- Dimasukkan ± 10 gram serbuk daun tumbuhan sambang darah yang telah
dikeringkan dan dipotong kecil-kecil ke dalam Erlenmeyer -
Ditambahkan metanol ± 100 ml -
Didiamkan -
Disaring -
Dibagi ekstrak metanol kedalam 4 tabung reaksi -
Ditambahkan masing-masing pereaksi : a.
Tabung I : dengan FeCl
3
5 menghasilkan larutan hitam b.
Tabung II : dengan NaOH 10 menghasilkan larutan biru violet
c. Tabung III : dengan Mg-HCl menghasilkan larutan merah muda
d. Tabung IV : dengan H
2
SO
4 p
menghasilkan larutan merah
3.3.3 Ekstraksi Daun Tumbuhan Sambang Darah
Serbuk daun tumbuhan sambang darah ditimbang sebanyak 1000 gram, kemudian dimasukkan ke dalam ekstraktor dan diekstraksi maserasi dengan metanol sebanyak 7
liter hingga semua sampel terendam secara merata, dibiarkan selama ± 72 jam dan diulangi sebanyak 2 kali. Hasil ekstraksi ditampung dan dipekatkan dengan
menggunakan alat rotarievaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol. Kemudian ekstrak pekat metanol diuapkan diatas penangas air sampai semua pelarut
metanol menguap. Lalu dilakukan pemblokan tanin dengan cara melarutkan ekstrak pekat metanol dengan etil asetat dan disaring. Filtrat etilasetat dirotarievaporator dan
diuapkan hingga semua pelarut etilasetat habis menguap. Fraksi pekat etil asetat dilarutkan kembali dengan metanol dan dilakukan ekstraksi partisi secara berulang-
ulang dengan n-heksana, dimana partisi dihentikan ketika lapisan n-heksana menjadi bening. Kemudian lapisan metanol diuapkan hingga pekat sehingga diperoleh ekstrak
pekat metanol sebanyak 16,33 gram.
3.3.4 Pemutusan Gula dari Senyawa Flavonoida Hidrolisa
Pemutusan gula dari senyawa flavonoida dilakukan dengan hidrolisa asam dengan cara menambahkan HCl 2N ke dalam larutan ekstrak metanol dan dipanaskan sambil
Universitas Sumatera Utara
diaduk di atas penangas air selama 1 jam, kemudian didinginkan dan disaring. Ekstrak metanol-asam hasil hidrolisa diekstraksi partisi dengan kloroform sebanyak 3 kali.
Kemudian lapisan kloroform dirotarievaporator lalu diuapkan di atas penangas air hingga semua pelarut kloroform menguap sehingga diperoleh ekstrak pekat kloroform
sebanyak 1,44 gram.
3.3.5 Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Analisis kromatografi lapis tipis dilakukan terhadap ekstrak kloroform dengan menggunakan fase diam silika gel 60 F
254
Merck. Analisis ini bertujuan untuk mencari perbandingan pelarut yang sesuai untuk pemisahan senyawa didalam analisis
kromatografi kolom. Pelarut yang sesuai didasarkan pada jumlah bercak atau noda yang terpisah dengan baik dalam kromatografi lapis tipis.
Pelarut yang digunakan adalah campuran antara n-heksana : etil asetat dengan perbandingan 90:10 vv, 80:20 vv, 70:30 vv, 60:40 vv. Prosedur yang
dilakukan adalah dimasukkan 10 ml larutan fase gerak n-heksana : etil asetat 90:10 vv ke dalam bejana kromatografi, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan ekstrak pekat
metanol pada batas bawah plat KLT yang telah diaktifkan. Dimasukkan plat ke dalam bejana yang berisi pelarut yang telah dijenuhkan dan ditutup. Setelah proses elusi
selesai, plat dikeluarkan dari dalam bejana dan dikeringkan. Kemudian plat difiksasi dengan pereaksi FeCl
3
5. Diamati warna bercak yang timbul dan dihitung harga Rf yang diperoleh. Dilakukan perlakuan yang sama untuk perbandingan pelarut n-
heksana : etil asetat 80:20 vv, 70:30 vv, dan 60:40 vv.
3.3.6 Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom
Isolasi senyawa flavonoida secara kromatografi kolom dilakukan terhadap ekstrak pekat kloroform yang telah diperoleh. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 40
70-230 mesh ASTM dan fasa gerak yaitu n-heksana 100, campuran pelarut n-
Universitas Sumatera Utara
heksan : etil asetat dengan perbandingan 90:10 vv, 80:20 vv, 70:30 vv, dan 60:40 vv.
Dirangkai alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu dibuburkan 65 gram silika gel dengan menggunakan n-heksana, diaduk hingga homogen lalu dimasukkan ke
dalam kolom kromatografi. Kemudian dielusi dengan menggunakan n-heksana 100 hingga silika gel padat dan homogen. Dimasukkan 1,44 gram ekstrak pekat kloroform
yang telah dibuburkan juga terlebih dahulu dengan silika gel ke dalam kolom kromatografi yang telah berisi silika gel yang telah padat. Lalu ditambahkan fasa
gerak n-heksana : etil asetat 90:10 vv secara perlahan-lahan dan diatur sehingga aliran fasa yang keluar dari kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak
dari atas. Ditingkatkan kepolaran dengan menambahkan fasa gerak n-heksana : etil asetat dengan perbandingan 80:20 vv, 70:30 vv, dan 60:40 vv. Hasil yang
diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 5 ml lalu di KLT dan digabung fraksi dengan harga Rf yang sama.
3.3.7 Pemurnian