• Teknik sementasi restorasi
• Teknik pengujian tarik alat, bahan, dan kecepatan
• Bahan semen luting yang sama
4.6.4 Variabel tak terkendali
• Anatomi gigi
• Variasi ukuran gigi
• Perlakuan terhadap bahan sebelum pembelian
• Kompresi bahan cetak
4.7 Defenisi Operasional
• Onlay resin komposit indirek merupakan suatu restorasi indirek yang
menutupi seluruh kuspid pada gigi premolar yang dibuat dengan menggunakan die dari cetakan gigi yang akan direstorasi dan polimerisasi
dilakukan dengan penyinaran. •
Silanisasi adalah pengaplikasian bahan silane coupling agent pada permukaan internal onlay resin komposit indirek sebelum tahap sementasi onlay ke
kavitas. •
Kekuatan tarik perlekatan adalah besar beban tarik yang dapat diterima jaringan gigi dan restorasi hingga dua komponen terlepas menggunakan alat
uji tarik. Besar beban dihitung dalam satuan Newton.
Universitas Sumatera Utara
4.8 Alat Penelitian 4.8.1 Alat untuk persiapan sampel
• Kaliperjangka sorong Brown Sharpe, Swiss, untuk pengukuran anatomi
gigi
Gambar 5. Jangka sorong Brown Sharpe, Swiss
4.8.2 Alat untuk perawatan endodonti
• High speed bur Yoshida, Japan
• Bur intan untuk high speed bur Jota, Swiss
- bur bulat 12
- bur fissure 12
• Bais
• Bur gates glidden 2
• Pinset, sonde lurus, instrumen plastis, spatula semen, lecron, ekskavator,
semen stopper SMIC, Japan •
Glass slab
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Alat-alat penelitian : A. Pinset; B. Sonde lurus; C. Instrumen Plastis; D. Spatula semen; E.Semen stopper; F. Lecron; G. Ekskavator; H. Glass slab
4.8.3 Alat preparasi onlay
•
High speed bur Yoshida, Japan
• Bur intan fissure 12 Jota, Swiss
• Bur silindris 12 Jota, Swiss
•
Bais
Gambar 7. Alat-alat preparasi onlay : A. Bur silindris; B. Bur bulat; C. Bur fissure
Universitas Sumatera Utara
4.8.4 Alat untuk pembuatan die
•
Rubber bowl dan spatel
•
Lampu spiritus
•
Sendok cetak fisiologis
•
Die lock
Gambar 8. Alat-alat pembuatan die : A. Rubber bowl dan spatel; B. Die lock
4.8.5 Alat pembuatan onlay resin komposit indirek
•
Light cure Litex™ 680A
• Instrumen plastis SMIC, Japan
•
Semen stopper SMIC, Japan
•
Matriks transparan FKG Dentaire, Swiss
•
Kuas untuk mengoleskan bahan separator 4.8.6 Alat untuk penanaman sampel
•
Spuit 5 ml
•
Pot dan pengaduk akrilik
•
Paku
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Alat-alat penanaman sampel : A. Pengaduk; B. Pot akrilik; C. Spuit
4.8.7 Alat pengujian
•
Alat uji tarik Torsee’s Universal Testing Machine, Japan
Gambar 10. Alat uji tarik Torsee’s Universal Testing Machine, Japan
4.8.8 Alat tambahan
• Shade guide 3M
• Kamera digital Canon
Universitas Sumatera Utara
4.9 Bahan penelitian
•
Saline untuk penyimpanan sampel penelitian.
•
NaOCl 2,55 untuk bahan irigasi saluran akar.
•
Wax untuk menanam gigi dalam pembuatan die.
• Bahan cetak Putty soft Panasil dan Exaflex injection GC, China sebagai
bahan cetak double impression untuk mencetak gigi.
• Bahan separator vaselin untuk bahan yang dioleskan pada permukaan
cetakan yang berkontak dengan akrilik pada saat penanaman.
•
Self curing acrylic untuk penanaman sampel.
•
Etsa asam 3M sebagai bahan menambah perlekatan bahan luting.
•
Silane coupling agent Ultradent Silane – Ultradent untuk proses silanisasi.
•
Resin komposit indirek Z350 - 3M untuk pembuatan onlay.
•
Luting agent RelyX™ ARC – 3M, untuk menyemenkan onlay ke gigi.
•
GIC Fuji II, GC sebagai basis.
4.10 Prosedur Penelitian 4.10.1 Persiapan sampel
Enam belas gigi Premolar maksila manusia yang baru dicabut dan telah diseleksi, kemudian direndam dalam larutan saline selama kurang dari enam bulan.
Gigi disusun dari mahkota yang berukuran terkecil sampai yang terbesar untuk stratifikasi sampel. Kemudian gigi dibagi dalam dua kelompok dari sampel yang telah
distratifikasi dimana masing-masing kelompok terdiri dari 8 gigi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Bahan-bahan penelitian : A. GIC; B. Bahan cetak; C. Resin Komposit; D. Luting agent; E.Silane; F. Etsa; G. Wax
4.10.2 Penentuan warna gigi
Warna gigi untuk setiap sampel ditentukan dengan menggunakan shade guide. Warna gigi yang dipilih adalah warna yang mendekati warna gigi asli masing-masing
sampel. Penentuan warna dilakukan di bawah sinar matahari untuk mendapatkan warna yang benar-benar sesuai dengan warna gigi asli.
