Penilaian Asfiksia Neonatorum Asfiksia Neonatorum 1.

c Lamanya Ketuban Pecah Dini ketuban pecah lama adalah jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam yang mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis yatini, Mufdilah dan Hidayat, 2009. Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan terjadinya infeksi Manuaba,IBG, 2008. Ketuban pech dini dapat menyebabkan asfiksia. Terjadinya asfiksia seringkali diawali infeksi yang terjadi pada bayi aterm dan prematur, infeksi janin langsung berhubungan dengan lamanya ketuban pecah selaput ketuban atau lamanya periode laten yatini, Mufdillah dan Hidayat, 2009.hal.13. Semakin lama periode laten, semakin lama pula kala satu persalinan dan semakin besar insidensi infeksi. Janin bila terinfeksi sekalipun tidak terlihat tanda- tanda sepsis pada ibu. Tempat paling sering mengalami infeksi adalah traktus respiratorius. Kebanyakan pneumonia terjadi dalam 2 minggu pertama kehidupan berasal dari dalam rahim oxorn, 2003. Setelah terjadi persalinan dan ditemukan tanda infeksi biasanya bayi memiliki nilai Apgar dibawah 7 dan dapat mengalami hipotermia. Disisi lain bayi dapat memiliki nilai Apgar yang tinggi lalu turun pada 10-25 menit setelah lahir. Pengamatan terus secara hati-hati pada bayi selama jam pertama setelah persalinan adalah penting Midwifery, 2004.

3. Penilaian Asfiksia Neonatorum

Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian terhadap bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan Skor APGAR Saifuddin,A.B, 2010. Nilai Apgar pertama kali diperkenalkan oleh Virgnia Apgar pada tahun 1952. Kata APGAR sendiri merupakan gabungan dari kata: Activity aktivitas, Pulse nadi, Grimace mimik, Appearance tampilan kasat mata, dan Respiration Universitas Sumatera Utara pernapasan. Dimana kelima hal tersebut merupakan faktor yang dinilai ketika bayi lahir. Sejak itu sistem ini dipergunakan secara luas untuk menilai keadaan klinik bayi baru lahir. Skor Apgar merupakan metode praktis yang secara sistematis digunakan untuk membantu mengindentifikasibayi yang memerlukan resusitasi akibat asidosis hipoksi.. Cara ini dianggap yang paling ideal dan telah banyak digunakan dimana-mana. Nilai Apgar skor pada menit-1 mengisyaratkan perlunya tindakan resusitasi segera. Skor menit-5,-10,-15, dan -20 menunjukkan keberhasilan dalam melakukan resusitasi bayi. Skor Apgar 0-3 pada menit -20 meramalkan tingginya mortalitas dan morbiditas Nelson,et al 2000. Patokan klinis yang dinilai adalah menghitung frekuensi jantung, melihat usaha bernafas, menilai tonus otot, menilai reflek rangsangan, memperhatikan warna kulit. Setiap kriteria diberi angka tertentu, nilai Apgar biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap selanjutnya dilakukan 5 menit berikutnya karena hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan mortalitas dan morbiditas neonatal. Nilai Apgar 1 menit menunjukkan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya, nilai Apgar 5 menit menunjukkan adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya. Di bawah ini adalah tabel Apgar Score untuk menentukan derajat asfiksia. Tabel 2.1 SKOR APGAR Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2 Appearance warna kulit Pucatbiru seluruh tubuh Tubuh merah, ekstremitas biru Seluruh tubuh kemerahan Universitas Sumatera Utara Pulse denyut jantung Tidak ada 100 100 Grimace tonus otot Tidak ada Ekstremitas sedikit fleksi Gerakan aktif Activity aktifitas Tidak ada Sedikit gerak Langsung menangis Respiration pernafasan Tidak ada Lemahtidak teratur Menangis Sumber: Mochtar,R, 2011,hal.292 4. Pembagian serta tanda dan gejala asfiksia sesuai nilai Apgar menurut Mochtar,R 2011,hal.293 adalah a. Asfiksia berat nilai APGAR 0-3 Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah: Frekuensi jantung kecil yaitu 40 kalimenit. Tidak ada usaha bernafas, Tonus otot lemah bahkan tidak ada, Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberi rangsangan, Bayi tampak pucat bahkan berwarna kelabu, Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan. b. Asfiksia sedang nilai APGAR 4-6 Pada asfiksia sedang tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut: Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kalimenit, usaha nafas lambat. tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan. Universitas Sumatera Utara c. Asfiksia ringan nilai APGAR 7-9 Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah: Takipnea dengan nafas lebih dari 60 kalimenit, bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih grunting, adanya pernafasan cuping hidung, dayi kurang aktifitas, dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales dan wheezing positif d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 5. Penatalaksanaan asfiksia neonatorum sesuai dengan APGAR Skor menurut Hidayah, A.Z 2008,hal. 128 adalah sebagai berikut: a. Asfiksia Ringan APGAR Skor 7-9 Cara mengatasinya adalah : 1 Bayi di bungkus dengan kain hangat 2 Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir pada hidung kemudian mulut. 3 Bersihkan badan dan tali pusat 4 Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR skor, dan masukan kedalam inkubator. b. Asfiksia sedang APGAR Skor 4-6 Cara mengatasinya dengan cara: 1 Bersihkan jalan napas 2 Berikan oksigen dua liter per menit 3 Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum ada reaksi, bantu pernapasan dengan masker ambubag. Universitas Sumatera Utara 4 Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium bikarbonat 7,5 sebanyak 6 cc. Dekstrosa 40 sebanyak 4 cc disuntikan melalui vena umbilicus secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan intrakranial meningkat. c. Asfiksia Berat APGAR Skor 0-3 Cara mengatasinya dengan cara: 1 Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui amubag. 2 Berikan oksigen 4-5 liter per menit 3 Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT endotracheal tube 4 Bersihkan jalan napas melalui ETT 5 Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5 sebanyak 6cc. selanjutnya berikan dekstrosa 40 sebanyak 4cc. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum pada ibu dengan KPD yang terdiri dari usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dini dan jenis persalinan Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Skema 3.1 kerangka konsep penelitian

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tabel 3.2

Definisi Operasional N o Variabel Penelitian Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Lama Ketuban pecah dini dari rumah ke rumah sakit Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadinya proses persalinan di RSU dr.Pirngadi Medan. Dokume ntasi catatan medis Lembar Chek list 1. 12 jam 2. ≥ 12 jam Ordinal 2 Jenis persalinan Riwayat jenis persalinan bayi yang dibantu tenaga dari luar seperti partus Dokume ntasi catatan medis Lembar chek list 1. Spontan 2. Seksio sesarea Nominal Faktor- faktor yang mempengaruhi : 1. Usia kehamilan 2. Lamanya ketuban pecah dini Asfiksia Neonatorum Universitas Sumatera Utara