Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

E. Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan meliputi : a. Standar Umum Pemeriksaan Pasal 7 Standar Umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan Pemeriksa Pajak dan mutu pekerjaannya. Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang : 1. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama. 2. Jujur bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara, dan 3. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan. Dalam hal diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. b. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Pasal 8 Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan, yaitu: 1. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama : Universitas Sumatera Utara 2. Luas pemeriksaan audit scope ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, permintaan keterangan, konfirmasi, teknik sampling, dan pengujian lainnya berkenaan dengan pemeriksaan ; 3. Temuan pemeriksaan harus didenganrkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 4. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim. 5. Tim pemeriksa pajak tersebut dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan pemeriksa pajak, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun yang berasal dari instansi diluar Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, ahli dibidang teknologi informasi dan pengacara. 6. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dengan instansi lain. 7. Pemeriksaan dapat dilaksanakan dikantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib Pajak atau ditempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak. 8. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk kertas kerja Universitas Sumatera Utara pemeriksa. c. Kertas Kerja Pemeriksaan Pasal 9 Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan yang berfungsi sebagai : 1. Bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan; 2. Bahan dalam melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksan dengan Wajib Pajak mengenai temuan Pemeriksaan; 3. Dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan; 4. Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang diajukan oleh Wajib Pajak. 5. Referensi untuk pemeriksaan berikutnya. Kertas Kerja Pemeriksaan juga harus berisi gambaran mengenai : 1. Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan 2. Data, keterangan dan atau bukti yang diperoleh 3. Pengujian yang telah dilakukan 4. Kesimpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pemeriksaan. d. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan Pasal 10 Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk laporan hasil pemeriksaan yang Universitas Sumatera Utara disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu : a. Laporan hasil pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, membuat kesimpulan pemeriksa pajak yang didukung semua network tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan. b. Laporan hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain mengenai : 1 Penugasan Pemeriksaan 2 Identitas Wajib Pajak 3 Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak 4 Pemenuhan kewajiban perpajakan 5 Data informasi yang tersedia. 6 Buku dan dokumen yang dipinjam 7 Materi yang diperiksa 8 Uraian hasil pemeriksaan 9 Ikhtisar hasil pemeriksaan 10 Penghitungan pajak terhutang 11 Kesimpulan dan usul pemeriksa pajak e. Peminjaman dokumen Pasal 15 – Pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan No.199PMK.032007 : Universitas Sumatera Utara a Buku, catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan dan diperoleh ditemukan pada saat pelaksanaan pemeriksaan ditempat Wajib Pajak PL dipinjam pada saat itu juga atau harus dicantumkan pada surat panggilan dalam pemeriksaan kantor dan wajib dipinjamkan pada saat Wajib Pajak memenuhi panggilan. b Dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan dan belum diperoleh ditemukan pada saat pelaksanaan PL atau belum dipinjamkan pada saat Wajib Pajak memenuhi panggilan dalam PK, pemeriksa pajak membuat surat permintaan peminjaman. c Buku, catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain, wajib diserahkan pada pemeriksa pajak paling lama satu bulan sejak surat permintaan peminjaman buku, catatan dan dokumen disampaikan kepada Wajib Pajak yaitu tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau tanggal pada saat disampaikan secara langsung. d Dalam hal buku, catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain belum dipenuhi dalam jangka waktu satu bulan belum terlampaui, pemeriksa pajak dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak dua kali. e Setiap penyerahan buku, catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik secara keterangan lain dari Wajib Pajak, pemeriksa pajak harus membuat bukti peminjaman. Universitas Sumatera Utara f Dalam hal buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam berupa foto copy dan atau data yang dikelola secara elektronik, Wajib Pajak yang diperiksa harus membuat surat pernyataan bahwa foto copy dan atau data yang dikelola secara elektronik yang dipinjamkan kepada pemeriksa pajak adalah sesuai dengan aslinya. g Dalam hal jangka waktu satu bulan terlampaui dan surat permintaan tidak dipenuhi sebagian atau seluruhnya, pemeriksa pajak harus membuat berita acara mengenai hal tersebut. h Dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain perlu dilindungi kerahasiaannya, Wajib Pajak dapat mengajukan permintaan agar pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan ditempat Wajib Pajak dengan menyediakan ruangan khusus. i Dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak tidak memenuhi sebagian atau seluruh permintaan peminjaman, sehingga besarnya penghasilan kena pajak dapat dihitung, pemeriksa pajak dapat menghitung penghasilan kena pajak secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. j Dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak badan atau Wajib Pajak tidak memenuhi sebagian atau seluruh permintaan peminjaman, sehingga besarnya penghasilan kena pajak tidak dapat dihitung, pemeriksa pajak mengusulkan pemeriksaan bukti permulaan. Universitas Sumatera Utara f. Penolakan pemeriksaan dan Penjelasan Wajib Pajak. Pasal 18 peraturan Menteri Keuangan No. 199PMK.032007 1. Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 3 huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang KUP sehubungan dengan pelaksanaan penolakan pemeriksaan. 2. Dalam hal Wajib Pajak menolak menandatangani surat pernyataan penolakan pemeriksaan, pemeriksa pajak membuat berita acara penolakan pemeriksaan yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak. 3. Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan pemeriksa pajak dalam rangka pemeriksaan kantor, pemeriksa pajak membuat berita acara tidak dipenuhinya panggilan pemeriksaan oleh Wajib Pajak. 4. Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan lapangan Wajib Pajak tidak ada ditempat, maka : a Pemeriksaan tetap dilakukan sepanjang ada pihak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk mewakili Wajib Pajak, terbatas untuk hal yang ada dalam kewenangannya, dan selanjutnya pemeriksaan ditunda dilanjutkan pada kesempatan berikutnya. b Untuk keperluan keamanan pemeriksaan, sebelum dilakukan penundaan pemeriksaan lapangan, pemeriksa dapat melakukan penyegelan. c Apabila pada saat pemeriksa lapangan dilanjutkan setelah dilakukan penundaan, Wajib Pajak tetap tidak ada ditempat, pemeriksaan tetap Universitas Sumatera Utara dilaksanakan dengan terlebih dahulu meminta pegawai Wajib Pajak yang bersangkutan untuk mewakili Wajib Pajak guna membantu kelancaran pemeriksaan. d Dalam hal pegawai Wajib Pajak yang diminta mewakili Wajib Pajak menolak untuk membantu kelancaran pemeriksaan, pegawai Wajib Pajak tersebut harus menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran pemeriksaan. e Dalam hal pegawai Wajib Pajak menolak untuk menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran pemeriksaan, pemeriksa pajak membuat berita acara penolakan membantu kelancaran pemeriksaan yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak. 5. Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, atau Berita Acara Penolakan Pemeriksaan, atau Berita Acara Tidak Dipenuhinya Panggilan Pemeriksaan, atau Surat Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, atau Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan, dapat dijadikan dasar untuk penetapan pajak secara jabatan atau diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan. Pasal 20 Peraturan Menteri Keuangan No.199PMK.032007 1. Untuk memperoleh penjelasan yang lebih rinci, pemeriksa pajak melalui kepala unit pelaksana pemeriksaan dapat memanggil Wajib Pajak. 2. Penjelasan Wajib Pajak yang diberikan kepada pemeriksa pajak dituangkan dalam berita acara pemeberian keterangan Wajib Pajak. Universitas Sumatera Utara g. Penyegelan Pasal 30 Undang-Undang No.282007 1. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan atau tidak bergerak, apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 3 huruf b. 2. Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan. Berdasarkan Pasal 30 KUP, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan atau tidak bergerak apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 29 ayat 3 huruf b KUP. Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan No.199PMK.032007 Pemeriksa pajak berwenang melakukan penyegelan dalam hal Wajib Pajak : 1. Tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak atau tidak bergerak dan atau : 2. Tidak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan yang antara lain berupa tidak memberi kesempatan untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik dan atau membuka barang bergerak dan atau tidak bergerak. Peraturan Menteri Keuangan RI No.198PMK.032007 tentang Tata Cara Penyegelan Dalam Rangka Pemeriksaan Dibidang Perpajakan, mulai berlaku Universitas Sumatera Utara pada tanggal 1 Januari 2008 : 1. Penyegelan adalah tindakan menempelkan kertas segel dalam rangka pemeriksaan pada tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan atau tidak bergerak yang digunakan atau patut digunakan sebagai tempat untuk alat menyimpan buku atau catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik dan benda-benda lain, yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang diperiksa. 2. Pemeriksa pajak berwenang melakukan penyegelan untuk memperoleh atau mengamankan buku atau catatan, dokumen, data yang dikelola secara elektronik, dan benda-benda lain yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang diperiksa agar tidak dipindahkan, dihilangkan, dimusnahkan, diubah, dirusak, ditukar, atau dipalsukan. 3. Penyegelan dilakukan apabila pada saat dilakukan pemeriksaan lapangan : a. Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberi kesempatan pada pemeriksa pajak untuk memasuki tempat atau ruang serta barang bergerak dan atau tidak bergerak, yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line yang dapat memberikan petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak. Universitas Sumatera Utara b. Wajib Pajak atau kuasanya menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan yang antara lain berupa tidak memberi kesempatan pada pemeriksa pajak untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik atau membuka barang bergerak dan atau tidak bergerak. c. Wajib Pajak atau kuasanya tidak berada ditempat dan tidak ada pihak yang berkewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili Wajib Pajak, sehingga diperlukan upaya pengamanan pemeriksaan sebelum pemeriksaan ditunda atau : d. Wajib Pajak atau kuasanya tidak berada ditempat dan pegawai Wajib Pajak yang mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku mewakili Wajib Pajak menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. 4. Pelaksanaan Penyegelan a. Dilakukan dengan menggunakan kertas segel b. Dilakukan oleh pemeriksa pajak yang berwenang dengan disaksikan oleh saksi c. Pemeriksa Wajib Pajak membuat berita acara penyegelan yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak dan saksi. d. Dalam hal saksi menolak menandatangani berita acara penyegelan, pemeriksa mencatat penolakan tersebut dalam berita acara penyegelan dengan menyebutkan alasannya. e. Pemeriksa pajak dapat meminta bantuan kepolisian negara atau Universitas Sumatera Utara pemerintah daerah setempat. 5. Pembukaan segel dilakukan apabila : a. Wajib Pajak yang diperiksa atau kuasanya telah memberi ijin kepada pemeriksa pajak untuk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak yang disegel atau : b. Terdapat permintaan dari penyidik yang sedang melakukan penyidikan tindak pidana. 6. Pembukaan segel harus dilakukan oleh pemeriksa pajak dengan disaksikan oleh saksi 7. Apabila dipandang perlu dalam hal tertentu, pembukaan segel disaksikan oleh aparat pemerintah daerah setempat. 8. Apabila kertas segel yang digunakan dalam penyegelan rusak, pemeriksa pajak segera membuat berita acara mengenai kerusakan tersebut dan melaporkan kepada polisi. 9. Dalam hal melaksanakan pembukaan kertas segel, pemeriksa pajak wajib membuat berita acara pembukaan kertas segel yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak dan saksi. 10. Dalam hal saksi menolak menandatangani berita acara pembukaan kertas segel, pemeriksa pajak mencatat penolakan tersebut dalam berita acara pembukaan kertas segel dengan menyebutkan alasannya. 11. Apabila setelah jangka waktu enam 6 hari sejak tanggal penyegelan atau jangka waktu lain dengan mempertimbangkan tujuan penyegelan, Wajib Universitas Sumatera Utara Pajak yang diperiksa atau kuasanya tetap tidak memberi izin kepada pemeriksa pajak untuk membuka atau memasuki tempat atau ruangan, Wajib Pajak wajib menandatangani surat pernyataan penolakan pemeriksaan dan pemeriksa wajib mengusulkan pemeriksaan menjadi pemeriksaan bukti permulaan. 12. Dalam hal Wajib Pajak menolak menandatangani surat pernyataan penolakan tersebut, pemeriksa pajak membuat berita acara penolakan pemeriksaan yang ditandatangani oleh pemeriksa pajak. 13. Ketentuan lebih lanjut tentang petunjuk teknis penyegelan, penetapan bentuk kertas segel, prosedur melakukan penyegelan, dan prosedur membuka segel, diatur dengan peraturan Direktur Jenderal Pajak. h. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Dan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan Berdasarkan Pasal 31 KUP, Pemeriksa Pajak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan clossing conference dalam batas waktu yang ditentukan; dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan, hasil pemeriksaan ditindak lanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Berdasarkan Pasal 36 ayat 1 huruf d UU No.282007, Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa penyampaian SPHP atau pembahasan akhir hasil Universitas Sumatera Utara pemeriksaan dengan Wajib Pajak. Berdasarkan Pasal 25 ayat 3a dan 7 UU No.282007, apabila Wajib Pajak mengajukan keberatan atas SKP, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir pemeriksaan sebelum surat keberatan disampaikan. Jangka waktu pelunasan SKP, tertangguh sampai dengan satu bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. Berdasarkan Pasal 27 ayat 5a UU No.282007, dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak atas SKP tertangguh sampai dengan satu bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. i. Tata cara pemberitahuan hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir hasil pemeriksaan Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan No.199PMK.032007. 1. Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak dengan memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir. 2. Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak tidak dilakukan apabila pemeriksaan dilanjutkan dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan. 3. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP beserta lampirannya disampaikan oleh Pemeriksa Pajak melalui kur ir, faksimili, pos, atau jasa pengiriman lainnya. Universitas Sumatera Utara 4. Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan berhak hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan paling lama : i. 3 tiga hari kerja sejak SPHP diterima oleh Wajib Pajak untuk pemeriksaan kantor. ii. 7 tujuh hari kerja sejak SPHP diterima oleh Wajib Pajak untuk pemeriksaan lapangan. 5. Apabila dalam jangka waktu tersebut, Wajib Pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil pemeriksaan dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan PAHP, pemeriksa pajak menggunakan tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara PAHP, yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak. 6. Apabila dalam jangka waktu tersebut, Wajib Pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil pemeriksaan namun tidak hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam PAHP, yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak. 7. Apabila dalam jangka waktu tersebut, Wajib Pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan dan hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pembahasan akhir dengan Wajib Pajak dan hasil pembahasannya dituangkan dalam risalah pembahasan dan berita acara PAHP, yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak. 8. Apabila dalam jangka waktu tersebut Wajib Pajak menyampaikan tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan namun tidak hadir dala PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam PAHP, yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak. 9. Apabila dalam jangka waktu tersebut, Wajib Pajak tidak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan dan tidak hadir dalam PAHP, Pemeriksa Pajak membuat berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam PAHP, PAHP dianggap telah dilaksanakan. 10. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam PAHP dan Pemeriksa Pajak telah membuat dan menandatangani berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam PAHP, PAHP dianggap telah dilaksanakan. 11. Dalam hal Wajib Pajak menolak menandatangani berita acara PAHP, pemeriksa pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam berita acara PAHP. 12. Dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan pemeriksa pajak dalam PAHP, Wajib Pajak dapat mengajukan permintaan agar perbedaan tersebut dibahas lebih dahulu oleh Tim Pembahas yang Universitas Sumatera Utara dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak. 13. Hasil pembahasan oleh Tim Pembahas dituangkan dalam risalah Tim Pembahas yang merupakan bagian dari Kertas Kerja Pemeriksaan. 14. Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor harus diselesaikan paling lama 3 tiga minggu. 15. Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan paling lama 1 satu bulan. 16. Risalah pembahasan dan berita acara PAHP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan Hasil Pemeriksaan. 17. Pajak yang terutang dalam SKP atau STP dihitung sesuai dengan PAHP, kecuali : i. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir tetapi menyampaikan tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf f atau h, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah diberitahukan kepada Wajib Pajak dengan memperhatikan tanggapan tertulis dari Wajib Pajak; ii. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir dan tidak menyampaikan tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf i, pajak yang terutang dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah diberitahukan kepada Wajib Pajak. Universitas Sumatera Utara

F. Sanksi-Sanksi Berdasarkan Undang-Undang KUP No.28 Tahun 2007