4.10.3 Perawatan Endodonti
Setiap sampel diukur panjang gigi untuk menentukan panjang kerja yaitu sesuai dengan panjang gigi masing-masing sampel. Preparasi akses dilakukan dengan
menggunakan high speed bur intan bulat 12. kemudian kavitas akses dipreparasi dengan menggunakan bur intan fissure 12 untuk mendapatkan akses yang lurus ke
Universitas Sumatera Utara
saluran akar. Dinding kamar pulpa dibuat sejajar dengan aksis panjang gigi. Kemudian lakukan ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi, kemudian
diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5. Orifisi diperbesar dengan bur gates gliden 2, diirigasi kembali dan
dikeringkan dengan menggunakan paper point. Orifisi saluran akar ditutup dengan GIC. Selama dan setelah prosedur penelitian, gigi tetap direndam.
4.10.4 Preparasi Kavitas
Dilakukan preparasi kavitas klas I dengan menggunakan high speed bur menggunakan bur intan fissure 12. Dinding bukal dan palatal dipreparasi sejajar
dengan aksis panjang gigi dan tonjol gigi dikurangi 2 mm dari puncak gigi sehingga permukaan oklusal dan dinding bukal dan palatal membentuk sudut 90 derajat.
Gambar 12. Desain preparasi kavitas klas I dari arah mesial
4.10.5 Pencetakan dan pembuatan die
Sampel yang telah dipreparasi ditanam pada die-lock dengan menggunakan wax yang dicairkan sampai ke cemento enamel junction. Setelah mengeras, bagian
tepi cetakan wax dibuatkan step sebagai stopper sendok cetak fisiologis.
Universitas Sumatera Utara
Untuk membuat sendok cetak fisiologis, seluruh gigi ditutupi dengan wax bertujuan untuk mendapatkan ruangan saat pencetakan dilakukan. Setelah itu, dengan
selembar wax gigi tersebut ditutupi mengikuti kontur gigi yang telah ditanam tersebut. Kemudian dengan menggunakan self curing acrylic, wax ditutupi sampai
batas step yang telah dibuat sebelumnya dan akrilik tersebut dibiarkan mengeras sambil dipertahankan agar bentuknya tidak berubah. Setelah mengeras sendok cetak
fisiologis diberi lubang-lubang untuk tempat mengalirnya bahan cetak. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan cetak double impression
putty dan soft injection. Kemudian cetakan diisi dengan bahan gips stone, setelah mengeras cetakan dikeluarkan.
Gambar 13. Pencetakan dan pembuatan die : A. Penanaman gigi pada die lock; B. Sendok cetak fisiologis; C. Cetakan sampel; D.Die
Universitas Sumatera Utara
4.10.6 Built-up onlay resin komposit
1. Seluruh permukaan kavitas pada die diolesi dengan selapis tipis bahan
separator vaselin dan dilakukan pemasangan matrix strip seluloid. 2.
Restorasi dibentuk dengan menambahkan resin selapis demi selapis dari mulai dasar kavitas dan disinar dari arah dinding proksimal mulai dari mesial, bukal,
distal dan palatal gigi selama 20 detik. 3.
Setelah selesai, onlay dilepaskan dari die dan di passen pada gigi yang telah dipreparasi, kemudian diperiksa kontur dan kontak proksimal. Apabila masih
kurang rapat atau terdapat celah, resin komposit dapat ditambahkan kemudian disinar lagi, kemudian dirapikan sampai tepinya benar-benar rapat.
Gambar 14. Built up onlay
4.10.7 Persiapan sampel uji tarik bagian akar gigi
Gigi dilepas dari die-lock. Kemudian tabung syringe plastik 5 ml dipotong dengan panjang 2 cm menggunakan disc bur. Cetakan tersebut dilubangi pd ¼
Universitas Sumatera Utara
panjang dengan bur diamond bulat untuk tempat paku yang berfungsi sebagai retensi uji tarik.
Gambar 15. Persiapan sampel : A. Diagram sampel uji tarik bagian akar gigi; B. Sampel uji tarik Keterangan : a. Resin komposit; b. Retensi pada onlay; c. GIC; d. Akrilik; e. Paku
Pertama-tama paku ditempatkan pada lubang di syringe setelah diolesi vaselin. Kemudian bubuk self curing acrylic dan liquid diaduk dengan perbandingan
1 : 2 dan dimasukkan ke dalam cetakan. Sampel kemudian ditanam ke dalam cetakan dengan permukaan oklusal menghadap ke atas. Setelah acrylic mulai mengeras, paku
ditarik keluar.
