Metanolisis merupakan transformasi yang paling banyak digunakan dalam produksi biodiesel, sementara transformasi etanolisis untuk menghasilkan Fatty Acid Ethyl
Ester FAEE jarang dilakukan maupun dipelajari Fillieres, et, 1995. Meskipun metil ester sudah dapat menjawab isu masalah lingkungan dan kesehatan
serta ketergantungan pada bahan bakar solar Manga, J. 2003, tetapi produksi etil ester mungkin dapat disukai karena etanol dapat diturunkan dari sumber-sumber pati
starch yang dapat diperbaharui seperti jagung, singkong, atau tetes tebu yang banyak terdapat di Indonesia.Disamping itu metanol bersifat toksit beracun, tidak
memberikan nyala api yang nyata ketika pembakaran, dapat diserap melalui kulit, dan 100 larut dengan air sehingga dengan adanya air pada kandungan biodiesel
dapat menimbulkan masalah yang serius seperti korosi Zhou, et al 2003. Keunggulan lain dari etanol dibanding dengan metanol yaitu kelebihan atom carbon
pada etanol dapat meningkatkan kandungan panas dan bilangan cetana, etanol lebih dapat diperbaharui karena masih berada pada agriculture-cycle sehingga tidak
tergantung pada alkohol yang berbasis petroleum Fillieres, et, al 1995. Dengan demikian reaksi transesterifikasi minyak nabati dengan etanol diharapkan dapat
menjadi salah satu solusi dalam pengadaan sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui renewable.
1.2. Perumusan Masalah
Etanol dapat digunakan dalam transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel. Apakah sifat kimia dan fisika dari biodiesel yang dihasilkan dapat memenuhi standar
biodiesel yang berlaku ?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini karakteristik biodiesel yang di uji adalah densitas density,titik nyala flash point, temperatur destilasi distillation, korosi strip
tembaga copper strip corrosion, dan warnacolour. 1.4. Tujuan Penelitian
1. Menghasilkan dan menganalisa biodiesel jenis etil ester dari minyak goreng kelapa sawit.
2. Membandingkan data hasil pencampuran biodiesel minyak goreng kelapa sawit dengan minyak solar dengan standar yang berlaku.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang pembuatan biodiesel dan memberi masukan data tentang beberapa karakteristik dari campuran
biodiesel dengan solar, serta dapat memotivasi berkembangnya penggunaan
biodiesel sebagai pencampur bahan bakar solar.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Nabati Sebagai Bahan Bakar
Sebagian besar kebutuhan energi dunia diperoleh dari minyak bumi petroleum, batubara dan gas bumi dengan pengecualian energi listrik dan energi
nuklir.Bagaimanapun juga sumber-sumber ini sifatnya terbatas dan suatu saat akan habis. Oleh karenanya pencarian alternatif sumber-sumber energi merupakan hal
yang penting. Penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel menjadi semakin menarik dengan semakin menipisnya sumber-sumber energi
dari minyak bumi. Minyak nabati merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui
dan potensial dimana kandungan panasnya mendekati bahan bakar petroleum.
Komposisi yang terdapat dalam minyak nabati terdiri dari trigliserida-trigliserida asam lemak mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak nabati, mencapai
sekitar 95 , asam lemak bebas atau Free Fatty Acid FFA, monogliserida dan digliserida serta beberapa komponen-komponen lain seperti phosphogliserida,
vitamin, mineral atau Sulfur Mittelbach, 2004 . 2.1.1. Trigliserida
Trigliserida atau triasil gliserol adalah sebuah gliserida yaitu ester dari gliserol dan
tiga asam lemak. Trigliserida banyak dikandung dalam minyak dan lemak dan
Universitas Sumatera Utara
merupakan penyusun utama minyak nabati. Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, hal ini bergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Trigliserida
yang diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisio-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya
Ketaren, S. 2005. Struktur kimia dari trigliserida adalah sebagai berikut :
O ||
CH
2
– O – C – R
1
| O ||
CH – O - C – R
2
| O ||
CH
2
– O – C – R
3
Gambar 2.1. Struktur Molekul Trigliserida
R
1,
R
2,
R
3
adalah rantai alkil yang panjang atau rantai hidrokarbon yang berupa asam lemak jenuh dan tak jenuh. Melalui reaksi transesterifikasi senyawa ini dapat
dikonversi menjadi etil ester.
2.1.2. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terpisahkan dari trigliserida, digliserida, monogliserida dan gliserin bebas. Hal ini dapat disebabkan oleh pemanasan dan
terdapatnya air sehingga terjadi proses hidrolisis. Oksidasi juga dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak nabati.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah kandungan asam lemak bebas berpengaruh pada transesterifikasi yang memakai bahan baku minyak sawit yang sudah terolah dan memakai katalis logam
basa. Kadar asam lemak bebas 1 akan menimbulkan reaksi samping pada transesterifikasi, yaitu penyabunan Panjaitan, R.F, 2005. Asam lemak bebas lebih
reaktif bereaksi dengan katalis basa menghasilkan sabun dibanding trigliserida- trigliserida dan reaksi berlangsung secara non reversible Yucel and Turkay, 2003
2.2. Minyak Sawit
Saat ini pasokan bahan bakar minyak sawit cukup melimpah karena perkebunan kelapa sawit sudah lama di usahakan dalam skala besar dan berkembang dengan baik.
Minyak sawit merupakan salah satu sumber bahan baku biodiesel yang potensial di Indonesia. Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit dengan
kandungan asam lemak yang bervariasi baik dalam panjang maupun struktur rantai karbonnya. Panjang rantai karbon dalam minyak kelapa sawit sangat menentukan
sifat fisik dan kimia minyak kelapa sawit. Minyak sawit terdiri dari campuran trigliserida, dimana sebagian trigliserida
merupakan liquid pada temperatur ambien dan sebagian lagi merupakan solid. Trigliserida ini tersusun dari gliserol dan tiga asam lemak atau fatty acid.
Komposisi asam lemak dari minyak sawit diberikan dalam tabel 2.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Asam Lemak
Jumlah
Asam kaprilat -
Asam kaproat -
Asam miristat 0,9 – 1,5
Asam Palmitat 41,8 – 46,8
Asam laurat 0,1 – 1,0
Asam stearat 4,2 – 5,1
Asam palmitoleat 0,1 – 0,3
Asam oleat 37,3 – 40,8
Asam linoleat 9,1 – 11,0
Sumber: Hui, 1996
Minyak sawit dapat digunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses ekstraksi dan pemurnian, seperti penjernihan dan penghilangan bau atau dikenal
dengan RBDPO refined, bleached, and deodorized palm oil. Setelah itu CPO dapat difraksinasi menjadi RBD stearin dan RBD olein dengan komposisi asam lemak yang
berbeda. RBD olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng, sedangkan RBD stearin terutama dipakai untuk margarin, shortening, serta bahan baku industri
sabun dan detergen. Komposisi asam lemak bebas dari berbagai minyak yang dapat dihasilkan dari kelapa
sawit dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Kandungan Asam Lemak Bebas dari Berbagai Minyak Kelapa Sawit
Minyak FFA
RBD Palm Oil 0,1
Crude Palm Oil 1 – 10
Palm Fatty Acid Distillate 70 – 90
Crude Palm Kernel Oil 1 – 10
Crude Palm Stearin 1 – 10
Crude Sludge Oil 10 – 80
Sumber: Yuen May Choo, 1987
2.3. Etanol