Universitas Sumatera Utara
individual yang turut berpengaruh seperti sikap kepentingan, minat, kebutuhan, pengalaman, harapan dan kepribadian.
2 Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang
dimaksud mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.
3 Faktor situasi dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu,
suasana dan lain-lain.
2.1.5.1 Proses Persepsi
Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang
merupakan perantara ransangan diluar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap ransangan. Menurut rumusan ini, yang
dikenal dengan teori ransangan-tanggapan stimulus-responsSR, persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah
ransangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran.
Seperti dinyatakan pada bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling
sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya ransangan menerima dan dengan cara menahan dampak dari ransangan.
Gambar 2.2
Variabel Psikologis Antara Ransangan dan Tanggapan
Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan disebut sebagai variabel psikologis yang muncul diantara ransangan dan tanggapan. Sudah tentu ada pula
Ransangan Persepsi
Pengenalan Tanggapan
Pengenalan
Pengenalan
Universitas Sumatera Utara
cara lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologis, namun rumus S-R dikemukakan disini karena unsur-unsur dasarnya telah diterima secara luas oleh
para psikolog dan telah dipahami dan digunakan oleh ilmu sosial lainnya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama Sobur, 2010: 447:
1. Seleksi, yakni proses penyaringan oleh indera terhadap ransangan dari
luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2.
Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah
laku sebagai reaksi.
2.1.5.2 Sifat-sifat Persepsi
Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan di dalam objek, dan selalu merupakan pengetahuan tentang yang tampak. Maka apa
yang mudah bagi kita boleh jadi tidak mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah
kita perlu memahami persepsi dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi Djuasa, 1994:54-55.
Pertama, persepsi adalah pengalaman. Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek, atau peristiwa, kita harus memiliki dasarbasis untuk melakukan
interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan orang lain, objek, atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang
menyerupainya. Tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna, sebab ini akan membawa kita kepada suatu
kebingungan. Kedua, persepsi adalah selektif. Ketika mempersepsikan sesuatu, kita
cenderung hanya memperhatikan bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu
dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita mempersepsikan apa yang kita inginkan atas dasar sikap, nilai dan keyakinan
yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, persepsi adalah penyimpulan. Proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui proses induksi secara logis. Interpretasi
yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah
melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indera kita. Sifat ini saling mengisi dengan sifat kedua.
Pada sifat kedua persepsi adalah selektif, karena keterbatasan kapasitas otak, maka kita hanya dapat mempersepsi sebagian karakteristik dari objek. Melalui
penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebagian karakteristik dari objek
tersebut. Keempat, persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak akan objektif, karena
kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna. Karena
persepsi merupakan proses kognitif psikologi yang ada di dalam diri kita, maka bersifat subyektif.
Suatu hal yang tidak terpisahkan dari interpretasi subyektif adalah proses evaluasi. Rasanya hampir tidak mungkin kita mempersepsi suatu objek tanpa
mempersepsikan pula baik atau buruknya objek tersebut. Adalah sangat langka kita dapat mempersepsikan sesuatu secara sepenuhnya netral. Hal ini dapat kita
telusuri dari pengalaman kita sendiri. Kita cenderung untuk mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu bagi diri kita, dan hal-hal yang sangat baik ataupun
buruk yang dapat kita ingat dengan baik. Selebihnya, hal-hal yang netral dan “biasa saja” cenderung kita lupakan atau tidak bisa kita ingat dengan baik kabur.
Jadi, ketika pengalaman mendasari persepsi yang kita lakukan, maka tidak dapat dihindari terjadinya proses evaluasi.
2.2 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai
dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa. Konsep menggambarkan suatu