4.10.8 Penyemenan onlay resin komposit
Seluruh kavitas dibersihkan dengan NaOCl 2,5 sebanyak 1 ml, kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1 menit dan dikeringkan. Permukaan kavitas
kemudian dioleskan dengan self etching selama 15 detik. Kelompok I, bahan silane coupling agent diaplikasikan pada permukaan internal onlay resin komposit indirek.
Kelompok II, tidak diberi bahan silane coupling agent pada permukaan internal onlay resin komposit indirek.
A
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dilakukan penyemenan, sebagai berikut : 1.
Bahan semen dicampurkan pada slab 2.
Resin semen diaplikasikan ke permukaan internal onlay, lalu onlay ditempatkan pada gigi yang sudah dipreparasi dengan tekanan yang lembut
dan dibiarkan selama 2 menit. 3.
Semen yang berlebih dibuang dengan menggunakan ekskavator, lalu dibiarkan kurang lebih 5 menit hingga semen benar-benar mengeras.
4. Onlay dibersihkan dan dipolis.
Gambar 16. Pengaplikasian silane Gambar 17. Restorasi onlay RK indirek setelah sementasi
4.10.9 Pembuatan antagonis sampel untuk uji tarik
Cetakan yang dibutuhkan sama dengan cetakan sebelumnya tabung syringe plastik 5 ml. Cetakan ini disatukan dengan cetakan sampel yang sudah jadi,
masukkan paku yang sudah diolesi vaselin ke dalam lubang pada cetakan. Permukaan akrilik pada sampel akar gigi juga diberi vaselin, kemudian diisi dengan self curing
acrylic dengan perbandingan bubuk-likuid 1:2. Setelah akrilik mulai mengeras, paku ditarik keluar.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 18. Pembuatan antagonis sampel :A. Diagram sampel antagonis; B. Sampel uji tarik Keterangan : a. Paku; b. Akrilik: c. Resin komposit; d. Retensi pada onlay; e. Luting semen
4.10.10 Uji kekuatan tarik perlekatan
Sampel dimasukkan pada tabung baja kemudian dipasang pada grip alat uji tarik. Alat uji tarik yang digunakan adalah Torsee’s Universal Testing Machine di
mana dalam penelitian ini beban maksimal yang digunakan 200 kgf dengan kecepatan tarik 1,0 mmmenit. Data yang diperoleh berupa load atau gaya tarik dalam satuan kgf
yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan Newton.
Gambar 19. Diagram uji tarik
A
Universitas Sumatera Utara
4.10.11 Evaluasi sampel pasca uji kekuatan tarik perlekatan
Uji tarik menghasilkan nilai kekuatan tarik perlekatan yang didapat dari besarnya beban tarik yang diperlukan hingga restorasi terlepas cetakan terpisah.
Pasca uji tarik akan didapatkan sampel yang restorasinya lepas seluruhnya dan sampel yang restorasinya lepas sebagian.
Hal-hal yang akan dievaluasi setelah onlay terlepas adalah lokasi fraktur. Kondisi ini dibagi 3, yaitu :
1. Patah pada perlekatan RK – dentin adhesive failure
2. Patah pada perlekatan RK cohesive failure
3. Patah pada perlekatan RK – dentin sekaligus patah pada RK adhesive –
cohesive failure
4.11 Analisa Data
Untuk melihat adanya perbedaan kekuatan tarik perlekatan pada masing- masing teknik sementasi, data dianalisis secara statistik dengan tingkat kemaknaan
α=0,05. Data yang diperoleh di uji terlebih dahulu dengan menggunakan Kolmogoro-Smirnov test untuk melihat distribusi data yang ada. Setelah distribusi
data yang diperoleh normal, maka uji yang dipakai adalah uji statistic t-test.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap 16 gigi Premolar maksila yang dibagi dalam dua kelompok perlakuan dimana masing-masin kelompok terdiri atas delapan sampel.
Kelompok pertama adalah gigi dengan kavitas klas I dengan perlekatan yang menggunakan silanisasi. Kelompok kedua adalah gigi dengan kavitas klas I dengan
perlekatan tanpa menggunakan silanisasi. Hasil penelitian pengujian kekuatan tarik pada restorasi onlay resin komposit
indirek pada kedua kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Data hasil pengukuran kekuatan tarik Kelompok I
Silanisasi Load kgf
Newton N
Kelompok II Tanpa Silanisasi
Load kgf
Newton N
1 34,7
340,06 1
15,3 149,94
2 12,7
124,46 2
17,5 171,5
3 35,7
349,86 3
24,7 242,06
4 23,9
234,22 4
8,3 81,34
5 24,9
244,02 5
21,5 210,7
6 14,4
141,12 6
15,9 155,82
7 42,5
416,5 7
36,5 357,7
8 44,6
437,08 8
32,7 320,46
Rata-rata 29,175
285,915 Rata-rata
21,55 211,190
Pada tabel 1 menunjukkan rerata daya tarik fraktur kelompok I 285,915 N lebih besar daripada rerata daya tarik fraktur pada kelompok II 211,190 N.
Fraktur yang terjadi setelah proses uji tarik diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan klasifikasi fraktur. Identifikasi pola fraktur dapat dilihat pada tabel 2.
Universitas Sumatera Utara