperan 24 24.0 24.0 68.0

tidak berperan 32 32.0 32.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Menpunyai potensi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat berpotensi 26 26.0 26.0 26.0

cukup berpotensi 26 26.0 26.0 52.0

kurang berpotensi 32 32.0 32.0 84.0

tidak berpotensi 16 16.0 16.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Aspirasi rakyat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat baik 17 17.0 17.0 17.0

cukup baik 53 53.0 53.0 70.0

kurang baik 9 9.0 9.0 79.0

tidak baik 21 21.0 21.0 100.0


(4)

Money politik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sangat setuju 12 12.0 12.0 12.0

setuju 48 48.0 48.0 60.0

tidak setuju 23 23.0 23.0 83.0

sangat tidak setuju 17 17.0 17.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Faktor yang Mendorong partisipasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid agama 19 19.0 19.0 19.0

famili 16 16.0 16.0 35.0

diajak 16 16.0 16.0 51.0

keinginan sendiri 11 11.0 11.0 62.0

uang/hadiah 38 38.0 38.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat ekonomi * partisipasi pemilih


(5)

tingkat ekonomi * partisipasi politik Crosstabulation

Tingkat partisipasi

Total

Rendah

Sedang

Tinggi

tingkat ekonomi Rendah Count

1

4

2

7

Expected Count

.9

4.1

2.0

7.0

% within tingkat ekonomi

14.3%

57.1%

28.6%

100.0%

% of Total

1.0%

4.0%

2.0%

7.0%

Sedang Count

10

34

23

67

Expected Count

8.7

39.5

18.8

67.0

% within tingkat ekonomi

14.9%

50.7%

34.3%

100.0%

% of Total

10.0%

34.0%

23.0%

67.0%

Tinggi

Count

2

21

3

26

Expected Count

3.4

15.3

7.3

26.0

% within tingkat ekonomi

7.7%

80.8%

11.5%

100.0%

% of Total

2.0%

21.0%

3.0%

26.0%

Total

Count

13

59

28

100

Expected Count

13.0

59.0

28.0

100.0

% within tingkat ekonomi

13.0%

59.0%

28.0%

100.0%

% of Total

13.0%

59.0%

28.0%

100.0%

Uji signifikan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik

Directional Measures

Value

Asymp. Std.

Error

a

Approx.

T

b

Approx.

Sig.

Exact

Sig.

Ordinal by

Ordinal

Somers' d Symmetric

.325

.092

3.169

.002

.001

tingkat

ekonomi

Dependent

.267

.083

3.169

.002

.001

partisipasi

pemilih

Dependent

.416

.114

3.169

.002

.001


(6)

Uji symmetric measures tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik

Symmetric Measures

Value

Asymp.

Std. Error

a

Approx.

T

b

Approx.

Sig.

Exact

Sig.

Interval by Interval Pearson's R

.333

.095

3.496

.001

c

.001

Ordinal by Ordinal Spearman

Correlation

.333

.095

3.496

.001

c

.001

N of Valid Cases

100

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Uji regresi linear

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.362 .261 9.060 .000

tingkat ekonomi -.097 .116 -.084 -.839 .403

a. Dependent Variable: tingkat partisipasi

Uji determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .084a .007 -.003 .627